BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

doa, harapan, kenyataan...(sekilas curahan hati)

edited June 2012 in BoyzStories
Sekedar pengen nulis aja, sambil merenung dan review kejadian besar apa aja yang udah terjadi lima tahun terakhir ini dalam kehidupan gue. Ini kisah gue sendiri, yang menjadi shock terapi gue karena kehilangan sosok seseorang yang bener-bener jadi panutan gue. Buat temen-temen yang orang tuanya masih lengkap, sayangi mereka, perlakukan orangtua dengan baik, lemah lembut dan bersabarlah. Bagaimana juga merekalah yang udah bikin temen-temen hadir di dunia ini. Jangan sampe melakukan sesuatu yang bisa bikin nyesel berkepanjangan dikemudian hari.
Makasih buat yg udah mampir dan mau baca, maap kalo tulisannya berantakan. Kalo ada waktu lebih nanti dirapihin lagi deh. Semangat!

**************************************************

Bulan puasa, dini hari ke dua puluh satu. Baru saja aku menunaikan shalat Subuh dan hanyut dalam lantunan doa harian yang kubaca, ketika aku terkejut melihat bayangan ibu seakan-akan didepan mata. Tubuh tuanya begitu lembut, segar, dan nampak bercahaya. Wajah teduhnya membuat aku mendadak begitu merasa kangen, rindu ingin memeluk ibu yang tengah terbaring di rumah sakit. Ah... maafkan aku ibu, aku pasti segera pulang...

Kriiiingg... Kriiiingg...Kriiinggg.....

Hah! Segera kumatikan alarm HP yang berbunyi nyaring. Ternyata aku bermimpi. Lutut terasa kram karena tertekuk saat aku bersila selepas shalat. Huff... jarang-jarang aku berdoa sampai tertidur. Kuingat-ingat lagi mimpi yang baru saja aku alami. Begitu nyata, begitu dekat. Ya Allah, ringankan derita ibuku dari sakitnya yang berkepanjangan.

Dering ringtone HPku sontak membuyarkan lamunanku. Siapa sih pagi-pagi begini nelpon?
Seketika tanganku gemetar melihat nama yang muncul dilayar....

"Ha..halo mas?" Mas iparku menelepon

"Dek, pulang sekarang ya dek...
Ibu dek... Ibu..." terdengar masku itu menangis sesenggrukan

"Ibu... kenapa ibu mas? Kenapa ibu? Mas? Jawab mas?"

"Ibu udah gak ada dek... huuu huhu... Ibu gak ada lagi...
Pulang dek... cepet pulang ya..."

Tak kudengar lagi suara masku yang memohon aku untuk pulang
Tak kupedulikan lagi kondisiku yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong
Ku start mobilku, dompet, hp dan tas kecil berisi buku catatan dan uang receh
Langsung kupacu mobilku ke ATM terdekat dan kususuri jalan besar.
Mencari agen tiket yang buka. Tetapi hari masih terlalu pagi.

Mataku perih dan panas, penuh air yang siap melompat keluar.
Sadar usahaku sia-sia, segera kubelokkan mobilku masuk garasi.
Dengan tangan gemetar, kutelepon teman kantor yang paling dekat...

"Min, ini gue. sori, gue minta tolong bisa?"

"Halo mas. Minta tolong apaan tuh?

"Cariin gue tiket ke Jakarta Min, sekarang. Nyokap gue meninggal"

"Innalillahi... OK, lo tunggu disitu aja bos, beres-beres. Biar gue ma Pak Sus yg ngurus."

"Makasih ya Min..."

**************************************************

"Gimana kabarmu Ed, sehat?"

"Alhamdulillah sehat bu. Ibu sekarang masuk rumah sakit ya?"

"Iya. Lemes ibu, kemana-mana repot. Masmu jadi berantakan kerjaannya, sering ninggal kantornya
buat ngurus ibu. Kasihan ibu ngelihatnya."

"Ya gak pa-pa bu, 'bentar lagi aku kan pulang. Aku udah minta cuti agak panjang, biar bisa
ngerawat ibu."

"Ibu udah enakan kok. Paling sebentar lagi pulang, cuma tensi ibu agak tinggi.
Kamu sendiri gimana?"

