Kurang Minum Bisa Bikin Orang Gampang Marah
Vera Farah Bararah - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Pada kondisi tertentu seseorang bisa jadi gampang atau mudah marah. Jika tidak menemukan alasannya, ada kemungkinan kondisi yang gampang marah ini akibat tubuh kekurangan cairan atau minum.
Para peneliti dari University of Connecticut’s Human Performance Laboratory menemukan dehidrasi ringan bisa mengubah suasana hati seseorang, tingkat energi dan juga fungsi mentalnya. Salah satu gejala yang muncul adalah tiba-tiba merasa emosi atau mudah sekali marah.
Selain itu peneliti juga menemukan dehidrasi ringan terutama pada perempuan yang masih muda bisa menyebabkan sakit kepala, kelelahan dan sulit berkonsentrasi, serta ia harus berjuang keras untuk menyelesaikan tugas yang sederhana.
Sedangkan di sisi lain, yang terjadi pada laki-laki umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan tugas mental terutama yang berhubungan dengan kewaspadaan dan memori, serta kecemasan dan ketegangan. Hasil studi ini sudah dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition.
"Untuk perubahan suasana hati lebih banyak terjadi pada perempuan, jika mengalami ini sebaiknya istirahat dan minum segelas air," ujar penulis studi Harris Lieberman, seperti dikutip dari HuffingtonPost, Selasa (20/3/2012).
Lieberman menuturkan dehidrasi ringan disini adalah kehilangan 1,5 persen dari volume air di dalam tubuh dan kondisi ini sebenarnya bisa dialami oleh semua orang, baik pada pekerja kantoran yang hanya di depan komputer atau pelari maraton.
"Umumnya sinyal rasa haus tidak akan muncul ketika ia mengalami 1-2 persen dehidrasi, sehingga banyak orang yang tidak menyadari kondisi ini dan nantinya berdampak pada pikiran serta tubuh," ungkapnya.
Dehidrasi terjadi bila tubuh kehilangan atau berkurangnya cairan dalam tubuh, kondisi ini mengganggu keseimbangan mineral seperti garam dan gula yang nantinya berdampak pada fungsi atau kerja tubuh.
Banyak penelitian yang mencoba merekomendasikan asupan cairan harian, tapi hal ini bervariasi tergantung beberapa faktor seperti individu, usia, iklim dan fisik. Namun secara umum asupan air yang sehat adalah sekitar 1,2-2 liter (6-8 gelas) per hari.
(ver/ir)
BACA JUGA :
................
Ini Akibatnya Jika Tidur dalam Kondisi Marah
Vera Farah Bararah - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Sebagian besar orang pernah mendengar pepatah kuno yang melarang tidur dalam kondisi marah. Hal ini ternyata ada benarnya, karena tidur dalam kondisi marah bisa menimbulkan bahaya.
Sebuah penelitian terbaru yang dimuat dalam Journal of Neuroscience, para ilmuwan menemukan pepatah ini ada benarnya, karena saat marah ada emosi negatif dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Studi melibatkan 106 laki-laki dan perempuan yang dihadapkan pada beberapa gambar yang menimbulkan berbagai emosi, termasuk emosi negatif.
Diketahui perasaan marah atau pengalaman meresahkan yang muncul bisa membuat orang sulit tidur dan otak berusaha menjaga memori atau emosi tersebut, seperti dikutuip dari NYTimes, Senin (6/2/2012).
Dr Alexander Golbin menuturkan kemarahan terutama yang sudah bersifat kronis bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, meningkatkan tekanan dalam tengkorak, membuat nafas jadi tidak teratur, menyebabkan kejang otot kronis, penurunan aktivitas insulin serta gejala lainnya.
Jika seorang mencoba untuk tidur dalam kondisi marah, maka bukan tidur nyenyak yang bisa didapatkannya melainkan seseorang bisa mengalami insomnia. Kalaupun ia bisa tertidur, maka berisiko lebih sering terbangun di malam hari dan membuatnya lemas, menurunkan sistem kekebalan tubuh serta mengantuk keesokan harinya yang dapat mengganggu aktivitas.
