BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Dia Bernama Julio

edited April 2012 in BoyzStories
Dia bernama Julio

Fiction (Adopted from true story)
*Maaf baru bisa lanjut soalnya agak sibuk akhir- akhir ini
** Maaf kalo ceritanya kurang bagus maklum karya yang pertama

===2/3===

Senin, 24 Desember 2012 (INA) / Minggu, 23 Desember 2012

Mata sayup ini sudah terbuka berkali- kali, setengah tersadar kulihat wekker di samping tempat tidur, pagi jarum- jarum itu masih segan bergerak. Angka masih menunjuk sekitar angka 4 atau 5. Mungkin karena suhu daerah gurun yang menusuk tulang atau kamar yang tidak biasa aku tempati.

"Daripada rebahan makin tidak jelas, lebih baik aku jogging pagi" Pikirku.

Dengan terseok- seok, aku berjalan ke kamar mandi, mengganti pakaian dan menyiapkan iPod dengan level suara yang paling rendah karena sudah terbukti penggunaan music player dengan level tinggi dalam waktu lebih dari 5 menit dapat meningkatkan nilai ambang batas pendengaran yang artinya akselerasi atau meningakatkan resiko prebiaskusis. Seperti biasanya sebelum olahraga, aku selalu ke dapur mengisi perut.

"Pagi, Pierre Tendean!" sapa Aritha dari ujung dapur
"Pagi, mbok Kartika!"
"Akh asem lu, masih inget aja"

Saat SMA dulu, guru sejarah kami yang nyentrik senang menamai siswanya sesuai dengan tokoh sejarah yang dipilih sebelumnya. Waktu itu, aku memilih Pierre Tendean karena memang sejak SMP sampai saat ini naksir banget sama tokoh pahlawan yang satu ini. Selain karena cerita G30S/PKI, tapi juga ketampanan pahlawan revolusi yang satu ini. Sementara Aritha saat itu tidak punya banyak pilihan karena tokoh- tokoh wanita tidak banyak dan yang terkenal seperti R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah dan sebagainya sudah dipilih teman- teman, sampai akhirnya dia harus mengambil nama Dewi Kartika. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pahlawan yang satu ini hanya saja kebetulan mbok jualan jamu dekat sekolah punya wajah yang mirip. Dengan sedikit bumbu kenakalan remaja saat itu, munculah nama mbok Kartika.

"Mau kemana?"
"Mau jogging bentar tapi rasanya kurang afdol kalo belum makan..."
"Mau ditemenin?"
"Akh enggak usah, lu juga khan sibuk ngatur pembantu lu siap- siap buat suami lu"
"Jangan terlalu jauh... terlalu lama... nanti gue sama Antonio mau pergi gereja... biar sama- sama"

Sambil Aritha menyajikan makanan. Walau terlihat nikmat dipandang tapi aneh di lidah. Namun karena memang sudah lapar, rasa aneh pun disantap hingga titik terakhir.

"Lahap bener?"

Aku balas dengan senyuman kecil. Lalu langsung pergi

"Jangan lupa cepat pulang..." Sahut Anitha


Setelah 30 menit berjalan, aku rasa itu saatnya aku kembali ke rumah Aritha, tapi tidak memutar balik kali ini aku coba melewati bilik- bilik sapi yang siap diperah susunya. Tidak berbeda dengan peternakan sapi di Indonesia yang pernah aku datangi, bilik- bilik ini sebenarnya sama saja apalagi aroma terapi sapi tersebut, "luar biasa..."

Di ujung bilik- bilik ini, aku melihat sosok bayangan yang sepertinya sedang bersih- bersih. semakin dekat, aku kaget ternyata dia pria yang kutolong kemarin. Dengan bahasa yang tidak kukenal dia tersenyum, ditutup dengan kata "Thank you, sir!"
"Pardon me, I don't understand what you are talking about..." (Maafkan saya, saya tidak tahu apa yang baru kamu omongin)
Dia melepas sarung tangannya dan menyalamiku
"Julio (baca: hulio), my name is Julio"

Ternyata pria yang semalam aku selamatkan bernama Julio. Julio adalah seorang anak petani yang putus sekolah. Dia bercerita bahwa dia mengumpulkan uang sebagai peternak agar dia bisa pindah ke Amerika. Dia belajar keras bahasa Inggris dari kaset dan buku yang Aritha pinjamkan. Walaupun pronunciation Julio masih terdengar aneh tapi komunikasi kami berjalan lancar. Dia sangat berterima kasih akan bantuanku kemarin dan menemaniku balik ke rumah Aritha.

Selama di perjalanan, dia bercerita tentang keluarganya adalah orang miskin dan ayahnya yang membesarkannya telah meninggal 3 tahun lalu sewaktu dia masih berusia 18 tahun sementara ibunya pergi entah kemana. Dia hidup sebatang kara, untunglah ada Anthonio yang menerimanya bekerja dan Aritha yang sangat baik kepadanya. Dia bercerita bahwa dia bukan tipikal orang seperti di kampungnya yang gemar berjudi, main wanita dan minum- minuman keras. Dia bercita- cita ingin punya kehidupan yang lebih baik dan menurutnya hanya bisa didapatnya di Amerika.

