Pagi kembali menyambangi semesta, Mentari segera terbit dari timur menghangatkan seisi alam.
Embun masih belum kering menempel di pucuk-pucuk dedaunan, namun mawar di ujung taman bunga mulai membuka lembaran kelopak dari kuncupnya, segar dan mewangi bersanding dengan Melati yang semerbak membagikan aroma segar di pagi hari.
Orang-orang mulai sibuk untuk beraktivitas, para lelaki dewasa bersiap untuk kembali mencari nafkah untuk keluarga, para perempuan sibuk di dapur masing-masing dan para anak-anak bersiap untuk ke sekolah menimba ilmu.
Dan kehidupan juga nampak sudah terlihat di salah satu rumah yang berada di komplek perumahan elit itu.
Rumah mewah itu milik Devan 37 tahun seorang pengusaha sukses.
Devan nampak masih tiduran di ranjangnya, matanya awas memandangi seseorang yang duduk di sisi ranjangnya sibuk mengikatkan tali sepatunya.
Dia adalah Reza 25 tahun, seorang lelaki bayaran kelas elit, dia sudah sering datang ke rumah itu yang tentunya atas permintaan sang pemilik rumah.
"Malam ini kau membuatku puas..." Gumam Devan dengan senyum puas.
"Nanti jam sembilan kau sudah bisa cex rekeningmu yang sudah bertambah nominalnya.." Ucapnya lagi terlihat rilex lalu kembali menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya.
Selesai mengikat tali sepatunya Reza bangkit lalu menyambar jaket kulit dan mengambil kunci motor miliknya di atas nakas, sesaat dia melirik kearah Devan dan tersenyum manis, wajahnya nampak ceria di pagi ini.
"Thanks bebz, jika kau masih membutuhkan aku kau sudah tahu no yang harus kau hubungi, aku selalu standby buatmu?" Ucapnya sambil membuat sebuah kecupan dengan dua jemarinya yang di layangkan kearah Devan.
Lalaki di ranjang itu hanya membalas dengan senyuman samar.
"Oke aku pergi dulu bebz, selamat menikmati cutimu yah.." Katanya lagi sambil berlalu ke pintu.
"Tunggu.." Suara Devan menghentikan langkah Reza dia kembali menoleh
"Ada apa? Kau masih ingin ku puaskan di pagi ini?" Tanyanya sambil mengedip nakal pada Devan.
"Nanti sore kau boleh ikut ke pertemuan itu, nanti alamatnya ku smskan.." Ucap Devan, mata Reza nampak membelalak senang, tak menyangka Devan akhirnya mengundangnya
"Kau serius mengajakku?" Tanyanya masih tak percaya
"Tentu, ongkosnya nanti ku satukan dengan transferan uangmu, jadi kau berangkat sendiri, tidak apa-apa kan?"
"Tak masalah, ku pastikan aku segera meluncur kesana nanti sore.." Jawab Reza berbunga-bunga
"Yasudah kau boleh pergi sekarang, aku ingin istirahat.." Perintah Devan datar
"Siap bos.." Balas Reza sigap lalu segera keluar dari kamar itu, beberapa menit kemudia terdengar raungan suara mesin motor di luar rumah dan terdengar pergi menjauh..
***
Comments
Siang ini cukup terik, Matahari sudah berada cukup tinggi di atas langit sana.
Sebuah sedan meluncur dengan kecepatan tinggi di jalur tol cipularang dari arah Jakarta menuju arah Bandung.
Di dalamnya tiga orang laki-laki beda generasi nampak tenang dengan pikirannya masing-masing.
Di balik kemudi seorang pria paruh baya nampak begitu lincah mengendalikan setir kemudinya, namanya Imran Tanubrata 48 tahun, dia pemilik sedan itu.
Di samping Imran duduk seorang lelaki yang masih terlihat remaja, namanya Exel Hanggara 17 tahun, masih kelas tiga SMA, dia adalah kekasih Imran.
Exel nampak tertidur pulas menikmati perjalanan itu.
Sedang di jok belakang duduk Aldo Fernando, pria 25 tahunan ini terlihat asyik menikmati musik di earphonenya yang tersambung pada Ipod miliknya.
Aldo adalah kekasih Devan, pada awalnya dia akan berangkat bersama kekasihnya namun sepertinya Devan harus terlambat karena beralasan sibuk, sedangkan Aldo sudah siap berangkat dengan beberapa tasnya pagi tadi.
Akhirnya Aldo dengan sedikit kesal memilih menumpang pada Imran sahabatnya saja daripada mesti menunggu Devan yang memang selalu saja lelet dalam hal apapun.
