It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
1. 4 Januari
cerita di bawah ini adalah fiktif, apabila terdapat kesamaan dengan peristiwa nyata, maka hanyalah kebetulan belaka.
cerita di bawah ini adalah asli dan merupakan hak milik penulis.
cerita di bawah ini mengandung materi yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
anda telah diperingatkan!!!
4 Januari 2009
"Mbak, Gogo dua.", pinta seorang pria pada wanita penjual di depannya.
"Eh Nara, bentar ya!", jawab mbak penjual.
Nara mengeluarkan telepon genggam dari sakunya, lalu menekan tombol merah.
"Pukul 16.48, dua belas menit lagi.", batin Nara.
"Nih Nara, semua sepuluh ribu rupiah.", kata mbak penjual seraya menyerahkan sekantong plastik berisi pesanan Nara.
"Ah, iya. Ini mbak, uangnya.", jawab Nara sambil menyerahkan selembar uang berwarna ungu.
"Makasih, ya.", ucap mbak.
"Duluan, mbak", pamit Nara sambil melangkah keluar.
Nara menghidupkan sepeda motornya dan meninggalkan tempat tersebut.
'Tik... Tik... Tik...'
Hujan mulai turun. Wajah Nara tampak gelisah. Ia mempercepat laju sepeda motornya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Nara menghentikan sepeda motornya didekat sebatang pohon besar yang rimbun.
'Tik.. Tik.. TrTrik.. Drass.. DrDrass...'
Nara berlari kecil menuju bangku berkanopi didepan pohon tersebut. Nara meletakkan helm dan belanjaannya lalu mengibaskan bajunya.
"Untung keburu, kalau tidak bakal basah.", gumamnya.
Nara mengeluarkan telepon genggam dari saku dan menekan tombol berwarna merah.
"Pukul 17:00, syukurlah!", batinnya dalam hati.
'Cklek'
Nara membuka segel Gogo dan meneguknya sedikit. Ia merubah posisi duduknya lalu menatap hujan dengan sendu.
Nara menekan tombol merah pada telepon genggamnya sambil menghabiskan isi kaleng Gogonya.
"Pukul 17:45.", baca Nara.
"Kamu pasti lupa lagi.", ucap Nara lemah.
Ia menoleh ke belakang kemudian menyentuh kata AN yang terukir ditengah pohon besar itu.
"Yang berikutnya pasti.", yakin Nara pada dirinya sendiri.
Nara beranjak meninggalkan tempat tersebut. Ia melangkah menuju sepeda motornya yang terparkir tidak jauh dari pohon tersebut. Ia berhenti sejenak disamping sepeda motornya lalu menoleh ke arah pohon tersebut.
4 Januari 2006
"Kamu lagi ngapain, Nara?", tanya seorang pria pada Nara.
Nara berbalik dan tersenyum lebar.
"Lihat, Kak!", kata Nara.
Nara menunjukkan ukiran AN yang baru diukirnya di pohon di depannya. Pria itu meneguk Gogo lalu tersenyum lembut.
"Nara sayang kakak!", ucap Nara lalu memeluk Pria itu.
4 Januari 2007
"Kakak mau pergi? Kakak mau tinggalin Nara?", tanya Nara sambil melempar kaleng Gogo yang berada di tangannya ke samping.
Lalu ia menatap pria di depannya.
"Bukan begitu, Nara. Kakak harus melanjutkan kuliah keluar kota.", jawab pria itu sambil berusaha menenangkan Nara.
"Bohong! Kakak ga sayang lagi sama Nara! Kakak mau tinggalin Nara.", balas Nara sambil menepis tangan pria itu.
"Nara, dengarin kakak dulu ya. Kakak sayang Nara. Tapi, kakak juga harus kuliah.", jelas pria itu.
Nara terdiam, ia menundukkan kepalanya kebawah, badannya gemetaran.
"Nara.. Nara..", panggil pria itu sambil meletakkan tangannya pada bahu Nara.
Nara mengangkat kepalanya. Matanya merah berair.
"Na..Na..ra aka..n tungg..tunggu, ka..kak dis..sini...", ucap Nara mulai terisak.
"Se..ti..a..p tan..ng..al h..ar..ri in..ii be..be..ru..lan g...", isak Nara.
Nara tidak mampu lagi membendung air matanya. Air matanya mulai mengalir membasahi wajahnya.
"Nara sayang kakak..", serunya dalam tangis sambil memeluk pria didepannya.
Pria itu hanya membisu dan menatap Nara dengan sedih. Ia membelai kepala Nara dengan lembut seperti yang biasa ia lakukan. Nara memejamkan matanya, ia merasa sangat nyaman dengan belaian pria itu. Namun, air matanya tetap mengalir.
