It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @yeltz @Different @yuzz
Royal Prince 1
Matahari telah menyembulkan wajahnya di balik ufuk timur, sinarnya yang hangat menyinari seluruh penjuru, menerobos masuk di sela-sela sebuah jendela kamar yang besar. Dibalik tirai jendela tersebut, tampak seorang pria muda sedang tertidur dengan pulasnya diatas ranjang megah bertahtakan naga di kiri dan kanan tiang penyangga ranjang. Pria muda tersebut bernama Edward.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu sebanyak tiga kali dari arah luar kamar, Edward yang masih lelap dalam tidurnya, mendengar suara ketukan pintu tersebut, tapi ia tak menggubrisnya, ia meraih bantal disampingnya, kemudian ia tutupkan pada ke seluruh wajahnya. Beberapa dayang istana dengan dayang Marie sebagai kepalanya, memasuki kamar Edward dengan menggunakan sebuah kunci yang selalu berada digenggaman Marie.
Dayang-dayang tersebut segera berpencar dan mengerjakan tugas masing-masing ketika mereka telah berada di dalam kamar.
Marie berjalan menuju jendela yang tertutup oleh tirai, dengan sekali sibakan, tirai itu pun tersibak dengan lebar, sinar matahari yang awalnya hanya dapat berada diluar jendela, kini pun menerobos masuk dengan bebasnya. Dibalik bantal yang menutupi wajahnya, Edward menyipitkan mata karena silaunya cahaya mentari pagi. Mau tak mau, ia pun membangunkan dirinya dari atas ranjang.
“dapatkah anda tidak menyibak tirai jendela terlebih dahulu?”protes Edward dengan nada menggerutu pada Marie yang berdiri tak jauh dari Edward,
“maafkan hamba pangeran, ini sudah menjadi tanggung jawab saya untuk membangunkan anda setiap paginya”ucap Marie seraya membungkukkan sedikit tubuhnya kepada Edward,
Edward pun terdiam, ia tidak dapat menyalahkan Marie sepenuhnya, karena ia tahu, itu adalah tugas yang diberikan oleh ayahnya kepada Marie. Dengan wajah bersungut-sungut, Edward turun dari atas ranjangnya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.
##
Para menteri dan juga negarawan, berjalan dengan rapi menaiki satu per satu tangga yang mengarah pada ruang pertemuan istana, setelah mereka menaiki tangga, memasuki ruangaan dan berada di tengah-tengah ruangan, mereka pun dengan segera duduk di kursi masing-masing yang terjajar dengan rapi di sisi kiri dan kanan singgasana agung. Tak berapa lama kemudian, Edward beserta beberapa beberapa pengikutnya, dan juga Alexander, seorang perdana menteri dan juga penasehat kerajaan memasuki ruang pertemuan, Edward segera duduk diatas singgsana agungnya, sedangkan Alexander, ia berdiri di samping Edward.
Para menteri dan juga negarawan berdiri serentak dan mengucapkan salam agung mereka untuk Edward, setelah dipersilahkan oleh Edward, mereka pun kembali duduk. Menteri-menteri dan juga negarawan, masing-masing membacakan hasil pemantauan terhadap daerah yang mereka kuasai, sebuah hal yang sangat menjemukan bagi Edward.
Di usianya yang masih terbilang sangat muda, yaitu 18 tahun, Edward sudah menggantikan posisi ayahnya sebagai seorang pangeran muda yang harus memimpin sebuah negara, ia sangat bosan dengan kehidupan istana yang menurutnya begitu saja.
Disaat pertemuan dengan para menteri dan juga negarawan usai, ia masih harus belajar ilmu tentang tata negara kepada Alexander, benar-benar sangat menjemukan dirinya. Sepanjang Alexander mengajar tentang ilmu tata negara, tak satupun perkataan dari gurunya itu yang masuk kedalam telinganya. Alexander hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari pangeran muda tersebut.
Kenny, seorang pengawal muda bertubuh tegap dan berwajah tampan yang di pilih oleh ayah Edward sebagai pelindung putranya, mengetahui bahwa majikan kecilnya tersebut sudah bosan, ia pun mengatur beberapa penari-penari istana untuk menarikan tari-tarian di sebuah paviliun yang berada tepat di depan ruang belajar.
Mendengar suara musik dan juga suara-suara nyanyian merdu dari para gadis-gadis penari istana, Edward sangat tertarik, ia pun bangkit berdiri dari bangku meja belajarnya dan berjalan menuju pintu. Dari pintu ruang belajar, ia melihat beberapa penari sedang menari-nari dengan indahnya didalam paviliun, dari mulut mereka bersenandung lagu merdu yang berartikan :
“air mengalir sangat indah
gunung-gunung terbentang dengan sangat gagah
matahari bersinar terang
bunga-bunga bermekaran dan berwarna-warni
siapa yang tak mengenal desa Ardellos
penduduknya sangatlah ramah
wanita nya sangat cantik nan lembut
pria nya sangat tampan dan perkasa
membuat siapapun yang mengunjungi desa Ardellos
akan selalu mengingat keindahan dan keramahan didalamnya”
Edward segera mengunjungi tempat dimana Alexander berada, dari tatapan mata yang ditangkap oleh Alexander, Edward sangat antusias mendengar semua yang di ceritakan oleh para penari-penari istana melalui lagu yang baru saja di dengarnya,
“guru”
“ya”
“apakag desa Ardellos benar-benar sangat indah seperti yang dikatakan oleh penari-penari tersebut?”
Alexander menggangguk kecil, kedua sudut bibirnya menyungging senyuman manis,
“ya...desa Ardellos memang benar-benar sangat indah, karena keindahannya itulah membuat para pujangga dimasa lampau menyebutnya sebagai surga duniawi”
Edward terduduk di kursi belajarnya dengan mata berbinar sambil mendengarkan cerita-cerita dari Alexander mengenai desa Ardellos, terlintas dibenaknya untuk keluar dari istana dan mengunjungi sejenak desa yang telah menjadi legenda di dalam hatinya itu. Ia sudah bosan dengan pemandangan didalam istana yang setiap hari menjadi tempat tinggalnya.
##
“apakah tuanku sudah memikirkannya dengan mantap tentang rencana tersebut?”tanya Kenny sedikit resah,
Edward mengangguk dengan mantapnya, “ya...aku sudah memikirkannya dengan matang selepas jam pelajaran tadi”
“lalu...bagaimana jika hal ini diketahui oleh ibunda ratu?”
Edward memicingkan matanya terhadap Kenny,
“aku hanya pergi untuk sebentar saja, tidak untuk waktu yang lama”tukas Edward, “mengapa kau membawa-bawa ibuku?”
Kenny dengan sigap berlutut dan menundukkan kepalanya di hadapan Edward,
“hamba pantas mati tuanku”
Melihat sikap Kenny yang seperti itu, Edward pun menghela nafasnya,
“sudahlah, bangkitlah berdiri”
Kenny pun perlahan-lahan membangkitkan dirinya, tapi masih tetap dengan kepala yang tertunduk, Edward yang melihatnya sangatlah gusar, ia pun kembali memerintahkan Kenny untuk mengangkat kepalanya.
