Nama gue Davi. Dari sekian nama Davi di muka bumi ini mungkin gue lah Davi yang paling beruntung. Yap, cuma gue. David Alpha Darisson. Kata orang-orang gue itu makhluk beruntung yang nyaris sempurna hidupnya. Benarkah? Lets see.
Di liat dari tampang dan fisik gue jauh banget dari kategori jelek. Gue blasteran Jerman-Manado. Gak perlu ditanya lagi berapa agensi model yang bolak balik berdatangan ke rumah gue. Kalau di liat dari kemampuan otak, gue masuk ke kategori anak ber IQ tinggi dan selalu dijagokan saat ada olimpiade. Gue juga penyetor tetap piala olimpiade ke sekolah.
Juga dari jumlah uang yang ada di saku dan dompet keberuntungan gue juga gak perlu diragukan lagi. Papa gue termasuk pengusaha terkenal di Indonesia maupun di Jerman sedangkan Mama gue merupakan pemilik boutique ternama di kota gue.
Tapi kadang gue ngerasa ada yang kurang dari apa yang gue punya sekarang ini. Padahal temen-temen gue menilai hidup gue nyaris sempurna bahkan mereka ingin memiliki apa yang gue miliki sekarang. ‘Gue pengen banget jadi Davi’ kalimat kayak gitu pun udah sering banget gue dengar. Entah apa maksudnya. Gue gak ngerti kenapa mereka enggak mensyukuri apa yang mereka miliki, mereka lebih suka membanding-bandingkan hidup mereka dan membuang buang waktu dengan mengeluhkan apa yang mereka miliki. Memang sudah kodratnya manusia untuk tidak pernah merasa puas. Begitu juga dengan gue.
“ Heh prince! Pagi-pagi udah ngelamun aja lo.”terdengar suara yang sudah tidak asing lagi. Suara sahabat sekaligus teman sebangku gue. Rezky Ardan Dwiguna atau yang sering dipanggil Eky ini teman gue sejak TK.
Awal pertemanan kami dimulai saat pertama kali bertemu. Kami bertemu saat kami sama-sama bermain di Taman. Gue main pelosotan waktu itu entah karena apa tiba-tiba aja kepala gue duluan yang melucur. Otomatis kepala gue yang duluan mendarat dan terbenam ke pasir. Gue meronta dan muncul lah Eky saat itu sebagai pahlawan gue. dia bantuin gue bangun dan bantu bersihin muka gue dari pasir. Gue nangis. Gak kebayang gimana kolotnya gue(namanya juga anak TK). Waktu itu guru yang mendampingi kami pergi entah kemana. Eky sempat kasihan ngeliat gue nangis. Waktu dia tau gue nangis karena ada pasir yang masuk ke mulut gue dia langsung nyodorin lollipop yang dia pegang. Gue diem. Tanpa kata-kata gue langsung nyambar lollipop yang ia sodorkan, gue tersenyum berterima kasih. Eky pun balas senyum gue. Sejak insiden itu waktu-waktu bermain di Taman gue habiskan bareng Eky.
Gue dan Eky pun akhirnya memutuskan untuk menjadi teman sepermainan untuk hari-hari selanjutnya karena kebetulan Eky ternyata tetangga gue, waktu sd, smp sampai sekarang teman dekat gue masih tetap Eky begitu juga dengan Eky. Gue udah nyaman banget temenan sama Eky kalau temenan sama yang lain mungkin gue bisa ketawa tapi kalau bareng Eky gue bisa tertawa lebih lepas, gue bisa jadi diri gue sendiri.
Satu-satunya teman yang paling gue percaya juga satu-satunya teman gue yang apa adanya. Sosok teman seperti Eky ini lah yang pantas disebut sahabat.
“ Ky, thanks ya selama ini lo udah mau jadi sahabat gue.”Eky yang baru berhasil menyandarkan tubuhnya ke kursi yang ada disebelah gue langsung menatap gue takjub. Matanya membesar gak berkedip. Dia keliatan shock. Shock yang dibuat-buat untuk sekedar mengejek gue. Raut wajahnya seolah berkata gue-gak-salah-dengar-?. Gue balas tatapan Eky dengan raut wajah bosan.
