Seseorang bernama Hafid
Tuhan, hanya Engkau yang tahu bagaimana kondisi hatiku, ketika aku jatuh cinta pada seseorang. Hari-hari itu terasa begitu menyiksa untukku, karena wajahnya yang selalu terbayang.
Tuhan, ilhamkan padaku dengan cara apa aku harus melewati hari-hari ini? Ajari hambamu yang naif ini..
Tuhan, mengapa kau tampakkan wajahnya di mataku, lalu Engkau lukiskan dia di dalam hatiku. Sungguh telah berpaling mataku ini, tapi tak bisa kuhapuskan apa yang telah terlukis di hati ini.
Tuhan, aku tidak menyakitinya.. Aku tidak ingin mengganggunya.. Aku tidak ingin membawanya ke hari-hari kelamku.. Dan membuatnya sama sepertiku.. Tetapi sakit hati ini menahan rindu padanya.. Berkaca mata ini menahan getaran hatiku untuknya..
Tuhan, seandainya aku sanggup melupakan, pasti sudah kulakukan. Sungguh aku bisa mengatur anggota tubuhku, tetapi aku tidak bisa mengatur hatiku.. Maka kepadaMu kukembalikan hatiku.m
Tuhan, berilah cayaha pada matanya yang terlihat begitu sayu.. Jangan biarkan kebahagiaan hidupnya layu.. Jagalah dia untukku.. Dan jauhkah dia dariku..
Dalam keramaian Jakarta, 21 Oktober 2012
Comments
"Jauhkan dia dariku, juga."
Ngutip kata2 u ya bro, buat seseorang di forum ini...
AWAL PERTEMUAN, DIA SEORANG YANG RUPAWAN...
Di awal hari itu tiada yang istimewa kurasa. Aku masuk kantor dan bekerja sebagaimana biasa. Kesibukan membawaku ke jam makan siang tanpa terasa.
Saat bangkit berdiri hendak keluar makan, saat itu pula mataku terhenti pada seseorang yang duduk di sudut ruangan.
'Sepertinya anak baru', begitu pikirku. Karena sebelumnya dia belum pernah terlihat olehku.
Dari samping belakang dia terlihat biasa saja, maka akupun berlalu tanpa ada rasa. Apalagi saat itu aku sudah ditunggu teman kerja, maka akupun pergi dengan tergesa.
'Ada anak baru ya?' Pada teman kerjaku aku bertanya.
'Ada, beberapa. Kenapa?'
'Ga papa', aku tersenyum dan berharap teman kerjaku tak berpikir kenapa-kenapa.
Aku peduli pada anak baru, tidak biasanya. Itulah masalahnya, mungkin teman kerjaku merasa tumben karenanya.
***
Sekembalinya dari makan siang, seperti biasanya aku ke mushola kantor untuk sholat. Tidak ada yang aneh saat disebelahku berdiri juga seseorang yang sholat.
Sampailah saat aku salam ke sebelah kiri, tak sengaja mataku terpaku ke sebuah ciptaan nan rupawan. Tak sadar diri, aku bertasbih memuji Tuhan..
MATA INDAH NAN SENDU, DI WAJAH YANG SELALU KURINDU...
Dengan wajah yang masih basah dengan air wudhu, matanya tampak begitu sendu. Hidungnya yang mancung tapi tidak berlebihan di wajahnya tampak begitu indah dan padu.
Bibirnya yang merah bergerak-gerak melantunkan entah doa atau dzikir. Rambutnya yang ikal dan tebal tampak rapih meskipun tanpa disisir. Telinganya tampak putih dan bersih masih basah dengan air.
Entah berapa lama mataku terpaku padanya. Hatiku ingin segera berpaling darinya.. Tapi begitu berat rasanya untuk mengalihkan mata, aku tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya..
Hingga secara tiba-tiba dia menoleh kearahku, dan kamipun saling pandang sejenak. Kupalingkan wajahku secara sepihak. Hatiku terasa bergetar terkena momen yang begitu mendadak.
Rasanya campur aduk dalam hatiku. Segera kutinggalkan tempat sholatku. Biasanya aku berdoa dulu, tapi kali ini tanpa berdoa aku segera berlalu.
Aku bingung, apa yang baru saja terjadi padaku. Kenapa itu membuat getaran-getaran di hatiku. Kupejamkan mataku sejenak dan kubuka sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.
'Tidak mungkin! Aku tidak mungkin suka pada lelaki lain!' Akal sehatku menolak untuk yakin, tetapi wajahnya terlanjur terukir jauh di lubuk batin.