Sejujurnya, Edward tidaklah menganggap Kenny sebagai pengawalnya, melainkan seorang kakak yang melindunginya, tetapi karena terpaut perannya sebagai seorang pangeran yang memerintah negara, ia pun berusaha menepis perasaan tersebut.
Kenny telah mengawali Edward selama kurang lebih 15 belas tahun. Kenny masih ingat betul, ketika untuk pertama kalinya, raja agung yang tak lain adalah ayah dari Edward, memintanya untuk menjadi penjaga Edward yang saat itu masih berusia 7 tahun, disaat itu juga, Kenny baru berusia 10 tahun. Sikap Edward yang sewaktu kecil mudah akrab dengan setiap orang, tidaklah membuat Kenny canggung berlama-lama.
Seolah mendapat teman bermain baru, Edward segera menggandeng tangan Kenny untuk ikut bermain dalam permainan yang sedang ia mainkan.
“mengapa kau mematung dihadapanku?”tanya Edward yang membuyarkan lamunan Kenny
“maafkan hamba tuanku”
“apa yang sedang kau pikirkan?” Edward menekuk kedua alis matanya,
Kenny menjadi salah tingkah, ia merasakan bahwa wajahnya sedikit memerah, ia pun menundukkan kepalanya dan berusaha memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Edward,
“hamba...hamba...”
“apa?”
“hamba memikirkan bagaimana cara membawa tuanku untuk keluar dari istana”
Wajah Edward yang semula muram karena sikap Kenny yang menurutnya aneh, kini berubah menjadi berbinar-binar, ia pun berjalan mendekati Kenny,
“benarkah? Apakah sudah kau temukan caranya?”
Dengan ragu dan sedikit malu, Kenny memberanikan diri menatap wajah Edward dengan jarak yang cukup dekat, ia pun kemudian menggelengkan kepalanya, membuat Edward secara sengaja menendang kaki nya.
Edward kembali pada tempat duduknya dengan mulut yang di penuhi ucapan-ucapan tidak jelas, Kenny sudah terbiasa menghadapi sikap Edward yang sangat manja jika tidak mengurus masalah kenegaraan, jadi, sikap Edward pada saat itu, bukanlah suatu keanehan lagi bagi Kenny, melainkan sebuah kebiasaan yang sering terlihat oleh Kenny selama 15 tahun ini.
##
Hari telah berganti, Edward harus kembali ke aktivitas sehari-harinya, para negarawan dan juga para mentri telah memenuhi ruangan pertemuan, tempat dimana mereka harus melaporkan kepada Edward tentang pemantauan terhadap setiap bagian teritorial negera yang mereka kuasai.
Dengan diiringi Kenny dan juga Alexander, serta tampangnya yang terkesan lesu, Edward pun memasuki ruangan pertemuan, dan kembali duduk diatas singgasana agung. Satu per satu dari para mentri dan negarawan itu, membacakan hasil pemantauan dan memberikan laporan pada Edward melalui Alexander.
Selama para mentri membacakan laporan mereka, Edward tampak bosan, ia pun mengeluarkan sebuah kotak dari dalam jas yang dikenakan. Ketika tutup kotak terbuka, seekor jangkrik yang menjadi peliharaan Edward selama ini, lepas.
Jangkrik itu melompat ke atas meja, lalu melompat lagi ke pakaian seorang prajurit yang berdiri dengan tegak di kanan singgasana Edward. Hal itu menjadi gunjingan para mentri yang sedang duduk didalam ruangan pertemuan. Edward tertawa kecil ketika melihat jangkrik peliharaannya itu menempel di pakaian prajuritnya.
##
“anda seharusnya tidak berbuat seperti itu ketika rapat antar mentri sedang berlangsung”ucap Alxander
Edward menopang dagunya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang bolpoint dan mencoret-coret buku yang ia gunakan untuk menulis catatan yang diberikan oleh Alexander,
“mentri-mentri itu sangatlah membosankan”jawab Edward seadanya,
Alxander berdeham sejenak, lalu ia melanjutkan kata-katanya, “jika anda tidak merubah sikap anda dari sekarang, bagaimana penilaian para mentri terhadap anda, anda akan tidak di hormati oleh mereka”ujar Alexander mengingatkan,
“semenjak aku menggantikan posisi ayahku, mereka sudah tampak tidak menghormati aku dan meremehkanku”
“jika anda dapat merasa seperti itu, tidakkah lebih baik anda mencoba untuk memperbaiki sikap anda dari sekarang?”
Edward menatapi Alexander menggunakan sudut matanya, melihat Alexander tampak muram melihat gaya bicaranya, ia pun menurunkan tangan kirinya yang sedang menopang dagu dan membenarkan posisi duduknya,
Edward menghela nafas sejenak,
“lalu, menurut anda, bagaimana aku harus merubah sikap?”
“sikap dapat terbentuk seiring berjalannya usia, anda bukan lagi seorang pangeran kecil yang masih berlari-lari di halaman aula istana, anda kini telah menjadi seorang pangeran yang kelak akan di sorot oleh dunia”
Edward menyimak dengan serius setiap perkataan yang keluar dari mulut Alexander, ia menyadari bahwa apa yang di katakan oleh Alexander itu adalah benar, ia bukan lagi seorang anak kecil yang berlari-lari dan menangis ketika terjatuh, ia telah beranjak dewasa, dan ia memikul sebuah tanggung jawab yang cukup besar di pundaknya, ia sudah di lahirkan dan di takdirkan untuk memimpin sebuah negara dan rakyat.
“baiklah, aku akan mencoba untuk merubah sikapku”jawab Edward, meskipun ia tahu bahwa itu sangatlah susah untuk di lakukan.
##
Malam itu cahaya rembulan di luar jendela sangatlah indah, bulan berbentuk penuh menggantung dengan sempurna di langit gelap. Cahaya nya yang lembut membawa kedamaian bagi setiap insan yang menatapnya, begitu pula dengan Edward, ia menopang kepalanya dengan kedua tangan dengan posisi kepala menengadah keatas dan menatapi rembulan, disaat itu, ia teringat akan desa Ardellos, ia pun memanggil Kenny yang berjaga diluar kamarnya, untuk masuk kedalam kamarnya,
“hamba tuanku”
“duduklah”pinta Edward, Kenny tidak memberanikan diri untuk langsung duduk diatas kursi karena ia menyadari dirinya hanyalah seorang pengawal, dan merasa tak layak,
“apakah kau tidak lelah untuk berdiri sepanjang hari?”gerutu Edward,
“maafkan hamba tuanku, ini adalah tugasku”
Edward pun menyerah, ia pun membiarkan Kenny untuk tetap berdiri dihadapannya, sementara dirinya telah mengambil posisi duduk tepat di hadapan Kenny,
“apakah kau masih ingat tentang desa Ardellos yang di ceritakan oleh Alxander?”
