Part 1a : Awal dari kisah ku
hariku di mulai dengan ayunan seseorang yang membuatku membuka mata, perlahan namun pasti ketika ku buka mataku perlahan sesosok pria yang selama 2 tahun ini selalu ada di sisi ku pun makin terlihat dengan jelas.
"Di, kamu gak ada sesi pemotretan?" Katanya yang bernada halus.
"Ada tapi jam 11an, sekarang jam berapa zi?" Tanyaku yang mulai panik dengan sinar matahari yang masuk menembus kaca apartemen ku yang berukuran tidak tarlalu besar karna dapur dan ruang tv yang menjadi satu walaupun tidak berjarak terlalu dekat, hanya terdapat 2 kamar tidur, ruang tengah yang berukuran sedang, dan 2 buah kamar mandi yang terletak di kamarku dan di ruang tengah.
"Dah jam setengah delapan, mendingan kamu mandi terus pergi, nanti telat gak enak sama modelnya." Katanya yang kemudian memberikan tangannya untuk membantu ku tuk berdiri.
"Iya, aku mandi dulu" kataku sambil meraih tangannya yang kemudian dibalas dengan dorongan ke kamar mandi.
Oh iya namaku Ardi, seorang fotografer yang bisa di bilang cukup sukses, tidak hanya pemotretan dengan model tapi juga memiliki kerja sambilan yang sejenis seperti studio pemotretan, dan galery pemotretan gak jarang juga di pangil untuk membantu beberapa EO untuk mengabadikan moment - moment special pelanggannya. Dan orang yang tadi membangunkan ku adalah fauzi, dia merupakan pacarku. Kami sudah berpacaran kurang lebih satu setengah tahun, awalnya sih kita ketemu di salah satu club miliknya yang saat itu meminta bantuan ku tuk mengabadikan foto moment tahun baru. Sebenernya sih dia dapet rekomendasi dari Irfan yang merupakan pemilik modeling agency tempat ku bekerja sekarang ini, yang juga merupakan teman kuliah ku yang mengetahui bahwa aku ini pecinta "sesama", yah walaupun senasip seperjuangan sih....
Balik ke cerita, setelah mandi dan memeriksa semua perlengkapan ku, akupun pergi dan segera melajukan mobilku untuk berjalan menuju ke tempat pemotretan. Di tengah keramaian ibukota yang telah menunjukan pukul 9 membuat ku perlahan menuju lokasi dengan kemacetan yang setia menemani hariku yang tak membiarkan ku tak bertemu dengannya seharipun. Di tengah kemacetan membuat ku memikirkan kejadian tadi pagi. Setelah mandi aku bahkan tidak melihat batang hidungnya, lamunanku pun terus membuatku heran, bahkan dia tidak mencoba menghubungi ku. Aku pun membuyarkan lamunanku dan mencoba tuk berfikir positif, kan bisa jadi dia tidur karna kecapean, bisa jadi dia berangkat tuk mengontrol anak buahnya, dan berbagai macam alasan sehingga membuatku merasa tenang.
Di lokasi pemotretan setelah selesai
"Di, gimana modelnya? Oke punyakan?" Kata Irfan dengan menunjuk seorang pria yang tadi ku potret.
"Lumayan lah buat orang baru, lagian gw juga gak gitu ribet sama tuh anak." Kata ku dan membereskan barang - barangku.
"Tapi dia g loh sama kayak kita" bisiknya ke telingaku.
"Ah lu mah sotoy... Bilang aje lu naksir.'' Bisikku dengan nada menggoda.
"Hahaha... Iya sih tapi dia masih muda mana mau sama kita yang pertengahan kepala dua ini" katanya dengan nada tidak bersemangat.
"Tenang aja kali, masih banyak co yang mau nerima lu, orang gak jelek - jelek amat kok.. Hahahaha.. Lagian juga unur paling beda 5- 6 tahunan doang " candaku.
"Eh kalo misalnya gw bisa dapet co gw mau yang kayak si Fauzi, baik banget sumpah tuh orang, ngomong - ngomong gimana kabar tuh orang?" Katanya yang membuka memori yang sedari tadi ku tutup rapat - rapat.
"Hufh... Gak ngerti lah hari ini sikapnya aneh, gak kayak biasanya" kataku.
tiba - tiba model pria tadi mulai mendekat dan bertanya kepada irfan. "om, hari ini kerjaan udah selesai?". "harusnya sih udah, mang kenapa than?" Tanyanya kembali.
Sebelum ia menjawabnya dia melihat ke arah ku yang terlihat menahan tawa. " Om kenapa? Kok kayak nahan tawa gitu?" Tanyanya kepada ku.
"Abis lu ada - ada aja sih, mang umur kita dah kepala tiga apa? Sampe di panggil om segala? Jadi berasa tua kan gw." kataku dengan nada santai.
"abis bingung mau mangil apa" lanjutnya lagi.
"panggil aja mas, kita gak tua kali di panggil om." Jawabku.
"lo ya di, nama panggilan aja ribet amat." Sambung irfan.
"Ih, gw sih gak mau di panggil kayak gitu." Balasku.
"Ya udah, mas irfan kayaknya aku cape deh. Abis semalem kan jaga ibu di rumah sakit." Lanjutnya meminta izin.
"Ya udah, lo mau langsung ke rumah sakit?" Tanya irfan.
"Gak mas, mau istirahat di rumah aja." Balasnya.