Saat masuk ke ruang kantor, lagi-lagi mataku tertuju ke sudut ruangan. Ya, dia sudah ada di sana. Dialah yang duduk di sudut ruangan. Dan dialah anak baru itu yang tadi membuatku begitu terpana.
'AKU TAK INGIN MELIHATNYA LAGI, AKU TAK INGIN MENGINGATNYA LAGI!'
'Selamat siang Pak, nama saya Haffid' dia memperkenalkan namanya dengan sopan. Di wajahnya tersimpul senyum yang mematikan! Ini benar-benar seperti pembunuhan.
'Salam kenal, Haffid. Nama saya Andre' kujabat tangannya. Senyumku tak akan bisa menutupi kekagumanku padanya.
Rasanya, aku ingin aku menarik tangannya agar tubuhnya jatuh kepelukanku. 'Kamu benar-benar sudah mencuri hatiku!' Bisik hatiku..
'Jangan panggil saya bapak, panggil saja Mas..'
'Oh, baik Mas.. Mohon bimbingannya ya, Mas..'
Bagaimana caranya aku bisa membimbingmu?! Kamu sudah membuatku setengah linglung dengan kemunculanmu.. Mana tanggung jawabmu, sekarang malah minta aku membimbingmu..
'Ok'. Aku harus segera mengakhiri perkenalan singkat itu. Harus segara seakan aku berburu dengan waktu. Dan mulai hari itu, mulailah penyiksaan rasa menderaku sepanjang waktu.
Dia satu projek denganku.. Dia begitu sopan, ramah, selalu tersenyum padaku. Dia tidak menyadari apa yang sedang dia lakukan padaku.. Dia tidak tahu mati-matian kulawan semua rasa yang ada di hatiku..
Hingga aku memutuskan untuk berusaha menjauh darinya. Aku tidak ingin selalu melihatnya, aku tidak ingin selalu terlihat olehnya. Bahkan aku sengaja menangguhkan waktu sholat agar tidak bersamaan dengannya.. Tuhan, maafkanlah hamba melakukannya...
Sebisa mungkin, sedapat mungkin. Aku mencari cara yang lain, mengatur waktu yang lain, memilih jalan yang lain..
MENGAPA AKU HARUS SUKA? ITU HANYA MEMBUATKU TERLUKA!
'Mas...'
'Ya?'
'Akhir-akhir ini sepertinya, mas sengaja menjauhi saya?' Matanya sayu terlihat menahan kesedihannya..
'Masa? Tidak begitu...' Lirihku menjawabnya..
'Tapi saya merasakan seperti itu...'
'Perasaan Haffid aja...'
'Saya ada salah apa, mas bilang saja..'
'Tidak ada...'
'Atau ada yang sudah saya lakukan kesalahan kerja...'
'Tidak ada...'
'...'
'Tapi..'
'Tapi apa mas?'
'Tapi mas jatuh cinta sama Haffid...'
'Mak...Maksud mas jatuh cinta sama Haffid?'
'Ya.. Itulah yang terjadi.. Dan rasanya semakin menjadi...'
***
'Mas?'
Suara itu membuyarkan lamunanku. Dan wajah dia lengkap dengan senyum menawannya tiba-tiba ada di sebelahku. 'Ah, hanya lamunanku..' Lega rasaku..
'Maaf buat mas kaget ya? Lagian tadi mas ngelamun ya?..' Celotehnya bertanya
'Ah tidak.. Ada apa?' Aku segera mengalihkan pembicaraan..
'Saya mau tanya soal kerjaan...'
Kemudian kamipun larut dalam perbincangan tentang kerjaan. Dan mataku tak bisa berhenti mencuri pandangan...
***
DIA SUDAH PUNYA PACAR.. DAN MEMANG BEGITULAH YANG BENAR
Hari itu sedikit lain, tak biasanya aku melihat Haffid makan di kantin. Selama ini biasanya dia selalu membawa bekal makanan. Saat yang lain ke kantin dia biasanya tetap di ruangan.
'Makan Mas?' Sapanya ramah, dengan senyum menghiasi.
'Hai.. Tumben ya ketemu di sini..' Jawabku basa basi.
'Iya hari ini pacarku sakit.. Jadi ga bisa masakin..' Jawaban itu ringan tapi terasa berat di batin. Aku tidak lagi fokus pada ucapannya yang lain.
Dia sudah punya pacar? Rasanya semua harapanku buyar...
Tunggu.. Jadi aku berharap padanya? Alangkah lucunya.. Bukannya aku menghindarinya? Aku menghindarinya, tapi berharap tentangnya?
HATI YANG SEDIH, HATI YANG TERSISIH...