“ya tuanku”
“besok aku ingin kesana”
Kenny mengangkat kepalanya yang tertunduk, belum sempat ia berucap, Edward terlebih dahulu memotong jatah bicaranya,
“jika kau tak ingin membantuku, tak masalah, aku akan keluar istana seorang diri”ujar Edward seraya menyeruput teh hangat yang berada di hadapannya.
##
Seperti biasanya, pagi-pagi sekali Merie telah mengetuk pintu kamar Edward, setelah itu, ia pun membuka kamar Edward. Betapa terkejutnya Marie ketika ia mengetahui bahwa Edward tidak berada didalam kamarnya, ranjang Edward yang megah itu tampak rapi tidak seperti biasanya yang tampak berantakan, Marie pun segera berjalan keluar kamar untuk menemui Alexander. Mendengar hal tersebut, Alexander sedikit tidak percaya, ia pun memutuskan untuk memastikan sendiri tentang apa yang diberitahukan oleh Marie, Alexander berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju kamar Edward.
Dari ambang pintu, ia melihat kamar Edward tampak lengang, ranjang tampak rapi. Merasa ada yang tidak begitu beres, Alexander pun segera menuju paviliun barat untuk bertemu dengan ratu Victoria yang tak lain adalah ibu kandung dari Edward sendiri.
Ratu Victoria bersama dengan beberapa pengikutnya, memasuki aula, ketika itu seluruh orang termasuk Alexander yang berada didalam ruangan, membungkukkan badan mereka untuk memberikan hormat kepada sang ratu. Ketika Victoria telah duduk di singgasana agungnya, ia pun memerintahkan seluruhnya untuk menegakkan kembali tubuh mereka,
“aku telah mendengar kabar jika pangeran menghilang, bagaimana tanggapan anda sebagai perdana menteri yang juga menjabat sebagi guru bagi putraku”ujar Victoria dengan nada bicara yang tegas namun berkesan dingin,
Alexander dengan segera membungkukkan badannya,
“maafkan hamba Yang Mulia, hamba lalai dalam menjalankan tugas hamba untuk mendidik pangeran”
“maaf? Apa kau pikir hanya dengan sebuah kata maaf kau dapat membersihkan kesalahanmu?”
“hamba patu mati Yang Mulia”
“kau memang patut di hukum mati karena tidak becus untuk mengajar pangeran”hardik Victoria yang membuat ruangan aula berlomba-lomba memantulkan suaranya,
“apa kau tahu pangeran menghilang karena apa?”lanjut Victoria sembari menaikkan kedua alisnya yang tebal dan indah tersebut,
Alexander mengerutkan keningnya, ia berusaha menerka-nerka kemana Edward pergi, tiba-tiba saja ia teringat akan antusiasnya Edward ketika ia bercerita mengenai desa Ardellos, ia pun mencoba untuk mengutarakan apa yang berada didalam pikirannya tersebut, tanpa ia sangka-sangka, Victoria menjadi sangat marah,
“pangeran masih sangat belia, rasa keinginan tahunya masih sangat tinggi, dengan kau bercerita mengenai desa Ardellos, ia pasti akan menunaikan hasratnya untuk mendatangi tempat tersebut”
“apakah kau tidak tahu bahwa pangeran adalah pemimpin negara ini, dan apakah kau tidak tahu jika nyawa pangeran lebih berharga dari apapun? Bagaimana jika diluar sana ia dilukai oleh orang-orang jahat? Atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, apakah kau mau bertanggung jawab atas semua kecerobohanmu ini?”
“hamba mengaku salah Yang Mulia, hamba pantas untuk di hukum mati”
Victoria tampak sangat berang, namun ia berusaha mengatur amarahnya, ketika amarahnya perlahan-lahan mulai mereda, ia pun kembali melanjutkan kata-katanya,
“kau ku beri waktu selama satu bulan untuk menemukan pangeran, jika kali ini kau lalai dalam menjalankan tugas, maka jangan pernah menyalahkanku jika kepalamu menggelinding di atas tanah”
“hamba mematuhi perintah Yang Mulia”
Victoria pun turun dari atas singgasana, seisi aula pun kembali membungkkukan tubuhnya untuk memberi penghormatan kepada sang ratu, hingga sang ratu tak tampak dari pandangan mereka.
##
Singgasana agung tempat dimana setiap harinya Edward duduk dan mendengarkan laporan-laporan dari para mentri, kini tampak lengang, hal ini menjadi gosip yang dengan cepat menyebar ke seluruh mentri dan negarawan serta berbagai kalangan pekerja didalam istana, Alexander terus menerus memutar otaknya untuk mencari cara menemukan keberadaan Edward, ia juga mengarahkan sebagian prajurit untuk menuju desa Ardellos demi menemukan sang putra mahkota.
##
lanjut
Ngarang bgt gw ~(˘⌣˘~) (~˘⌣˘)~
Hhhehhe
Seru nech cerita, ∂î tunggu Ɣª up ϞƴƋ !
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @yeltz @Different @yuzz
@revian97 @nak_alone @Dhika_smg @kurokuro
Royal Prince 2
Perjalanan menuju desa Ardellos dari istana, memakan dua hari perjalanan, Edward beserta Kenny, pengawal yang selalu setia menemaninya itu, menuju daerah tersebut menggunakan sebuah kereta kuda yang Kenny pinjam dari sebuah peternakan yang letaknya berada tak jauh dari istana.
Kereta kuda tersebut tidak tampak mewah seperti kereta kuda yang dimiliki oleh kerajaan, hal itu bertujuan untuk menghindari mudahnya penemuan dari prajurit kerajaan.
Selama di dalam perjalanan, Edward tak henti-hentinya memandangi bukit-bukit yang terhampar luas sejauh matanya memandang, senyuman lebar tak henti-hentinya terpancar dari wajahnya yang sangat tampan tersebut.
“ternyata dunia luar itu sangat indah ya”ucap Edward pada Kenny, Kenny menjawab hanya dengan sebuah anggukan.
Kenny seolah ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh majikan kecilnya tersebut,
“apakah tuanku senang setelah keluar dari dalam istana?”tanya Kenny yang menjadi pengemudi kereta kuda,
“ya...sangat senang sekali, istana tidak dapat dibandingkan dengan dunia luar yang indahnya benar-benar alami”ujar Edward dengan antusias,
“aku ikut senang jika tuanku merasa senang”ucap Kenny,
Edward merangkul tubuh Kenny dari arah belakang sebagai ucapan rasa terima kasihnya karena telah membantunya untuk keluar dari dalam istana, perlakuan yang sangat tak biasa itu, membuat Kenny merasa malu dan merasa tak pantas karena status Edward,
“hamba adalah seorang pengawal, mengapa tuanku mau untuk memelukku? Apakah tuanku tidak merasa malu?”
“untuk apa aku malu, aku memelukmu karena kau adalah pengawal terbaik untukku”
Kenny tersenyum kecil mendengar ucapan yang keluar dari mulut Edward, Kenny benar-benar merasa sangat malu karena merasa di istimewakan oleh Edward.