"Rumah lu sama rumah sakit rada jauh, kalo gak lu ke apartemennya si ardi aja, bisa kan di?" Tanyanya kepadaku.
"Gw sih mang langsung balik, kalo mau ikut sih gak apa - apa lagian gw kan gag da kerjaan lagi."
"ya udah ayo deh gw anterin sekalian gw mau ketemu sama si fauzi." Kata irfan yang kemudian menyuruh nathan buat masuk ke mobilnya yang terpiasah dengan mobilku.
Di jalan aku terus mencoba tuk menghubungi fauzi, tapi selalu saja tidak aktif. Kami pun sampai di apartemen ku, aku pun membuka pintu aparteman ku dan segera menyiapkan air minum untuk Irfan dan Nathan, dan mempersilakannya untuk duduk, "nathan, lu kalo mau istirahat tiduran aja di kamar itu, kamar kosong kok." Kataku tuk mempersilakannya memasuki kamar dan aku pergi ke arah kamarku.
Ku buka pintu kamarku dan tiba - tiba aku terkejut karna melihat fauzi yang tampa mengenakan busana.
"Zi, kamu ngapain?" Tanyaku heran.
"Eh... Eng.. Enggak" katanya agak panik.
"itu kenapa itunya diri dah gitu pake pelumas lagi" kataku seteleh menutup pintu.
Balasnya "Eng... Itu..."
"lagi on*ni ya? Lagian kamu sih tumben - tumbenan nolak" kataku yang memotong pembicaraan nya.
"Iya.. Bener.." Katanya agak terbatah - batah.
"Ya udah aku mau ke kamar mandi dulu." Kataku ,
"Eh... jangan... aku.... mau... mandi dulu." Katanya agak terbatah -batah.
"Ya udah deh... Aku ke kamar mandi luar aja, sekalian kamu beresin kamar ya." Kataku yang langsung keluar dan menutup pintu yang masih sedikit menganjal di hatiku.
"Kenapa di? Si fauzi mana?" Tanyanya kepadaku.
"Biasa, gara-gara gak dapet jatah tadi main sendiri." Kataku dengan nada bercanda.
"Hahaha... Jangan kejam-kejam sama suami sendiri" ledeknya.
"Hush... Enak aje, orang semalem gw ajak dia yang gak mau." Balas ku.
Aku pun segera menyiapkan beberapa camilan yang 2 hari lalu ku beli bersama fauzi. Dan fauzi pun keluar dari kamar dan segera menyapa irfan.
"Tumben fan dateng, ada apa gerangan kemari."
"Gak gw cuman nganterin anak buah gw istirahat kebetulan orang tuanya di rawat di sekitar sini jadi kan gampang kesananya." Jelas irfan.
"Ah.. Palingan juga modus, pasti calon lu yang mau lu gebet. Sekarang anaknya mana?" Tanya fauzi antusias.
"Hahaha.. Sialan lu berondong itu punya gw, dia lg istirahat noh di kamar sebelah. Lagian lu kan dah punya si ardi masa calon gw lu embat juga." Katanya dengan nada bercanda.
"Heh! Kalo sampe dia selingkuh gw potong tuh dede nya." Kataku agak bercanda.
"Hahahaha... Lu berdua lucu amat sih... Jadi pengen punya co nih." Lanjut irfan yang terlihat mulai menghayal.
"Jangan kebanyakan ngayal fan, kalo gak kesampean nanti sakit ati lagi."Kata fauzi dengan nada bercanda.
"Terus tadi gimana di? Lancar kerjaannya? Udah makan belum?" Lanjutnya dengan penuh perhatian.
"Lancar dong zi, belum sih gimana kalo kita beli makanan aja?" Kataku yang bingung soalnya gak ada bahan makanan di apartemen.
"Ya udah ayo kita beli, gw sama ardi aja ya, lu jagain nathan." Kata irfan dan kami pun pergi.
"Kok gw agak berasa aneh ya ma fauzi di." Kata irfan yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Ah perasaan lu aja kali." Kataku agar pikiranku tenang.
"Semoga aja sih yang gw pikirin itu salah." Katanya dengan nada agak melemah.
"Udah gak usah di pikirin, tadi aja dia perhatian kan. Masa iya dia ngapa-ngapain. Eh kita makan itu aja deh" kataku menunjuk sebuah resto.
"Ya udah, lagian gak jauh juga dari apart" kata irfan.
Kita pun sudah berada di depan pintu apart ku. Dan ku buka pintunya
"Zi, nih aku dah bawa makanan." Kataku yang agak dibet bawa beberapa plastik di tangan ku.
"Zi?" Panggil ku kembali.
"Kenapa di?" Tanya irfan agak heran.
"Fauzi kayaknya gak ada." Jawabku agak cemas.
"Tuh kan bener ada yang aneh." Lanjut irfan.
"Ah! Lu mah bukannya nenangin malah nyiram minyak kedalem api." Kataku agak sewot. Pintu kamar yang biasanya kosong tiba - tiba terbuka.
"Kenapa mas?" Tanya nathan yang terbangun karnaku.
"Eh.. Sorry than, jadi kebangun. tadi ada orang gak di sini?" Tanyaku agak gak enak hati.
"Ada kok, tapi bisik-bisik gitu." Katanya polos.
"Ya udah kita makan dulu nanti keburu dingin" kata irfan mengalihkan perhatianku.
