BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

COKLAT CAP AYAM JAGO (TAMAT)

191012141553

Comments

  • Hwaaaaaaaaaa, kasian Andrinya . Hendra kemana ya ? Pengen nangis baca part ini..

    Mari dilanjut gan....
  • 4ndh0 wrote:
    Hwaaaaaaaaaa, kasian Andrinya . Hendra kemana ya ? Pengen nangis baca part ini..

    Mari dilanjut gan....

    @4ndh0 : Siap....semoga bisa lekas dilanjut ya
  • Part 30

    ~Pov Hendra Hargiana~

    Pagi ini aku tidak melihat Andri sama sekali. Waktu jam istirahat pertama pada pukul 9.00, aku mencarinya di kelas, tidak ada. Kucari dikantin pun tidak ada. Mungkin hari ini dia ngga masuk sekolah.

    Tadi aku coba telepon kerumahnya, ngga ada yang angkat. Aku coba telepon ke handphone nya juga tidak diangkat. SMS ku tidak satu pun ada respon balik. Aku sangat resah…Arggghhhhhh….Dimana sih ni orang. Jangan siksa aku yang ganteng ini. Ngelantur ah…

    Dreeett…Dreeett…

    Aaahhh….ada SMS sepertinya. Hatiku sangat berdebar, karena sekarang sedang pelajaran berlangsung, dilarang memegang handphone. Kukeluarkan ponselku dari saku celana, perlahan-perlahan kulihat ponselku dibawah meja. Ada 1 pesan yang belum terbaca.

    A.Siluman Ular Berbisa
    +6281122XXXX :
    Hen….Tolong bilang ke guru piket, gw ngga bisa masuk sekolah. Nyokap gw masuk rumah sakit.
    09.35

    Astaga…. Sms dari Andri. Ternyata Tante Nur sakit. Sakit apa ya beliau ? Aku masukkan kembali ponselku kedalam saku celana.

    “Pa…. Saya minta ijin ke wc.” Ucapku meminta ijin kepada Pa Rahmat, guru Bahasa Indonesia.

    “Ya…Silahkan Hen” Jawab Pa Rahmat.

    “Terimakasih Pa…” aku langsung bergegas menuju wc. Setelah sampai, kubuka kembali ponselku. Dan kubalas sms dari Andri

    H.Ganteng Abis
    +6281828XXXX :
    Aa….Tante Nur sakit apa? Skr Aa ada dirumah sakit mana. Nanti pulang sekolah aku langsung kesana.”
    09.43

    A.Siluman Ular Berbisa
    +6281122XXXX :
    Dokter belum kasih tau sakit apa, gw skr ada di rumah sakit yang berada di Jl. Kebon Jati.
    09.46

    H.Ganteng Abis
    +6281828XXXX :
    Semoga Tante Nur cepet sembuh ya A….Aku doa skr untuk kesembuhan beliau. Aa mau dibawain apa?Udah sarapan belum?”
    09.47

    A.Siluman Ular Berbisa
    +6281122XXXX :
    Belum Dra…kamu kesini aja. Ngga usah bawa apa-apa
    09.50


    H. Ganteng Abis
    +6281828XXXX :
    Siap A…Ntar aku langsung kesana kalau udah beres sekolah.
    09.51

    Perasaanku kok jadi tidak enak. Aku sangat kuatir. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Tante Nur. Kemudian aku bergegas menuju kelas untuk melanjutkan pelajaran yang sedang berlangsung.


    ~Pov Oktaviandri~

    Tok…tok…tok….

    Kulihat seorang dokter dan seorang suster masuk ke kamar ini. “Selamat pagi…saya periksa sebentar ya Dik..” sapa dokter tersebut.

    “Selamat pagi dok….Silahkan dok” Kemudian dokter dan suster tersebut mulai memeriksa. Gw ngga tahu sama sekali apa yang mereka perbuat, tapi gw yakin hal itu dilakukan untuk kesembuhan beliau.

    “Adik keluarganya ya..?” Tanya dokter

    “Iya Dok, saya anak tunggal nya…”

    “Bisa ikut sebentar ke ruangan saya ? Suster, tolong jaga pasien ini ya..”
    “Baik Dokter…” sahut suster tersebut.

