BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

A LOVE STORY... CHAPTER 03 – DESTINY…

135

Comments

  • @Dhika_smg

    iya saya semarang...
    lanjutannya udh tgl aku post besok...
  • @Sicnus
    iya pasti
    .
    thanks ya dh mo mampir :)
  • mana lanjutannya???
  • manaaaaa..??????
    #bacok bacok
  • CHAPTER 03 – DESTINY…

    PANTAI MARINA…

    “Kamu ingat? Malam itu kamu mengoceh tidak karuan di sini” Ujar Virgo membuka pembicaraan. Ku lihat dia tersenyum menerawang jauh di hamparan Laut lepas Pantai Marina. Dia mengingat-ngingat kejadian malam 10 oktober lalu. Dan sepertinya, kejadian malam itu sangat lucu buatnya. Senyumannya tidak pernah memudar. Atau mungkin saja kepalanya memang bermasalah. Kepalanya mungkin terbentur aspal dengan sangat keras waktu itu.

    Tapi, kalau aku ingat kejadian malam itu. Di luar rasa sakit yang teramat sangat yang sedang ku rasakan waktu itu. Aku juga terkadang tersenyum dengan sendirinya. Karena ada sisi konyol yang entah bagaimana bisa membuat semua itu terjadi.

    Waktu itu, Aku yang sedang patah hati. Ingin pergi ke Pantai. Tapi karena motorku mogok karena kehabisan bensin. Aku pun memutuskan untuk berjalan kaki dan meninggalkan sepeda motor buntutku di tepi jalan. Aku berjalan lunglai seperti orang idiot. ( Seperti zombie mungkin? ) Beruntung tidak seperti pocong atau semacamnya, karena mengingat waktu itu sudah hampir tengah malam.

    Dan saking idiotnya. Aku berjalan semakin ke tengah. Jalan yang lurus ternyata berefek membuatku semakin lunglai dan berjalan miring, zig zag tidak tentu arah. Alhasil, Virgo yang berhobi “ngebut” di jalanan, yang pada waktu itu sedang melesat seperti setan, tergelincir karena kaget dengan gerakanku yang seperti menghadang jalannya, seperti seseorang yang akan menabrakkan diri lebih tepatnya.

    Virgo pun terjatuh. Tapi beruntung, dia tidak apa-apa. Dia langsung bangkit marah dan memaki-makiku tidak karuan. Tapi anehnya dia kemudian malah menemaniku ke Pantai dan memberiku sebotol Vodka. Lucu bukan?

    Aku tidak akan mengatakan kalau semua itu Takdir. Tapi aku akan mengatakan kalau itu aneh. Seaneh dia yang tadi mengatakan kalau dia tertarik padaku. Itu benar-benar aneh.

    “Kenapa melihat saya terus?” Tanya Virgo ketika sadar kalau aku sejak tadi mengamatinya. “Ada yang aneh?”

    “Iya” Jawabku spontan. “Apa kamu yakin? Kalau malam itu kepalamu tidak terbentur sama sekali? Terbentur aspal mungkin? Terbentur Trotoar Jalan? Terbentur pohon? Atau terbentur kaca spion? Karena terus terang saja aku penasaran. Sepertinya isi kepalamu sedang bermasalah?”

    Virgo tersenyum geli. Dan setelah beberapa saat menerawang ke arah ombak lepas, dia menatap wajahku lekat-lekat.

    “Kamu masih tidak percaya dengan perkataan saya? Bahwa kalau saya serius tertarik sama kamu?”

    “Ada kalimat paradok yang kamu ucapkan. Itu yang membuat saya tidak percaya.” Ujarku sambil membuang muka agar kami tidak lagi saling berpandangan. Karena entah kenapa, wajahnya yang beringas tapi tampan itu membuatku gugup.

    “Seperti?”

    “Seperti tadi kamu bilang kalau kamu adalah lelaki normal, tapi kenapa kemudian kamu bilang kalau kamu tertarik sama saya? Bisa dilihat dengan jelas kan dari penampilan saya? Saya laki-laki. Saya tidak memakai make up apalagi rok mini!”

    “Saya tidak melihat dari fisik kelamin kamu, Dion” Potong Virgo cepat-cepat.

    “Terus?”

    “Itu dia yang membuat saya bingung. Saya tertarik sama kamu. Tapi entah dari mana rasa itu saya juga kurang tahu. Itu yang membuat saya sangat penasaran dan membuat saya hampir gila. Saya suka mengamati kamu, menatap kamu…”

    Dengan lembut Virgo merenggut daguku dan membuatku berpaling menatap wajahnya. Wajahnya mendekati wajahku. Mengamati setiap inchi mukaku; mataku, hidungku, bibirku.