Comments
ini diary ardy yach... brarti gk ad pergantian pov domz.
Ini memang judul sementara soalnya masih samar" juga sama ceritanya. Thx sarannya.. kemungkinan nanti di edit lg...
@touch
Thx buat sarannya.
@AwanSiwon
Sabar ya nih mau di refisi lg...
@YANS FILAN
Amin...
Kulihat jam, 20 Menit sudah semenjak aku memasuki apartemen ku, bahkan handphonenya saja tidak aktif juga. Aku yang kini masih di meja makan bersama Irfan dan Nathan masih juga kepikiran kemana ia pergi. Bahkan Irfan yang sudah menunagkan nasi dan lauk pauknya ke dalam piringku masih juga tak tersentuh.
“Di, jangan dipikirin. Nanti juga Fauzi pulang.” Kata Irfan yang menenangiku.
“Iya mas Ardi, makan dong masa kita yang tamu makan duluan.” Kata Nathan dengan nada tidak enak.
“Hufh.... Gak tau ah, gak ada selera makan.” Kataku yang meletakan sendok dan garpuku di samping piring.
“Mas, jangan gitu ah. Masa cuman gara – gara orang lain aja kayak gitu sih.” Kata Nathan yang menyinggung perasaan ku.
“Buat mas, dia itu bukan orang lain. Mungkin buat lo dia orang lain.” Kataku bernada sedikit gusar.
“Di! Gak biasanya lo kayak gini. Plis deh nanti juga dia balik.” Kata Irfan yang mungkin tersingung mendengar perkataan ku ke Nathan.
“Tapi perasaan gw berkata lain! Gw ngerasa kalo dia gak bakalan balik lagi.” Kata ku dengan nada lebih keras.
“Mas, aku tau lu sayang banget sama dia. Tapi aku rasa dia gak mungkin ninggalin apartemen tanpa alasan. Jadi sabar aja dulu mas.” Kata Nathan menenangkanku.
“Damn!! Gw barusadar.” Kataku yang memukul – mukul kepalaku.
“hah?! Sadar kenapa di?” tanya irfan dengan bingung.
“di sini ada Nathan bego.... Nathan jangan bilang siapa-siapa ya” kataku yang agak panik.
“iya aku ngerti mas, tenang aja i’ll keep silent.” Katanya yang membuatku sedikit tenang.
Siang pun berganti sore, bahkan sudah mulai menjelang malam. Perasaan ku masih gusar hatiku tidak tenang, aku yang berada di kamar hanya dapat menunggu ia datang. Lamunanku di pecahkan oleh sebuah ketukan.
“Di, gw nganterin Nathan dulu ya. Nanti gw balik lagi.” Kata Irfan
“iya mas, mungkin besok aku dateng lagi.” Kata Nathan yang mulai meninggalkan kamar.
Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku harus begini? Banyak sekali pertanyaan – pertanyaan yang membuatku makin bingung,apa kesalahan ku sampai – sampai orang yang ku sayangi pergi meninggalkan ku. Pikiran ku terus membuatku berfikir sampai ada yang membuka pintu kamarku.
“Ardi, Are you okey?” kata Fauzi yang melihatku melilitkan selimut tebal.
“Fauzi!!” kataku langsung memeluknya. “kamu kemana aja?” kataku mulai meneteskan air mata.
“Tadi bayu telfon, katanya ada masalah di resto yang di bekasi.” Jawabnya dengan senyum.
“Tapi kenapa kamu gak kabarin aku?! Hp mati?! Bbm gak dibales!” Kataku dengan nada sedikit keras.
“Kan aku buru – buru, gak sempet isi batre.” Katanya dengan nada lembut sehinggamembuat ku luluh.
“Kamu gak boongkan sama aku zi?” tanyaku untuk memastikannya.
“Gak kok, kapan aku pernah bohong sama kamu.” Jawabnya yang menenangkan pikiranku.
“Ya udah, aku mau mandi dulu.” Kataku mulai bangkit dari kamar tidurku.
“Ayo... sekalian kita mandi bareng aja, soalnya dah lengket nih tadi macet – macetan.” Katanya menyusuliku.
“Maaf ya sayang, buat kamu cemas” katanya sambil menggosok – gosokan tangannya yang sudah di lumuri dengan sabun ke punggungku.
“Tumben bilang sayang – sayang biasanya gak mau” kataku berbalik dan menyabuni dadaunya dengan lembut.
“Kan aku gak mau kita kebiasaan, takutnya nanti keceplosandi ddepan umum lagi.” Katanya yang mulai menyalakan shower untuk membasuh badan kita yang sudah berlumuran sabun.
“Iya, eh kamu dah isi batre belum zi?” tanyaku
“udah tuh di wastafel.” Katanya yang mulai mendekatkan mukanya di depan muka ku. Perlahan – lahan ku mulai mendekati bibirnya dan melumat bibirnya tiba – tiba, Kringgg... kringgg... suara hp datang dari wastafel dan menganggu keromantisan kita berdua. Fauzi pun mulai berjalan dan melihat hpnya.
“Nih si Irfan telepon, bentar ya di” katanya sambil mengangkat hpnya “halo fan, ada apa?”
suaranya samar – samar dan aku pun mulai mendekat kepadanya
“Kenapa zi?” tanyaku padanya
“Nih si irfan marah – marah katanya kamu murung dari tadi.” Katanya memberi penjelasan.