4 Januari 2009
Nara menyentuh pipinya kemudian melihat tangannya
"Basah.", gumamnya dalam hati.
Ia mengusap wajahnya lalu memakai helmnya. Ia memandang kearah pohon itu lagi. Nara tertegun sejenak kemudian meninggalkan tempat itu dengan sepeda motornya.
"Mas, aku tinggal ya!", seru Nara sambil membereskan barangnya.
"Lho?! 5 menit lagi, Nara", jawab pria yang dipanggilnya heran.
"Ada urusan penting, absennya tolong ya!", teriak Nara.
"Eh.. Nara! Nara!", panggil pria itu.
Nara telah berlalu dari balik pintu sehingga pria itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pukul 17:03. Telat! Telat!", pikir Nara.
Ia meraih dua kaleng Gogo dari atas kasurnya. Lalu berlari keluar, menuruni tangga dengan cepat, menuju sepeda motornya, mengendarainya dan hilang dalam tikungan.
"Arya, ngapain kesini?", tanya seorang wanita pada pria disampingnya.
"Jalan-jalan Nita. Sudah lama aku ga pulang. Yah, sekalian bernostalgialah.", jawab Arya.
"Ya, apa harus ke tempat yang sepi kayak ini?", keluh Nita sambil mendekatkan tubuhnya ke Arya.
"Tenang, sayang. Aku kenal daerah sini. Kamu percayakan sama aku, kan?", ujar Arya sambil merengkuh punggung Nita dengan tangan kanannya.
"Iya, sayang. Aku percaya.", jawab Nita lalu tersenyum.
Arya dan Nita berjalan mendekati sebatang pohon besar yang rimbun.
"Arya, duduk dulu ya. Di sana ada bangku.", tunjuk Nita.
Arya menoleh ke arah yang ditunjuk Nita. Ia tampak terkejut.
"Arya! Halo! Arya!", panggil Nita sambil menarik tangannya.
"Ah.. Iya.. Iya..", jawab Arya terbata.
"Kamu kenapa?", tanya Nita heran.
"Ah, tidak. Ayo..", ajak Arya.
Nita melihat ada dua kaleng Gogo diatas bangku yang ditujunya.
"Arya, sepertinya ada orang yang baru duduk disini. Tapi, mana ya?", simpul Nita.
Arya tampak lebih terkejut kali ini. Nita yang tidak mendapat respon dari Arya menoleh melihatnya. Ia mendapati Arya yang seperti sedang melamun.
"Arya! Arya! Arya!", teriak Nita.
"Sayang, kamu kenapa?", tanya Nita sedikit cemas melihat pacarnya terdiam.
"Ti..dak, Sayang. Aku tidak apa-apa.", jawab Arya sambil menggenggam tangan Nita.
"Benar?", tanya Nita kurang yakin.
"Iya, duduk dulu.", tuntunnya ke arah bangku.
Arya mengelilingi pohon dibelakang bangku tersebut. Matanya menangkap empat kaleng Gogo utuh didekat pohon. Ia mengambil dan memperhatikannya satu per satu. Ada yang sudah kadaluarsa, ada yang tinggal sebentar dan ada yang masih lama. Ia melihat sekelilingnya dan menemukan ada sebuah sepeda motor terparkir tak jauh dari posisinya sekarang.
"Arya! Liat nih!", panggil Nita.
"Dipohonnya ada ukiran AN!", tunjuk Nita.
"AN, Arya Nita.", ucap Nita tertawa.
Tawa Nita terhenti melihat raut wajah Arya yang tampak tegang.
"Nita, pas kamu duduk tadi, bangkunya hangat ga?", tanya Arya serius
"Iya, sedikit..", jawab Nita sedikit takut dengan sikap Arya.
Arya celingak-celinguk melihat sekitarnya. Kemudian, ia kembali diam, berpikir tentang hal-hal yang baru saja dilihatnya.
"Tidak Mungkin.", desis Arya.
"Ada apa, Arya?", tanya Nita.
"Sejak kamu kesini, kamu jadi aneh.", komentar Nita.
"Ah.. Ngga, Tadi aku mau minum Gogo itu, tapi kayaknya punya orang. Kamu bilang bangku tadi hangat, kan? Tuh lihat, ada sepeda motor.", jelas Arya panjang lebar.
"Oh..", maklum Nita.
"Aku pikir kamu kesambet, bikin cemas aja. Lagian, sabar dong. Masa lihat Gogo saja ga tahan?", canda Nita.
"Kamu kan tau, aku suka sekali dengan Gogo.", respon Arya cepat.
@AwanGaga
sudah dilanjut..
gogo itu minuman bulir jeruk..
ini gambarnya..
ntar aku update lagi..
@AwanGaga
ga ada?
#garukgarukkepala
@deontosan
aku usahakan secepatnya soalnya online via hp..
#cheers