“ Lo gak lagi sakit kan Tuan Muda? Atau jangan-jangan lo kesambet nih. Tuhkan! Baru aja gue pergokin ngelamun lo udah kesambet duluan.”
“ Anjing lo ah!”gue mendengus geram dan memukul kepala Eky dengan cepat. Dia malah tertawa ngakak.
“ Selama ini lo selalu ngeluh berteman sama gue. yang lo bilang gue ngerepotinlah, nyusahinlah, bikin ribetlah, parasitlah. Nah kok sekarang malah give thanks gitu ke gue? pake kata-kata ‘sahabat’ lagi.” Apa yang Eky bilang itu emang benar. Gue memang sering ngeluhin sifat dia yang gak jauh beda sama sifat-sifat orang yang berteman sama gue selama ini. Gue tau mereka gak tulus temenan sama gue. Pasti ada aja yang mereka mau dari gue. itu yang buat gue gak percaya sama yang namanya teman sejati.
Tapi Eky beda. Beda tipis sih. Kalau yang lain pada pake topeng dan bersandiwara Eky justru enggak. Dia apa adanya. Kalau dia memang manfaatin gue untuk bantuin dia ngerjain tugas dia jujur-jujur aja, to the point aja. Gue marahin dia karena sifatnya itu dia juga terima-terima aja, dia nyadar diri juga. Kalau dia lagi bokek juga dia gak segan-segan buat ngutang ke gue. Sifat dia yang kayak gitu yang buat gue nyaman temenan sama dia.
Gue sama Eky itu pokoknya udah klop bangetlah. Untungnya temen gue yang kayak Eky cuma satu, satu-satunya tepatnya. Gak kebayang kalau gue temenan sama Eky lainnya. Bisa bangkrut gue.
“ Lo gak selamanya nyusahin gue kok ada saatnya lo berguna dan membantu di saat-saat tertentu juga. Kalau dalam istilah biologi sih kita ini simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan.”
“ Smart! Akhirnya si tuan muda sadar juga apa kelebihan gue ini.”Eky tersenyum bangga. Tawa gue langsung pecah. Tawa mengejek pastinya. Baru dipuji seperti itu dia langsung merasa angkuh seolah mempunyai derajat lebih tinggi dari gue.
“ Songong lo!”
“ Eh tapi beneran tadi tuh kata-kata lo? Berterima kasih sama gue?”Eky masih tak percaya.
“ Iyaaaa Eky.”nada suara gue mulai terdengar ogah-ogahan.
“ Wah prince jangan-jangan lo mau mati! Gue denger-denger sih katanya orang yang mau mati itu biasanya punya firasat yang buat dia jadi minta maaf atau berterima kasih gitu ke orang-orang terdekatnya. Yahh..Davi lo jangan mati dulu dong entar gue nyontek sama siapa? ngutang ke siapa?”Eky mulai cemas-cemas gak jelas. Ini anak kebanyakan nonton sinetron kali yak. Yang gue sebelin kata-kata terakhir dia itu loh kalaupun gue mati kenapa malah hal gituan coba yang dikhawatirkan? dan mukanya tuh keliatan serius pula.
“ Ih kampret lo. Ngaco banget dah. Kalau gue mati juga paling Sheera yang jadi janda bukan lo!”Eky lagi-lagi tertawa lepas dan tak memperdulikan gue yang bersungut-sungut kesal.
Perlu digarisbawahi, Eky manggil gue Prince bukan berarti dia princess gue. Dia manggil gue Tuan muda juga bukan berarti dia anak pembantu di rumah gue. Itu ejekan halus dia. Katanya kehidupan dirumah gue glamour banget. Gue itu ibarat Prince di cerita dongeng dan Tuan muda di kehidupan modern. Gue agak risih juga sih dipanggil begitu apalagi teman-teman lain juga udah mulai ketularan manggil gue dengan panggilan norak itu tapi walaupun gue udah protes berulangkali, Eky tetap aja konsisten dengan ejekannya yang buat gue akhirnya nyerah dan memilih cuek.