“Iya, kita dah baikan kok fan, cuman salah paham aja.” Katanya melanjutkan obrolannya di telfon.
“udah pokoknya lu tenang aja, sekalian bawain makananya. Soalnya tadi belum beli makan malem gw. Bye...” Katanya lagi yang entah berkata apa si irfan karna suara yang samar – samar kalo di denger sih kayak cempreng – cempreng gimana gitu suaranya.
“ngomong apa aja tuh si irfan?” tanyaku sambilo mengajaknya kembali
“gak kok cuman bilang tadi kamu gag napsu makan, banyak pikiran, ngurung diri di kamar, katanya dia nanti mau kemari nginep dia bawa nathan sih tapi nathan nanti balik ke rumah sakit. Sekalian aja ku suruh dia bawa makanan” jelas si fauzi yang menaruhkan shampoo di tangannya dan menggosokannya di rambutku.
“bagus deh jadi kita gag usah keluar apartemen. Kamu shampooan gak?” kataku yang nyaman dengan beberapa pijitan yang di berikannya saat menggosok kepalaku.
“gak kok, Soalnya tadi pagi kan udah.” Jawabnya yang mulai menyalakan shower untuk membasuhi rambutku. “tutup matanya nanti perih.” Lanjutnya.
Kita pun sudah berpakaian dan akupun pergi ke daput untuk memotong beberapa buah untuk membuat es buah sebagai makanan penutupnya. Setelah memotong beberapa buah dan memasukannya di sebuah wadah dan memberikan sirup dan es batu di wadahnya, pintu apartemen pun terbuka
“Di, Zi, gw dateng nih bawa pesenan lu pada.” KataIrfan memasuki ruangan tengah.
“Heh! sembarangan masuk – masuk, bukannya mencet bel dulu malah main nyelonong” kataku dengan nada bercanda.
“Jelas – jelas gw tau kode pintu lo ngapain gw mencet bel segala” balas irfan dengan nada agak ngejengkelin.
“udah – udah mas, mumpung moodnya mas ardi lagi enak nih.” Kata Nathan sedikit menggoda ku.
“maksudnya apa tuh than? Udah berani nyindir nyindir ya” candaku.
“aduh – aduh mang anak kecil semua nih bercanda mulu, gak tau apa perut dah laper” kata Fauzi yang muncul dari pintu kamar.
“cie – cie yang udah baikan gak ngabar – ngabarin” kata Irfan yang menggodaku.
“hahaha... lu fan bisa aja, tapikan itu gara – gara si Ardinya aja yang lebay.” Canda Fauzi.
“Iya, tapi jarang – jarang gw liat lu berdua berantem baru kali ini malah.” Kata irfanyang heran.
“Emang iya mas baru kali ini berantem?” tanya Nathan kepada Irfan.
“Iya, mas aja sampe kaget than liat yang tadi. Gw juga baru tau kalo si ardi tipe pencemburuan.” Kata Irfan yang mulai mengodaku lagi.
“hahahaha.. ya udah deh mas ayo kita makan soalnya nanti kan aku harus ke rumah sakit lagi.” Kata nathan yang membuat kita semua ke meja makan.
kita pun melanjutkan makan. Tapi sedikit sekali perbincangan soalnya memang kalo ada si fauzi gak boleh makan sambil ngobrol jadi pas lagi selesai makan atau lagi makanan penutup aja baru ngobrol.
“Gimana dah selesai semua kan?” kataku yang mulai menata piring untuk diabawa ke dapur.
“Sini biar ku bantu” kata fauzi yang membantuku mengangkat ke dapur.
“Gimana than ibu lo? Udah sehat?” tanya ku.
“Udah mendingan lah mas dari kemaren.” Jawab Nathan
“Zi, ambilin gelas dong 4 biji. Kataku sambil berjalan menuju ke kulkas.
“iyah, sabar” katanya yang kemudian berlari ke dapur.
“wih... ada makanan penutup apaan nih?” tanya Irfan yang udah tau kebiasaan ku membuat makanan penutup sendiri.
“Hari ini Es buah aja sih, abis bahan makanan di rumah lagi kosong.” Kataku yang berjalan menuju meja makan.
“wah.. mas kayaknya enak nih, bau manisnya aja udah kecium.” Kata Nathan yang sudah tidak sabar mencicipi es buah yang penuh warna itu.
“hahahaha... bisa aja than, kayaknya lu suka yang manis – manis ya?” tebak ku.
“iya, aku memang suka yang manis.” Jawab nathan.
“oh, pantesan pas kemaren kan gw bawain puding melon yang lu buatin waktu itu di, abis sama nih anak.” Kata irfan yang di susul tertawaan kita semua.
“hahaha... bagus deh kalo suka, lain kali gw bawaain puding coklat deh, memang sih coklatnya agak manis aja cuman kalo di kasih vlanya pasti manis.” Kataku yang gak bisa diem kalo ngomongin makanan penutup.
“boleh tuh kayaknya enak deh.” Jawab nathan.
“Kok kamu buatin puding sih? Sama aku aja jarang.” Kata fauzi agak iri.
“ihh... dulu siapa yang bilang pudingnya ke lembutan? sampe – sampe pake lidah aja udah lumer?” kataku yang agak protes dengan kata –katanya.
“iya deh aku ngaku kalah ajah.” Kata fauzi yang memang dah kebiasaan ngalah.
tiba – tiba hp Irfan berbunyi, dia pun segera mengecek hpnya dan melihat nama displaynya Ridwandan segera mengangkatnya.
