BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sepenggal kenangan yang tersisa di kota pelajar

edited December 2012 in BoyzStories
PART I

Tak mampu kubaca bahasa alam
Bahkan ketika materi semesta dan energi mempertemukan kita dalam kerangka waktu
Yang kutahu aku terbutakan oleh gemerlapnya pesona yang membutakan mata
Aku buta, tapi aku memandang segala keindahanmu dalam kebutaanku


Awal Ajaran Baru Tahun 2000

Cuaca jogja kali ini jauh lebih dingin daripada biasanya, jam sudah menunjukkan pukul 4.30, saatnya untuk aku meluangkan waktu sejenak sekedar menyapa sang PEMBUAT HIDUP yang sudah memberikan banyak kemurahan dan kebahagiaan padaku meskipun aku hanyalah seorang mahasiswa yang pas-pasan dan ngontrak bersama teman-teman satu organisasi kemahasiswaan di tempat sebuah rumah yang sederhana, tapi cukuplah itu buatku untuk menyukuri semua karunia yang sudah DIA beri dalam hidup.

Tak sanggup lama kukhusyukan waktuku kepada-Nya karena teringat beberapa “tugas” organisasi kemahasiswaan yang aku ikuti di kampus untuk kukerjakan hari ini. Saat ini memang sedang liburan semester, ujian semeter VI yang baru saja kuikuti beberapa minggu lalu, masih menimbulkan rasa kecewa karena aku merasa tidak maksimal apa yang kukerjakan—nampaknya kegiatan kemahasiswaan yang ku ikuti menyita lebih banyak waktuku dibandingkan kuliahku—membuatku ingin memperbaikinya semester depan. Aku mengikuti sebuah organisasi kemahasiswaan yang bergerak dibidang religi, dan sialnya para senior, yang biasanya mengkoordinasi semua kegiatan mereka harus mengikuti KKN, membuat aku dijadikan koordinator sementara untuk menangani kegiatan membantu penerimaan mahasiswa baru di Gedung Graha Sabha Pramana tahun ini.

Segera kuakhiri saat-saat hening ku memuja-Nya dan bergegas mengecek keperluan yang diperlukan untuk membantu para mahasiswa baru melakukan daftar ulangnya.
Satu persatu ku cek:
Meja, terpal, tikar, pensil, rautan, penghapus, tali rafia, daftar nama mahasiswa yang akan kami bantu beserta alamatnya, kurasa semua sudah lengkap gumamku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5.15 dan aku harus segera mandi, supaya ketika Ari datang untuk menjemputku membawa semua perlengkapan dan mencari tempat yang bagus untuk menempatkan stand organisasi kami di Gedung Graha Sabha Pramana.

Tepat pukul 5.45, ari dengan motornya sudah muncul di halaman muka kosku,

"siapa saja yang sudah kesana?" tanyaku.

"Kayaknya baru kita berdua aja nih mas" jawab ari.

“Ya sudah kalo gitu kita langsung angkat nih semua peralatan bawa ke Graha sabha, sekalian kita take tempat yang gak kena matahari biar nyaman” kataku selanjutnya

Segera aku duduk di boncengan motornya sambil angkut meja 2, dan tikar dan semua peralatan, tanpa menggunakan helm kami langsung ke graha sabha pramana.
Setiba disana suasana belum begitu ramai, hanya beberapa unit kegiatan mahasiswa yang sedang sibuk mengatur stand mereka. Aku segera menurunkan dan mencari tempat yang cukup strategis untuk dilihat bagi para mahasiswa baru, kemudian aku minta ari untuk menjemput beberapa teman organisasi lain untuk ikut membantu disini dan mengangkat peralatan yang masih tersisa.

Kegiatan penerimaan mahasiswa baru ini merupakan sarana bagi tiap2 unit kegiatan kemahasiswaan untuk menjaring anggota baru mereka, biasanya ini kami lakukan dengan membantu mereka dan meminta nama, jurusan dan alamat beserta yang kemudian akan ditindak lanjuti oleh kami dengan membantu mereka pada saat OPSPEK untuk mengenal mereka lebih jauh sebelum mengajak mereka ikut serta dalam beberapa kegiatan sambil berusaha merekrut mereka untuk ikut dalam kegiatan kami, hal ini merupakan hal yang turun temurun dilakukan, bahkan akupun ikut kegiatan ini karena ada senior ku di kampus yang melakukan hal yang sama denganku ketika aku baru masuk kampus ini.

Menjelang jam 8.00 sudah banyak calon-calon mahasiswa yang berdatangan, dan kami dengan senang hati mempersilahkan mereka untuk duduk lesehan di meja-meja yang kami sediakan sambil mereka mengisi formulir dan menanyakan hal2 yang mereka tidak tahu kepada kami yang dianggap senior di kampus itu, teman2 satu organisasi pun sudah banyak yang membantu hingga ketika waktu menunjukkan tengah hari, aku keluar sebentar untuk membeli makan.

Sekembalinya dari makan di warung aku kembali ke stand, dan mataku tertuju kepada dua orang calon mahasiswa yang nampak bingung, yang seorang terlihat seperti keturunan tionghoa sedangkan yang satunya seperti orang jawa dengan kacamata dan kaos yang dikancingkan sampai dekat lehernya, segera aku menghampiri mereka dan menyapa :

"mau daftar ya? Jurusan apa" kataku

“aku jurusan akuntansi, kalo temenku jurusan manajemen”, jawab seorang yang nampaknya orang jawa dengan ramah

sementara yang tionghoa temannya nampak berhati-hati dengan orang asing sepertiku, sehingga tidak nyaman ditanya.

Aku menawarkan mereka untuk duduk dan mengisi formulir mereka di stand kami, yang langsung diiyakan oleh yang jawa, sementara yang tionghoa tampak ikut saja apa yang temannya orang jawa ini bilang.

Setelah duduk sambil mengisi formulir mereka aku berkenalan dengan mereka, yang jawa bernama andi, sedangkan yang tionghoa bernama yonas, mereka berasal dari satu sekolah di Sebuah SMU Katolik di daerah jawa timur sana.
"Pantesan logatnya jawanya medok banget" batinku.
Entah mengapa ada yang berbeda kurasa ketika melihat si jawa ini, senyumnya nampak tulus dan bersahaja, dengan kacamata menghiasi wajahnya yang sesuai tubuh mungilnya dan gaya duduk yang agak membungkuk dan kulit hitam manis, membuatku nampak nyaman melihat dia dibandingkan temannya yonas dengan tubuh tinggi dan kulit putihnya.