Ngeliat Eky masih asik ketawa gue langsung memanfaatkan keadaan, gue arahkan kedua tangan gue ke bagian belakang kepalanya dan mencolek bagian tersebut dengan salah satu jari tangan gue. Eky menyadarinya dan dalam sekejap tawanya mulai mereda.
“ Yang mana?”gue langsung menunjukkan kesepuluh jari gue ke depan wajah Eky untuk ia tebak. Eky harus menebak jari mana yang tadi mencolek kepalanya. Eky yang tau pasti permainan yang kami mainkan sejak kecil ini menatap gue kesal. Dia kecolongan. Gue tersenyum menahan tawa tinggal satu langkah lagi bakal gantian gue yang tertawa. haha
“ Nih!”Eky yang sudah pasrah menunjuk jari tengah tangan kanan gue. Gue memang sering nyolek pake jari tengah biar gampang gitu ngejitaknya. Pake jari tengah juga bikin jitakan gue lebih mantap dan sakit. Tapi kali ini Eky tidak lebih beruntung.
“ Salah bego!”gue langsung mencubit pipi kanan Eky dengan kuat. Dia meringis kesakitan dan berusaha menjauhkan tangan gue. Wajahnya yang putih bersih seketika memerah padam. Yap, gue nyolek Eky pake jari telunjuk juga jari jempol gue jadi kalau Eky salah tebak gue bisa nyakitin bagian wajahnya dengan jari yang tadi gue pake buat nyolek dia, gitu sih peraturan permainannya. Ngertikan? Kalau tadi Eky gak lagi asik ketawa mungkin dia bisa dengan mudah menebaknya. Jadi permainan ini gak cuma butuh kecepatan tangan tapi juga kesempatan yang bagus.
“ Lo curang! Lo gak bilang kalo lo pake dua jari!.”Eky mulai gak terima. Dia ambil sikap mau ngebales gue.
“ Gapapa dong tadi lo sendiri yang bilang kalau gue kayaknya bakalan mati jadi sebelum mati gue pengen puas-puasin dulu nyiksa elo.”gue mulai tertawa puas. Eky terdiam dan tak berani protes lagi. Ia garuk-garuk kepala yang gue yakin gak gatal sama sekali. Ia nyengir paksa seolah mengatakan iya-juga-ya. Mungkin dia agak nyesel dengan dugaan yang tadi dia lontarkan. Maksudnya mau nakut-nakutin gue malah dapet jitakan kan? Haha. Rasain! Siapa suruh tadi ngomong yang ngaco-ngaco kalaupun iya gue bakalan mati dia malah mikiran yang nggak ada penting-pentingnya sama sekali. Seenggaknya mikir gue bakal masuk surga atau nggak gitu kek.
----***----
“ Davi, hari ini gue ada latihan drama di aula. Lo nonton ya.”Sheera menatap gue penuh harap tangannya sibuk memainkan dasi yang ia kenakan. Sheera ini pacar gue. Cewek cantik yang sering jadi princess di cerita drama yang sering diadakan di sekolah gue. Sheera ikut ekskul drama. Dia jago banget acting. Dia juga sering dapet peran jadi princess karena dia emang pas banget buat peran itu. Penampilannya glamour, anggun, lembut, ramah dan penuh pesona. Jadi bagi gue Sheera tuh salah satu anugerah dari semua anugerah yang gue dapatkan.
Tapi pacaran sama Sheera sekalipun gue tetep aja males sama yang namanya pacaran. Jatuh cinta, PDKT, nembak, patah hati, galau, dan semua yang berhubungan sama pacaran. Gue bener-bener gak ngerti dan gak tertarik dengan itu semua. Please deh, gue masih 15 tahun. Gue masih pengen manja-manja sama PS gue, masih pengen PDKT sama film kartun favorite gue dan hal-hal berbau childish yang masih terasa menyenangkan buat gue.