    “Jangan bilang, setelah kejadian malam itu kamu terus mengikuti saya?” Ujarku menebak.

    “Terus terang iya” Jawabnya jujur. Dia melepas daguku dan bergantian mengusap-usap rambutku yang sudah mulai gondrong dengan gemas.

    “Hampir setiap hari saya mengamati kamu di Taman. Kamu tidak sadar? Hingga tadi saya baru memberanikan diri untuk menghampiri kamu”

    “Sejak kapan?”

    “Tepatnya saya tidak ingat. Tidak juga setelah kejadian itu. Mungkin beberapa hari kemudian. Dan Percayalah, saya bukan seseorang yang menaruh hati pada pandangan pertama, dan seperti yang saya bilang sebelumnya. Saya lelaki normal. Jadi saat pertama kali kita bertemu. Kedua mata saya sama sekali tidak berbunga-bunga sama kamu”

    Virgo tertawa kecil. Dia geli sendiri dengan perkataannya. Dia pikir orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama sangat konyol. Kedua mata berbunga-bunga kemudian turun ke hati dan berbuah cinta. Klasik. Klise. Tapi sangat berbeda dengannya, aku percaya akan hal itu. Karena aku pernah mengalaminya. Aku pernah jatuh hati pada seorang hanya dalam hitungan detik. Dan orang itu pula lah yang kini menorehkan luka tak kasat mata di dalam hati. Luka yang dalam dan perih.

    “Kenapa?” Virgo menyadari kalau aku tiba-tiba melamun.

    “Tidak apa-apa. Lanjutkan. Ku harap tidak ada cerita bahwa kamu menyewa seorang detektif” Ujarku sedikit bergurau.

    Virgo lagi-lagi tersenyum. “Tentu saja tidak ada. Saya kebetulan melihat kamu. Waktu itu saya Saya sedang mengantarkan teman di Gereja blenduk. Percayalah, tempat Ibadah membuat saya bosan. Karena itu saya memutuskan untuk menunggu di luar, tepatnya di Taman di samping Gereja. Taman Srigunting. Dan di situlah saya melihat kamu. Untuk kedua kalinya. Saya tidak langsung ingat sama kamu. Waktu itu saya hanya merasa kalau kita pernah bertemu sebelumnya. Tapi lama kelamaan. Saya jadi ingat. Kalau kamu Dion. Cowok yang mengicau tidak jelas di Pantai Marina. Menangis tidak karuan---“

    “Tolong skip cerita tentang malam itu di sini” Potongku cepat-cepat.

    Virgo terlihat mengerti maksudku.

    “Maaf. Kamu masih sangat terluka karena perbuatan lelaki itu?”

    “Lukanya masih belum kering. Sudah tidak berdarah-darah. Tapi tetap saja, masih belum kering, masih belum sembuh”

    “Okey. Akan saya lanjutkan langsung ke bagian dimana saya mulai tertarik sama kamu.” Virgo tersenyum sambil mengusap kepalaku.”Tapi sampai dimana kita tadi?”

    “Kamu kebetulan melihat saya di taman Srigunting”

    “Oh ya. Hmmmm. Waktu itu. Setelah saya ingat sama kamu. Saya hendak menyapa. Tapi saat saya hendak menghampiri kamu. Kamu terlanjur melihat saya. Tapi anehnya kamu malah membuang muka. Dan ekspresi kamu seolah mengatakan ‘Siapa Loe Liat2 gue?’. Karena itu saya urungkan niat saya. Jadi saya hanya duduk di kursi taman tepat di depan tempat kamu duduk. Mengamati kamu. Dan dari situlah rasa itu muncul”

    “Mata berbunga-bunga?”

    Virgo tertawa geli.

    “Bukan. Tapi Sebuah rasa yang aneh. Sebuah rasa yang entah dari mana asalnya. Entah dari hati, dada, jantung, mata, atau fikiran. Sebuah rasa penasaran. Dan Semakin saya sering menatap kamu. Rasa penasaran itu semakin besar. Kamu yang cuek, kamu yang pendiam, kamu yang misterius.

    “Saya bukan hantu, kenapa bisa misteius?” Celetukku.

    Virgo memutar kedua bola matanya,

    “Bisakah Dion serius?”

    “Saya selalu menjalani hidup dengan penuh keseriusan” Jawabku.

    Virgo lalu meraih novel yang sejak tadi ku genggam.

    “Dion tahu? Saya mengamati kamu sejak kamu membaca novel ini di seri pertama sampai sekarang sudah sampai seri ke empat? Hampir setiap siang saya datang ke taman itu, meluangkan waktu, membolos kulias, hanya untuk melihat kamu. Hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu saya tentang seorang Dion. Dan lama-lama saya menyadari satu hal tentang seorang Dion”

    “Apa?” Tanyaku asal-asalan karena entah kenapa aku semakin mengantuk mendengar ceritanya.