“Ah sudahlah kenapa pikiranku melantur tidak jelas hanya karena melihat dia, pikiran yang sangat aneh” gumamku dalam hati,

segera aku berpamitan dengan mereka untuk melakukan hal lain, sebelumnya aku mengenalkan mereka dengan efi, temen satu organisasi ku, untuk membantu mereka.
Selepas sore saat semua sudah sepi, aku kembali dan mulai membereskan semua peralatan stand untuk digunakan kembali keesokan harinya, sambil mengecek nama2 mahasiswa baru yang bisa kami bantu hari ini, tapi sialnya aku tidak menemukan nama andi dan yonas di daftar itu, dan entah kenapa aku hanya berdoa kecil dalam hati supaya bisa bertemu lagi dengan mereka, terutama dengan andi.

Setelah hiruk pikuk seminggu penerimaan mahasiswa baru selesai, team dari organisasi kemahasiswaan tempat ku beraktifitas kukumpulkan untuk membahas rencana selanjutnya, menghubungi mahasiswa yang kita sudah bantu untuk menawarkan bantuan OSPEK, serta strategi yang harus dilakukan dalam membagi tempat bantuan tersebut menjadi dua tempat, yang pertama untuk mahasiswa putra di kontrakan kami di sekitar Jetis, sedangkan yang putri akan ditempatkan di kontrakan teman di daerah belakang rumah sakit Panti Rapih. Kemudian kami membagi tiap-tiap nama mahasiswa untuk kami hubungin, dan akan kami tawarkan untuk bantu.

Pikiranku masih tertuju dengan kegiatan-kegiatan yang aku harus lakukan dalam menangani organisasi ini pasca kosongnya kepemimpinan selama 2 bulan karena ditinggalkan KKN oleh para senior, itupun masih diselingi kegiatanku dan beberapa teman yang ikut mengunjungi para seniorku yang sedang KKN di magelang dan boyolali.

Ketika itu hari kamis seminggu sebelum OSPEK kampus dimulai, selepas main ke kampus aku bertemu dengan efi di dekat mirota kampus dekat tempat kosnya, dia cerita kalau andi dan yonas main ke kosnya dia, karena efi memberikan nomer telpon kosnya ke andi, dan efi memberikan nomer telpon kos andi kepadaku, entah mengapa ada yang berpendar di hatiku, suatu perasaan sukacita, seperti merasa doaku terjawab, keinginan untuk bertemu kembali dengan dia.
«1

Comments

  • PART II
    Ingin aku mengecup rasa dalam telaga itu
    Telaga yang menjelagakan rasa dalam dada
    Membuncahkan sepercik bahagia
    Apakah ini yang disebut cinta?

    OSPEK

    Saat-saat OSPEK pun tiba dan aku bersama teman-teman satu organisasi kemahasiswaan mulai sibuk membantu para mahasiswa baru dengan tugas mereka yang seabreg-abreg gak jelas, dan aku membantu andi mengerjakan tugas-tugasnya, yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan obyek study ku saat ini di bidang teknik, cukup pusing membantu membuat makalah dengan istilah-istilah akuntansi yang aku tidak kuasai sama sekali, untungnya berdasarkan pengalaman-pengalaman OSPEK yang pernah ku alami, tugas-tugas seperti ini hanya mengisi tempat sampah, akhirnya sementara andi mengerjakan makalah lain, aku mengerjakan makalah lainnya dengan seadanya yang penting satu halaman folio bergaris itu penuh, selesai itu aku mulai mengerjakan hal remeh temeh lain seperti atribut nama dan lain2, saat aku lihat andi mulai tertidur dengan nyenyaknya diatas kasur tipis dikamarku. Kesal rasanya liat dia tidur sementara aku yang tidak ikut OSPEK malah begadang mengerjakan tugas dia, manalagi kulihat makalah yang dikerjakannya belum selesai juga. Arrghh aku ingin marah tapi mungkin dia kecapekan sepanjang hari ini dia mondar-mandir belanja peralatan. Rumah kontrakan kami benar-benar seperti kapal pecah, kertas berhamburan kemana-mana, sementara beberapa teman yang lain sudah kembali ke kos-kosan mereka masing2. Kulihat temanku alan masih sibuk membantu yonas yang juga sudah terkapar indah di kasur alan.

    Pagi-pagi sekali kami mulai sibuk membangunkan para mahasiswa baru ini, dan setelah mandi dan bersiap mulai mengantar mereka masing-masing ke kampus.

    Aku memakai motor andi, mengantarnya ke kampus ekonomi, sedangkan temanku alan mengantar yonas, setelah itu mulai mengantar mahasiswa-mahasiswa yang lain ke kampus masing-masing.

    Beberapa hari ini hal itu menjadi rutinitas selama OSPEK, dan kejadian andi tidur sementara aku yang mengerjakan tugas-tugasnya selalu berulang selama masa OSPEK itu, dan entah mengapa tidak ada lagi rasa kesal, melihat itu.
  • Kehadiran yang menjadi Kebiasaan

    Seiring selesainya OSPEK dan dimulainya kuliah, rumah kontrakan menjadi sepi, tak ada lagi orang yang tidur diatas kamarku, tidak ada lagi yang harus dibangunkan setiap pagi untuk berangkat OSPEK, dan tidak ada lagi yang harus diantar-antar, dan entah mengapa hatiku merasa ada yang kurang.
    Kuliah Mekanika Teknik siang tadi lumayan membuat perutku lapar, dan karena tidak ada jadwal praktikum di hari jumat ini, membuat aku ingin bersegera menuju kamarku tercinta setelah mengenyangkan isi perutku dengan makanan murah meriah di warung langgananku dekat pogung lor sana.