Hal ini dikarenakan saat tidur tubuh mengaktifkan fungsi fisiologis yang membuat seseorang siap untuk beraksi. Ketika terbangun di malam hari, maka bisa saja ia menjadi semakin marah.
Respons fisiologis yang dipengaruhi oleh suasana hati ini membuat orang sangat sulit untuk tertidur nyenyak sehingga menyebabkan berbagai macam ketidakseimbangan dalam tubuh yang mengakibatkan memburuknya kesehatan.
Cara terbaiknya adalah menetralisasi atau melepaskan kemarahan yang muncul, misalnya dengan menyelesaikan masalah yang ada atau membuat tubuh rileks sehingga bisa mengistirahatkan pikiran menjelang tidur.
Tidur diketahui bisa meningkatkan kenangan, terutama kenangan yang emosional seperti marah. Sehingga tidur bukanlah cara yang ampuh untuk menenangkan diri atau melupakan kemarahan, karena justru emosi ini bisa semakin meningkat.
Emosi marah adalah sesuatu yang nyata dan kadang diperlukan dalam hidup. Meski memiliki peran, tapi seseorang harus tahu kapan ia harus berhadapan dengan marah serta kapan harus menetralisirnya.
(ver/ir)
BACA JUGA :
................
Gaya Marah dan Dampaknya Pada Kesehatan
Merry Wahyuningsih - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Bagaimana gaya marah Anda? Suka memendam emosi, meledak-ledak atau mengalihkan emosi ke hal lain? Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk merespons emosi tersebut. Dan ternyata, cara Anda merespons emosi bisa berdampak pada kesehatan tubuh.
Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran dan perilaku. Setiap manusia memiliki emosi, entah senang dan gembira, marah ataupun sedih. Tidak ada yang salah dengan emosi, masalahnya banyak orang yang sangat berlebihan memaknai dan merespons emosi tersebut.
Ada 3 cara yang biasanya dilakukan orang untuk merespons emosi, yaitu:
1. Menekan atau memendam emosi
Orang yang suka menekan emosi mungkin akan terlihat tenang, namun emosi yang selalu ditekan tersebut suatu saat akan meledak.
Pada dasarnya, orang dengan tipe ini juga akan mudah tersinggung, marah dan merasa tersakiti. Dan tanpa disadarinya, emosi yang terpendam akan tercermin pada sikap yang tidak menyenangkan, sering berkata kasar dan menyakitkan.
"Orang yang menekan emosi lebih banyak diam dan marahnya dipendam, tapi dia suka ngoceh dan suatu saat bisa 'meledak'. Orang seperti ini jika lama-lama dibiarkan bisa mengalami gangguan jantung, tenggorokan dan kanker," jelas Irma Rahayu, Soul Healer dari Emotional Healing Indonesia (EHI) dalam acara Emotional Healing Group Therapy di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Kamis (8/12/2011).
Dia juga menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang menderita sakit yang tidak tersembuhkan disebabkan karena kemarahan dan kecemasan yang sering ditekan.
2. Melampiaskan emosi
Banyak yang menganggap bahwa orang yang bisa melampiaskan emosi bisa lebih sehat ketimbang yang suka memendamnya. Namun emosi yang dilampiaskan secara berlebihan efeknya hanya sesaat. Emosi yang dikeluarkan dengan spontan marah atau ngamuk masih akan tersimpan dan tidak hilang begitu saja.
"Orang yang melampiaskan emosi dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Akibatnya, orang seperti ini sering mengalami gangguan metabolisme dan gangguan fisik," ujar Muhammad Gunawan, co fasilitator EHI.
3. Mengalihkan emosi pada hal lain
Orang tipe ini biasanya akan mengalihkan emosi dan stres pada hal-hal lain yang dianggap bisa melupakan masalahnya, seperti berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, makan berlebihan, merokok, tidur, kerja berlebihan atau bahkan becanda sepanjang hari.