    “Dion manis”

    Aku tidak jadi menguap.


    TAMAN SRIGUNTING

    Virgo kembali mengantarku ke Taman Srigunting. Karena di sanalah motor buntutku terparkir.

    Aku turun dari motor CBR Hijaunya. Suaranya masih meraung-raung. Sehingga aku harus setengah berteriak saat mengucapkan terima kasih. “Thankz”

    “Jadi Bagaimana nanti malam?” Tanyanya meminta kepastian.

    “Okey” Jawabku malas “Jam 12 kita bertemu di Pahlawan”

    “Thankz”

    Meski tertutup bagian Helm, tapi aku tahu kalau dia tersenyum. Virgo pun langsung melesat seperti setan.

    Aku lalu duduk di kursi taman sambil menghela nafas. Tidak habis fikir dengan jawabanku tadi. Bahwa aku meng-‘iya’kan tawarannya.

    Virgo tahu kalau aku masih sangat terpuruk karena patah hati. Dan dia ingin bisa menghiburku, dia tidak ingin aku terus-menerus larut dalam dunia novel. Sehingga dia mengajakku untuk bertemu nanti tegah malam di Jalan pahlawan.

    “Kamu tahu? Saya punya cara asik untuk menghibur diri” Ujarnya saat perjalanan pulang dari Pantai Marina.

    “Apa? Minum segalon Vodka?”

    “Hahaha,” Virgo tertawa. Suaranya terdengar renyah. “Bukan. Nanti malam kalau kamu mau saya bisa menunjukkannya. Dan saya yakin. ‘Itu’ bisa membuat kamu lepas. Saya Janji” Balas Virgo sambil meremas lembut tanganku yang sedang melingkar di pinggangnya. “Saya Janji”


    TEMPAT KOS VIRGO

    Virgo mematikan mesin motor CBR Hijau kesayangannya. Dia telah sampai di Tempat kos yang sudah hampir dua tahun ditinggalinya. Di Sebuah lingkungan kos di Kawasan Thamrin. Kos campuran. Tidak hanya untuk laki-laki dan perempuan. Tidak juga hanya terdapat mahasiswa ataupun pegawai. Tapi juga keluarga.

    Namun pada saat dia akan membuka pintu kamar kosnya yang terletak di lantai dua. Tiba-tiba perasaannya berubah tidak nyaman. Dia merasa sedang diperhatikan oleh seseorang. Tangannya yang sedang memengang kunci, mengambang di udara. Dia lalu melirik ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Tapi dia yakin ada seseorang sedang bersembunyi darinya. Di dekat tangga. Dekat tikungan yang mengarah jelas ke arahnya.

    Tapi Virgo tidak mau ambil pusing. Dia bisa menebak siapa orang itu. Dia pun kembali membuka kunci pintu dan masuk ke dalam kamar kosnya.

    “Tidak baik seorang perempuan masuk ke kamar kos laki-laki” Ujarnya.

    Lalu sepasang kaki yang terbalut sepatu skets putih berukuran 38 tampak muncul dari balik tikungan. Tepat seperti dugaan Virgo sebelumnya.

    Sepasang kaki yang terpadu dengan celana jeans hitam ketat itu melangkah pelan mendekati Virgo yang sedang melepas jaket hitam yang melekat pas di badannya.

    Gadis itu berhenti di ambang pintu. Sambil berlipat tangan, dia mengamati Virgo yang melepas kaos putih ketatnya. Sehingga kini tampak tubuh Virgo yang bersih atletis. Tidak terlalu berotot memang. Tapi otot-ototnya yang telah terbentuk secara alami, cukup membuat jantung gadis itu berdesir setiap melihatnya.

    “Tidak baik juga seorang lelaki membuat seorang gadis menunggu lebih dari 3 jam di kos-kosannya yang jelek dan kumuh” Balas Gadis itu kesal.

    Virgo menyalakan kipas angin kemudian membuka jendela kamar.

    “Coba aku tebak. Kamu pasti lupa kalau hari ini aku bakalan datang ke Semarang” Lanjut gadis itu. “Tebakanku benar kan?”

    “Terakhir kamu bilang bakalan kemari akhir bulan dan ini masih awal bulan”

    “Iya, itu sebelum kamu bilang ponsel kamu rusak karena jatuh waktu kebut-kebutan di kawasan Marina. Tapi setelah itu aku kan udah e-mail kamu kalau aku bakalan mempercepat jadwalku ke Semarang lebih cepat, yaitu awal bulan”

    “Aku nggak punya waktu untuk membuka laptop atau semacamnya”

    “Iya, aku juga tahu itu. Aku juga tahu kalau kamu bahkan nggak punya waktu untuk kuliah. Yudha bilang, akhir-akhir ini kamu membolos kuliah, apa itu benar?”