Mereka berangkat dari Jakarta sekitar pukul sembilan pagi.
Tak ada percakapan dalam perjalanan itu, hanya sedikit basa-basi di awal perjalanan setelah itu mereka terdiam dengan pemikirannya masing-masing.
Sekitar pukul 12:30 akhirnya mereka tiba juga di Cipanas Bandung.
Tujuan mereka adalah Villa milik Imran yang berada di daerah Cipanas.
Setiap setahun sekali mereka memang melakukan reuni di sana, menikmati liburan selama seminggu bersama pasangan masing-masing, menikmati kebersamaan persahabatan mereka.
Ada lima anggota dalam ikatan persahabatan mereka yang sudah terjalin beberapa tahun itu.
Terdiri dari Imran, Aldo, Devan, Amrie dan Egie.
Imran, Aldo dan Devan tinggal di Jakarta sedangkan Amrie dan Egie asli dari Bandung, namun jarak tak menghalangi persahabatan mereka yang sangat intim.
Setelah melewati cukup proses Aldo dan Devan memutuskan pacaran, keduanya sama-sama memiliki ketertarikan, dan hubungan mereka di restui semua sahabat yang lain.
Walau itu adalah acara reuni persahabatan tapi setiap anggota di syahkan untuk membawa pasangan, teman atau siapa saja ke Villa itu, asal tak melebihi satu orang saja yang di ajak, jadi mereka bebas saja membawa teman atau pacar, seperti Imran yang kali ini mengajak Exel kekasihnya yang baru di pacarinya beberapa bulan itu.
Sedang Aldo biasanya selalu hanya datang berdua saja dengan Devan, dan entah Amrie dan Egie akan membawa siapa tahun ini.
Sedan berhenti di depan sebuah bangunan Villa yang cukup besar itu.
Imran segera membangunkan Exel dan memberi isyarat cowok manis itu untuk segera turun, yang langsung di turuti Exel.
Sedang dirinya sendiri beralih pada Aldo yang sepertinya ketiduran pula di jok belakang, perlahan Imran membangunkan Aldo.
"Do bangun, udah nyampe kita nih.." Panggil Imran pelan sambil menepuk-nepuk lengan Aldo, tanpa bersusah lelaki itu langsung tersentak bangun.
"Eh udah nyampe ya?" Tanyanya, matanya mengerjap karena silau cahaya mentari yang masuk.
Imran hanya mengangguk sambil tersenyum lalu segera menyusul Exel keluar dari sedannya, semenit kemudian Aldo keluar juga dari pintu belakang sedan.
Imran segera mengepak tas-tas mereka dari bagasi di bantu Exel, sedang Aldo sesaat berdiri mematung memandangi sekeliling Villa itu, menghirup udara segar pedesaan, dadanya terasa segar dan walau saat itu tengah hari tak terasa panas yang membuat gerah seperti di Jakarta sana, udara di sini terasa sejuk dan murni.
Berapa kalipun Aldo datang ke tempat ini dia selalu merasa nyaman dan betah, dia senang berada disini.
Saat mereka segera masuk ke dalam Villa, langkah mereka di hentikan oleh kedatangan sebuah sedan merah yang memasuki halaman Villa dan berhenti tepat di belakang sedan Imran, Aldo dan Imran tersenyum senang memperhatikan sedan merah itu mereka tahu siapa pemilik sedan itu, sedang Exel terbengong mengagumi betapa kerennya sedan itu.
Beberapa detik kemudian dari dalam sedan merah itu keluar seorang cowok tinggi berkulit putih, dengan kemeja kotak-kotak yang lengannya di lipat sesiku dan jeans membalut tubuhnya, kaca mata hitam bertengger menutupi kedua matanya.
Cowok itu melambai pada tiga orang itu sambil tersenyum ceria, setelah mengambil dua tas ranselnya dari bagasi dia lalu berjalan menghampiri Aldo cs.
"Sudah datang semua?" Tanya cowok itu pada Aldo.
Dia adalah Amrie Donovan 28 tahun, seorang pengusaha muda, bisa di bilang dia ini exekutif muda Bandung.
"Baru kita saja. Lo datang sendiri Rie?" Jawab Aldo dan balik bertanya matanya beberapa kali melirik kearah sedan Amrie siapa tahu masih ada yang keluar dari sana, namun sepertinya Amrie hanya datang sendiri seperti biasanya.
"Gue datang sendiri za.." Balas Amrie nyengir sambil mengangkat bahu.