Mendengar cerita Julio, aku teringat kisah keluargaku yang tidak terlalu berbeda dengannya.
"Am I not alone?" dalam hati aku menggelutuk. Tapi keadaan keluargaku secara finansial memang lebih baik, apa aku harus sudah bersyukur akan semua ini?

"Anyway, what you are doing last night is great"
"Thank you"

Tidak terasa, akhirnya kami sampe di rumah Aritha anehnya, aku merasa ngantuk dan rasanya ingin langsung tidur. Tapi saat aku baru saja memulai tidur terdengar suara di pintu kamar

"Tok... tok... tok..."
"mau ikut kami ke gereja?"

--- Bersambung

===1/3===

Kubuka mata dengan pandangan sayup... terbaring lemah diatas tempat tidur...
Pandanganku tidak luas seperti sesuatu mengganjal di kelopak mataku.
Kulihat sekitar dan aku sadari tempat ini tidak asing bagiku.
Kakiku mati rasa dan perih sekujur tubuhku... satu yang kucari tapi tak menggapai asa.
Mataku kembali menutup dalam kehampaan.

===
Sabtu, 22 Desember 2012
Tidak seperti hari biasanya, hari ini aku memulai hariku dengan perasaan gugup dan penuh kebimbangan. Aku masih punya waktu beberapa jam untuk membatalkan rencana itu.

Bahkan aku masih ragu sambil melahap sarapan di meja yang sudah disiapkan mbok ita sejak subuh...
Setelah perceraian kedua orangtuaku, aku ikut ibuku demi pendidikanku. Aku tidak mungkin hidup bersama ayah karena pekerjaannya menuntut ayah hidup nomaden. Waktu

cepat berlalu, tidak terasa sudah hampir 20 tahun aku hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Walaupun sejak perceraian itu, ayah selalu datang setiap tahun tapi 1 kali

dalam 365 hari tidaklah cukup. Bahkan sudah 10 tahun ini, ayah tidak pernah datang lagi menjengukku. Ayah masih sering menghubungi ibu dan cuma satu kisah terakhir

yang aku ingin tahu dari Ibu bahwa ayah sudah menikah lagi dan tinggal menetap di Meksiko. Aku marah kenapa ayah tidak bisa tinggal bersamaku dan ibu seperti yang ia

lakukan sekarang dengan keluarga barunya? Dan lagi sejak perceraian itu, ibuku sendirian membesarkanku tidak menikah lagi. Walau aku tahu aku masih punya ayah biologis

di negara yang jauh tapi sejak meninggalnya ibu 3 tahun yang lalu, aku sudah merasa sebatang kara.

Hingga telegram yang tidak pernah kuharapkan tiba 2 hari yang lalu...

Suara mbok ita memecah keheningan, "Den, enggak berangkat sekarang? nih mbok sudah siapin semuanya di koper."
"Iya mbok, sebentar lagi sambil nunggu pak Udin ambil barang di apartemenku."
Walau aku berusaha untuk tegar, tapi air mata ini tidak tertahankan dan akhirnya meleleh juga.
"Jangan nangis den, si mbok tahu andai masih ada nyonya di rumah..." mbok Ita menenangkanku sambil mengusap air mataku.
Mbok Ita memang sejak kecil membesarkanku dan sudah dianggap seperti ibu kedua bagiku. Sejak kepergian ibu, mbok Ita otomatis menggantikan posisi ibu di rumah. Kalau

aku pulang ke rumah, mbok ita selalu memasakan makanan kesukaanku tidak jarang mbok Ita sengaja ke apartemenku hanya untuk membereskan apartemen dan membawakan makanan

kesukaanku.

"Den, pak Udin sudah datang tuh"
"Baik mbok, aku titip rumah ya mbok. Kalau ada apa- apa mbok bisa langsung telepon aku."
"Iya Den, hati- hati di jalan."

Setelah pak Udin membawa koper ke mobil, akupun masih belum bisa meneguhkan hatiku, apakah aku harus pergi? Apakah dia pantas untuk semua ini? Semua pertanyaan masih

bergulir di kepalaku, akar- akar pertanyaan yang tidak ada jawabannya. sambil mobil melaju kencang hingga sampai ke bandara tepat waktu.

2 hari yang lalu, aku ditelpon oleh mbok Ita bahwa ada telegram agar aku bisa membacanya di rumah Ibu. Telegram itu memberitahukan bahwa ayah sudah meninggal. Aku tahu

pasti telegram itu dikirimkan oleh keluarga ayahku dari San Ignacio. Beberapa tahun yang lalu, aku pernah sekali pergi ke sana bersama ibu... kota yang sangat

terpencil bahkan dari Indonesia butuh waktu 2 hari, aku harus transit dulu ke Los Angeles untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Meksiko setelah itu dengan

menggunakan bus menuju San Ignacio. Sesampainya disana bukan suatu pengalaman yang indah bahkan menyakitkan. Aku masih ingat ibu sering menangis selama perjalanan

pulang sesudah harus melihat ayah dengan keluarga barunya. Aku sangat mengerti apa yang dirasakan ibu saat itu.