    Gw mengikuti dokter itu menuju ruangan praktenya. Setelah sampai didalam gw dipersilahkan untuk duduk. Gw lihat di meja kerja tertera tulisan dr. Taufik Ardianto Sp.BS. (Dokter Spesialis Bedah Saraf)

    “Bapaknya dimana Dik ?”

    “Bapak saya sudah lama meninggal, Dok…Ibu saya sebenernya sakit apa? Kapan beliau bisa sembuh ?” Tanya gw tanpa sabar.

    “Tarik nafas yang dalam ya dik…..keluarkan perlahan-perlahan.” Gw mengikuti saran dokter untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Terasa agak sedikit lega, seolah bongkahan batu yang sedari tadi menghimpit tubuh gw sekarang melonggar.

    “Sudah lebih baik kan sekarang ?” tanya dokter Taufik. Gw hanya menganggukan kepala saja.

    “Begini Dik…Ibumu menderita Aneurisme pembuluh darah otak.”

    “Dok, saya sangat awam terhadap bahasa kedokteran. Boleh dekter jelaskan apa itu Aneurisme ?” Tanya gw penasaran.

    “Aneurisme merupakan penyakit pembuluh darah otak yang melembung seperti balon, dan akan pecah bila tekanan darah di dalam pembuluh darah tersebut terlalu kuat”

    “Dok, apa akibatnya jika pembuluh darah otak pecah ?”

    “Kalau pecah, akan muncul perdarahan, lalu darah akan masuk ke seluruh jaringan otak sampai menimbulkan malapetaka hebat dan suatu waktu bisa berupa kematian.”

    “Bagaimana kondisi ibu saya saat ini Dok ?”

    “Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan bahwa, pembuluh darah otak ibumu sudah pecah tadi malam. Darah yang masuk kedalam jaringan otak sudah terlalu banyak.” Penjelasan dokter Taufik bagaikan sebongkah batu yang sangat besar menghantam dada gw. Terasa sangat sesak dan sakit luar biasa.

    “Dok, saya mohon dengan sangat, bantulah ibu saya. Akan saya lakukan apapun asal ibu saya bisa selamat.” Mata gw terasa sangat panas, tak sanggup lagi gw membendung air yang keluar dari mata gw.

    “Saya akan berbuat maksimal untuk menyelamatkan ibumu. Namun hasil dan keputusan kita harus serahkan semuanya kepada Yang Kuasa.”

    Gw kembali mencoba menahan rasa sesak dan sakit di dada ini dengan sekuat tenaga.

    “Dok, atas nama ibu saya dan saya pribadi, mengucapkan terimakasih atas usaha dokter. Maaf jika saya mengganggu waktu dokter. Saya pamit dulu.” Kata gw santun untuk berpamitan.

    “Percayakan kepada Yang Kuasa ya Dik, kita manusia hanya bisa berusaha…” kata dokter Taufik sambil beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu ruangannya.

    Gw langsung bergegas menuju ruang inap dimana nyokap gw terbaring. Gw berusaha untuk mengeringkan air mata yang sedari tadi mengalir. Sebelum masuk kamar, gw merapihkan wajah dan rambut yang terasa sangat kacau dan kusut. Setelah yakin rapih dan fresh, gw pun masuk kedalam, berharap beliau sudah sadarkan diri.

    Namun kondisinya masih tetap sama seperti tadi pagi. Belum ada perubahan sedikit pun. Gw lihat jam melalui hp, ternyata sudah waktunya Shalat Dzuhur. Gw bergegas menuju kamar mandi yang berada tidak jauh dari kamar pasien untuk mengambil wudlu.

    Setelah melaksanakan kewajiban shalat Dzuhur, gw memanjatkan doa kepada Sang Penguasa Alam Semesta.
    “Ya Allah Ya Robbi, tidak ada ucapan yang bisa saya keluarkan dari mulutku. Engkau Maha Mengetahui. Berilah yang terbaik untuk ibu saya tercinta. Saya pasrahkan kehidupan saya selanjutnya Pada Mu. Amin” kemudian gw pun bersujud.
  • :'( sediiiiiihhhh pisan euy...

    Lanjut lagi gan...
  • 4ndh0 wrote:
    :'( sediiiiiihhhh pisan euy...

    Lanjut lagi gan...