“Sebentar ya kayaknya ada kerjaan deh” katanya yang langsung berbicara.
“Ngomong – ngomong than semenjak kapan jadi model?” tanyaku basa basi.
“Baru 2 bulanan kok, abis mau nyari kerja dulu baru kuliah.” Jawabnya
“Tapi udah pernah ikut kelas model kan?” tanyaku
“Belum, ini aja masih masa trainee.” Katanya yang membuat ku sedikit bingung.
“Wah berarti lu punya bakat kali ya? abis kayaknya buat pemula rada kurang di percaya.”lanjuutku
“Emang kenapa di?” tanya fauzi kepadaku.
“Tadi kan pertama kalinya gw kerja bareng sama dia, tapi dah bagus kok. Cuman perlu lebih banyak pengalaman lagi.” Jawabku.
“di, lu ada model baru gak?” tanya Irfran yang selesai menelfon.
“gak ada fan, nih aja si Nathan.” Kataku mengusulkan.
“ini foto di luar kota, si Ridwan minta model yang fresh tapi dibali gitu. kamu bisa gak than?” Tanyanya kepada Nathan.
“Kapan ya mas?” tanyanya
“sekarang hari Jumat berarti minggu depan.” Kata Irfan
“Bisa sih, soalnya kemungkinan ibu bisa pulang 3 sampe 4 hari paling lama.” Kata Nathan
“Nah sekarang masalah fotografernya, di lu bisa kan bantu gw? si ridwan maksa lu nih. Plisss banget proyeknya lumayan nih” kata irfan.
“Zi, boleh gak?”tanyaku ke Fauzi
“Sama siapa aja fan?” tanya fauzi
“Gw sama ridwan orang terus modelnya 2 orang sama si Ardi jadi totalnya 5 orang.” Jawab irfan
“ya udah lah, asalkan gak lebih dari 3 hari 2 malem ya.” Kata fauzi.
“thanks ya Fauzi lu mang sohib gw.” Kata irfan yang kemudian menghubungi Irwan.
Hari ini tepat h-1 kepergian ku ke bali. Hari ini memang gak ada kerjaan di modeling agency, tapi tidak dengan EO yang baru 2 hari kemarin didirikan di studio foto ku. Yah, memang ini atas usulan salah seorang karyawanku untuk memperbanyak karyawan sehingga mengurangi jumlah pengangguran di jakarta yang katanya makin banyak.
"Zi, besok aku minta tolong dong liatin EO yang kemaren ku buat soalnya besok itu kan jumat dan penyeleksian pegawai yang masuk tolong ya." Kataku kepada Fauzi.
"Tenang aja Di, udah mendingan kamu cek apa lagi yang harus di bawa buat besok." Saran fauzi.
"Iya, nih juga mau beli beberapa barang buat besok. Kamu mau ikut gak?" Tanyaku
"Gak deh kamu pergi aja, aku lagi males. Tapi nanti makan malem di rumah ya." Lanjutnya lagi.
"Iya, tenang aja zi, malam ini bakalan jadi malam special sebelum aku pergi ke bali." Kataku mencoba untuk romantis.
"Janji ya" kata fauzi.
"Pasti, sekarang aku pergi ya." Kataku.
Hari memang masih siang aku pun menunggu orang tuk datang ke apartemen ku, bukan irfan bukan juga nathan, tapi mas mas yang belum ku kenal. Saat aku mulai merasa bosan ku lihat mobil Fauzi pergi, entah mau ke mana lalu datang juga sebuah mobil bertuliskan "Security Camera". Aku pun segera memasuki lift untuk menunggui orang - orang yang telah berjanji kepadaku. Ruangan tengak pun ku bersihkan lalu ting... Tong... Bunyi bel yang ku tunggu pun datang, dan segera ku bukakan pintu.
"Apakah benar ini dengan pak Ardi?" Kata sesosok pria yang gagah sedap di pandang mata.
"Iya benar, silahkan masuk. Saya dari tadi menunggu anda." Kataku
"Baik, saya akan meletakan cctv yang anda minta di sudut sini dan yang di sudut dekat balkon karna cctvnya sangat kecil kemungkinan tidak akan terlihan orang lain" lanjutnya menjelaskan.
Dengan begini, aku akan tau apa yang sebenarnya terjadi atas pikiran ku yang mulai curiga. Penginstalan pun selesai dan aku pun segera pergi meninggalkan apartemen dan berjalan menuju sebuah mall yang tepat berada di samping apartemen ku.
Sore pun berganti malam aku pun menenteng beberapa belanjaan di antaranya baju - baju yang tipis, lotion berspf agar kulit tidak terbakar matahari dan yang lainnya. Aku pun masuk ke apartemen ku.
"Ihh... Kok gelap gini sih?" Kataku yang bingung mengintip sedikit melalui celah - celah pintu. Lalu ku buka lebar pintu yang tadi menghalangi pengelihatan ku.
Jejeran lilin di tata seperti jalan yang mengiring ku ke meja makan. Di sana ada fauzi dengan lilin di meja makan dan beberapa lilin di tata melingkar, indah sekali di tambah bunga yang di letakan di meja memperindah suasana.
"Zi, trimakasih" kataku yang terpana melihat suasana apartemen yang berbeda.