Di tengah perjalanan, Edward tertidur karena kelelahan, karena udara di luar kereta sangatlah dingin, Kenny pun memberhentikan kereta untuk menyelimuti tubuh Edward dengan mantel.
Pada saat kereta berhenti ditengah hutan belantara dan Kenny masuk kedalam kereta untuk menyelimuti tubuh Edward dengan mantel, sayup-sayup Kenny mendengar suara langkah-langkah kaki yang berusaha mendekat, ia pun mengintip dari balik jendela yang terdapat didalam anjungan kereta.
Tampak beberapa bandit hutan berjalan sambil mengendap-ngendap mendekati kereta, ditangan mereka tergenggam senapan dan juga pisau belati yang di gunakan untuk menyerang.
Kenny pun mengeluarkan sebuah pistol kecil berlambang kerajaan yang ia selipkan di dalam saku celananya, pistol itu siapkan untuk berjaga-jaga dikala bahaya menerjang, karena yang ia bawa adalah pangeran pemimpin negara.
Selesai menyelimuti Edward dengan mantel, Kenny menggenggam pistol tersebut dengan erat ia pun perlahan-lahan beranjak dari sisi tubuh Edward dan bersembunyi dibalik tirai penutup anjungan kereta, ia beranjak perlahan karena tak ingin membuat Edward terjaga dari tidurnya.
Sebuah ujung senapan tampak menyelinap di balik tirai anjungan kereta, Kenny tampak mengikuti gerakan tirai anjungan yang tersibak guna membuat para bandit itu tidak melihat keberadaannya, ketika ujung senapan yang di kerahkan semakin berusaha membuka tirai anjungan kereta terbuka lebar, Kenny mengambil tumpukan pakaiannya yang berada tak jauh dari tempat ia berada, disaat salah seorang bandit yang mencoba masuk kedalam anjungan itu tampak, Kenny segera menarik senapan dan juga bandit itu masuk kedalam kereta, dengan tumpukan pakaian yang ia ambil dan ia tempelkan pada perut bandit, Kenny melepaskan tembakan berulang-ulang, membuat bandit tersebut kehilangan nyawa seketika.
Biarpun Kenny berusaha untuk meredam suara letupan dari pistol yang ia tembakkan ke arah bandit, ternyata suara letupan itu terdengar oleh Edward, ia pun terjaga dari tidurnya dan tersentak kaget ketika melihat tubuh dan tangan Kenny di penuhi oleh darah segar belum lagi mayat dari bandit yang tergeletak diatas anjungan kereta.
Kenny segera mengisyaratkan kepada Edward untuk tenang dan diam, ia juga mengisyaratkan pada Edward bahwa di sekeliling mereka sekarang ini sedang ada beberapa orang yang mengepung.
Wajah Edward tampak tegang, jantung nya berdegup kencang, peluh sebesar butiran jagung terus menerus mengalir dari tubuhnya. Dengan menggunakan kakinya, Kenny menendang mayat bandit yang baru saja ia tembak itu keluar dari dalam anjungan, otomatis tembakan dari senapan yang digenggam oleh bandit-bandit dari luar kereta membanjiri anjungan.
Kenny dengan segera mendekap tubuh Edward, setelah di dekap, ia segera merundukkan tubuh Edward dan juga tubuhnya pada lantai anjungan kereta. Edward mendekap erat tubuh Kenny, ia sangat ketakutan, di saat itu ia benar-benar menyesali dengan keputusannya untuk keluar dari dalam istana, ia juga tak menyangka bahwa dibalik keindahan dunia luar terdapa bahaya yang sewaktu-waktu dapat menyerang dirinya maupun Kenny.
Satu per satu dari bandit-bandit itu menyerang anjungan kereta, tapi satu per satu dari mereka dengan lincah dan sigap di lumpuhkan oleh Kenny. Setelah satu per satu mereka di lumpuhkan, Kenny segera memacu kuda dengan kecepatan tinggi. Membuat Edward yang berada didalam anjungan kereta terpelanting didalamnya.
##
Kereta kuda berhenti tepat di pinggiran sebuah sungai yang airnya mengalir dengan sangat deras, Kenny lebih dulu turun dari atas kereta dan setelahnya membantu memapah Edward untuk turun dari atas kereta.
Wajah Edward tampak pucat pasi karena kejadian yang seumur hidupnya belum pernah ia alami. Kenny membopong Edward hingga pangeran muda itu terduduk dan bersandar pada sebuah batu besar di pinggiran sungai, ia juga membantu Edward yang tampak shock untuk melepaskan sepatu, dan membasuh tangannya yang berlumuran darah.
“tuanku”panggil Kenny
Edward menoleh bagaikan robot, ia menatap Kenny, dari sorot matanya yang tertangkap oleh Kenny, ketakutan yang teramat masih terbesit dibenaknya,
“apakah anda tidak apa-apa?”
Edward tertegun sejenak, kemudian ia menggelengkan pelan kepalanya,
“aku tidak apa-apa”
“syukurlah kalau tuanku tidak apa-apa”
Edward dengan tiba-tiba melepaskan pegangan tangan Kenny yang pada saat itu membasuh tangannya, ia meraih tubuh Kenny dan didekapnya, tiba-tiba saja rasa shock itu berubah menjadi tangis yang memecah keheningan tepian sungai.
Kenny terdiam, ia membiarkan dirinya untuk dipeluk dan dijadikan sandaran bagi Edward meluapkan tangis,
“terima kasih”ucap Edward di sela-sela isakan tangisnya,
Kenny memberanikan dirinya untuk menangkupkan kedua lengannya, hingga ia pun membalas pelukan dari Edward, lalu ia juga mengusap-usap punggung Edward,
“tuanku, semuanya sudah berakhir, tidak ada lagi yang perlu di takutkan”
Perlahan-lahan, tangisan Edward mereda, ia pun melepaskan pelukannya terhadap Kenny, ia juga berusaha mengusap-usap sisa-sisa goresan air mata yang menggores wajahnya dengan lengan baju yang ia kenakan,
“ternyata dunia luar tidak seindah yang ku bayangkan”ucap Edward diiringi suara sesenggukan
Kenny tersenyum kecil,
“tuanku, dunia ini sangatlah besar dan luas, berbagai macam orang dengan berbagai macam sifat memenuhi dunia ini, tapi tuanku tidak perlu khawatir, ada aku disamping tuanku, tuan akan tetap aman”
Keduanya pun membasuh anggota bagian tubuh mereka masing-masing, mereka juga tidak lupa membersihkan sisa-sisa darah dari bandit yang masih menyisa di anjungan kereta, setelah bersih, mereka pun melanjutkan perjalanan.
##
Setelah menempuh perjalanan panjang, Edward dan juga Kenny telah sampai di sebuah desa yang menjadi tujuan mereka, yaitu desa Ardellos.
Sesampainya disana, mereka terlebih dahulu mencari penginapan untuk mereka beristirahat. Karena hari itu bertepatan dengan perayaan festival tahunan, maka semua kamar yang berada didalam penginapan terbaik di desa Ardellos hampir semuanya penuh, hanya menyisakan sebuah kamar, mau tak mau Edward pun mengambil tersebut.