    “Iya”

    “Selama nggak kuliah kemana saja?, Tidur di kos? Sepertinya tidak”

    “Bukan urusanmu LITA”

    “Semua ini harus jadi urusan aku VIRGO ADI PATI PUTRA NEGARA” Balas Lita kesal, dia menekan nada suaranya pada saat menyebut nama belakang Virgo.

    Tapi Virgo tampak sangat tidak suka. Dia lekas menarik Lita dari pintu dan menutupnya rapat-rapat.

    “Bisa nggak? Tidak menyebut nama belakang aku asal-asalan?” Desis Virgo sambil melotot kesal ke arah Lita. Tapi gadis itu membalasnya dengan tatapan tidak kalah tajam. “Tidak semua orang di kos ini bodoh!”

    “Bisa nggak? Sedikit aja kamu serius sama masa depan kamu?”

    “Itu bukan urusan kamu, Lita” Virgo melepas tangan Lita dengan kasar.

    “Itu urusan aku, Go! Karena Aku ini Tunangan kamu!”



    Sebuah Taksi tampak berhenti di depan sebuah Rumah bergaya minimalis di kawasan Perumahan Elite di Ungaran, Kabupaten Semarang.

    Seorang Gadis cantik berambut panjang lurus terlihat keluar dari Taksi berwarna biru itu. Seusai membayar Taksi. Dia lalu masuk ke dalam Rumah tak berkunci itu.

    Dengan anggun dia langsung menjalan ke halaman belakang rumah. Halaman itu tidak terlalu besar. Tapi cukup untuk sebuah kolam renang mungil, sebuah Gazebo kecil dari kayu-kayu, beberapa pohon dan tanamanan hias, kursi malas, dan teras yang pintunya adalah satu-satunya akses untuk menghubungkan dalam rumah dan halaman.

    Gadis itu menghampir seorang lelaki tinggi tegap atletis yang sedang melakukan push up. Lelaki itu melakukan push dengan tangan mengepal. Tubuhnya setengah telanjang hanya mengenakan celana olah raga putih panjang. Keringatnya tampak membasahi badannya yang berotot indah terbentuk dengan sempurna. Wajahnya yang tampan semakin membuatnya mirip seperti para model produk susu protein tinggi khusus pria dewasa.

    “Alex…” Sapa Gadis itu sambil mengentikan langkahnya.

    “Nala…”

    Lelaki keturunan Jawa-Perancis itu pun bangkit, mengambil handuk kecil dan kemudian mengusap keringat di wajah dan rambut hitam lebatnya.

    “Bagaimana?” Tanyanya.

    “Dion memang sudah beberapa hari ini tidak pulang” Jawab Nala. Dia terlihat tidak tenang. “Ibunya marah-marah terus. Semakin menjadi-jadi. Dan ku dengar Ayahnya semalam baru kalah berjudi----Lagi”

    Alex dan Nala saling berpandangan.

    “Jadi selama ini Dion tidur dimana, Lex? Kamu sama sekali nggak khawatir?”

    “Apa menurutmu aku tidak?” Balas Alex tersinggung. “Aku sayang sama Dion, dan aku tidak ingin kehilangan dia. Dia hilang seperti ini untuk kedua kalinya, aku juga gila karena cemas!!!”

    Alex lalu meraih smartphonenya.

    “Kamu mau telfon siapa?” Tanya Nala penasaran.

    “KAREL”

    Tapi sebelum sempat Alex menekan icon Dial pada SmartPhonenya, Nala buru-buru merebutnya. “Karel baru saja pulang dari Jerman beberapa hari yang lalu. Dia belum tahu kalau kamu sama Dion udah putus! Kamu ingin menambah masalah?”

    Alex dan Nala. Keduanya saling berpandangan tidak setuju.

    To Be Continue…

    Chapter 04 – Drag Race ke hati Dion, Green Vs Red…
  • Makin seru nih... Makin banyak tokoh yg muncul...

    Ayoo semangat... :)
  • bingung.. cm bs nunggu lanjutannya.. #asah golok
  • kok tiba2 ganti sudut pandang???
  • Complicated neh
  • Complicated neh
  • @yuzz :)

    @AwanSiwon
    maklum msh penulis gk jelas :p

    @arieat

    hehehe :p

  • menarik...kyknya bakal complicated ya critanya..mention ya klo update..
  • @obay

    hehehe... iya... pasti...
    thankz ya dh mau mampir :)
Sign In or Register to comment.