    Panasnya matahari di kepala sepanjang perjalanan menuju kontrakan serasa sirna ketika aku melihat motor honda abu-abu ada di depan kontrakanku. “Ada andi datang ke rumah” batinku.
    Begitu masuk aku sudah lihat dia menggeletak dengan indahnya diatas kasurku dengan tas alpina birunya digeletakkan di lantai.
    “Sudah lama ndi” ujarku
    “ iya tadi habis kuliah jam 10 langsung kesini bareng yonas” katanya
    Trus yonas kemana “ sahutku lagi
    “Dia jalan bareng bang alan keluar cari makan” andi membalas lagi
    Lah kamu gak sekalian makan? Sambungku
    Nggak aku nunggu mas wawan aja mau makan bareng-bareng, kembali dia menyahutku.
    Entah mengapa, kata-katanya itu seperti menghipnotisku, dan tanpa berpikir aku masih kenyang karena sudah makan, aku langsung mengajak dia,
    hayuk makan dimana? Kataku
    “Di daerah sagan saja ya mas” sahut andi,
    “aku lagi pengen makan disitu, kayaknya enak” lanjutnya lagi.

    Segera kami meluncur dengan berboncengan berdua ke daerah Sagan.
    Setelah itu acara makan bersama dia merupakan agenda yang sering kami lakukan, satu hal yang aku harap-harapkan adalah ketika pulang dari kampus aku ingin melihat motor honda abu-abu parkir di depan kamarku, aku sendiri tidak tahu rasa apa yang kualami, hanya saja aku merasa bahagia.

    Satu hal konyol yang sering andi lakukan adalah dia selalu bertanya kepadaku untuk mengerjakan semua tugas-tugas kuliahnya,
    “oh my god aku gak kompeten menjawab itu ndi” ujarku,
    “mungkin ada beberapa yang aku tahu tapi itu sangat umum, kamu harus bergaul dengan teman-teman sejurusanmu dan sering-sering masuk ke perpustakaan buat pinjam buku” berondong ku lagi sambil tersenyum.
    Dia tidak menjawab, hanya memandangku dengan wajah lugunya sambil tersenyum manis.

    Kemudian keesokan harinya dia datang lagi dengan setumpuk buku ekonomi dari perpustakaan dan memintaku menolong membantu menerjemahkan beberapa kalimat yang tidak dia mengerti dalam mengerjakan tugas kuliahnya, aku merasa ini sangat konyol tapi aku menyukai kekonyolannya ini.
  • PINDAH KOS

    Sore itu seperti biasa setelah pulang dari praktikum aku langsung buru-buru pulang ke kos, meskipun jalur 15 hari ini cukup penuh, tapi masih ada tempat duduk yang tersisa bagiku untuk bisa sampai di kontrakanku di daerah Jetis, sumpeknya lalulintas di perempatan mirota kampus jalan kaliurang tidak mengurangi semangatku untuk pulang ke kontrakan lebih cepat karena ada yang kurindu, motor abu-abu yang parkir di depan kontrakanku.

    Benar saja dengan hati yang berbunga-bunga aku sudah melihat motor honda abu-abu itu sudah parkir dengan manis di depan kontrakanku. Segera aku memasuki kamarku dan melihat andi sudah terkapar dengan manis diatas tempat tidurku dan tas backpack alpina birunya pun tergeletak sembarangan di lantai kamarku seperti biasa.

    Aku meletakkan tasku dan buku2 kuliahku di meja dan mulai berganti pakaian dengan kaos dan celana pendek seperti biasa, dan aku biarkan andi tetap tertidur, nampaknya ada yang aneh kurasakan ketika memandangi wajah lembutnya ketika sedang tidur, aku merasakan suatu perasaan puas yang tidak bisa kuidentifikasikan secara tepat, perasaan apakah ini.
    Dia terbangun, entahkah karena dia merasa dipandangi terus menerus olehku ataukah karena hal lain, dan mulai tersenyum seperti biasa, senyum yang terindah yang pernah kudapati, aku langsung bertanya

    “Piye kuliahmu hari ini?” Tanyaku dalam bahasa jawa
    “Biasa mas, masih belum ngerti aku” jawabnya lagi
    “Gak papa, aku dulu juga gitu kok pas awal-awal kuliah, sering-sering baca buku referensi aja biar cepet ngerti” kataku menghiburnya.
    Dia terdiam, kemudian berkata
    “mas aku mau pindah kos, kos yang sekarang gak enak terlalu berisik, besok temenin aku cari kos ya”
    langsung dia memberondongku dengan permintaan, yang sesungguhnya merupakan perintah yang harus kulakukan nampaknya.
    “Yo wes, tapi setelah jam 12 ya, aku ada kuliah sampe jam 11, nanti ketemu di sini wae” jawabku
    “Gak usah biar aku jemput mas wawan aja di kampus teknik, jam 11 lewat ya” lanjut andi memberikan pilihan lain.
    “Ok deh, tunggu di Plaza KPTU ya, jam 11an” lanjutku mengiyakan idenya.

    Malam itu andi mengajakku makan makanan favoritnya, mie godog jawa di daerah jalan magelang, sebelum balik ke kosannya, dia mengantar ku pulang kembali ke kontrakanku.
    Esoknya pukul 12.15 dia dengan motor honda abu-abunya, baru menampakkan diri, ini bukan kali pertama dia ngaret janjinya, biasanya aku paling kesal dengan orang yang tidak tepat waktu, tapi dengan andi aku selalu memberikan ruang untuk dia melakukan kesalahan yang aku sebenarnya tidak bisa terima, ini disebut naif atau apa aku sendiri tak mampu memahaminya.

    “Kenapa sih lama banget” ujarku kesal
    “tadi ada temen kuliah yang minta ketemu buat atur jadwal tugas kuliah minggu depan” katanya memberikan alasan, yang langsung bisa kuterima, tanpa permintaan maaf sekalipun.
    Kami langsung meluncur ke daerah Klebengan, setelah sebelumnya makan di Kantin 22 di Pogung Kidul, untuk mencari kos-kosan disana. Lama berputar-putar disana tidak juga mendapati kos-kosan yang sesuai dengan hatinya, akhirnya kami pindah ke daerah Pandega dekat jalan Kaliurang, ada yang cocok dengan keinginan andi tapi tidak cocok di harga karena dirasa terlalu mahal, hingga akhirnya kami dapat kos di jalan kaliurang belakang toko merah dan dirasa cocok, langsung andi bayar untuk 3 bulan pertama.