    @4ndh0 : Sebentar lagi di update ya...
  • Part 31

    ~Pov Hendra Hargiana~

    Tidak ada sedikitpun pelajaran yang masuk ke otak ku. Ragaku berada di dalam kelas, namun pikiranku berada entah dimana. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi Tante Nur. Semoga keadaanya sekarang lebih baik.

    Teeeetttt…….

    Akhirnya beres juga sekolah hari ini. Aku segera menuju ke mushola, untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Setelah selesai, aku menuju kantin untuk membeli 2 bungkus nasi beserta lauknya. Aku yakin Andri belum makan siang.

    Sebelum aku memacu motor menuju rumah sakit, aku mampir ke mini market sebelah sekolah untuk membeli 2 batang coklat Silver Queen dan 2 batang coklat CAP AYAM JAGO. Ini adalah coklat favoritnya Andri.

    “Perfect…..!” gumanku, lalu aku pacu motorku menuju jl. Kebon jati, melewati Alun-alun dan berbelok menuju jl. Asia Afrika. Tidak jauh dari situ, sampai juga di rumah sakit. Setelah kuparkirkan motor, aku bergegas menuju kamar dimana Tante Nur dirawat.

    Tok…Tok…Tok….

    Kuketuk pintu secara perlahan. Terdengar sayup-sayup suara Andre dari dalam sambil membukakan pintu kamar.

    “Aa….gimana kondisi Tante Nur ?” tanyaku tak sabar.

    “Hanya sakit biasa Hen…kata dokter cuma kecapean saja, perlu istirahat. Masuk Hen…..Beliau sedang tidur” jawab Andri sambil tersenyum kecut. Kulihat matanya lebam dan sangat merah. Aku yakin ada sesuatu hal yang disembunyikan dariku.

    Kulihat kondisi Tante Nur berbaring lemah tak berdaya, terdapat selang oksigen dan tangannya di infuse. Tak ada ucapan yang pantas aku keluarkan untuk menenangkan hati Andri. Kupandang Andri sedari tadi, hanya diam dan sesekali mengusap kening dan rambut Tante Nur, kemudian mencium kedua pipinya.

    “Aa..makan siang dulu ya. Pasti dari pagi Aa belum makan”

    “Gw ngga ada nafsu makan Hen…” Aku yakin pasti Andri sama sekali tidak mau makan. Tapi kan perutnya harus segera diisi. Aku ngga mau lihat Andri ikut jatuh sakit. Aku coba keluarku jurus pamungkas ala si ganteng. Pasti dia akan mengikuti anjuranku.

    “Atuh A…makan dulu lah. Supaya keisi perutnya. ” dengan muka memelas dan tatapan nanar aku berusaha membujuk Andri. Jurus pamungkas ala si ganteng untuk menaklukan musuh.

    “Iya..iya…”jawab Andri ketus. Hahahaha….tawaku dalam hati, AMPUH….

    “Nih A, aku udah bawain nasi ama ayam goreng dan sayur nangka buatan ibu kantin.” Sambil aku menyodorkan nasi bungkus yang tadi kubeli di kantin sekolah.

    “Makan diluar aja ya Hen…”Ajak Andri. Aku pun menuruti perintahnya.

    Setelah kita menghabiskan makan siang, sebelum beranjak dari tempat duduk yang berada disebelah pintu masuk kamar pasien, aku mengeluarkan 2 batang coklat Silver Queen dan 2 batang coklat CAP AYAM JAGO.

    “Ini coklat masing-masing satu ya A….” sambil kusodorkan 1 batang coklat Silver Queen dan 1 batang coklat CAP AYAM JAGO.

    “Hen…boleh ngga gw minta 2 batang coklat CAP AYAM JAGO, yang Silver Queen lo aja yang makan ya.” Kata Andri sambil menatap muka gw. Tadinya aku mau protes, tp dia sudah mengeluarkan jurus siluman ular berbisa. (Tatapan tajam yang sangat menusuk)

    “Iya…iya…nih” jawabku ketus sambil memberikan 2 batang coklat CAP AYAM JAGO.

    Andri menghabiskan 1 batang coklat CAP AYAM JAGO dan 1 batang lagi hanya dia pegang. Aku juga menghabiskan 1 batang coklat Silver Queen.

