Sudah lebih dari 25 tahun dunia mengenal HIV&AIDS. Namun sampai saat ini, belum juga ditemukan obat atau vaksin untuk menyembuhkan penyakit itu. Maka jika kita tertular HIV, virus itu akan terus berada di dalam tubuh kita.
Namun demikian, walaupun obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS belum ditemukan, sudah ada obat yang bisa memperlambat laju penyakit HIV menuju ke tahap AIDS. Obat itu disebut antiretroviral (ARV).
Terapi antiretroviral (ART) telah mengalami perubahan beberapa kali. Pada awalnya, orang yang tertular HIV dianjurkan untuk segera memulai ART - pendekatan yang disebut “hit hard, hit early” ini dimaksudkan untuk segera memperlambat proses replikasi HIV. Kemudian menyusul pendekatan yang lebih konservatif yang menganjurkan ART bagi ODHA dengan CD4+ T cell di antara 350 dan 500/mm3.
Dewasa ini, kapan memulai ART pada umumnya berdasarkan pada salah satu dari patokan berikut ini, walaupun keputusan akhir tetap berada pada pasien dan dokter yang merawatnya:
Laju penyakit HIV yang dianggap berada pada tahap lanjut (advanced stage) secara klinis.
Kategori IV WHO, terlepas dari hitungan sel CD4
Kategori III WHO dengan mempertimbangkan hitungan sel CD4 di bawah 350/mm3
Kategori I atau II WHO dengan hitungan sel CD4 di bawah 200/mm3
Kita mengenal dua macam Klasifikasi Infeksi HIV. Yang pertama dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan yang kedua dari WHO.
Klasifikasi Infeksi menurut CDC, yang direvisi terakhir kalinya pada tahun 1993, bertujuan mengevaluasi tahap penyakit HIV dengan melihat hitungan sel CD4+ limfosit T dan kehadiran kondisi-kondisi tertentu yang berhubungan dengan penyakit HIV. Yang biasa dipakai pada penelitian klinis dan epidemiologi ialah sistim CDC yang terdiri dari tiga kategori (A,B, dan C). Secara klinis, seseorang didefinisikan mengidap AIDS jika hitungan sel CD4+ limfosit T <200/mm3 atau di bawah 14%, atau jika terkena satu macam atau lebih infeksi oportunistik.
Sebaliknya, Klasifikasi Infeksi HIV menurut WHO, yang direvisi terakhir kalinya pada tahun 2005, dapat diterapkan di tempat-tempat dengan fasilitas yang terbatas, tanpa perlu mengetahui berapa hitungan sel CD4+ limfosit T atau tanpa menggunakan metoda diagnostik atau tes di laboratorium. Sistim WHO ini berdasarkan manifestasi klinis yang bisa dikenali dan ditangani oleh dokter maupun petugas medis dengan tingkat kemampuan di bidang HIV&AIDS yang berbeda-beda.
Sistim klasifikasi WHO ini digunakan di berbagai negara untuk menilai apakah seorang pasien sudah layak menjalani terapi antiretroviral atau belum. Klasifikasi klinis WHO dikelompokkan dalam empat kategori (I-IV), yang mencerminkan laju penyakit dari awal infeksi HIV sampai tahap lanjut HIV/AIDS. Kategori-kategori ini ditetapkan oleh kondisi atau gejala klinis tertentu dan berlaku bagi orang dewasa dan remaja di atas 15 tahun.
Mengingat bahwa laju penyakit HIV pada umumnya berjalan lebih cepat pada anak kecil maka pengobatan (ART) biasanya dianjurkan agar lebih agresif dibandingkan dengan orang dewasa.
Bagi orang yang terpapar HIV (HIV Postexposure Prephylaxis atau singkatnya PEP) atau dengan kata lain orang baru saja melakukan perilaku yang berisiko menularkan HIV kepadanya, dianjurkan mengikuti rejimen ARV selama 28 hari. Menurut penelitian, jika pengobatan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah terjadi paparan, maka tingkat keberhasilan ialah 100%, sedangkan bagi yang memulai rejimen ARV dalam waktu 72 jam setelah terjadi paparan, maka tingkat keberhasilan menurun menjadi 52%. Rejimen ini tidak dianjurkan bagi yang terpapar HIV lebih dari 72 jam sebelumnya.
Obat ARV perlu diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun waktunya. Mengingat bahwa HIV adalah virus yang selalu bermutasi, maka jika kita tidak mematuhi aturan pemakaian obat ARV, HIV yang berada di dalam tubuh kita bisa menjadi resisten terhadap obat itu. Dengan kata lain, obat yang kita konsumsi tidak bisa lagi memperlambat laju penyakit HIV menuju ke tahap AIDS, sehingga perlu diganti dengan obat lain yang mungkin lebih mahal atau lebih sulit diperoleh.
Di Indonesia, ART pada umumnya terdiri dari tiga macam obat ARV dari dua kategori yang berbeda.
Di negara maju, pasien diberi ARV yang disebut HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy), yang merupakan kombinasi dari paling sedikit tiga macam obat ARV dari tiga kategori yang berbeda. HAART bisa menekan jumlah HIV sedemikian rupa sehingga pada banyak kasus, viral load menjadi begitu rendah sampai tidak terdeteksi di dalam darah. Kondisi seperti ini disebut “undetectable viral load”. Artinya, HIV tetap ada di dalam darah tetapi tidak bisa dideteksi dengan melakukan tes Viral Load.
Perlu diingat bahwa bagi yang HIV positif, sangat penting untuk hidup sehat dan memelihara tubuh dengan baik dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, tidak merokok dan melakukan olah raga secara teratur, hal mana dapat turut memperlambat laju penyakit menuju ke tahap AIDS.
Comments
Summon @dak
viral load itu mahalll banget..
thx ya.
jika merasa pernah melakukan hubungan sexual tanpa kondom segera deh cek VCT di klinik atau RSUD
MUDAH2AN HASIL NYA NEGATIV
Amiiin semoga negative.