    “Yuk pulang mas” katanya nampak senang
    “Mending kita bersihkan dulu kamarmu itu, dan angkut-angkut beberapa barangmu, jadi besok bisa beli beberapa kekurangannya” aku mengusulkan
    “Gak usah deh mas, besok aja sekalian” katanya malas-malasan
    “Ih nik anak, kos mu kan deket aja sama kos yang baru, kan kunci sudah dipegang juga” sahutku membantahnya.
    Iya mengiyakan dengan hanya menganggukkan kepalanya.

    Sore itu kami berdua menghabiskan waktu mengepel kamarnya dan mengangkat beberapa barang, hingga malam tiba, dilanjutkan makan malam bersama di angkringan gejayan, setelah dia mandi di kos-kosannya terlebih dahulu.
    Malam ini dia menginap di kamarku karena sudah terlalu capek beraktivitas, ini pertama kalinya kami berbagi tempat tidur setelah masa OSPEK beberapa bulan lalu.

    Subuh aku terbangun dan mulai kembali aktivitasku memuji dan menyembah sang pencipta dan berdoa untuk hal terbaik yang terjadi dalam hidupku, dan bersyukur atas apa yang sudah kuterima selama ini, dan terselip ucapan syukurku dalam doaku karena telah mengenal andi, dan bisa menjadi sahabat dan dekat dengannya, yang membuatku merasa utuh. Aku memandang wajahnya yang masih tertidur pulas sementara aku membaca lembar-lembar kitab suci yang kuharapkan dapat menyegarkan jiwaku untuk beraktivitas pagi ini.

    Aku melanjutkan aktivitasku dengan membersihkan rumah kontrakan sesuai jadwal piket yang sudah kami bagi di kontrakan ini, sementara bebrapa teman satu kontrakanku sudah mulai beraktivitas juga, setelah selesai, aku liat andi sudah bangun dan duduk di meja lesehan yang biasa kupake di kamar sambil membaca buku kuliahku yang tergeletak di meja, entahkah dia tahu atau tidak, aku tidak memusingkannya.

    “Ndi aku nanti ada kuliah jam 7 sampe jam 9, entar pindahannya abis jam 9 aja ya” kataku
    “Ya udah gak papa, mas wawan pake aja motorku, hari ini aku kosong gak ada kuliah kok” sambutnya.
    Selesai kuliah bergegas aku pulang, setelah berjanji dengan kelompokku untuk mengerjakan tugas bareng-bareng minggu depan.

    Setibanya di kontrakan, aku liat andi sedang mengobrol dengan tommy, dan alan dikamar alan, aku segera bergabung dengan mereka, sambil nyeletuk :

    “Ya ampun ndi, belum mandi dari tadi?” tanyaku keheranan
    “Dasar kambing, pemalas mandi” lanjutku lagi mengejek dia yang disambut dengan ketawa alan dan tommy.
    “Gak papa kali, kambing gak mandi aja harganya mahal, ikan aja mandi tiap hari badannya amis tuh” andi membela diri sambil ketawa-ketawa.
    “Udah gih mandi sana, pake handukku yang di lemari sana” sahutku menyuruh dia mandi.
    Andi meluncur kekamar mandi sedangkan aku bercengkerama dengan alan dan tommy di kamar alan.

    Selepas mandi kami berempat dengan alan dan tommy, pergi makan di dekat jalan magelang, alan dan tommy berpisah karena mereka akan lanjut kuliah, sementara aku dan andi berencana melanjutkan acara pindahan kos hari ini.
    Kami meluncur ke jalan Malioboro ke Toko Liman untuk mencari lemari plastik karena di kos barunya tidak ada lemari.
    Siang itu kami angkat semua barang-barang andi yang tidak seberapa, ke kos barunya, dan andi berpamitan dengan bapak kosnya yang lama dan menyerahkan kuncinya.
    Di kos yang baru kami mulai membongkar dan menyusun lemari plastik, kasur, meja dan kursi, serta cermin.

    “Ndi, lemarinya mau taruh dimana?” tanyaku
    “Terserah mas wawan deh bagusnya dimana” jawabnya menyerahkan kepadaku, dan tidak Cuma lemari, meja, kasur, cermin semuanya diserahkan kepadaku buat atur, sementara dia hanya menyusun rak buku dan menempelkannya di tembok, dan mulai menyusun buku-buku kuliahnya.
    Tak terasa waktu sudah malam dan andi mengajakku makan :
    “Mas kita makan dulu yuk, aku lapar nih, entar lanjut lagi” ajaknya
    Tanpa menjawab, aku langsung berdiri dan bersiap-siap.

    Kami hanya membeli makan dibungkus karena masih banyak yang belum dibereskan di kamar baru andi. Pukul 8 kurang, akhirnya semua beres dan aku numpang mandi kos barunya andi, karena merasa gerah, sambil aku meminjam baju dan celana pendeknya buat ganti Malam aku numpang mandi di kos barunya andi, dan meminjam celana dan kaosnya yang gak beda jauh dengan ukuran badanku, sementara aku mandi dia tiduran di kasur. Selepas menyegarkan badan aku lihat andi sudah terkapar dengan nyenyaknya diatas tempat tidur, aku bangunkan untuk dia mandi pun dia nampak tidak bergeming, nampaknya pindahan kos hari ini, benar-benar menguras tenaga dari tubuh mungilnya. Giliranku kali ini yang menginap di kos barunya, sambil menunggu ngantuk datang aku merebahkan diri di samping andi, tercium bau badan andi yang khas di hidungku (mungkin karena aktivitas seharian dan malam ini dia tidak mandi) tapi aku menikmatinya, kembali lagi hal ini mengulik pikiranku, mengapa banyak hal yang harusnya tidak bisa kutoleransi pada orang lain, tapi aku bisa begitu menurunkan standarku terhadap andi. Aku perlahan menyusupkan kepalaku di dekat dadanya, menikmati bau natural badannya, menikmati kedekatan fisik dan emosional yang kurasakan, kedamaian, penerimaan dan rasa utuh yang perlahan-lahan menyirap emosi dan hatiku hingga aku tertidur dalam rasa nyaman.
  • PANTAI KRAKAL

    Untuk mengakrabkan mahasiswa yang baru dengan yang lama dalam proses perekrutan di organisasi kemahasiswaan ini, para senior yang sudah kembali dari KKN mengajukan usul mengadakan acara rekreasi ke pantai krakal dengan biaya murah meriah menyewa bus kopata. Aku ajak andi dan yonas beserta beberapa mahasiswa baru lainnya yang sudah kami bantu pada saat OSPEK, dengan acara yang sangat meriah, foto-foto, makan-makan seadanya. Dan berbagai lomba yang sangat menarik. Ditengah keramaian itu aku memilih menyusuri pantai dan melihat lihat kerang-kerang di pinggir pantai, tahu-tahu engkau muncul dan mengagetkan ku dengan tiba-tiba, karena kesal aku siram dia dengan air laut, dan andi pun balas siram kembali, hingga akhirnya kami berdua basah kuyup.