    “Masuk yuk Hen….” Ajak Andri. Akupun mengikutinya dari belakang. Dengan posisi yang sama sewaktu aku datang, Andri berdiri disebelah kanan kasur Tante Nur, dan aku berada disebelah kirinya.

    Kulihat Andri menarik nafas sangat dalam, kemudian Andri kembali mengusap kening dan rambutnya Tante Nur. 1 batang coklat CAP AYAM JAGO yang dia genggam, diberikan ke tangan kanannya Tante Nur yang melingkar tak berdaya diatas perut beliau.

    Kemudian Andri berbisik di telinga Tante Nur. Walaupun pelan, namun sangat terdengar jelas.

    “Bu….Pergi yang tenang ya….Andri udah rela jika ibu pergi sekarang. Andri janji akan mematuhi semua wejangan yang ibu ucapkan semalam, dan Andri sudah pasrah terhadap takdir Ilah.” Kemudian Andri kembali mencium kedua pipi Tante Nur dan kening nya.

    Mendengar dan melihat apa yang dilakukan Andri, bagaikan ada tali tambang yang melilit leherku. Sulit kubernafas, dan tiba-tiba terasa sangat panas mataku. Aku tak kuasa untuk membendung tetesan air mata yang jatuh semakin deras. Kutundukkan kepalaku, agar Andri tak melihat air mata yang terus menerus menetes tanpa bisa kuhentikan.

    “Hen….” Sapa Andri dengan tatapan tajam. Aku hanya sekilas memandangnya dan menundukan kepala kembali. Masih tak sanggup aku menahan emosi kesedihan yang luar biasa menderaku. Andaikan aku menjadi dia, aku tak mungkin bisa setegar dan sekuat Andri.

    “Hen…..” sapa Andri kembali. Kulihat dia berjalan kearahku, dan langsung memeluk tubuhku. Aku tumpahkan emosi kesedihanku padanya. Andri begitu kokoh menghadapi kondisi seperti ini. Dia hanya memeluk dan menenangkan ku sambil mengusap punggung dan kepalaku.

    Setelah emosiku reda. Kulihat kaos yang Andri gunakan telah basah terkena air mataku. Andri melangkah keposisi semula di samping kanan Tante Nur. Sesekali dia menatap coklat CAP AYAM JAGO yang berada dalam genggaman tangan kanan Tante Nur sambil menarik nafas berat.

    Tiba-tiba kedua mata Tante Nur terbuka…

    “Bu…” sapa Andri. Kulihat ada sedikit berkas kebahagiaan terpancar dari wajahnya Andri. Aku pun merasa lega melihat Tante Nur sudah sadarkan dari.

    Tante Nur tersenyum tipis kepada Andri. Andri pun ikut tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. Kemudian Tante Nur melirik kepadaku sambil memberikan senyum, aku membalas senyumannya. Senyuman beliau terasa hangat. Kulihat Andri ikut tersenyum dan mengangguk penuh arti kepadaku.

    Setelah itu Tante Nur mengeluarkan suara cukup lirih, namun aku sangat jelas mendengarkannya.

    “LA ILLAH HA ILALLAH….” Kemudian menutup kedua matanya. Kulihat wajahnya masih terpancar senyum manis. Aku pikir Tante Nur kembali tidur, karena masih merasa lemah.

    Tapi kudengar suara Andri lirih “Innalilahi Wa Ina Ilaihi Rojiun”

    Aku pun terperanjat sangat kaget. Karena aku sangat paham arti dari ayat tersebut. (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali).

    Baru kuketahui arti dari senyum dan anggukan Andri. Dia ikhlas melepaskan kepergian Tante Nur untuk selamanya, siap menerima manis, pahit dan getir kehidupan selanjutnya yang harus ditempuhnya dengan kesendirian.

    Kulihat Andri mengusap kening dan rambutnya Tante Nur, mencium kedua pipi dan keningnya, kemudian merapatkan kedua tangan Tante Nur diatas perut beliau. Tersemat 1 batang coklat CAP AYAM JAGO tergenggam ditangannya Tante Nur.