"Iya sayang, sekarang kita makan ya. Ayo duduk." Katanya dengan lembut.
"Hari ini memang hari yang indah fauzi." Kataku yang mulai memotong daging dan menyendokannya ke mulutnya.
"Iya, malam ini malam yang indah. Hari special kita." Katanya yang juga melakukan apa yang tadi ku lakukan.
Hatiku jadi tidak enak, bahkan aku tadi secara tidak langsung tidak mempercayainya. Aku yang bodoh telah berfikir bahwa dia selingkuh. Sikapnya ini membuat ku menyesali apa yang tadi ku lakukan.
Kita pun selesai makan. Dan fauzi pun berkata "ayo kita tiup lilinya satu persatu, dan di tiga lilin terakir kita make a wish." Katanya mengajak ku.
"Iya, ayo... Aku yang itung ya... Satu.. Dua.. Ti.... Ga" kataku yang mulai meniup secara bersamaan.
Satu demi satu lilin di matikan. Ruangan yang tadinya di temani oleh cahaya lilin pun mulai menggelap. Akan tetapi keceriaan di hati ku tidak akan mati sama seperti lilin itu pikirku. Dan akhirnya tibalah di tiga lilin terakhir.
"Di sini kita ganti - gantian make a wishnya. Di mulai dari aku ya." Katanya.
"Iya fauzi." Kataku di temani senyumanku.
"Aku harap ardi bisa bahagia seperti ini." Katanya yang di lanjutkan tiupan ke lilin itu.
"Aku harap kita bisa selalu bersama" kataku yang juga meniup lilin ku yang pertama.
"Aku harap usaha ardi akan sukses" katanya lagi dan meniup lilin ke duanya.
"Aku harap orang - orang di sekitarku dan disekitar fauzi juga ikut bahagia." Pinta ku yang meniup lilin ku.
"Yang terakhir, aku harap kamu bakalan bahagia walaupun gak ada aku." Katanya meniup lilin terakhirnya.
"Kok kamu ngomongnya gitu?!" Kataku rada bete.
"Kan kamu mau ke bali, kan gak ada akunya. Biar kamu tetep seneng di sana." Katanya membuat perasaan ku tenang.
"Yang terakhir aku harap semoga tuhan memaafkan kesalahan - kesalahan yang kita perbuat." Kata ku meniup dan mengakhiri permintaan kita.
Hari ini di akhiri dengan keindahan, ku harap ke indahan ini bukan tuk yang terakhir. Karna ku tak rela akan kehilangan ke indahan yang selama ini kau berikan padaku. Dan aku pun memejamkan mataku untuk menyongsong hari esok.
"Di, bangun dong. Dah jam setengah 5 nih nanti si Irfan sama si nathan keburu dateng." Kata seseorang yang ku kenal terus menerus menggoyangkan badanku. "Bentar lagi ah, masih ngantuk" kataku yang belum juga membuka mataku.
"Untung lu cepet fan datengnya, bantuin bangunin ardi dong fan."Kata fauzi yang terdengar samar - samar di balik pintu.
Kali ini bukan lagi goyangan akan tetapi cipratan air dari tangan irfan yang membangunkan ku.
"Ihhh... Gak usah pake air juga kali" kataku yang terpaksa membuka mata karna dinginnya air yang terkena ac.
"Heh! Bangun gw tau lu pasti masih tidur makanya dateng cepet." Kata irfan.
"Sabar napa, baru juga jam segini." Kata ku yang membanting kembali tubuhku ke ranjang.
"Heh! Nanti gw mandiin lo! Kasian si nathan nungguin tuh." Kata irfan membujukku.
"Tau nih orang, mang paling susah kalo di bangunin." Kata fauzi.
"Iya... Iya deh aku ngalah mandi in tapi zi." Kataku yang masih malas bergerak.
"Iya.. Iya.. Ayo diri" kata fauzi.
"Gendong..." Pintaku
"Ya ampun... Liat umur dong di, memang badan lu agak kecilan dari fauzi tapi masa iya minta gendong" kata irfan protes.
"Biarin aja," kataku sambil menjulurkan ludah
"Iya - iya ayo mandi" kata fauzi yang mengendong ku.
"Zi... Aku gak mau ninggalin kamu" kataku saat ia menggidik badanku.
"Jangan gitu ah... Gak enak sama irfan." Balasnya
"Yah tapi kan..." Belum selesai ku bicara fauzi langsung berkata " kalo pake tapi tapi, sampe kapan gak mau kerja di luar jakarta? Kan lumayan buat pengalaman."
"Oke deh aku ngalah." Kata ku
"Lanjutin mandinya sendiri ya, aku mau angkat koper kamu dulu." Katanya yang mencuci tangan dan meninggalkan ku.
"Gimana? Dah lengkap semua kan?" Kata irfan kepadaku.
"Ada yang belum." Kataku.
"Apa lagi yang belum?" Tanya fauzi.
"Kamu belum ku masukin koper." Jawabku.
"Ihh... Kan kita dah sepakat tadi." Jawab fauzi.
"Yes I know, aku pergi ya" kataku dengan suara melemah.
"Oke let'a go" kata nathan dengan nada ceria.
Bali.
"Oke kita sampe bali juga nih" kata ridwan saat di mobil.
"Kita nanti fotonya dimana mas?" Kata rini yang merupakan model wanitanya.
"Di, menurut kamu mendingan di pantai atau pegunungan?" Tanya ridwan kepadaku.