Aku berusaha biasa saja, tapi itu tidak bekerja. Hatiku tetap merasa kecewa, kecewa setelah tahu tentang semua.
Dia berpacaran dengan ceweknya 8 tahun sudah. Ya, mereka berpacaran sejak mereka masih duduk di bangku sekolah.
Terus apa? Aku siapa? Mau tiba-tiba berharap bisa ada di antara mereka?
Tapi entah mengapa, aku merasa begitu sedih. Dalam doaku aku sering menangis lirih. Hati ini terasa perih, padahal dari awal aku berusaha tidak berharap lebih. Tapi kenapa tetap merasa tersisih.. Tetap merasa sedih, padahal hubungan hanya dalam urusan kerja dan tidak lebih.
***
'Kenapa kamu ingin pindah? Memang projek itu kurang wah?' Atasanku meminta alasan ketika aku mengajukan pindah.
'Saya hanya ingin tantangan baru. Lagi pula sepertinya projek yang saya minta itu seru...' Aku menjawab sambil menyembunyikan hati yang membiru...
Ya, akhirnya aku memilih pergi. Aku harus berhenti bertemu dia lagi. Satu-satunya cara adalah tidak satu projek dengannya lagi.
SESEORANG YANG MENGHAPUS AIR MATAKU, ITULAH AKU...
'Terimakasih atas bantuan teman-teman selama ini. Sungguh berat rasanya meninggalkan projek ini. Tapi saya tidak ingin berhenti sampai di sini...' Itulah yang kuucapkan pada tim projek yang kutinggalkan. Projek yang kutinggalkan untuk melindungi hatiku dari luka yang berkelanjutan.
Haffid menyalamiku seperti teman kerjaku yang lain. Dia tidak akan pernah tahu kalau dialah yang mendorongku tiba-tiba pindah ke projek yang lain. Its fine..
Semua sedih ini kujalani sendiri.. Air mata ini kuusap sendiri.. Dan hati yang sakit ini pun harus kuobati sendiri..
Hari ini mereka menghormatiku, karena mereka tidak tahu apa yang tersimpan di hatiku. Seandainya mereka tahu, pastilah mereka takkan mau.
Jika mereka tahu, yang mereka lakukan hanyalah mencela dan mencela. Dan sungguh aku tidak akan pernah menemukan sesuatu yang dapat membela. Mereka tidak akan perduli meski aku bilang ini bukan mauku. Mereka hanya akan melihat ada yang beda denganku, maka mereka akan mencelaku.
Seandainya mereka hanya mencelaku, hanya menyakitiku, maka akan kuberikan apa yang mereka mau dengan kerelaan hatiku. Tapi mereka pasti akan mencela keluargaku, menyakiti hati kedua orang tuaku, menyakiti hati saudara dan keluargaku... Maka biarlah mereka tidak tahu tentangku...
***
HANYA WAKTU YANG AKAN MENGHAPUSNYA, DAN DOAKU UNTUKNYA...
Sebulan sudah aku tak lagi melihatnya. Tapi seringkali hatiku begitu rindu tentangnya...
Terkadang hatiku bergumam sendiri, seolah-olah berbicara dari hati ke hati tanpa kusadari.
'Apa kabarmu kesayangan hati ini? Sudah makan dan sholatkah hari ini? Apakah kamu bisa tersenyum hari ini?'
'Jangan pernah bersedih, jangan pernah bekerja terlalu letih. Jaga selalu kesehatan, jangan suka menyisakan makanan... Minum air putih agak banyakan, jangan terlupa karena banyaknya kerjaaan...'
'Jadilah seseorang yang setia, jadilah selalu bahagia... Sayangilah selalu orang yang menyayangimu, maka orang yang kamu sayangi akan menyayangimu...'
'Tetaplah indah seperti yang kutahu, meskipun kamu tak pernah tahu.. Bahwa hanya kamu yang aku mau, meskipun ini bukan jalan yang aku mau..'
'Kutinggalkan dirimu untuk kebaikan hatiku, dan kemurnian jalanmu.. Tetaplah lurus di hidupmu, jangan pernah menemuiku di jalanku..'
Selamat tinggal Haffid..ku, cintaku..di hari-hariku di hatiku..
Malam di Jakarta, 21 Oktober 2012
kalo cinta tak harus memiliki, nggak akan pernah ada rasa cemburu.
wah keren curhatannya. sukses, udh mempengaruhi saya.
mdh2an diberikan pengalihan atau org yg lain yg "sehati"
Bisa menceritakan sesuatu yang seakan akan pembaca yang merasakan sendiri
You will find the best one , I wish
delapan strip garis tegak
hufffffttttttt
sekalinya tiarap bakal tetep tiarap
8-|