    Aku tidak kuasa melihat semua ini, kakiku terasa tidak ada tulang untuk menopang tubuhku. Ku bersujud dilantai kamar rumah sakit. Leherku kembali sakit bagaikan terlilit tali tambang yang sangat erat. Kucoba untuk bernafas sedikit demi sedikit sambil mengucap “La….Illah…Ha…Ilallah…”

    “Hen…”tiba-tiba Andri sudah berada disampingku, sambil mengusap punggung dan kepalaku. Terasa sangat membantuku untuk kembali bernafas normal, walaupun masih terasa ada sesuatu yang membelenggu dileherku.

    Kulihat Andri menghubungi seseorang melalui handphone nya. Memberitahu jika Almarhum akan segera dibawa pulang.
  • ah kang author mah katanya ceritanya ga sedih, :-(
  • Nangis nangis nangisssssss....

    :'(

    Tetep ditunggu next partnya gan...
  • kiki_h_n wrote:
    ah kang author mah katanya ceritanya ga sedih, :-(

    @kiki_h_n : Atuh da kumaha, alurnya kayak gini
  • 4ndh0 wrote:
    Nangis nangis nangisssssss....

    :'(

    Tetep ditunggu next partnya gan...

    @4ndh0 : Tunggu beberapa saat lagi ya...mau di update kelanjutannya

  • Part 32

    ~Pov Oktaviandri~

    “Selamat jalan ibu ku tersayang….” hanya kalimat itu yang bisa gw ucapkan setelah semua pelayat pergi meninggalkan tanah perkuburan yang masih merah ini.

    Dengan sisa tenaga yang masih ada, gw berusaha untuk tidak menitikkan air mata setetespun. Gw ngga mau ibuku tersayang melihat kondisi gw yang sangat terpukul. Biarkanlah ibu bahagia disana dan menemui suami tercinta yang telah lama pergi mendahuluinya.

    Gw masih belum ingin kembali kerumah. Walupun hari sudah semakin sore, dan matahari akan segera berganti bintang, gw masih betah tinggal di dekat pemakaman nyokap gw yang bersanding dengan makam bokap.

    “Aa….” Terdengar suara Hendra.

    “Dikira lo udah balik Hen….”

    “Atuh A….Pulang yuk” Seperti biasa kalau Hendra merajuk, manampilkan mimik memelas. Nyerah Hen….Batin gw. Apapun yang dia meminta, pasti akan gw turutin.

    “Iya…iya…yuk pulang” sambil kutarik tangannya Hendra, kulihat senyum manjanya tersungging dari bibir merahnya.

    Sebelum masuk kedalam rumah, gw pandang rumah ini dengan seksama. Gw hanya bisa melihat seberkas lukisan yang menggambarkan kenangan manis bersama Almarhum tanpa bisa diulang kembali. Gw merasakan tenaga gw terkuras habis menghasilkan rasa yang sangat letih.

    Dengan gontai gw langkahkan kaki ini menuju rumah dan tak ingin sedikit pun gw melihat isi rumah ini yang masih berantakan, karena hanya menambah rasa letih yang sudah tak mampu gw tahan. Gw hanya ingin berbaring dikamar untuk menghilangkan rasa letih ini.

    Untuk menghidari rasa sepi ini, kunyalakan tape compo yang berada di atas meja belajar. Terdengar alunan musik dari CD favorite gw. Akhirnya gw bisa berbaring dengan tenang. Masih dalam keadaan terlentang gw mendengar lagu yang dinyanyikan oleh ENIGMA yang berjudul Milky Way.

    Shall I go?

    Shall I stay?

    107 light years away, many times, so many doubts…

    but no reason to talk about…

    “mission is over, mission is done,

    I’ll miss you children of the sun

    now it’s time to go away,
    Goodbye, Goodbye Milky way!”

    for a better world without hate,
    follow your heart believe in fate

    only visions and the mind
    will guide you to the light.

    “mission is over, mission is done,

    I’ll miss you children of the sun

    now it’s time to go and say,
    Goodbye, Goodbye Milky way!”

    Link lagu ada di facebook atau bisa langsung di buka di

    Seolah lagu itu dinyanyikan almarhum untuk gw. Tugas nyokap selama hidup didunia sudah selesai. Sudah saatnya gw harus hidup mandiri tanpa ada bimbingan orang tua. Walaupun gw masih belum bisa membalas semua kebaikan beliau, tapi gw bertekad akan melaksanakan semua wejangan yang almarhum sampaikan sehari sebelum beliau meninggalkan dunia fana ini.

