Berawal dari kedekatan teman 1 kampus dengan perempuan dari salah 1 negara yang cukup berkembang di asia, ada satu hal yang mengusik saya pribadi dengan hubungan teman saya ini. Setelah mengetahui masa lalu sang wanita ini dari salah seorang teman melalui chatting, seketika saya berusaha untuk 'menyelamatkann' teman saya ini dari broken-hearted love life untuk yang kesekian kalinya.
Memang pada dasarnya ini bukan urusan saya karena toh yang menjalani hubungan ya mereka. Tetapi karena rasa kasian yang terlalu tinggi sama temen yang 1 ini yang mencari perempuan yg menjunjung tinggi loyalitas, jlas agak berang setelah mengetahui sifat dari perempuan negeri ginseng ini dari teman chatting saya yang diberitahukan langsung dari mulut sang perempuan. Bagaimana tidak, perempuan ini yang kurang mempunyai rasa loyalitas dalam menjlin hubungan dulunya perebut lelaki orang yang notabenenya masih berhubungan dengan orang lain. Setelah dapet, lalu putus, dan mendapatkan lelaki lain dengan cepatnya.
Sadar dengan masa lalunya yang kelam, saya berusaha sebisa mungkin melepaskan teman saya dari 'jerat maut' sang perempuan ginseng ini dengan mengirimkan sms berisikan fakta dan 'ribuan' saran yang saya sodorkan agar berpikir masak masak untuk memacari perempuan yang konon katanya cantik ini [yang pada dasarnya make up dan tatanan rambutnya bak setan negeri sakura di film film horror 500juta kali lipat pangkat 15 lebih seram].
Terkejut dengan sms yang saya kirimkan,diskusi pun dimulai. Saya lebih terkejut lagi dengan paparan penjelasan yang dia berikan. Dari orang yang saya cukup ketahui memang dasarnya anak ini susah diajak ngomong serius, pendapat yang diberikan dari pemikirannya sendiri seolah mengisyaratkan 'i can think differently more than what you have thought after all this time.' inti dari pemikiran yang dia berikan adalah, dia akan tetap maju menjajaki hubungan yang entah mau dibuang ke jurang manakala ditemukan ketidakcocokkan atau dibawa ke singgasana percintaan disambut dewi dewi cinta nantinya. Kalaupun ditemukan ketidakcocokkan, yang jelas dia bilang itu bukan berdasarkan 'sms saya ataupun kata orang', itu berdasarkan pengalaman yang dia jalani selama masa penjajakan. Itu 1 poin positif 'membuang jauh jauh kata orang, merasakan sendiri meskipun hasil kurang baik, yang terpenting mengetahui fakta berdasarkan judgment sendiri bukan judgmet orang lain.'
sempat speechless tidak tahu mau balas apa, akhirnya saya replied , 'semoga bisa berubah ya. Everybody deseves second chance.' stelah menekan tombol kirim, 1 hal saya renungi baik baik ketika saya berdiri terpaku di hadapan tumpukaan majalah di kinokuniya bookstore. 'everybody deserves a second chance. Why did i type that?'
tidak disangka sangka, jawaban dari teman saya ini kian menampar diri sendiri 'harus mikir positif lo!', begitu kurang lebih teriakan hati nuraninya. Dia bilang , ' gua harus kenal dulu baru bisa judge. Kalo dari gosip dan masa lalu, kita semua punya itu dan pasti ada yang buruk' DEG. Statement selanjutnya kiaz menambah kecengoan .'dan gua selalu berpikir dengn memposisikan diri gua di orang lain dan gua sangat setuju kalo semua orang BERHAK punya kesempatan kedua mungkin ketiga dst. TERGANTUNG CARA kita menanggapinya'. BLAM! I was like, 'whaaaaaaattttt????' at d first time. Tersiratlah kata kata ini 'stupidity or second chance?' i cannot differentiate them. Kalau dipikir pikir, analoginya, napi aja dipenjara bisa bebas. Yang bebasin stupid ato ngasi second chance (untuk berbuat baik tentunya)? Pelacur aja bisa kawin. Yang menikahi stupid or ngasi second chance? Sekali lagi itu semua tergantung masing masing orang menanggapinya.
Dari cerita di atas, saya percaya temen temen di sini yang uda perna pacaran juga mungkin punya problem masalah 'loyalty'. The question is, kalau sudah tau masa lalunya dan memilih melanjutkan, is that stupidity or a second chance? mengingat dunia 'ini' konon katanya lebih kejam. Kalau mikir negatif, ya that is plain stupid. Tapi kalo mikir positif seperti temen saya, it's a second chance. Perhaps. Just my 2 cents.
-to love or not to love : that is the question -
Comments
tapi kita juga harus cukup pintar untuk tidak terjerumus ke dalam persoalan yang sama untuk kedua kalinya
Tahu sesuatu jangan dari satu pihak aja (pihak pro atau cons aja. harus denger dua2nya). dari critamu diatas km cuma tau si cewek ginseng secara 1 sisi aja (gossip buruk ttg dia dr orang lain). udh yakin 100% kalo itu bener? udah denger penjelasan pihak lain? (cew ginseng itu sendiri secara langsung).
hanya denger dari 1 pihak udah nge cap yg belum tentu bener its not wise bro.
emang ironis banyak kasus di dunia kalau orang dibenci hanya dari gosip2nya, padahal ga kenal orangnya tsb sama sekali. padahal blum tentu itu bener.
temenmu itu pasti punya pertimbangan seperti diatas.
so...stop judging guys, only God can judges peoples. everyone indeed deserves a second chance. mikirin masa lalu orang trus, pacaran sama manequin aja heheh.
peace heheh