"Kalo menurut gw sih pantai aja, kalo gunung mendingan kita ke puncak, atau enggak sukabumi." Kataku.
"Bener tuh wan, mendingan pantai aja" kata irfan lebih bersemangat.
"Ya elah palingan lu mau liat bule - bule fan." Kata ridwan.
"Hahahaha... Tau aja lu, lagian mang kita mau foto kapan? Udah di urus ijunnya?" Tanya irfan
"Lu pada tenang aja kita udah atur, sore ini di kuta, kan jadinya bagus tuh abis itu besoknya pagi-pagi jam 6an di sanur. Abis itu waktu bebas dah sampe besokannya." Jelasnya.
"Berarti jam 4an dah harus standby dong" kata nathan.
"Iya, mang kenapa than?" Kata ridwan.
"Itu mas ardi gimana. Tadi aja susah banget di banguninnya." Balas nathan.
"Ya udah ardi ma perlengkapan fotonya di mobil aja. Jadi kita berangkat gak ribet" kata irfan.
"Ya udah sekarang pembagian kamar ya, gw sama irfan, nathan sama ardi, rini kamu sama make up artisnya malem ini soalnya takut telat ato gimana kan ribet. Gak apa - apa kan ri?" Tanya ridwan yang sepertinya baik sekali sama rini.
"Gak apa-apa kok mas." Jawab rini malu - malu.
"Kita makan siang di hotel ya. Kan pasti pada cape, siapin juga barang - barang buat pemotretan." Kata irfan yang dilanjuti anggukan semua yang ada di mobil.
Ku ketikan sebuah bbm
Bargadi ardian (nama panjang ardi)
Zi, aku dah sampe nih... Kangen.. Tapi gak bisa ketemu... Jangan lupa ke tempat EO ku loh ya.. Aku dah bilang tadi sama Dea.
Pagi menjelang siang ini kita harus ke pantai dulu untuk survei tempat agar dapat menemukan tempat - tempat yang pas untuk pemotretan nanti sore yang bertemakan vacation karna kebetulan sebentar lagi libur sekolah yang kebanyakan keluarga pergi bertamasya. Dan pantai menjadi salah satu yang populer.
"Gimana di? Udah berapa tempat yang kemungkinannya bagus?" Tanya ridwan.
"Yah baru 10 titik sih tapi gw rasa udah cukup" kataku yang sedari tadi menjepretkan kameraku.
"Good, berarti tinggal ke hotel ya buat siap-siap" kata irfan.
"Nathan sama rini mana?" Tanyaku.
"Itu lagi main di sana" tunjuk si ridwan.
"Nathan! Rini! Dah pake sunblock belom?" Teriak ku yang menjadi pusat perhatian untuk sementara.
"Belom mas! Lupa bawa!" Kata mereka berdua bersamaan.
"Fan suruh mereka masuk mobil. Dari tadi kena matahari?" Tanyaku dengan panik.
"Gak kok baru keluar." Kata ridwan.
"Ya udah kita cabut dulu deh mau tengah hari nih. Kita istirahat dulu." Kataku yang langsung kembali ke mobil.
"Mas, hpnya bunyi tuh" kata nathan yang menyadarkan ku. Yap kita dah sampe di hotel dan sebentar lagi jam makan siang.
Ku buka hpku dan ada satu bbm dari fauzi
Fauzi
Maaf lama balesnya, soalnya pas kamu bbm aku udah di kantor kamu. Masa udah kangen sih... Kan baru berapa jam... Hihihi...
Nanti kalo udah pulang baru deh kangen - kangenan...
Aku pun langsung membalasnya
Bargadi Ardian
Emang kangen, sebenernya aku gak mau pergi. Aku maunya sama kamu aja. Tapi karna kamu yang minta, aku turutin deh... Jangan terlambat makan siangnya ya... Hihihi
"Mas lagi bbman sama mas fauzi ya?" Tanya nathan.
"Ih tau aja lu, tau dari mana?" Tanyaku
"Abis dari tadi senyum-senyum sendiri" kata nathan.
"Ahh... Jadi malu, eh than.. Sebenernya kamu g gak sih?" Tanyaku
"Gak tau mas tapi memang aku gak gitu tertarik sih sama cw" jawabnya polos.
"Berati belum tentu, bisa aja kamu belum ada ce yang nempel di hati lu." Jelas ku.
"Mas, enak gak sih jadi g?"Tanyanya
"Emmm.. Gimana ya, jujur aja sih enakan normal mungkin, soalnya kalo masyarakat tau kita g, ada kemungkinan di jauhin." Jawabku.
"Terus kenapa mas mau jadi g?" Tanyanya lagi.
"Jujur aja ya, itu semua kehendak hati gw, kalo gw mau jadi normal di mata orang-orang juga bisa, tapi apakah hati ini gak akan sakit nantinya? Tapi kalo menurutku sih kamu jangan coba - coba kalo dapet yang jago nanti ketagihan lagi." Jelas ku disusuli tawaku.
Jam dah nujukin pukul 4, otomatis gromobolan ardi dkk siap-siap untuk pergi ke kuta dengan mobil yang udah di carter oleh ridwan.
"Oke deh, dah ngumpul semua, berarti waktunya berangkat perlengkapan semuanya jangan sampe ketinggalan." Kata ridwan.
Dan di balas dengan anggukan semuanya.
