Kulihat tubuhnya terjatuh ditanah
setelah melancarkan kutukan
mematikan pada bocah itu, aku yakin
detak jantung Tuanku berkurang
seiring dengan dihancurkannya
horcrux yang selama ini menopang hidupnya. Kuletakkan tanganku di atas
dadanya. Mati. Itulah yang kurasakan
dari detak jantungnya saat ini, air
mataku berlinang dan aku tak tau apa
lagi yang harus kuperbuat. Para
pelahap maut dibelakangku pun enggan membantu, bahkan Cissy pun
sekedar menenangkan pun tak
membuatnya beranjak dari tempatnya
berdiri di sebelah Lucius. Entah
mengapa aku menangis, aku tak tahu
apa penyebabnya, aku tak mampu lagi bagaimana membedakan dan
menyembunyikan yang mana
perasaan cinta dan kesetiaan saat
berkumpul dengan klan yang menjadi
bagian hidupku saat ini. Sudah sangat
lama sekali aku bergabung dalam klan ini demi memperjuangkan kemurnian
darah bangsa penyihir yang masih
bertahan di era baru ini. Tom, dengan
segala keperkasaan dan kekuatannya
sudah bangkit dari kematiannya sejak
melawan bocah tengik bernama Potter. Tak kusangka walau penampilannya
sedikit berbeda dari wujud manusianya
dulu tak mengurangi rasa cintaku dan
kekagumanku padanya hingga saat-
saat pertempuran besar saat ini…
Comments
mungkin tak pernah ku bayangkan
perasaanku mulai medua saat aku
diperkenalkan oleh Rodolphus
Lestrange—suamiku--- kepadanya di
kala masa-masa kejayaannya dulu. Walau dikerudungi jubah hitamnya,
aku tak pernah melupakan wajah
menawan Tom saat pertama kali aku
melihatnya tersenyum manis sambil
menjabat tanganku lama sekali dengan
pancaran matanya yang coklat terang seperti madu, hidungnya yang runcing,
bibir tipis semerah jambu yang
tersenyum padaku, lesung pipi dan
garis wajah tegas yang membekukan
hatiku, dan jabatan tangannya yang
hangat masih terpatri jelas dalam hati dan ingatanku sampai sekarang.
Kadang aku tersenyum sendiri
membayangkannya membelai
rambutku dan memelukku namun
ketika aku teringat statusku sebagai
lady Lestrange semua itu hanya kenanganku saja.
Kekuasaan Tom mulai goyah setelah
menyerang bocah itu, tak lama
kemudian para Auror menyergapku
dan menjebloskan aku serta
Rodolphus ke Azkaban yang dingin, kotor, dan menjijikkan itu! Apa yang
mereka pikirkan? Menjebloskan aku
yang seorang darah murni ke tempat
yang lebih cocok untuk darah lumpur
sialan yang mengotori dunia sihir dan
mengumpankanku pada dementor- dementor itu! Sungguh sangat tolol
sekali mereka, lebih memihak si tua
bangka Dumbledore dan melawan
kekuasaan Tuanku yang memurnikan
darah penyihir! Awalnya aku enggan
berada disini hingga beban pikiran yang melandaku membuatku semakin
terpuruk dan gila, Tapi aku tau suatu
hari nanti Tom akan kembali dan
bersanding di sebelahku lagi. Akupun
tetap menurut dan berusaha sebisa
mungkin bertahan disini sambil menantinya kembali untukku.
Tahun berganti tahun, bulan berganti
bulan akhirnya suatu yang
mengejutkanku terjadi, tanda
kegelapan yang Tom torehkan di atas
lengan kiriku mulai berdenyut-denyut dan kurasakan panas yang membara
membakar kulitku! Kurasakan
kehangatan semangat menjalar di
sekujur tubuhku dan mengalir dalam
darahku. Kejadian yang tak kusangka
pun terjadi, sambaran kilat maha dahsyat meruntuhkan tembok yang
selama ini mengurungku di Azkaban
dan kulihat tanda kegelapan
terpampang megah di langit! “Tuanku
sudah bangkit! Tom-ku yang
menawan sudah kembali! aku bebas! TOM MEMBEBASKAN AKU!” teriakku
dalam hati.
Aku benar-benar bebas untuk
melakukan apapun semauku sekarang
dan tak ada kuasa apapun yang
mampu menghentikanku kecuali tuanku tersayang. Seluruh
kebebasanku kugunakan sepenuhnya
untuk menyen angkan hati tuanku
setelah lebih dari sepuluh tahun kami
tak bertemu. Kuporak-porandakan
semua hal yang berhubungan dengan muggle, kusiksa mereka yang
mencoba melawanku, kubunuh
siapapun yang berani
menghadapiku---tak terkecuali Sirius
dan Nymphadora sekalipun, dan
kusaksikan sendiri pembunuhan orang yang paling disegani seantero
dunia sihir--- Albus Dunbledore, kepala
sekolahku yang renta dan amat
bodoh!
Seluruh pemerintahan bahkan dunia
sihir sudah takluk dalam gemgaman tuanku, dan tinggal tugas-tugas kecil
yang harus kuselesaikan sekarang.
Membunuh-semua-yang-terlibat-
dalam-penyelamatan-dan pembelaan-
kepada-Potter!