    “Tuhan….Terimakasih Engkau telah memberikan orang tua yang sangat tak ternilai harganya untukku, sayangilah mereka seperti mereka telah menyayangiku selama ini.”
    “Sekarang saya hanya bisa mengadu dan berkeluh kesah kepada Mu Ya Tuhan”
    “Walaupun saat ini saya sudah rela dan ikhlas, tapi mengapa hati saya sangat sakit Ya Tuhan…” jerit gw dalam hati tanpa bisa terucap.

    Rasa sakit ini bagaikan ratusan belati yang merajam hati gw secara bergantian dan tak mengenal kata ampun. Meringkuk menahan rasa sakit yang baru kali ini gw rasakan, tetesan air mata yang menetes semakin deras hanya untuk menghalau rasa sakit yang gw derita.

    “Aa….” Tiba-tiba gw rasakan Hendra telah memeluk tubuh gw dari belakang. Gw seharusnya bisa tegar didepan Hendra, namun belati ini masih terus menerus merajam hati gw. Tanpa terasa gw tertidur dalam tangis.
  • Part 33

    ~Pov Hendra Hargiana~

    Kulihat Andri sudah tertidur pulas, baru kali ini kulihat dia begitu terpukul. Aku sangat kagum terhadapnya, sebegitu hebatnya dia tahan rasa duka sedari siang hari sampai dengan selesai proses pemakaman Tante Nur. Tak sedikitpun kulihat tetesan air mata yang keluar dari matanya. Dia selalu tampil tegar dihadapan tamu-tamu yang melayat.

    Namun serangan kesepian yang bertubi-tubi akhirnya membuat tembok pertahanannya roboh. Dia tak berdaya sama sekali. Kulihat dia terguncang hanya untuk menahan rasa sakit.

    “Aa…berbagilah rasa sakit itu denganku. Aku tidak tega melihat Aa seperti ini” Bisiku, kemudian kucium kening Andri.

    Aku perlahan beranjak dari kasur agar dia tidak terbangun, aku berjalan menuju ruang tengah. Terlihat ruangan yang berantakan karena banyaknya tamu yang datang kesini untuk mengucapkan bela sungkawa.

    Tadi aku sudah meminta ijin kepada kedua orang tuaku untuk menginap dirumah Andri dalam waktu beberapa hari. Aku berjanji akan membuatnya kembali tersenyum. Yang bisa kulakukan hanya menemaninya disaat kondisi jiwanya sedang tidak stabil. Kubereskan meja kursi dan gelas-gelas yang kotor. Kulipat karpet yang tadi tergelar diruangan ini.

    Setelah semua kembali keposisi semula, aku membuka amplop dan menyusun uang yang terkumpul dari sumbangan tamu-tamu yang datang kesini. Setelah tersusun rapih, aku menghitungnya. Jumlahnya sekitar 3 juta rupiah, tetapi dengan dana segini, apakah cukup untuk biaya sehari-hari dan biaya sekolah Andri yang masih harus ditempuh 8 bulan lagi untuk menyelesaikan studi SMU nya ?. Semoga tante meninggalkan sejumlah uang ditabungannya untuk keperluan Andri selanjutnya.

    Rasa lelah dan kantuk pun menyerang tubuhku. Sebenernya aku bisa tidur di ruangan ini, tetapi aku sangat kuatir dengan kondisi Andri yang masih labil. Aku buka perlahan pintu kamarnya, dan kulihat Andri masih sama posisinya seperti sebelum aku tinggalkan. Meringkuk menghadap tembok sambil memeluk guling.

    Astaga…sesuai dengan dugaanku, walaupun terlihat tidur, tetapi badannya terguncang. Itu menandakan dia sedang menahan tangis. Aku bisa merasakan rasa pilu yang sedang dideritanya.

    “Aa….” Sapa ku sambil kupeluk tubuhnya dari belakang. Tangan kiriku yang melingkar diperutnya diraih oleh kedua tangannya Andri dan dirapatkan ke dadanya. Kuelus kepalanya lembut dengan menggunakan tangan kananku yang tertindih oleh kepalaku sendiri.