Dari luar jendela kamar, Edward mendengar suara orang-orang yang sangat ramai dan juga suara-suara musik merdu yang belum pernah ia dengar sebelumnya, setelah meletakkan barang-barangnya, Edward segera mengajak Kenny untuk menyaksikan perayaan tahunan yang pengunjungnya telah memadati koridor depan penginapan.
Mata Edward tak henti-hentinya menatapi atraksi-atraksi yang sedang berlangsung di hadapannya. Menurut Edward, itu adalah atraksi yang sangat menarik yang tak dapat ia temui didalam istana kerajaan, Edward juga tak lupa bertepuk tangan dengan riangnya, karena terlalu riang, ia sampai melupakan status nya sebagai seorang pangeran yang memimpin rakyat-rakyat yang berada di sekelilingnya.
Tak berapa lama kemudian, perayaan tahunan dan juga atraksi-atraksi didalamnya telah usai, kerumunan rakyat pun berpencar untuk kembali ke tempat tinggal mereka masing-masing, Edward merasa sangat kecewa,
“mengapa bubar? Apakah tidak ada lagi pertunjukan yang seperti tadi?”tanya Edward pada Kenny,
“pertunjukan rakyat ini berlangsung hanya setahun sekali dan memakan waktu yang tak begitu lama”jelas Kenny,
Edward tampak kecewa, tapi ia segera menepis rasa kekecewaan itu dengan mengajak Kenny untuk mengelilingi desa yang sangat indah itu. Merasa sedikit lapar, Edward pun memutuskan untuk mencari makanan yang dijual di pasar-pasar.
Semua makanan yang di jual di pasar tampak sangat menggiurkan, Edward berkali-kali menelan ludahnya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membeli dua buah roti kukus yang wanginya sangat menggugah selera, satu buah roti kukus ia berikan untuk Kenny, dan satunya lagi untuknya.
Karena merasa sudah sangat lapar, keduanya pun menyantap roti kukus tersebut sembari duduk di sebuah mimbar toko tua yang sudah tak difungsikan lagi oleh pemiliknya.
“wah...aku tak pernah menyantap roti kukus seenak ini”puji Edward dengan antusias, bagai orang yang kelaparan, ia menyantap roti kukus itu dengan sangat rakusnya,
“koki istana sungguh bodoh, ia tidak pernah bisa membuat persis roti kukus seenak ini”
Kenny hanya tersenyum mendengar celotehan Edward, baginya, roti kukus yang berada dipasar adalah makanan yang sudah biasa ia makan, tapi bagi Edward makanan itu lebih enak daripada makanan yang setiap hari disajikan didalam istana. Kenyang menyantap roti kukus, Edward kembali memilih beberapa makanan kecil yang ia bagi juga untuk Kenny.
Karena penampilannya yang tidak seperti penduduk sekitar dan juga wajah keduanya yang tampan, menjadikan Edward dan juga Kenny sebagai bahan pandangan bagi setiap kaum hawa yang berlalu lalang, ada pula beberapa kaum adam yang mencuri-curi pandang kepada mereka berdua.
##
“ah....lelah sekali”ucap Edward ketika ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang penginapan yang sangat empuk,
“sudah malam, sebaiknya anda segera beristirahat, karena besok kita akan kembali ke istana”ujar Kenny sembari menggelar selimut tambahan dari dalam lemari yang tersedia didalam penginapan diatas lantai,
“siapa bilang aku ingin kembali ke istana secepat itu?”
“jadi?”
“aku masih ingin bermain beberapa hari disini”gumam Edward,
“tapi...tuanku?”
“aku tak memaksamu untuk menemaniku, jika kau merasa bosan, kau boleh kembali terlebih dahulu ke istana”Edward memalingkan wajahnya dari Kenny,
Kenny menghirup nafas dalam-dalam dan ia lepaskan sembari mengangkat kedua alisnya, ia pun tak dapat mengelak permintaan majikannya tersebut.
Selesai menggelar selimut sebagai alasnya untuk tidur, Kenny pun membaringkan dirinya diatas selimut tersebut. Kenny mendengar suara deritan dari per ranjang, tak berapa lama, ia melihat wajah Edward yang sangat imut dan tampan itu tersembul dibaliknya,
“apa yang kau lakukan dibawah sana?”tanya Edward,
“hamba sedang bersiap untuk tidur tuanku”
“ranjang ini sangat besar, mengapa kau tak membaringkan dirimu disampingku?”
Kenny membangkitkan tubuhnya dan duduk dengan kepala tertunduk,
“hamba hanya seorang pengawal rendah, hamba tidak layak untuk tidur ataupun satu ranjang dengan tuanku”
Edward mengerutkan kedua alisnya,
“disini bukanlah istana yang dipenuhi oleh aturan-aturan yang bersifat mengekang, disini adalah Ardellos, dan aku disini adalah rakyat jelata, bukanlah pangeran penunggu singgasana agung”
“tapi...bagaimanapun tuanku adalah seorang pangeran”
Edward tak menggubris ucapan Kenny, ia tampaknya sedikit kesal, ia pun tak lagi berbicara dengan Kenny, ia segera membaringkan dirinya diatas ranjang dengan posisi membelakangi Kenny. Kenny hanya terduduk diatas lantai sambil mencuri-curi pandang pada punggung Edward yang sangat lekuk.
Kenny pun menyerah, ia lebih memilih menuruti perintah Edward, daripada keesokan harinya Edward tidak akan berbicara sama sekali dengannya.
Perlahan-lahan ia bangkit dari duduknya di atas lantai, dan dengan perlahan-lahan pula ia membaringkan dirinya disamping Edward, sebelumnya, ia tak lupa menyelimuti tubuh Edward dengan selimut, agar tubuh sang pangeran terhindar dari serangan hawa dingin.
“selamat malam dan selamat tidur tuanku”salam Kenny,
“selamat malam dan selamat tidur juga Kenny”balas Edward dengan lembut, karena keinginannya telah dipenuhi.
##
Pagi-pagi sekali Kenny terbangun dari tidurnya yang lelap, ia melihat Edward yang masih terlelap dalam tidurnya dan berada di sampingnya, untuk sejenak ia memberanikan diri untuk menatapi wajah Edward.
Menurut Kenny, wajah Edward yang sedang terlelap bagaikan wajah seorang bayi yang sedang tertidur, sangat polos nan lembut. Baru kali ini ia berani menatapi wajah Edward secara keseluruhan, sebelumnya ia hanya mencuri-curi pandangan terhadap Edward.
Ia ingat betul bagaimana untuk pertama kalinya ia bertemu dan mengenal Edward. Pada masa itu, Kenny baru saja menginjak usia 10 tahun. Waktu itu ia diajak oleh ayahnya yang merupakan kerabat dekat dari raja Orlando untuk memasuki istana karena ada sebuah masalah yang ingin di rundingkan.