"Orang yang merokok itu pasti stres dan sebenarnya dia tahu bahwa rokok itu tidak sehat tapi masih menghisapnya," ujar Gunawan.
Meski bisa melupakan emosi negatif yang tidak menyenangkan, namun Irma menuturkan bahwa mengalihkan emosi bukanlah yang baik untuk mengatasi masalah.
"Ini sama saja Anda sedang memetik daun teh dan menaruh di keranjang belakang punggung. Anda lupa, tapi lama-lama akan semakin berat. Jangan pernah melupakan masalah karena itu artinya Anda tidak menyelesaikannya. Orang yang sering melupakan masalah bukan berarti tidak punya masalah, tapi masalahnya akan menumpuk dan tiba-tiba 'ambruk'," ujar Irma.
Cara terbaik merespons emosi
Menurut Irma yang sudah menangani lebih dari 5.000 klien yang bermasalah dengan emosi, cara terbaik untuk merespons emosi khususnya emosi marah adalah dengan mengeluarkannya dengan cara yang baik dan santun atau bicara baik-baik dengan orang yang membuat kita kesal.
"Misal Anda kesal dengan orang A, maka Anda harus menyampaikan pada orang itu bahwa Anda tidak suka dengan tindakan dia, tapi dengan cara yang halus, santun dan bukan marah-marah. Jangan melemparkan emosi kesal Anda pada orang lain, karena itu tidak menyelesaikan masalah. Jika sekiranya Anda tidak mungkin menyampaikannya, misal dia adalah bos atau orang yang punya jabatan tinggi, maka lakukan sending love. Tetap bersikap baik pada dia sambil mendoakan dia hal-hal yang baik, semoga dia berubah dan berkah, atau berdoa untuk diri sendiri semoga mendapatkan hal-hal baik. Jangan Anda malah mendoakan yang jelek-jelek karena itu akan jadi emosi yang negatif untuk diri Anda sendiri," tutup Irma.
(mer/ir)
..................
Nyeri di Kemaluan Makin Parah Jika Perempuan Menghindari Seks
Putro Agus Harnowo - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Nyeri pada kemaluan wanita ketika berhubungan seksual membuat perempuan enggan bercinta dengan pasangannya. Namun itu bukan berarti perempuan sebaiknya menghindari untuk melakukan aktivitas seks dengan pasangan.
Penelitian menemukan bahwa menghindari aktivitas seksual justru membuat nyeri vagina bertambah parah.
Vulvodynia atau ketidaknyamanan organ kelamin wanita memiliki gejala rasa nyeri seperti terbakar di pintu masuk vagina (vestibulum vulva).
Rasa nyeri ini timbul selama berhubungan seksual atau melakukan kegiatan yang menekan bagian depan alat kelamin. Gangguan ini diderita oleh 12 persen perempuan pada usia pubertas hingga menopause.
Rasa nyeri akibat vulvodynia biasanya menghilang setelah tekanan menghilang. Penyakit ini sampai sekarang masih belum jelas diketahui apa penyebabnya.
Beberapa ahli menduga penyebabnya adalah adanya gangguan saraf. Rasa nyeri kronis dapat mengakibatkan gangguan seksual, tekanan psikologis, dan mengurangi kualitas hidup.
Dalam artikel yang diterbitkan Journal of Sexual Medicine, peneliti menemukan bahwa menghindari hubungan seksual dengan pasangan dapat membuat penyakit bertambah parah.
Penyebabnya adalah kecemasan pada permpuan yang semakin meningkat. Peneliti menyarankan untuk menghindari penetrasi namun berfokus pada bentuk-bentuk kepuasan seksual lain.