    “Hen…sakit…”ucap Andri lirih. Aku pun tak kuasa membendung air mataku. Tetes demi tetes terasa hangat membasahi pipiku. Semakin erat aku memeluknya, berusaha untuk berbagi rasa sakit yang mendera Andri.

    “Iya A…Tahan ya A…”kataku mencoba untuk menenangkannya. Tidak lama kemudian Andri pun terlelap kembali. Tangan kananku sudah mati rasa karena sedari tadi menopang kepalaku. Kucoba untuk merubah posisiku, kutarik perlahan tangan kiriku dari pelukannyan agar dia tidak terbangun.

    Entah berapa lama aku terlelap, terdengar sayup-sayup suara Andri disampingku.

    “Sakit Ya Tuhan..” ucap Andri yang terdengar lirih dan sangat menyayat hatiku.

    “Aa….”Kembali kupeluk tubuhnya agar tenang. Karena kali ini tubuhnya sangat terguncang lebih kecang dibanding sebelumnya. Kekuatan untuk menahan rasa sakitnya sudah terkuras habis. Dia hanya berucap dengan sangat lirih nyaris tak terdengar“Sakit Hen….”

    Setelah beberapa saat kupeluk, tubuhnya kembali tenang. Aku tidak akan melepaskan pelukan sampai pagi hari. Walaupun tidurku sangat tidak nyaman, tetapi aku ingin berbagi rasa sakit yang mendera Andri. Tak terasa, aku sudah terpejam.

    Mataku pun perlahan terbuka, sepertinya matahari sudah terbit, posisiku masih memeluk tubuh Andri. Aku mencoba mengangkat tangan kiriku perlahan. Dan kulirik jam yang tertera pada layar handphone. Sudah pukul 6 pagi rupanya. Aku beranjak keluar kamar menuju wc, rupanya kandung kemih ku terasa penuh dan harus dikeluarkan.

    Kubuka pintu rumah agar ada angin masuk kedalam rumah. Terasa segar hawa kota Bandung dipagi hari. Disudut jalan kulihat ada tukang bubur yang sedang menjajakan dagangan dan melayani pelanggannya. Aku pun bergegas menuju tukang bubur itu untuk membeli sarapan.

    Setelah membeli 2 porsi bubur ayam, aku menuju kamar Andri untuk melihat kondisinya. Kubuka perlahan pintu kamarnya, dan ternyata Andri sudah bangun tetapi masih duduk disudut kasurnya. Matanya merah lebam dan agak sedikit bengkak.

    “Aa…udah bangun ya? Sarapan dulu ya A..”
    “Udah Hen…Gw kira lo udah pulang Hen..” ucap Andri dengan suara yang sangat serak.

    Aku mengusap kepalanya dan pipinya. “Sarapan didepan ya A…”Pintaku

    Andri hanya manganggukkan kepala. Kemudian kutuntun dia untuk beranjak dari kamarnya menuju ruang tengah. Kunyalakan televisi 14 inc dan memilih channel Metro TV, jam gini biasanya menayangkan berita terkini.

    “Aa mau disuapin ngga…?” sambil menyodorkan piring yang telah terisi bubur ayam komplit.

    “Makan sendiri aja Hen…Maaf ya Hen, gw ngerepotin lo dari kemarin sampai pagi ini”

    “Atuh A….”Pagi-pagi sudah kukeluarkan jurus pamungkas ala si ganteng, agar Andri merasa nyaman aku temani. Aku sangat senang melakukannya.

    “Iya…iya..” jawab Andri ketus. Selalu seperti itu kata-kata yang terucap. Tapi aku tahu apa artinya. Heheheheh…Aku sangat yakin dia sayang sama aku.
  • Maaf part sebelumnya agak sedih.... Ditunggu komentar-komentar dari pembaca.... Next part semoga bisa segera di update
  • Salut sama kepribadiannya Andri...
    Aku aja gak bisa setegar itu...

    Di tunggu lanjutaannya yah gan... ;)
  • 4ndh0 wrote:
    Salut sama kepribadiannya Andri...
    Aku aja gak bisa setegar itu...

    Di tunggu lanjutaannya yah gan... ;)

    @4ndh0 : Siap !!!!!... Tunggu ya
Sign In or Register to comment.