Gue juga sama sekali belum ngerasain jatuh cinta, apa yang gue rasain ke Sheera saat ini cuma sekedar suka aja. Kalau kata orang tua sih cinta monyet ya? Gue juga gak pernah PDKT sama Sheera. Seperti yang gue gambarkan sebelumnya gue lebih suka main-main bareng Eky dengan ‘kechildishan’ gue daripada ngelakuin hal yang menurut gue terlalu ‘gatal’. Entah karena terkesan ‘gatal’ atau tengsin. Yang jelas Sheera yang PDKT duluan ke gue dan membuat gue suka sama dia. Gue terpesona dengan aktingnya yang memukau juga semua yang ada padanya membuat gue begitu tertarik. Atas saran Eky, gue nekad nembak Sheera dan jawaban Sheera udah bisa ditebak. Dia nerima gue. Gue sempat ragu buat pacaran tapi Eky nyuruh gue nyoba katanya kalau enak dia pengen ikutan pacaran juga lagian Sheera itu cantik dan gak terlalu centil. Dia anggun dan kalem. Dia beda dari cewek yang selama ini ngedeketin gue makanya akhirnya gue coba juga pacaran sama dia.
Penghuni sekolah langsung heboh waktu itu. Banyak komentar yang menanggapi hubungan kami. Ada yang bilang kami pasangan paling ideal, pasangan paling cocok, ada juga yang kepo nanya-nanya hubungan kami yang menurut gue privasi banget untuk di lontarkan.
Selama pacaran kami jarang melakukan hal yang biasa orang pacaran lakukan seperti jalan-jalan, gandengan tangan, makan bareng juga kissing. Sebagai pacar gue ngerasa gagal. Bayangin aja gue lebih sering makan bareng Eky, lebih sering gandeng tangan Eky, lebih sering ngabisin waktu buat main-main bareng Eky juga. Sheera sadar akan hal itu tapi dia gak berani protes, dia malah berusaha ngerubah diri dia jadi seperti yang gue mau.
Kayak kejadian beberapa hari lalu, Sheera ngotot buat gantiin Eky nemenin gue beli komik. awalnya gue nolak. Alasan gue sih halus banget tapi aslinya gue masih kaku sama Sheera padahal Sheera itu pacar gue sendiri. Alhasil, kami lebih sering diam sepanjang perjalanan dan cuma ngobrol ringan sebentar karena waktu gue ajak ngobrol tentang komik Sheera gak ngerti sama sekali tapi dia berusaha untuk mencairkan suasana dengan mengalihkan perbincangan mengenai dongeng-dongeng yang sering dijadikan tema drama yang ia mainkan. Gak nyampe sepuluh menit gue udah ngantuk dengarnya. Cara Sheera bercerita ngingetin gue sama almarhumah nenek gue waktu ngedongeng (hehe maaf ya Sheera).
Tapi sehambar apapun cinta monyet gue ini gue lebih memilih untuk gak mutusin Sheera. Gue milih untuk mempertahankan Sheera. Gue udah yakin banget kalau Sheera lah cewek idaman gue. Cewek yang udah klop banget buat gue. Gue cuma butuh waktu aja untuk mencapai masa-masa remaja gue dan menghilangkan sifat childish gue ini. Kapan tepatnya gue gak tau pasti.
Gue juga yakin banyak cowok lain yang pengen pacaran sama Sheera terutama kakak-kakak kelas gue. Sheera itu adik kelas yang paling bening, eksis dan baik dimata mereka. Sheera juga penyebab banyak orang menyerukan kalimat seperti ‘Gue pengen jadi Davi’. Jadi gue gak mau nyia-nyiain Sheera.
“ Maaf ya, Ra. Tapi gue ada les piano hari ini.”gue mengelak dengan sehalus mungkin. Wajah manis Sheera langsung menyiratkan kekecewaan. Sheera cantik banget ya.
“ Kapan lo bisa? Lusa gue udah GladiResik.”Sheera menunduk. Gue tau dia lagi memendam kesal. Gue sadar gue memang bukan pacar yang baik buat Sheera. Gue egois. Gue memang gak pernah nyempatin diri buat liat dia latihan. Paling mentok juga gue ngeliat dia kalo dia udah show di panggung doang. Balik lagi ke prinsip gue tadi, masih banyak hal childish yang menyenangkan yang harus gue cicipi. Jangan sampai percintaan monyet kayak gini merenggut masa-masa menyenangkan yang terbatas.