    Tiba-tiba muncul ide iseng, aku ambil pasir putih banyak-banyak dan aku masukkan ke dalam bajunya.
    “Iseng amat sih” andi berkata sambil mulai mengumpulkan pasir hendak membalasku
    Melihat gelagat dia mau membalas aku lari menjauh sambil menoleh ke belakang melihat apa dia mengejarku balik. “Sial dia beneran mau balas dendam” aku berkata dalam hatiku sambil tersenyum senang, tanpa kusadari ada bapak-bapak yang lagi duduk sambil menyelonjorkan kakinya ada di depanku karena aku sibuk menoleh kebelakang melihat andi dan gedabrukkkkkk aku jatuh terjengkang tersandung kaki bapak itu. Sambil minta maaf aku berusaha bangkit, tapi belum juga sepenuhnya aku berdiri andi sudah menangkapku lagi dan memasukkan banyak pasir ke dalam kaosku, dan tidak puas dia juga masukkan juga dalam celana kolorku, sebagian lagi masuk dalam celana dalamku, sambil tertawa puas andi berkata “syukurin makanya jangan iseng jadi orang”.
    Dalam hatiku agak jengkel karena bukannya ditolong malah dikerjain, tapi aku bahagia melihat dia tersenyum lepas, sebahagia burung walet yang terbang berpasangan menari-nari menyambut ombak yang silih begranti menerjang pantai krakal siang itu.
    Untuk membersihkan pasir aku mengajak andi ke tengah laut sambil melihat karang-karang dan bermain ombak,
    “aku gak bisa berenang mas” katamu
    “Udah tenang aja entar aku pegangin tanganmu” sahutku memberanikan dia walaupun aku sendiri gak bisa berenang
    Kami menuju ketengah laut krakal yang semakin menyurutkan airnya ketika siang dengan berpegangan tangan berdua, Sesaat ombak besar datang, dan karena dia lebih pendek dariku dia memelukku supaya tidak tenggelam dan saat itulah aku memandang wajahnya yang teduh, kalem, dengan kacamata kecilnya dalam pelukanku, dalam hatiku ada perasaan takut untuk kehilangan dia, tapi tetap aku tidak tahu disebut apa perasaan ini, yang aku tahu aku bahagia bersama dia, dan aku tidak ingin berpisah dengan dia walaupun sesaat.


    Aku ingin waktu ini membeku
    Membekukan pantai dan kami yang berdua menikmati keindahan
    Bukan dalam indahnya wanita kutemukan cinta
    Bukan dalam indahnya alam kutemukan bahagia
    Aku temukan rasa itu dalam mata seorang lelaki yang kini ada dalam pelukanku
    Dan aku baru tahu kalau ini adalah cinta


    Malam itu andi tidak pulang ke kosnya dan menginap di kontrakanku karena sudah terlalu capek seharian di krakal sampai malam tiba kembali di kontrakanku, kami habiskan malam itu dengan bercerita tentang keluarga kami masing-masing, tentang ibunya yang sudah meninggal ketika dia masih SD, tentang adiknya, dan tentang bapaknya yang menjadi single parent, hingga dia tertidur lelap disebelahku.

    Aku tidak tahu apa yang kurasakan malam itu, suatu perasaan berkecamuk campur aduk mengobrak abrik hatiku kala menatap wajah lembutnya tidur disebelahku, dan merasakan nafasnya yang teratur mengiringi mimpi yang sudah melelapkan dia, yang pasti aku puas menatapnya kala tidur, aku bahagia melihat dia terlelap disampingku, suatu perasaan yang tak bisa kulukiskan dengan semua kata-kata indah yang ada di muka bumi ini.
  • PART III
    Ini adalah cerita tentang aku
    Tentang kenyataan pahit yang membutakan hatiku
    Tentang cemburu yang meluluhlantakkan jiwaku
    Tentang harapanku dan asaku untukmu yang bertentangan dengan apa yang kupercayai
    Tentang aku yang terbelenggu dogma ketika cinta hendak memerdekakanku


    Tabir Penyangkalan yang Terkuak

    Kesibukan kuliah dan tugas-tugas yang bertumpuk membuat kami mulai jarang bertemu, Selain itu andi juga sudah mulai aktif di organisasi keagamaan yang aku ikuti, dan masuk dalam kelompok bimbinganku, sedangkan tugas kuliah dan praktikum yang bertumpuk-tumpuk yang harus kuikuti membuat intensitasku mengikuti kegiatan itu mulai berkurang, karena aku menghabiskan sebagian besar waktuku di kampus dan kos-kosan temanku untuk mengerjakan tugas, sedangkan kepemimpinan diambil alih kembali oleh senior yang sudah kembali dari KKN.

    Ada perasaan sepi saat aku pulang dan tidak melihat ada motor honda abu-abu nangkring di depan kontrakanku. Aku berusaha mengabaikan perasaan ini, perasaan yang aneh ujarku, mengapa aku bisa kangen ketemu dia, seminggu saja tidak ketemu rasanya sepi, padahal kan dia laki-laki, akupun laki-laki.

    Aku melihat kesibukan andi di organisasi sudah melampaui waktunya untuk kuliah, sering aku dengar dia pergi berdua dengan seniorku untuk mengerjakan event-event organisasi sampai larut malam, dan aku merasa terabaikan, aku tidak tahu apakah perasaan cemburu karena dia lebih banyak jalan dengan senior-senior ku di organisasi lebih besar daripada perhatianku pada kuliahnya yang mulai keteteran. Aku ingin melarangmu untuk terlalu aktif tapi aku merasa tidak memiliki hak untuk itu.