Tanpa sepengetahuan oleh ayahnya yang asik berbincang-bincang dengan sang raja, Kenny pun beranjak keluar dari dalam ruangan karena merasa bosan dengan pembicaraan kedua orang dewasa yang menurutnya membosankan.
Istana yang begitu luas dan begitu megah membuatnya kesulitan untuk menemukan jalan keluar. Setelah menyusuri dan bersembunyi-sembunyi dari pantauan prajurit-prajurit kerajaan yang berlalu lalang, Kenny pun sampai pada sebuah taman yang terletak di belakang istana.
Taman itu adalah taman yang sangat indah yang pernah di lihat olehnya. Tak ada satupun taman di negerinya yang dapat menyerupai keindahan taman istana, berbagai macam bunga dengan beraneka ragam warna, tumbuh dengan indah disana, pohon-pohon yang rimbun sengaja ditanam untuk tempat berteduh ketika matahari sedang meninggi.
Ditengah-tengah taman terdapat sebuah kolam yang dinding kolamnya terbuat dari batu pualam, dan juga sebuah air mancur yang menghiasi kolam.
Kenny mendekati kolam air mancur tersebut, dilihatnya ikan-ikan berwarna keemasan bermain-main didalam air dalam jumlah yang banyak.
Di balik keheningan taman istana, sayup-sayup Kenny mendengar suara langkah-langkah kaki, ia pun mencoba untuk bersembunyi dibalik pohon besar yang berada disana. Di lihatnya seorang wanita anggun nan cantik memasuki area istana beserta pengikut-pengikutnya, lalu di samping wanita cantik tersebut terdapat seorang bocah laki-laki, ditangan bocah tersebut tergenggam buah persik ranum.
Karena tak begitu memperhatikan langkahnya, bocah tersebut tersandung, sehingga buah persik di tanganya terjatuh, kotor dan tak dapat di makan lagi, wanita cantik itu dengan gesit berjongkok untuk membantu bocah tersebut untuk bangun dibantu dengan beberapa pengikutnya, dengan tangan nya yang lembut, ia membersihkan sendiri kotoran debu dan juga tanah yang menempal pada pakaiannya bocah laki-laki tersebut.
Bocah itu tidak menangis, tapi ia terus menerus menatapi buah persik yang kini telah kotor oleh debu dan tanah. Berulang kali wanita cantik itu membujuk bocah tersebut untuk kembali, tetapi bocah tersebut tidak menggubrisnya, ia tetap berdiri sambil menatapi buah persiknya.
Wanita cantik itu pun tampaknya mengalah, ia membiarkan bocah tersebut berada di dalam taman dengan seorang gadis belia pengikutnya untuk menemaninya, setelah itu wanita cantik itu berlalu. Kenny beringsut-ingsut memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya dibalik pohon, ia berjalan menuju bocah tersebut.
Kedua insan itu menatapi Kenny yang berjalan semakin mendekat ke arah mereka, sebelum mendekat, Kenny terlebih dulu merogoh saku celananya, dari dalam saku celananya, ia mengeluarkan sebuah permen gulali, ketika mendekat, permen gulali itu diberikan kepada bocah tersebut.
Tanpa ragu-ragu dan dengan senyuman lebar, bocah tersebut menerima permen yang disodorkan Kenny, ia segera membuka bungkusannya dan mengulumnya.
“bagaimana? Apakah enak?”tanya Kenny,
Bocah tersebut mengangguk dengan cepat dengan mulut yang terus menerus permen yang diberikan oleh Kenny,
“namaku Kenny”lanjut Kenny sembari menyodorkan tangannya, Bocah itu menyambut sodoran tangan Kenny,
“aku Edward”
Edward kemudian mengajak Kenny untuk duduk disisi kolam, keduanya pun lalu mengobrol.
##
“kau sudah bangun?”
Suara Edward tiba-tiba membuyarkan lamunan Kenny, ia segera bangkit dari tidurnya dan berdiri di sisi ranjang dengan kepala tertunduk,
“maafkan hamba tuanku”
“apa yang kau minta maafkan?”
“hamba...hamba...”
“mengapa kau tak membangunkanku?”
“hamba tidak berani menggangu anda tuanku, karena hamba melihat tuanku tertidur dengan sangat pulas”
“dengan begitu kau dapat menatapku sepuasmu?”
Kenny sedikit terkejut, tapi ia tetap tidak berani menengadahkan kepalanya untuk menatap Edward, ia merasa malu, ia juga menghujat dirinya sendiri dengan cacian karena sudah berani berlama-lama memandangi Edward secara berlebihan, ia serasa di telanjangi didepan umum.
“sudahlah, tidak apa-apa, aku tidak terlalu mempermasalahkannya”ucap Edward diiringi senyuman manis dari atas ranjang,
“sekali lagi maafkan hamba tuanku”
##
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @yeltz @Different @yuzz
@revian97 @nak_alone @Dhika_smg @kurokuro
Royal Prince 3
Bersama dengan Kenny, Edward menyusuri desa Ardellos, setiap tempat di ceritakan oleh Kenny secara detil, sehingga Edward mengetahui tentang seluk beluk dari tempat tersebut.
Ditengah keramaian orang banyak, tiba-tiba saja seseorang dengan sengaja menabrak tubuh Edward. Orang itu berbalik sejenak menatap Edward, dari balik topi yang orang tersebut kenakan, Edward dapat melihat wajahnya dengan jelas, seorang anak muda yang umur nya berkisar hampir sama dengan Kenny, orang itu menganggukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf dan berjalan menerobos kerumunan orang dengan cepatnya.
Disaat itu, Edward baru menyadari bahwa kantong uang miliknya hilang, ia curiga bahwa pemuda yang menabraknya itu sebagai pencurinya. Kenny yang mengetahui itu, dengan cepat mengejar si pencuri, diikuti langkah lari Edward dari arah belakang.
Semakin di kejar, pemuda itu berlari semakin kencang, ia berfirasat bahwa Edward telah menyadari jika kantong uang miliknya dicuri oleh dirinya. Kenny melesat secepat kilat, dan dalam beberapa saat, pemuda yang berlari itu berada dalam cengkeraman Kenny.
“hei...apa yang kau lakukan padaku?”pekik pemuda itu ketika
Kenny menekuk tangan kirinya di belakang punggung,
“lebih baik kau kembalikan kantong uang milik majikanku”
“hati-hati kalau kau bicara, aku bukan pencuri”
Merasa tak percaya begitu saja dengan omongan si pemuda, dengan sekali tendangan ke arah tekukan lutut, pemuda itu pun berlutut diatas tanah, Kenny menekan tubuh pemuda tersebut hingga pipinya menempel di atas tanah, belum lagi Kenny terus mengencangkan cengkeramannya pada tangan kiri pemuda itu.
Kontan saja si pemuda berteriak kesakitan. Edward baru saja sampai di tempat dimana Kenny dan pemuda pencuri tersebut berada, ia segera mengatur nafasnya sejenak,
“lebih baik kau serahkan kantong uang milik majikanku”
“aku bukan pencuri dan aku tidak mencurinya”teriak pemuda itu lagi,
Kenny pun menelusupkan tangannya ke berbagai celah tubuh pemuda itu yang memungkinkan dirinya untuk menyembunyikan kantong uang milik Edward, setelah di lakukan pemeriksaan terhadap Kenny, sebuah kantong uang ia temukan dari balik saku jaket yang pemuda itu kenakan.