Sheera mungkin udah bisa menebak alasan penolakan gue. Terlalu basi dan keliatan banget kesan ngarangnya. Lo percaya gue yang childish ini hobi mainin jari gue dengan glamournya diatas tuts paino? Tentu aja nggak. Lebih menyenangkan menekan tombol di stik PS gue daripada tuts-tuts piano yang membingungkan itu.
Tapi Sheera sama sekali gak curiga karena gue sebenarnya memang bisa main piano juga mengikuti lesnya namun itu semua bisa gue lakuin sesuka hati gue, sesuka mood gue. Nggak rutin kayak yang gue bilang ke Sheera. Untungnya orang tua gue gak memaksakan gue untuk terpaku dengan kehidupan glamour mereka. Inilah nilai plus buat orang tua gue.
“ Kalau lo GR(gladiresik) gue pasti nyempatin buat ngeliat kok.”cuma sebaris kalimat menghibur seperti itu saja sudah membuat Sheera senang dan berbinar-binar bahagia.
“ Lo serius?”gue mengangguk mantap, Sheera langsung girang. Kegirangannya tak menghapus kesan anggunnya sama sekali. Dalam keadaan apapun Sheera tetap terlihat cantik. Duh gue kok jadi deg-degan gini ya.
Cup.
Dengan sedikit berjinjit Sheera mencoba menyamakan tubuh jangkung gue dan mengecup pipi gue dengan cepat. Gue shock. Debaran jantung gue makin cepat. Gue jadi salting sendiri. Sheera juga. Ia menunduk malu-malu dengan seulas senyum manisnya. Dia agak agresif dan keagresifannya itu sedikit menoreh kesan anggunnya tapi gue sama sekali gak liat ada penyesalan di wajah cantik Sheera. Dia terlihat bahagia. Gue juga.
Jadi, siapa coba yang mau nolak tukaran hidup sama gue? siapa yang bisa memungkiri ke’asyik’an hidup gue ini? Gue yakin lo juga bakal lontarin kalimat ‘Gue pengen jadi Davi’ haha
“ Eh disini lo rupanya asik-asikan pacaran. Ayoo pulang prince! guru les piano lo udah nelpon gue tadi.”tiba-tiba Eky nongol. Dia langsung menyapa Sheera dengan senyumannya.
Nelpon? Guru les? Oh iya gue lupa, tadi kan gue emang sengaja nyuruh Eky buat bilang kayak gitu biar bohong gue gak ketauan. Sebenarnya hari ini gue sama Eky mau ngeborong komik di Toko buku yang jauh dari peredaran Sheera kan malu banget kalau gue kepergok bohong lagi. Jadi harus bikin strategi yang lebih bagus lagi dong.
“ Hei Sheera. Princess, princenya gue pinjem dulu ya tangan halusnya harus dilatih buat memainkan tuts piano soalnya.”Eky mulai berbasa basi dengan lebaynya. Wajah Sheera langsung memerah ia menunduk malu dan tersenyum kecil.
“ Iya Eky. Gue balik luan ya mau latihan. Bye.”Sheera langsung beranjak pergi meninggalkan gue dan Eky.
“ Loh loh..kok Sheera main pergi aja bukannya lo suruh gue kesini buat ngeyakinin dia?”Eky keheranan , wajahnya kebingungan dan seperti biasa kalau lagi bingung dia pasti garuk-garuk kepalanya. Kepalanya gak gatal cuma itu udah jadi bagian dari kebiasaan Eky kalau lagi bingung.
“ Udahlah. Dia gak curiga kok. Baguskan? Lagian tadi gue udah janji kalo lusa gue bakal nonton dia GR.”
“ Lusa? Loh bukannya lusa kita bakal ikutan festival layang-layang. Gimana sih lo?”
“ Waduuh iya gue baru ingat gimana dong?”
“ Ah lo bego banget sih.”
----**----
Comments
belom keliatan benang merah nya, apa gw yang rabun ya ayolah di lanjut
Kayaknya gw tau maksud angka 15 dan 20 di judulnya...
Itu nandain umur kan?
apkah next prince pacrn sm eky????
Wkwkkkwk