    Entah mengapa aku merasakan ada yang salah dengan apa yang kurasa saat ini, sesuatu yang berbeda dengan apa yang kupercayai, apa yang kupelajari sejak kecil, suatu paradoks yang aku tidak mampu lenyapkan. Ah sepertinya ini hanya rasa sayang antara adik dan kakak, sesuatu yang wajar lirih aku berbisik dalam hati, tapi aku merasa ini hanya semacam pembelaan diri yang tidak tepat.

    Aku mulai membaca dan belajar banyak dari kitab yang kupercayai dan buku-buku pendukung lainnya, tidak ada satupun yang mendukung apa yang kurasakan, aku mulai membela diriku dengan kisah daud dan yonathan, tapi nampaknya hanya yonathan saja yang memiliki rasa yang besar kepada daud, dan mereka pun tetap hidup dalam kenormalan, bukan hubungan romansa. Aku merasa tertarik dalam suatu lubang paradoksial yang dalam yang aku sendiri tak mampu keluar. Rasa sayangku kepada andi semakin dalam, sedangkan kontradiksi dengan apa yang kupercayai semakin besar. Semakin aktif aku di organisasi ini, semakin sering intensitasku bertemu dengannya, semakin besar rasa sayangku kepadanya, dan semakin besar pula kontradiksi dan denial yang kurasakan, aku tidak mampu lagi menahan semua rasa sayang, dan cemburuku yang rasanya meledak jika melihat dia mengantar dan menjemput teman organisasi perempuan, ataupun saat dia lebih mengutamakan jalan dengan seniorku yang lain daripada jalan bersamaku, sementara aku melara sendiri tanpa dia tahu apa yang kurasakan, hingga aku putuskan untuk mundur dari organisasi itu, pindah kos dan menghilang dari semua teman-temanku.

    Aku membulatkan tekad dan memutuskan pindah dari rumah kontrakanku bersama teman-teman satu organisasiku, dengan meminta bantuan teman kuliahku aku pindah kos ke darah pogung dalangan, dengan sebelumnya meminta ijin kepada senior yang juga merupakan pembimbing rohaniku dulu, kalau aku mau fokus dengan kuliah dulu, karena harus mulai mengerjakan kuliah lapangan, KKN dan skripsi.

    Tanpa memberitahukan kepada siapapun tempat kosku yang baru, aku memulai kehidupanku kembali, dengan penuh penyangkalan terhadap rasa cinta yang kumiliki. Aku mulai menyibukan diri dengan semua tugas-tugas kuliah lapangan, KKN, dan proposal skripsi, semua waktuku kuhabiskan di kampus dan perpustakaan, tetapi rasa sepi, rindu yang menggelembung itu tetap meletup-meletup dalam hati.
    Setiap kali aku mendengarkan lagu jikustik “saat kau tak disini”, merupakan momen-momen penuh kesedihan dalam hidupku. Teringat senyumnya, teringat tingkah konyolnya, bahkan harum tubuhnya rasanya selalu tercium dalam hidungku, setiap warung makan yang kami pernah makan bersama, Warung makan Top Java di pojokan samirono yang merupakan tempat makan yang biasa kami kunjungi setiap hari minggu, mirota kampus tempat kami biasa berbelanja kebutuhan bulanan bersama, semuanya seperti menjadi racun yang tidak mampu aku enyahkan dalam otak, semakin ku tolak semakin besar rasa rinduku kepadanya, membuat aku terpuruk dalam insomnia parah. Dalam perihku aku hanya mampu berteriak dalam hati yang melara : AKU KANGEN KAMU ANDI!!
  • PART IV
    Aku ingin mencipta sebuah kidung lara
    Tentang cinta yang pupus
    Tentang harapan yang merepih
    Tentang kata cinta yang tak pernah terucapkan
    Tentang engkau dan aku yang tak bisa menyatu

    Pertemuan Kembali

    Sudah lebih enam bulan aku tidak bertemu dengan Andi, dan aku masih berjuang dengan penyangkalan diri yang hebat antara rasa cinta dan rinduku padanya dan ketidaknormalan kehidupan yang kualami menurut apa yang kupercaya. Aku mulai menjauhi ritual religi yang biasa kulakukan, entah mengapa aku merasa sangat kecewa dengan Tuhan, mengapa aku harus mengalami rasa cinta yang begitu dalam kepada laki-laki, sedangkan aku sendiri adalah laki-laki. Aku terpuruk dalam lara yang tak bertepi antara penolakan, penyangkalan, perasaan dikhianati oleh sang pemberi hidup, dan perasaan cinta yang meletup-letup tak mampu kupadamkan.
    Insomnia ini mulai menyiksaku dan mengganggu aktivitas kuliahku, karena aku suka mengantuk di kampus, untuk menguranginya aku mulai aktivitas olahraga bersama teman satu kosku yang berbeda jurusan denganku, dia jurusan teknik geodesi, setiap sore kami habiskan waktu bersama untuk olahraga jogging mengelilingi graha sabha pramana, maupun bermain sepak bola disana, dan itu lumayan membuat ku capek dan bisa membuatku cepat tertidur.
    Kesibukan kuliah, skripsi dan olahraga aku pikir sudah mampu mengenyahkan Andi jauh-jauh dalam pikiranku hingga sore itu husni temanku ku anak geodesi itu mengajakku olahraga lagi,

    “yuk kita lari sore ini” ajaknya
    “sebentar ya, aku ganti baju dulu” sahutku
    Segera aku menyambar celana pendek dan kaosku, berganti dengan baju yang barusan kupakai, dan mengisi botol minumanku dengan air didapur yang sudah disediakan oleh ibu kos.

    Tidak ada yang istimewa sore itu, seperti biasa matahari masih bersinar lumayan terik karena masih pukul 15.00, tapi Graha Sabha nampak ramai dengan orang-orang yang olah raga, husni mengajakku bermain sepak bola, tapi aku sedang tidak semangat mengejar-ngejar bola hari ini, dan aku putuskan hanya jogging saja mengitari Graha Sabha Pramana sore itu. Saat aku berlari di bagian timur gedung aku perhatikan ada motor abu-abu yang sangat kukenal parkir dekat gedung tersebut, dan sekumpulan anak-anak muda sedang berkumpul disana. Hatiku berdetak kencang karena aku mengenali andi ada disana, aku berusaha mengalihkan pandanganku tapi sialnya dia menoleh ke arahku dan goddamned!! Dia melambaikan tangannya ke arahku. Lututku merasa gemetar, jantungku berdetak kencang melebih aktivitas lari yang kulakukan. “Oh God mengapa aku harus bertemu dia lagi” keluhku dalam hati.

