Part 1
Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan takut terhadap perusahaan.
Saat ini ada seorang mahasiswa yang kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ari, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwa Fakultas Teknik Industri pada sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota ini. Ari cukup lincah dalam bekerja. Pemuda itu pintar dan rajin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan manis sekali dan memiliki kulit putih bersih.
Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ari. Potongan tubuhnya padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 170-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ari.
Penampilan Ari memang lain dibandingkan dengan remaja lainnya. Ari lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat sehingga menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas. Sikap ari yang sedikit gumalai membuat para lelaki dipabrik itu sering menggoda ari, hanya sekedar bersuit bahkan ada yg pernah mencolek pantatnya.
Begitu pun dengan Tomi yang selalu mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ari. Hal ini tidak disadari oleh Ari karena dia lebih serius untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.
Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ari hanya sekedar menikmati pemuda tampan tersebut. Padahal dengan karyawata atau buruh pria yang lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh d keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada Ari, mahasiswa manis itu.
Comments
Sore hari itu ditemuinya Ari disebuah kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ari.
Namun, pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya kepada Ari berubah 180 derajat menjadi benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ari.
Dengan alasan selain perbedaan materi, juga usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun sedangkan Ari baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat Tomi yang tidak cocok dengan Ari. Seperti diketahui latar belakang Tomi adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. ari juga tidak suka badan seperti tomi, ari suka nya yang bersih, mulus, putih ala2 eksekutif muda.
Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ari.
Didalam hatinya tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ari. Dan diapun merencanakan akan berbuat sesuatu terhadap Ari, “Hmmm… tunggu tanggal mainnya sombong… puih !!!” batinnya.
******
Seminggu kemudian, pada sebuah Malam disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan mengendap-endap.
Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman.
“Sstt… sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada kawan-kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”, balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan nihh… udah pingin nyodok tuh boolnya ari”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr… semua pasti dapat tanda tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang kasih pelajaran tuh dia…”, lanjut Tomi.
Malam itu mereka memang tengah menghadang Ari pada suatu tempat didekat tempat kost Ari. Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ari. Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai lokasi penghadangan.
Ari memang lebih memilih untuk tinggal disebuah rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar.
Seminggu lamanya sejak Ari tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ari serta mengamati kegiatan-kegiatan Ari sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi d kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ari.
Hingga akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya.
“Nah itu dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah mereka berkumpul.
Sundul
Sundul
gelar tikar, siapin cemilan, ayo ts lanjutin..
nanggung nih....