"Pasangan yang terlalu khawatir dapat menyebabkan wanita menghindari hubungan seksual atau memperburuk rasa sakitnya karena akan meningkatkan kecemasan, kewaspadaan dan pikiran negatif tentang rasa sakit yang dialami. Pada gilirannya, hal itu justru makin meningkatkan rasa sakit saat berhubungan seksual," kata peneliti, Natalie Rosen dari University of Montreal, sepeti dikutip dari MayoClinic, Selasa (20/3/2012).
Menurut Rosen, laki-laki yang menghindari berhubungan seksual dengan pasangannya yang mengalami PVD akan memperkuat penilaian negatif sang perempuan atas rasa sakitnya. Hal itu dapat meningkatkan rasa sakit saat berhubungan seksual.
Pada banyak kasus, memberikan kasih sayang kepada perempuan yang mengalami PVD justru dapat meningkatkan kepuasan seksual bagi sang perempuan.
Penyebab PVD sampai sekarang masih belum dipahami dengan jelas. Operasi untuk mengatasi penyakit ini juga hanya memiliki peluang sukses sebesar 70 persen. Bahkan, 9 persen wanita kemudian merasa lebih nyeri dibandingkan kondisi awal sebelum menjalani pembedahan. Akhirnya, perawatan yang paling banyak digunakan adalah obat antidepresi dan krim atau gel anestesi.
Penelitian juga menemukan bahwa psikoterapi sangat membantu. Psikoterapi akan diberikan kepada perempuan sendiri atau bersama-sama dengan pasangannya untuk mengatasi menurunnya hasrat seksual sehingga membuat penderita PVD menghindar untuk berhubungan seksual.
"Perempuan yang terlalu sensitif terhadap kondisi penyakitnya ini dan terlalu protektif sampai menghindari berhubungan seksual dengan pasangan justru dapat memperburuk masalahnya," kata psikolog dari Universitas Montreal, Sophie Bergeron.
(pah/ir)
...............
Minum Saat Sedang Makan Bisa Hambat Kerja Sistem Pencernaan
Merry Wahyuningsih - detikHealth
img
Ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Tidak sedikit orang yang minum disela-sela mengunyah makanan karena dianggap bisa mempermudah menelan makanan. Padahal menengak air saat makan dapat menghambat kekuatan pencernaan perut dan menyebabkan kenaikan insulin yang dapat mengikat lemak lebih banyak.
"Kebanyakan orang minum air saat sedang makan. Teorinya membuat makanan lebih cepat turun. Tapi orang-orang itu tidak tahu betapa salahnya praktik itu dan betapa sangat menyulitkan sistem pencernaan mereka," ujar Shonali Sabherwal, konselor makrobiotik asal India, seperti dilansir timesofindia, Jumat (25/11/2011).
Shonali menjelaskan, minum air saat sedang makan dapat menghambat kerja sistem pencernaan dan menyebabkan naiknya insulin secara signifikan. Bagi orang yang menderita masalah pencernaan, konsekuensinya bahkan bisa bermacam-macam.
"Perut kita memiliki kemampuan mengetahui kapan Anda akan makan dan segara mulai melepaskan cairan pencernaan. Jika Anda mulai minum air pada saat yang sama, yang Anda lakukan adalah mengikis cairan pencernaan yang sudah dilepaskan untuk mencerna makanan, sehingga akkhirnya menghambat kerja sistem pencernaan," lanjut Shonali.
Air yang diminum saat sedang makan akan diserap oleh dinding lambung. Penyerapan ini akan terus terjadi sampai cairan pencernaan cukup terkonsentrasi untuk memulai mencerna makanan.
"Namun dengan demikian, karena cairan pencernaan bercampur dengan air, konsentrasi zatnya sekarang menjadi lebih tebal dibandingkan isi makanan di dalam perut. Itu menyebabkan lebih sedikit cairan lambung yang akan disekresikan untuk mencerna makanan. Hasilnya, makanan yang tidak dicerna akan masuk ke dalam sistem karena akan diserap oleh dinding perut. Hal ini akan menyebabkan refluks asam dan heart burn (sensasi panas di dada)," jelas Shonali.