“apa ini? Kau masih tidak mau mengaku kalau kau adalah seorang pencuri”teriak Kenny, pemuda itu hanya terdiam, ia hanya menahan rasa sakit dari tangan kirinya,
Edward berjalan mendekati keduanya,
“lepaskan dia”suruh Edward terhadap Kenny, Kenny melepaskan pemuda tersebut atas perintah Edward, kantong uang yang berada di tangannya ia serahkan kepada Edward.
Pemuda itu beringsut-ingsut bangkit berdiri sambil membersihkan dirinya dari tanah yang menempel pada tubuhnya.
Dilihatnya pemuda itu dari ujung rambut hingga ujung sepatu, pemuda itu nampak kumal, Sebuah perasaan iba menyambangi hati Edward,
“apa kau membutuhkan uang?”tanya Edward
Pemuda itu tak menggubrisnya, ia masih saja membersihkan tubuhnya, kemudian, pemuda itu menjawab,
“kalau aku berkata ya, apakah kau akan memberikan uangmu padaku?” pemuda itu kembali bertanya sambil tersenyum sengit,
Edward membuka kantong uangnya, dikeluarkannya uang dari dalam kantong tersebut, tanpa menghitung jumlah uang yang berada didalam kantong tersebut, Edward menyodorkan uang itu tepat didepan si pemuda.
“ambillah”
Baik si pemuda maupun Kenny, terkejut dengan sikap Edward. Si pemuda tertawa meremehkan,
“kau bodoh atau dungu”ucap si pemuda,
“jaga ucapanmu”hardik Kenny
“sebelumnya aku telah mencuri uangmu, kini kau keluarkan semua isinya dan diberikan kepadaku”ucap si pemuda, “apa kau pikir aku bodoh, jika sekarang aku mengambil uangmu, lalu kau akan menyuruh bodyguard mu ini untuk menghajarku, iya?” lanjut si pemuda,
Edward menggelengkan kepalanya, ia menarik tangan pemuda tersebut, dan menjejalkan uang yang berada digenggamannya ke tangan pemuda.
“jika kau tak memerlukan uang, kau tak mungkin akan mencuri, karena kau mencuri pastilah kau sangat membutuhkan uang, maka ambilah uang ini untuk kebutuhanmu”ucap Edward,
Edward dan Kenny berlalu dari hadapan pemuda yang masih berdiri mematung sambil menatapi punggung keduanya yang lambat laun menghilang dari pandangannya.
Pemuda tersebut menyesal ketika ia menerima uang dari Edward itu, si pemuda merasa baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang sangat berhati mulia, baik dan juga bijaksana.
##
“mengapa tuanku memberikan semua uang anda kepada pencuri tersebut”
“aku memberikannya karena ia pasti sangat membutuhkan uang”
“belum tentu ia memanfaatkan uang itu dengan baik”
Edward menghentikan langkahnya, lalu ia berdiri menghadap Kenny,
“sebagai pemimpin negeri ini, aku merasa iba jika ada rakyatku yang seperti itu, aku pikir, semua rakyat ku hidup dengan makmur dan berkecukupan, ternyata tidak, karena pemuda tersebut, aku menjadi sadar, ternyata masih banyak rakyat di negeri ini yang hidupnya masih berada di bawah garis kemiskinan”jelas Edward,
Kenny terdiam, sambil tertunduk, dan sesekali ia mencuri pandang terhadap Edward.
“jika aku mampu dan sanggup, aku rela melepas sebagian hartaku demi membantu rakyatku yang hidup sengsara”lanjut Edward yang setelahnya berlalu dari hadapan Kenny.
##
Malam kian larut, Edward terduduk termenung di daun jendela sambil menatapi langit yang tampak temaram oleh cahaya rembulan, ia memikirkan kejadian yang tadi siang ia alami. Lamunannya buyar seketika, ketika terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
“siapa?”tanya Edward
“hamba tuanku”jawab Kenny,
“masuklah”
Kenny masuk kedalam kamar dengan sebuah tempayan berisi air hangat dan sebuah handuk kecil yang di peruntukan untuk Edward guna membasuh wajah, kaki dan tangannya.
Tempayan berisi air hangat tersebut ia letakkan diatas meja, ditatapnya Edward yang sedang membuang pandangan keluar jendela,
“tuanku, air hangat telah tersedia, lebih baik tuanku membasuh wajah anda terlebih dahulu”saran Kenny,
Edward menghela nafas panjang, setelah itu, ia beranjak dari daun jendela menuju tempat dimana tempat tempayan air berada, sedangkan Kenny, ia beranjak dari tempat semula ia berdiri dan menutup jendela agar hawa dingin diluar sana tidak menyergap masuk.
Kenny menatapi punggung Edward dari tempat ia berdiri,
“lebih baik kau memperhatikanku dari arah depan, daripada kau menatapi punggungku”ujar Edward tiba-tiba,
Kenny merasa malu, ia menundukkan kepalanya dan perlahan-lahan menggeser langkahnya menuju samping Edward.
“mengapa kau suka menatap ku secara diam-diam?”tanya Edward sembari mengusapkan handuk yang telah di basahi oleh air hangat itu ke sekujur wajahnya,
“hamba...”
“sudahlah, aku malas jika bertanya denganmu”,Edward mengeringkan wajahnya dengan sebuah handuk bersih yang berada tak jauh darinya, ia pun lalu beranjak menuju ranjang,
“besok aku akan berjalan-jalan sendiri di desa ini”
“hamba akan menemani tuanku”
“tak perlu”sergah Edward, “lebih baik kau beristirahat saja”lanjutnya yang kemudian menurunkan tirai tempat tidur,
“tidurlah”ucap Edward lagi.
##
Pagi-pagi sekali Edward telah terbangun dari tidur lelapnya, ia terlebih dahulu membersihkan badannya terlebih dahulu, setelahnya, ia pun keluar dari dalam kamar, meninggalkan Kenny yang masih terlelap dalam tidurnya.
Suasana pagi di desa Ardellos sangatlah ramai, para penduduk setempat telah memulai aktivitas mereka yang beraneka ragam, selama dalam perjalanan yang tak menentu itu, Edward tak henti-hentinya menebarkan senyum ketika melihat rakyat yang berada di bawah naungan kepemimpinannya hidup dengan damai dan sejahtera, meskipun ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ada sebagian penduduk dari desa Ardellos yang terbilang kurang mampu.
Tanpa ia rasakan sama sekali, langkah tanpa tujuannya itu membawanya sampai pada sebuah tempat, dimana di tempat itu berkumpul anak-anak yang sedang bermain.
Melihat senyuman anak-anak yang sedang bermain dengan riang itu, membuat ia menghapus segala keibaan atas penduduk desa Ardellos yang kurang mampu.