    Dia berlari mendekatiku dan menyapa,

    “mas wawan kemana aja kok menghilang gak ada kabar, aku kangen” kata andi perlahan.
    Aku tak sanggup menatap matanya, dadaku sesak, airmataku kutahan untuk tidak jatuh,karena aku menahan rasa suka dan benci dalam dadaku saat ini, aku suka karena kerinduanku akan dia yang selama ini kutahan akhirnya bisa tertumpahkan, tapi aku benci keadaanku yang masih mencintai laki-laki yang sedang berdiri didepanku.
    “Aku sedang sibuk dengan skripsi” jawabku dengan alibi yang kubuat
    “Mas wawan tinggal dimana sekarang?” tanyanya lagi.
    “Di Pogung Dalangan ndi, deketnya selokan mataram, belakang kampusku” jawabku perlahan.
    “Mas, aku mau lanjut acara ini dulu ya, kalau besok gak ada kegiatan ketemuan di Gedung Pusat yuk jam 4an ya” pintanya, yang langsung kuiyakan tanpa pikir panjang.

    Setelah itu perasaanku berkecamuk campur aduk tidak jelas, antara senang, sedih, maupun benci yang bercampur menjadi satu, aku senang dan bahagia bisa bertemu kembali dengan andi, tapi aku benci karena aku ternyata masih sangat mencintainya, aku masih merasakan debar dada yang sama ketika aku bersamanya beberapa bulan lalu, aku masih merasakan bahagia yang sama ketika menatap matanya. Aku benci karena aku laki-laki yang mencintai dia, kalau saja aku adalah wanita aku bisa mengungkapkan rasa cinta dan sayangku kepadanya tanpa ada halangan.

    Segera aku menghampiri husni -yang sedang berkeringat mengejar bola- dan berpamitan,” aku pulang duluan ya, lagi gak fit nih badanku” ujarku memberi alasan,
    “Bareng-bareng aja, aku juga udah capek nih” kata husni.
    Langsung kami menuju motor yang diparkir tidak jauh dari tempat kami olahraga dan kembali ke kos-kosan.
    Malam itu aku tidak bisa tidur sama sekali, pikiran, perasaan, berkecamuk tidak jelas. Emosi dan logika ku seolah-olah berperang, antara perasaan ingin kembali bersama andi, ingin kembali merasakan rasa bahagia yang sama menghabiskan waktu yang ada dengan logika agama yang kupercaya. Hingga fajar mengintip dari ufuk timur barulah mata ini tidak tahan, aku langsung tertidur hingga tengah hari, untung tidak ada kuliah lagi semester ini, hanya jadwal bimbingan skripsi tiap minggu saja.

    Perut yang keroncongan membangunkan aku dari tidurku, dengan malas-malasan aku segera mandi dan siap-siap beli makanan, sambil mencari chandra teman satu kampusku di kamar depan, ternyata dia sedang keluar, dan kos-kosan nampak sepi karena pada pergi ke kampus semua penghuninya.

    Sial batinku, terpaksa makan sendiri nih, aku pun bergegas makan di warung sebelah kosku, sambil menikmati koran Kedaulatan Rakyat hari ini yang sudah nampak kusut, aku menghabiskan makanan di piringku perlahan-lahan.
    Pulang makan kos-kosan sudah nampak ramai ada novi tetangga kamarku sedang setel mp3 dari komputernya, memutar lagu Daniel Beddingfield “if you’re not the one”.

    Lagu ini kembali mengaduk-aduk perasaanku

    I don’t want to run away but i can’t take it, i don’t understand
    If I’m not made for you then why does my heart tell me that Iam
    Is there anyway that i can stay in your arms?

    Mengapa cinta ini tercipta jika aku tak bisa memiliki mu? Mengapa cinta ini muncul tapi ada aturan yang melarangnya. Ini tampak tak adil bagiku, bukankah DIA sendiri adalah cinta dan yang menciptakan cinta. Jika cinta ini hanya mungkin terjadi di dalam mimpi, jangan bangunkan aku dan biarkan aku tetap bermimpi biar bisa tetap bersamanya.


    Waktu sudah menunjukkan pukul 2.30, dan aku mulai bersiap-siap untuk pergi ke Gedung Pusat bertemu dengan Andi, sesuai janjiku kemarin.
    Dengan berjalan melewati Fakultas MIPA, aku menuju Gedung Pusat, yang terletak di sebelah timur jalan Kaliurang. Pukul 3.25 aku sampai di Gedung Pusat bagian utara, Suasana nampak lengang hanya beberapa mahasiswa yang nampak berdiskusi dalam beberapa kelompok kecil, dan beberapa lagi ngobrol berdua, tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Kolom-kolom tiang Gedung Pusat tampak angkuh dan dingin menyapa aku sore ini, aku sendiri tidak tahu apakah aku senang ataukah sedih untuk bertemu kembali dengan Andi sore ini. Hidup dalam penyangkalan merupakan hal terberat yang pernah kuhadapi, menyangkali kalau aku mencintai seorang laki-laki yang nyala cintanya memendar dan menyala tanpa mampu kupadamkan, meskipun sudah berulangkali kutolak dan kusangkali.

    Waktu berdetak lama sekali menuju jam 4, pengumuman yang terpampang di papan pengumuman di setiap sudut Gedung Pusat sudah habis kubaca, akhirnya aku ambil buku materi tambahan buat skripsiku dan mulai mengambil tempat di ujung utara barat dari Gedung Pusat, sambil menunggu datangnya Andi. Pukul 4.15 motor honda abu-abu nampak berjalan di Gedung Pusat dan langsung menuju parkiran, kemudian aku melihat andi berjalan dengan tas punggung alpina warna birunya, dan kaos hijau garis-garis menaiki tangga gedung pusat. Aku langsung melambaikan tanganku ke arahnya, yang disambut dengan senyum manis yang serasa meluluhlantakkan semua kesombongan dan penyangkalanku. Semua rasa bahagia terasa bergerak keluar dari hati, dan menghancurkan semua penyangkalanku, sebegini kuatkah cinta? Hingga mampu melumat semua logika dan semua penyangkalan diri. Aku tak mampu berpikir, aku peluk dia hangat beberapa saat untuk menumpahkan rasa rinduku yang terpendam selama berbulan-bulan aku berjuang dalam penyangkalan diriku.