Aku menghela napas panjang

"Yah masih gini-gini aja bu... sehatlah, gak kurang anggota badan... hehehe"

"Huu kamu ni becanda mulu. Tapi ibu kangen denger kamu ketawa. Sama kayak bapak, kalo
kamu ketawa selalu tulus dan ceria, bikin seneng dengernya."

"Emang ada ketawa yang gak tulus bu?"

"Ada. Ntar kamu juga tau."

"Ah ada-ada aja ibu ini."

"Oiya kapan kamu pulang?"

"Seminggu lagi bu, pas sama libur nasional. jadi cutinya panjang di sesudah lebaran.
Ibu mo dibawain apa nih?"

"Ah gak usah. Ibu lagi gak boleh makan kue. Lagian kalo beli baju, kamu selalu
bilang gak bisa milih."

"Tapi emang iya bu, aku mana tau selera perempuan. Taunya cuma lihat, bagus ato nggak
gitu aja."

"Yaudah, kamu bawa yang lain aja."

"Apaan tuh bu?"

"Calon istri aja."

Tenggorokanku terasa kering dan tercekat, seperti ada yang menyangkut
Alasan apa lagi yang mau aku bilang?

"Ah ibu bisa aja"

"Kamu udah mo kepala tiga. Udah waktunya punya keluarga.
Kalo ibu sih gak kemana-mana. Paling juga tinggal nunggu waktu pulang aja"

"Emang mo pulang kemana bu?" tanyaku pelan

"Ya meninggal lah. Menghadap Allah. Ntah kapan.
Kalo kamu udah punya istri, kan ada yang ngerawat kamu. Ibu tenang kalo
kamu udah kawin."

Nafasku terasa berat. Kuhembus perlahan-lahan sambil kuresapi ucapan ibu.
Ya Allah, kuatkan diriku...

"Yah, belom ketemu yang cocok bu. Nanti pasti ada bu."

Kudengar desah panjang ibu diseberang

"Tapi kalau sama laki-laki cepet ketemu yah..." ucap ibuku setengah berbisik.

"Ibuuu... apaan sih. itu kan masa lalu bu. Udahlah, masak masih dibahas terus sih!"

"Ya syukur kalo kamu udah mau berubah.
Ibu terus doain kamu.
Biar kamu bisa normal lagi
Biar kamu bisa doyan cewek lagi
Supaya kamu cepet dapet jodohmu, perempuan yang mau ngertiin kamu.
Trus kamu kawin, punya anak."

"Buu... kok masih diinget aja sih?
Lagian dulu ibu bilang, ya udah gak pa-pa asal jangan terus-terusan.
Toh aku juga udah jauhin kayak gitu. Ibu gak percaya ya?"

"Ini ibu mu loh. Kamu gak bisa nipu ibu.
Sampe kamu segede sekarang ini, kamu masih seneng ma cowok kan?
Asal kamu lihat yang bening aja, pasti senyum-senyum gak jelas.
Iya kan? Ibu tau kok tipemu yang kayak mana. Ceking, item manis, cuek...."

"Udah buuuu... udaaahh.." potongku segera.
Terasa panas dan merah mukaku menahan malu.
Bukan, bukan karena apa yang telah diucapkan ibuku.
Tetapi karena kenyataan yang seolah-olah telah dikumpulkan dan disimpan
begitu rapi oleh ibu, kemudian dilemparkan ke muka dengan keras.

"Maafin ibu ya nak. Ibu selalu ngedoain kamu, supaya kamu enteng jodoh.
supaya kamu bisa kembali ke yang seharusnya. Pasangan hidup cowok tu ya cewek.
Kalo sama cowok, yang ada malah kalo berantem kayak kucing garong berantem."

"Iya bu...."
Kutatap langit-langit kamar. Mencoba mencari secercah jawaban disana.
Kosong...

"Ya udah, kamu baik-baik ya. Inget pesen ibu. Selalu berusaha dan berdoa.
Jangan ngeliatin cowok mulu. Inget umur. Masak kamu mau, udah tua nanti masih
masak sendiri, nonton tipi sendiri, tidur sendiri..."

"Iya bu"

"Yaudah, kamu tidur gih sana. Puasa kan? biar bisa bangun sahur."

"Maafin aku ya bu... maaf..." suaraku terputus disitu.

"Iya gak pa-pa. Jangan nangis lagi yah... biar ibu aja yang nangis.
Kamu anak laki, masak nangis. Kamu cuma boleh nangis sama Allah aja."