Salah seorang dari kumpulan anak-anak itu melihat keberadaan Edward, mereka pun tak sungkan-sungkan untuk mengajak pangeran muda tersebut, untuk bergabung di tengah-tengah mereka.
“apa yang sedang kakak lakukan disana?”tanya anak yang berusia sekitar tujuh belas tahun tersebut,
Edward merasa keberadaannya telah diketahui oleh sekumpulan anak-anak itu, ia pun menjawab,
“tidak ada yang kulakukan disini, aku hanya melihat kalian bermain”
Anak itu bersamaan dengan anak-anak yang lain, tampak berbisik-bisik mendiskusikan sesuatu, dan pada akhirnya,
“maukah kakak bergabung bersama kami?”,”kami sedang kekurangan seseorang untuk bermain”
Mendengar ajakan seperti itu, tentu saja Edward sangat tidak menolak, ia pun turun dari jembatan tempat dimana ia berdiri,
“dengan senang hati aku akan menemani kalian bermain”ucap Edward, “permainan apa yang kalian ingin mainkan?”lanjut Edward bertanya,
“kami bermainan permainan pangeran dan putri”
“kakak berperan sebagai pangerannya, dan Shirleen berperan sebagai putrinya”lanjut anak tersebut sambil menunjuk seorang anak gadis cantik yang sedang terduduk dengan anggunnya dibawah pohon yang berada ditempat tersebut.
Shirleen tampak mencuri-curi pandang terhadap Edward yang berparas rupawan.
“baiklah, untuk berperan sebagai pangeran, aku adalah ahlinya”ucap Edward yang diakhiri dengan tawaan dari anak-anak tersebut,
“kau berkata jika kau adalah ahli dalam berperan sebagai pangeran?”sergah Shirleen tiba-tiba.
Mendapat cemoohan seperti itu, Edward sedikit merasa tersudutkan, ia pun menjawab cemoohan Shirleen,
“ya, aku dapat memerankan karakter seorang pangeran yang sesungguhnya”
Shirleen bangkit dari duduknya, ia memberanikan dirinya untuk berjalan mendekati tempat dimana Edward berdiri, dengan kedua kelopak matanya yang bulat dan dihiasi bulu mata yang lentik, Shirleen menatapi Edward dari ujung rambut hingga ujung kaki, setelahnya, ia pun mencibirkan bibirnya yang ranum,
“aku tidak pernah melihat ada seorang pangeran yang sepertimu”ucap Shirleen, “seorang pangeran wajahnya sangat tegas, gayanya sangat gagah dan juga perkasa”
“kau tidak pernah melihat bentuk pangeran yang sesungguhnya, bagaimana kau dapat tahu bahwa pangeran memiliki wajah yang tegas, dan bergaya dengan sangat gagah?”tanya Edward
Shirleen tampak berpikir sejenak, kemudian ia menjawab,
“meskipun aku tak pernah melihat pangeran dari istana Orlando yang sesungguhnya, tapi pertunjukan-pertunjukan di pasar festival, sering menampilkan sosok pangeran yang ku sebutkan tadi”
“jika aku tidak tampak seperti seorang pangeran dari istana Orlando, maka aku tampak seperti apa?”
Shirleen kembali memutar otaknya, sesekali ia menggerakkan kedua bola matanya untuk melirik sosok Edward, seberanya ia mengakui bahwa Edward sangat pantas untuk berperan menjadi seorang pangeran, wajahnya sangat rupawan didukung dengan kulitnya yang berwarna putih bersih bersemu dibagian wajah, tapi karena ia telah terlebih dahulu mengejek Edward, ia pun malu untuk mengakui apa yang ada pada sosok pria tampan yang berdiri tak jauh darinya,
“kau lebih pantas jika menjadi seorang tuan putri”ucap Shirleen sembari diiringi suara tanya dan juga tawa anak-anak yang lainnya,
“apakah aku tampak seperti seorang wanita?”
Shirleen mengangguk mantap,
“ya...kulitmu berwarna putih bersih dengan semu merah di bagian wajah, garis wajahmu juga tidak tampak tegas, melainkan tampak anggun”ledek Shirleen,
Edward tampak tersipu malu ketika Shirleen mendeskripsikan tentang apa yang dilihat dari dalam dirinya oleh gadis kecil tersebut, ia pun menggaruk-garuk kepalanya. Tak berapa lama, terdengar suara panggilan dari arah belakang punggung Edward,
“ayo makan, hari ini kita makan enak”
Anak-anak itu segera berhamburan menuju arah datangnya suara, meninggalkan Edward dan juga Shirleen. Edward membalikkan tubuhnya sejenak, dilihatnya seorang pria muda membawa dua kantong plastik yang berisi makanan, anak-anak yang tadinya berniat untuk memulai permainan, tampak mengelilinginya,
Edward berjalan mendekati Shirleen,
“apa yang anak lelaki itu bagikan”
“makanan”
“makanan?”
“ya...kami dari desa Gorald yang letaknya tak jauh dari desa ini, semenjak kami pinda ke desa ini, para penduduk desa ini sepertinya tidak suka dengan keberadaan kami”
Edward mengangguk-angguk setelah mendengar penjelasan dari Shirleen,
“lantas, apa hubungannya dengan pria itu?”
“dia bernama Christian, dia adalah satu-satunya anak dari penduduk desa ini yang mau berteman dengan kami dan memberikan makanan enak-enak kepada kami, meskipun uang untuk membeli makanan adalah hasil dari mencuri”kisah Shirleen dengan nada perlahan
“mencuri?”, Shirleen mengangguk
Setelah anak-anak yang lainnya selesai mengambil makanan dan duduk sambil menyantap makanan mereka masing-masing, Christian pun berjalan menuju arah Shirleen.
Ia menghentikan langkahnya ketika ia menatap seorang pemuda yang berdiri di dekat Shirleen,
“kau?”ucap Christian gugup, “mengapa kau dapat berada disini?”lanjut Christian,
“aku hanya kebetulan lewat, melihat mereka bermain, aku menghentikan diri sebentar, ternyata mereka mengajakku untuk bermain”jelas Edward diiringi senyuman di kedua sudut bibirnya,
Shirleen memandangi Edward dan juga Christian secara bergantian,
“apakah kalian sudah saling kenal sebelumnya?”
Christian tampak malu untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Shirleen, Edward yang dapat membaca raut wajah Christian segera mengalihkan perhatian gadis cantik nan manis tersebut,
“aku pernah membeli barang yang ia jual ketika festival sedang berlangsung”bohong Edward pada Shirleen,
Christian yang tahu akan kebohongan Edward pun tampak diam tak bergeming, ia lalu mengeluarkan sekotak nasi dan diberikan kepada Shirleen,
“apakah kau sudah makan?”tanya Christian pada Edward dengan nada sedikit gugup,
“belum”
Christian kembali mengeluarkan sekotak nasi dari dalam kantong plastik dan diberikan kepada Edward,
“apakah ini untukku?”tanya Edward
Christian mengangguk.
##