Minum saat makan juga dapat menyebabkan peningkatan kadar insulin. Semakin banyak insulin yang dilepaskan dalam aliran darah, semakin tinggi kemungkinan tubuh untuk menyimpan lemak.
Untuk menghindari banyak minum saat sedang makan, Shonali memberikan beberapa saran antara lain jangan makan terlalu asin atau yang dapat membuat haus dan banyak, serta jangan makan terburu-buru.
Penelitian menunjukkan bahwa minum sedikit air selama makan tidak menjadi perhatian yang besar, namun minum segelas atau dua gelas lebih air dapat mengganggu pencernaan.
"Hal terbaik adalah minum air sebelum dan sekitar dua jam setelah makan karena dapat membantu dalam penyerapan nutrisi," ujar para peneliti.
(mer/ir)
BACA JUGA :
................
Penyebab Orang Mudah Marah
Vera Farah Bararah - detikHealth
img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Setiap orang memiliki respons terhadap amarah yang berbeda-beda, ada yang meluap-luap tapi ada pula yang biasa saja. Penyebab orang mudah marah ini ternyata dipengaruhi oleh kadar serotonin di dalam otak.
Peneliti dari University of Cambridge mengungkapkan fluktuasi kadar hormon serotonin dalam otak akan mempengaruhi bagaimana respons seseorang dalam mengatur kemarahannya, sehingga bisa melihat mengapa seseorang lebih mungkin bersifat agresif.
Studi ini memerupakan yang pertama dalam menunjukkan bagaimana bahan kimia ini membantu mengatur perilaku dalam otak. Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Biological Psychiatry.
Didapatkan kadar serotonin yang rendah dalam otak membuat komunikasi antara daerah otak dari sistem limbik yang mengatur emosional (amigdala) dan lobus frontal menjadi lebih lemah dibanding dengan orang yang kadar serotoninnya normal.
Kondisi ini menunjukkan ketika kadar serotonin di otak rendah maka akan sulit bagi daerah otak korteks prefrontal untuk mengontrol respons emosional terhadap kemarahan yang dihasilkan dalam amigdala.
Jika komunikasi lemah maka lebih sulit bagi korteks prefrontal untuk mengontrol perasaan marah yang dihasilkan dalam amigdala. Akibatnya orang-orang ini akan cenderung lebih agresif dan paling sensitif.
"Teknologi ini telah membuat kita bisa melihat ke dalam otak dan memeriksa bagaimana serotonin membantu mengatur impuls emosional kita," ujar Dr Molly Crockett, peneliti dari Cambridge's Behavioural and Clinical Neuroscience Institute, seperti dikutuip dari ScienceDaily, Jumat (16/9/2011).
Dalam studi ini partisipan yang sehat diubah pola makannya. Pada hari-hari tertentu diberikan makanan yang mengandung sedikit triptofan sehingga menghambat pembentukan serotonin, lalu pada hari berikutnya diberikan makanan dengan akdar triptofan yang normal.
Peneliti kemudian men-scan otak relawan dengan functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengukur bagaimana daeah di otak bereaksi dan berkomuniaksi satu sama lain ketika ada emosi terten
(ver/ir)
BACA JUGA :
..................
@gray_side @tobleron @Ambigu @Irawan01 @bondi @ghaniprijatna @blueguy86 @bintang5 @Agustde99 @createsometrouble @zimad @seek_you @gray_side
@maiky_bsx @be_biant @alabatan @happylanderz @hottie_chaser @alex1982 @har_in @Boyzt @erf_rey22 @Boyorg @mllowboy @awi_77 @Adhrii
@tommywebby @lain @alex1982 @dilemma_man @dilemma_man @
@yusef_chang @mllowboy @awi_77 @tommywebby @lain @alabatan @samme
@hottie_chaser @devano_mahiswara @boljugg @BBB @tyo_g @carpediem1977 @ben_salvador @shinshin @ @ @ @ @
..............
..............
Comments
amarah