"Oke, tema kita liburan ya, jadi harus ceria. Gak ada main - main soalnya waktu kita 30 - 45 menit buat foto di 4 titik ya." Kata ardi memulai.
"Sip" kata rini dan nathan bersamaan.
dan pemotretan pun dimulai.
"Fan, tambahin cahayanya dikit lagi terus chika tuh bedaknya rini gak rata, terus ekpresi kalian harus lepas ya, jangan kayak barusan." Kata ardi.
"Mas, kayaknya kita tambah anak kecil deh yang kayak gitu, kan suasana jadi ceria. Kesan naturalnya dapet." Kata nathan
"Wan, gimana? kalo mau sih mang bagusan kayak gitu. Biar gw yang urus." Kata ardi.
"Fine lah" balas ridwan.
"De, mau bantuin kakak gak?" Tanyaku menghampiri anak kecil.
"Ada apa ya mas" kata mas - mas.
"Maaf, bisa minta tolong gak mas anaknya kita pinjem dulu?"
"Gimana mil, mau gak?"
"Aku iya aja deh" katanya berwajah polos.
"Thanks mas. Ayo lewat sini." Kata ardi
“kalian fokus aja sama anak ini ya, mau main apa kek terserah kalian ikutin aja biar kesan naturalnya dapet” kataku memulai
“fan kurangin cahayanya” kata ardi
kira – kira kita menghasilkan 100 foto untuk siap di pilih dan selebihnya hanya menjadi kenangan.
"Wah mas, fotonya bagus - bagus" kata mas itu.
"Thanks mas, anak mas juga membantu jadi kesan naturalnya dapet." Balas ardi.
"Nama mas siapa ya?" Kata mas itu.
Aku menyodorkan kartu namaku.
"Wah mas fotografer dari jakarta!"
"Iya, anak mas juga nanti muncul di departement store di merek ****"
"Sebenernya dia adik saya mas"
"Oh, maaf mas. Jadi gak enak"
"Mas, kita dah beres - beres dan siap ke hotel." Kata nathan.
"Ya udah duluan aja, lagian males juga di hotel. Nanti nyusul aja, gak jauh kok." Balas ardi.
"Ya udah aku bilang ke mas ridwan."
"Mas mang gak kedinginan?"
"Gak, mas kedinginan?"
"Iya kayaknya mau ke hotel kasian si mila"
"Mas di hotel mana?"
"Kartika mas"
"Sekalian aja sama mereka. Sama ini hotelnya lagian mas juga dah bantu."
"Makasih mas"
Ardi mengetik kan hpnya
Bargadi ardian
lagi di kuta, di sini dah mulai gelap. Tadi gimana rapat EO nya?
kamu jangan lupa makan, gak ada aku yang ingetin.
aku belum dapet balesan dari kamu loh......
Aku hanya dapat merenung, di temani deru ombak dan angin yang terus berhembus terus seakan menyuruhku untuk pergi, tapi hati yang ini sedang merindu. Merindu seseorang yang ingin di lihatnya.
dering hp berbunyi, ia segera membuka dan berharap itu dari seseorang yang ia tunggu namun ia kembali kecewa dan membuka bbm tersebut
Irfan
Di, balik ke hotel. Di luar dingin nanti kalo kamu sakit kita yang repot
plissss.... nurut sekali aja sama gw.
Bargadi ardian
Ok
Ia pun beranjak pergi meninggalkan tempatmerenungnya tadi dan terus berjalan hingga sampailah di depan hotel dan seseorang menyapanya.
“Ardi! Udah balik” katanya membuyarkan lamunan ardi
“iya mas, dah di suruh balik.” Balasnya
“Daniel, panggil aja niel. Lagian kita juga seumuran” katanya dengan senyuman manis.
“iya ya? Maaf kalo gitu mau ikut masuk?” kata ardi
“Mari”kata daniel.
“Ardi! Lama banget sih? Katanya oke tapi dah 1 jam lu jalan. Dan bbm gak di bales!” kata irfan dengan nada cemas.
“Sorry... kalo gitu gw masuk kiamar aja ya.” Katanya mulai berjalan
“gak makan dulu?” kata daniel
“gak deh, gak napsu makan” jawab ardi.
“Di, makanlah kalo sakit siapa juga yang repot?” jawab Irfan
“Bawain aja salad buah. Nanti gw makan.” Katanya dan pergitanpa mengindahkan ucapan kedua orang itu.
Ia pun tertidur di tengah hatinya yang bingung entah karena lelah atau karena ingi menghindar.
“Nathan, kenapa lagi si ardi?” tanya irfan saat makan malam.
“gak tau tuh mas, tadi siang seneng –seneng aja.”
“sorry boleh gabung?” kata daniel yang membawa Mila
“gak apa – apa mas, gabung aja” kata rini.
“thanks, lagi ngomongin apa nih?” jawabnya lagi
“itu mas, si ardi lagi kenapa tau.” Kata ridwan nyambung.
“udah mas biarin aja, dia lagi banyak pikiran. Jangan terlalu banyak di tanyain.” Katanya
“mas perhatian amat sama ardi?” kata Irfan
“hahaha... saya psikolog, saya ngerti kalo dia lagi nungguin sesuatu, palingan pacarnya” balasnya
“wahh... hebat, kalo gitu saya minta kartu nama mas dong” jawab nathan
“nih, kalo ada perlu tinggal calling aja.”