    Sore ini matahari nampak berbeda dibandingkan sore-sore lainnya, waktu kami habiskan dengan bercengkerama menceritakan hidup kami masing-masing, menceritakan tentang kuilah ku dan kuliah dia, sedih mendengar nilai-nilai dia yang kurang baik semester-semester awal kemarin. Aku merasa bersalah dan bertanggung jawab karena aku yang mengajak dia bergabung di organisasi kemahasiswaan itu, yang justru menyita sebagian besar waktunya. Sesaat kami terdiam dan aku hanya menikmati menatap wajahnya yang kalem dan sangat lembut dengan kacamatanya, hingga tiba-tiba dia bertanya :

    “Mas wawan kenapa kemaren keluar dengan tiba-tiba dari organisasi dan dari kontrakan?”
    Aku terdiam, tanpa mampu berbicara hingga dia melanjutkan
    “apa karena ada masalah dengan mas tommy? (tommy adalah senior kami di organisasi itu yang merupakan pemimpin paling senior).

    Setelah menghela nafas berat, akhirnya aku bicara :
    “Gak ada masalah apa-apa antara aku dengan pemimpin yang lainnya kok, aku hanya ingin fokus Pada kuliahku dulu” aku berusaha menutupi masalah utamaku.
    “ndi, satu hal yang aku ingin kamu lakukan, kamu harus belajar yang baik, supaya nilai-nilamu semester depan bisa lebih baik lagi, aku ingin terbaik buat kamu” aku menyambung lagi.

    “karena aku sayang kamu ndi” mulutku tercekat ketika mengucapkan itu
    Wajahnya menatapku polos, ada ketulusan yang dalam saat aku menatap matanya dan mengucapkan kata-kata itu.
    “Seperti kakak sayang sama adik, aku sayang kamu” mulutku mengucapkan dusta yang tak ingin kuucapkan, tapi terlanjur keluar.
    (aku malu jika dia tahu aku adalah seorang pencinta laki-laki, dan laki-laki itu adalah Andi).
    Hatiku tersayat oleh dusta yang terlanjur terucap, oleh kepengecutan seorang laki-laki yang begitu lemah mengakui rasa cintanya.

    Hening tercipta seolah melingkupi kami berdua saat itu.
    “Aku juga sayang sama mas wawan, aku merasa kehilangan saat mas wawan pergi dengan tiba-tiba”
    Seperti siraman air dingin ditengah kegerahan akibat kemarau terik yang memecahkan kepala, saat aku mendengar kata-katanya. Mataku berkaca-kaca mendengar ucapan tulus itu keluar dari mulut indah Andi. Butiran-butiran waktu perlahan mengekalkan setiap detik yang mengaliri kami saat itu. Waktu seperti berhenti berputar dan membekukan kami berdua dalam momen penuh keindahan itu.

    Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan saat ini, maupun kedepannya dengan hidup kami, tapi yang aku tahu aku bahagia. Jauh melampaui keindahan fajar yang merekah setiap pagi.

    __________________________________________


    Cinta mengalahkan setiap dogma yang membelenggu pikiranku, sejak itu aku mulai kembali berhubungan dengan Andi, banyak waktu kami habiskan berdua. Bahkan saat aku wisuda Andi ada bersama kedua orang tuaku, mendampingiku.
    Tidak ada kata cinta yang terucap antara kita setelah peristiwa di Gedung Pusat itu, tidak ada nafsu yang menguasai kami berdua, kami hanya berjalan pada rasa sayang yang bertumbuh semakin besar. Tidak ada lagi rasa cemburu membabibuta kurasakan, hanya perasaan penerimaan satu sama lain, dan saling mengerti satu sama lain, saling menutupi dalam kelemahan dan kegagalan yang kami berdua miliki.

    Kami berpisah ketika aku mendapatkan pekerjaan di luar pulau jawa, kemudian dia lulus dan mendapatkan pekerjaan di Aceh. Setahun setelah bekerja disana, dia menikah dengan teman sekerjanya.



    Cinta itu indah sekalipun kita harus menggali dari setiap runtuhan memori yang menyakitkan.



    Dedicated to YS cinta pertamaku kepada laki-laki, yang tulus tanpa ada hasrat birahi yang menyalakan kami berdua. I Love You for a thousand years.
  • salam akademisi...
    tahun 2000?? sesuatuu..haha
    masi jamannya GSP dipake sanmor..
  • @yuzz emang sekarang gsp udah gak dipake lagi buat kumpul2 dan olahraga sore ya?
  • kalo itu masih.. bisa buat cuci mata juga tuh,haha
    cuma sekarang udah ga dipake sanmor aja..
  • terakhir sebelum lulus dulu sudah gak boleh buat maen bola lagi, udah dipagarin pake kawat dimana2.. biasanya sunday morning ada senam aerobik dulu, skrg dah gak ada lagi, masih rame yg jualan gak sepanjang jalan depan masjid kampus sampe lembah? @yuzz
  • boleh kok maen bola, cm jarang liat..
    masi rame banget malahan sanmor, lewat dari jam 7 kesana udah macet itu ga bisa gerak yg jalan kaki..ckckck..
    Udah lama ga ke jogja lagi ente bro?
  • iya..dah lama banget, terakhir kesana sudah banyak yang berubah. tapi tetap penuh kenangan. terima lasih sudah mampir @yuzz
  • wah sherlock biki thread di boyzstrories, baca dulu ya :)
  • 2000 dah tua ya ? hiks .. jadi ngerasa paling tua.
    membangkitkan memori saat2 kuliah di mipa dulu.
    jalan dari kosan di caturtunggal, lari2 di lembah.
    feel so young.
  • sipil ya sher.....
    @bi_ngung mang angkatan berapa kok tua, masih tuaan aku kalee heheheeee
Sign In or Register to comment.