"Apa lo yakin gak ada yang bisa lo ajak Rie? Pacar atau teman lo? Gue gak yakin seorang Amrie jomblo deh.." Ucap Aldo heran, cowok secakep Amrie kenapa selalu saja datang sendiri, kadang Aldo berpikir apa mungkin Amrie tak ingin mengenalkan pasangannya pada mereka?
"Gak ada, gue lagi menikmati kesendirian saja hehe.."
"Lo kebanyakan milih sih.."
"Bukan gitu, gue merasa belum ada yang cocok saja, dan kalian tahu gue juga tak cukup punya banyak teman jadi gak ada yang bisa gue ajak.." Kata Amrie beralasan
"Ya selalu itu alasan lo.. Terserah lo deh.." Balas Aldo pasrah, dan mereka pun tertawa.
"Gimana kabarmu Rie?" Imran ikut nimbrung.
"Baik Im, gimana kabar kalian juga?" Balas Amrie
"Alhamdulillah baik, ohya kenalin ini Exel.." Yang di kenalkan langsung mengulur tangan sambil tersenyum ramah pada Amrie yang langsung di sambut cowok itu.
Melihat begitu mudanya Exel yang sangat jauh berbeda dengan Imran, Amrie geleng-geleng kepala dan mengedip mata menggoda kearah Imran, pria paruh baya itu hanya tersenyum menanggapi godaan Amrie itu.
"Dia memang masih muda tapi dia mampu berpikiran dewasa dan berhasil menaklukan aku, aku bahagia bersama anak ini.." Katanya sambil memeluk Exel yang langsung menunduk malu, wajahnya memerah.
Melihat keromantisan itu Aldo dan Amrie saling pandang dan lalu tersenyum ikut merasa senang, mereka yakin Imran bersama Exel bukan karena nafsu namun ada cinta di antara mereka, Aldo dan Amrie bisa melihat itu dari gerak-gerik dan mata kedua orang beda generasi itu.
Jika cinta sudah bicara maka umur tak menjadi hambatan selagi mereka bisa bahagia.
"Ayo kita masuk.." Ajak Aldo lalu mendahului melangkah dan di ikuti yang lain, mereka segera masuk ke dalam Villa.
***
Aldo segera menyambut kekasihnya itu, membawakan tas milik Devan.
Mereka menempati kamar yang berada di lantai atas pula.
Rumah Villa milik Imran itu cukup besar dengan dua lantai, memiliki lima kamar dua kamar berada di lantai atas dan tiga kamar sisanya di lantai bawah.
Ada empat kamar mandi, dua kamar mandi berada di dua kamar utama sedang dua lagi ada di dekat dapur dan di lantai atas dekat tangga.
Ada kolam renang di belakang dekat kebun mini yang terlihat segar.
Villa itu sangat terawat, walau terlihat sudah cukup tua namun masih kokoh berdiri di lahan yang luas, pekarangannya juga cukup luas dengan bermacam tumbuhan serta bunga-bunga yang tumbuh subur dan terawat.
Harum bunga-bunga itu terasa sangat menyegarkan.
Di balik jendela tinggi ke beranda samping, pintu kaca dorong di tempatkan dengan begitu sempurna di dinding hingga nyaris tak terlihat.
Pegunungan tampak bagai lukisan dengan kabut menyelimuti segalanya.
Devan mendorong kaca, sesaat dia mematung memandangi pegunungan, ada rasa damai di dalam dadanya.
Sedangkan Aldo melanjutkan langkah terus ke kamarnya untuk menyimpan tas-tas milik Devan.
Setiap kamar di Villa ini sangat luas, dua kamar yang di huni Aldo dan Imran mempunyai jendela yang sangat besar mengarah ke bebukitan hijau.
Kamar-kamar itu sangat cantik dengan dominasi krem dan putih.
Ada sebuah tempat tidur King size, sebuah TV, sebuah sofa besar yang tampak nyaman beralaskan karpet tebal.
Hanya dua kamar utama itu yang mempunyai kamar mandi sendiri.
Beberapa menit kemudian Devan menyusul Aldo ke kamarnya, saat itu Aldo sedang merapikan barang-barang yang di bawa mereka.
Tanpa bicara sepatahpun Devan hanya mengambil handuk dan peralatan mandi dari tasnya lalu segera masuk ke dalam sebuah pintu yang berada di sudut ruangan.
Aldo hanya meliriknya tanpa bicara pula, dia masih kesal pada Devan soal tadi pagi.
by;@quarius, THANX.
ny;@quarius, THANX.
Suka sama ceritanya.