"Iya bu. Makasih ya bu. Jangan banyak pikiran ya bu..."

Kudengar nada panjang telepon tanda akhir percakapan.
Maafkan anakmu bu. Aku masih belum bisa berubah....

**************************************************

Pesawat yang membawaku mendarat mulus di Cengkareng.
Ah... lama sekali antrian turun penumpang ini. Kunyalakan HP, menunggu apakah ada
pesan yang masuk.

Tut..tut..
Satu pesan masuk

'Dek ibu dimandiin nunggu kamu ato nggak?'

Kubalas pesan tersebut agar segera memandikan ibu tanpa menungguku,
karena mungkin aku terjebak kemacetan.
Aku masih teringat salah satu pesan beliau, untuk segera memandikan beliau
dan dimakamkan sesegera mungkin, tanpa menunggu siapapun.

Setibanya dirumah, kulihat kerumunan orang yang menundukkan kepala ketika melihat kedatanganku.
Sebegitu ditunggukah kedatanganku?
Kemana keluargaku? Mbakku?

Mungkin melihat aku berdiri mematung didepan pagar, seorang yang kukenal dari
rombongan pengajian mesjid belakang rumah menghampiriku pelan.

"Assalamulaikum, mas Edi?"

"Waalaikumsalam pak. Ini... Ibu? Ibu sudah mandi?"
hanya itu yang terlontar dari bibirku.

"Sudah mas. Ayo ikut bapak, kita nengok ibu. Istighfar ya mas."

**************************************************

Disana, terbaring didepan radio tua yang umurnya pun melebihi diriku.
Sesosok manusia terbujur kaku diselimuti kain kputih. Wajahnya damai, teduh,
dengan polesan bedak wangi Enchanteur, hadiah dariku saat ulang tahun ibu.

"Ibu, aku udah dateng nih. Maaf telat, macet bu.
Udah gak sakit lagi kan bu? Akhirnya ibu pulang juga. Biar aku yang nganterin
ibu yah."
Ku belai wajah beliau. Begitu damai, tenang dan ceria.
Tak ada nampak bekas kesulitan hidup di gurat wajah tirusnya.
Tiada bekas sakit di pipinya yang kini dingin.

Seketika itu juga kupalingkan wajahku.
Aku tak kuasa lagi menahan air mata yang begitu berat.
Sosok ibu yang begitu kurindukan, cahaya hidupku,
penyemangatku, tujuan cita-citaku, seakan-akan telah ditarik paksa.
Direnggut dariku tanpa peduli akibatnya pada diriku.

"Maafin aku bu....
Maafin aku baru bisa pulang.
Aku ikhlas bu, aku rela ibu pulang.
Ijinin aku nganter ibu ya..."

**************************************************

Tiga tahun telah berlalu.
Janji yang kubuat dengan ibu, ah, betapa beratnya.
Namun bagaimanapun, janji adalah janji.

Pada akhirnya, kenyataan telah menang dalam pertarungan hidup, menyisakan diriku
yang kalah dan tercabik dalam serpihan waktu.
Aku harus bangkit dan merajut kembali apa yang telah diambil dariku.

Ya, kehidupanku sendiri. Diriku yang sudah berkepala tiga ini, baru menyadari
betapa aku juga telah melanggar janjiku sendiri.
Yaitu menikah sebelum berumur seperempat abad.
Apalah artinya menjadi seorang pegawai, memiliki mobil dan rumah, jika diri ini masih sendiri?
Sepi, tiada tangis dan tawa yang menggangguku dikala gundah?


Walau tertatih dalam jalan berduri,
namun harapan itu ternyata tetap ada.
Semoga yang kecil ini akhirnya dapat menjadi kenyataan.
Terima kasih ya Allah.

Comments

  • Wah..ini lanjutan cerita yg dulu ya mas...tp melompat jauh..yg dulu kan baru nyampe cerita waktu masih sma..hmm..sayang jg yg dulu gak d kelarin..pdahal itu salah satu cerita yg slalu aku ikuti...
  • ya gak juga sih kang,tp emang msh ada hubungan jg sih. sejak hardisk jebol krn komputer kesamber petir,ditambah bf pindah,smua ceritanya ilang. males bikin ulang...
    ini jg krn lg migren kumat,mndadak keinget ibu yg slalu ngusap kepalaku smp tidur,dan bsknya sembuh.

    trims.
Sign In or Register to comment.