Mula-mula kudatangi rumah saudariku didampingi rodolphus dan kulakukan
kudeta dengan menyerang Ted Tonks
suaminya, Andromeda berhasil
melarikan diri dariku, Ted
menyerangku dengan bius tepat di
dadaku dan melukai rodolphus dengan sectumsempra hingga tak
tertolong lagi. Anehnya aku tak
merasakan kehilangan Rodolphus
seperti aku kehilangan Tom! Mengapa
begini? Apa yang salah? Apakah aku
sudah tak waras? Namun tuanku yang maha baik, Tom-
ku yang amat baik membelaiku dan
memberiku penghiburan dan belaian
yang selama ini kurindukan dan
kuinginkan dari sosok kekasih seperti
dia. Tak tau malu kupeluk tubuhnya erat-erat, menumpahkan segala
kerinduanku (bahkan mungkin rasa
kehilangan Rodolphus bila itu benar)
dalam dekapan dadanya. Dia tak
menolak pelukanku dan malah
mempererat dekapannya ke tubuhku! Aku memandang wajahnya yang
(sekarang) berwujud oval dengan
cuping hidungnya yang mirip ular itu
dan kutatap dalam-dalam matanya
melalui mataku yang berlinang air
mata, dia balas memandangku dengan tatapannya yang penuh sayang dan
pengertian. Wajah kami hanya
beberapa senti saja jaraknya, bibirnya
mendarat di bibirku dan aku membalas
kecupan bibirnya, kami berdua
menyatu dalam malam penuh duka bercampur perasaan cinta dua sejoli
yang sama-sama terpendam…
****
dekapanku dan sesuatu terjadi secara
tiba-tiba! jantung Tom mulai berdetak lagi, denyut nadinya mulai kurasakan
kembali, jarinya mulai bergerak
perlahan , dan matanya yang seperti
ular itu menatapku lemah. Aku
tersenyum padanya seraya
membantunya bangkit dan memimpin perang itu kembali. Tuanku
memerintahkan Narcissa untuk
memeriksa keadaan “mayat” bocah itu
dan segera saja Cissy mendekati tubuh
itu.
“dia sudah mati, Tuanku” kata Narcissa pada Tom.
“HARRY POTTER IS DEATH!!!
HAHAHAHAHAHAHA!” seru Tom
mengumumkan kemenangan
mutlaknya kepada para pelahap maut
di belakangku. Tom memerintahkan raksasa dungu itu
untuk mengangkat tubuh Potter
menuju kastil. Kami berjalan berderap
bagaikan pasukan militer yang siap
menyerang musuh dengan pengawal
yang kuat dan sebuah senjata tanpa tanding di tangan Tom. Beberapa lama
kemudian kami tiba di halaman
kastil,Tom maju untuk mengutarakan
kemenangannya pada seluruh
penghuni Hogwarts. Si longbottom
maju dan mulai mengangkat bendera perang kembali, dan aku siap untuk
menghadapi dan membunuh lebih
banyak lagi!
Aku dan Tom masing-masing
berperang dengan tiga orang
sekaligus tapi itu tak membuatku semakin lemah! Kulawan si weasley
dan kulontarkan kutukan maut
padanya, dia mampu menangkisku
dengan protégo yang cukup kuat
untuk ukuran anak bau kencur. Molly
weasley tidak terima dengan seranganku dan kami mulai bertempur
dengan gigih mempertahankan
kemenangan kami masing-masing.
Serangan wanita tua itu membabi buta
menyerangku, tak kusangka protégé
terakhir yang ku gunakan tak melindungi seluruh area
perlindunganku, sebuah kilatan hijau
menghantam tepat di jantungku dan
membuat tubuhku membeku seketika!
Kurasakan maut sudah menjemputku
saat ini, kematian sudah berada di dekatku bersiap menangkap raga
kosongku untuk dibawa ke neraka!
Kutatap Tom untuk terakhir kalinya,
wajah yang telah mempesonaku dan
membuatku terjatuh dalam cinta dan
hasrat terpendam yang ternyata dia rasakan juga padaku dan dia balas
menatapku.
sebelum kutukan Molly
menghancurkan ragaku kuucapkan
kata perpisahanku untuknya, orang
yang selalu kucintai.. “selamat tinggal, Tom… aku selalu
mencintaimu… maafkan aku…..”
“TIDAAAAK…..!!” teriak Tom histeris
melihatku berada di ujung tanduk.
DUAAAAR!!!!!! Ledakan maha dahsyat
dari kutukan molly menghantam tubuhku dan meledakkannya
berkeping-keping hingga menjadi abu
yang terempas di udara bebas.
Kemarahan Tom meledak tak
terkendali. Dalam kekalutan dan
kehilangannya dia melawan Potter dan berduel satu lawan satu. Saat Tom
melontarkan kutukan kematian dan
bertemu jalinan dengan mantra pelucut
harry, tanpa sengaja mantra itu
bebbalik menyerang Tom sendiri.
Tubuhnya menghitam dan mulai lebur dalam serpihan-serpihan debu,
terbawa angin menuju udara lepas dan
menyatu dengan abu tubuhku. Roh
kami bertemu di antara puing-puing
bangunan kastil yang hancur dan
kamipun saling tatap satu sama lain. Aku tersenyum padanya dan diapun
membalas senyumanku. Wajahnya tak
seperti wujud manusianya tadi, wajah
roh Tom-ku ini sama persis dengan
wajah yang selama ini bermain dalam
hatiku dan mengisi ruang hatiku dengan tuangan kasih sayangnya:
pancaran matanya yang coklat terang
seperti madu, hidungnya yang runcing,
bibir tipis semerah jambu yang
tersenyum padaku, lesung pipi dan
garis wajah tegas yang membekukan hatiku saat pertama kali bertemu
dengannya dulu.
Roh kami bergandengan tangan
dengan mesranya dan melayang
menuju matahari di ufuk barat. kami
saling pandang dan tersenyum, senyum yang mempertemukan kami,
mengisi hatiku dan hari-hariku dengan
hasrat dan cinta, senyum yang
menyertaiku bersamanya hingga ajal
tiba dan menyatukan kami…
TAMAT
Takpikirkan dulu