===
Minggu, 23 Desember 2012 (Indonesia) / Sabtu, 22 Desember 2012

Selama hampir 10 jam perjalanan akhirnya aku sampai LAX jam 4.20 ET. Walau masih merasa letih akibat perbedaan waktu, aku langsung memesan tiket Mexicana Airlines yang

merupakan satu- satunya maskapai dari LA menuju Meksiko. Namun aku masih harus menunggu beberapa jam lagi. Sambil menunggu, aku membuka BB dan menghubungi teman SMAku

untuk memberitahukan jadwal penderbanganku ke Meksiko.

Kali ini niatku kukuh aku sudah setengah jalan, aku harus hadapi ini semua. Setelah tertunda beberapa kali akhirnya panggilan untuk penerbanganku juga, entah mengapa

kali ini aku jauh lebih percaya diri daripada sewaktu aku masih di Indonesia. Rasanya perasaan ragu dan letih selama perjalanan semuanya hilang. Selama kurang lebih

3,5 jam, akhirnya aku tiba di Meksiko.

Disana sudah ada teman SMAku yang menjemput. "Ternyata dia masih setia menungguku," pikirku sambil aku mengingat masa lalu itu. Aritha adalah satu- satunya wanita yang

sangat setia dan pertama kalinya 'spesial' dalam hidupku. Sewaktu kelas 1 SMA, dia selalu bersamaku dan aku sadar benar dia memiliki perasaan sama aku hanya saja

dengan orientasiku mana mungkin aku bisa mencintai dia. Hingga lulusan SMA, dia menyatakan perasaannya kepadaku tetapi aku jujur sama dia bahwa aku homoseksual.

Awalnya dia marah, aku yakin itu, tetapi seiring waktu dia mengerti dengan pilihanku. Sejak itu hubungan kami terputus begitu saja. Hingga ada teknologi bernama

Facebook, aku bisa berhubungan dengan dia lagi.

"Masih setia nungguin aku?" Tuturku dengan nada bercanda
"Enak aja, nih kenalin suamiku."
Lalu aku menyalaminya dan saling berkenalan, untunglah dia bisa bahasa Inggris. Namanya Antonio dan seperti kebanyakan orang latin, tampilan macho khas orang latin

tampak pada guratan wajah dan tubuhnya.
"Hush... jangan kelamaan" tangan Airtha memukul salaman kami
"Nanti laki gue lu bawa pulang ke Indo lagi..."
"Sorry ta, latino is not my cup of tea"
Nampaknya suami Aritha mengerti pembicaraan kami karena dia kemudian tertawa dengan gelinya.

Selama perjalanan, Aritha sepertinya tampak bahagia dengan suaminya dan aku senang untuknya. Dia pantas untuk mendapatkan seorang yang jauh lebih baik dari aku. Aritha

memaksaku untuk istirahat dulu selama beberapa hari setidaknya sampai lewat hari Natal padahal aku hanya ingin secepatnya menyelesaikan masalah ini. Namun aku takut

Aritha dan suaminya salah paham jadi aku menyetujui untuk menginap 1 hari di Meksiko. Keesokannya aku harus cepat ke San Ignacio aku beralasan karena masih ada urusan

di Indonesia.

---
Setelah 2 jam perjalanan melewati gurun, akhirnya aku sampai ke tempat tinggal Aritha.
Sesampainya disana, aku baru menyadari ternyata mereka adalah dari seorang keluarga peternak, seperti ranch di film- film koboi. Rumah Aritha sendiri agak jauh dari

peternakan mereka. Namun dengan arsitektur rumah gurun dan tatanan tropis terlihat jelas bahwa rumah aritha sangat nyaman ditinggali. Saat masuk ke dalamnya tata

ruangnya sangat mirip dengan film- film telenovela, esmeralda atau Cinta Paulina. Ow aku teringat kembali nama- nama seperti Rosalinda, Paula- Paulina, Carlos dan

serasa aku menjadi bagian dari film itu sekarang.

"Masuklah ke gubuk kami ini," sahut Aritha
"Ternyata lu masih lebay, tha"
"Lebay apaan sih?"
Baru teringat ternyata Aritha sudah lama tinggal di Indonesia jadi banyak tentang Indonesia yang dia tahu sekarang ini.

Disana Aritha terlihat hidup berkecukupan, segalanya dilayani. Pembantunya mengantarkan aku ke kamar tamu sambil membawa bawaanku, seperti pelayanan hotel bintang

lima. Sejenak aku bisa melupakan rencanaku datang kesini. Aku ingin berkeliling ke ranch ini sambil menunggu malam tiba.

Aku tahu benar Aritha sangat menyukai keripik balado dan rendang. Sebelum pergi aku sengaja beli keripik Balado via online untuk Aritha. Walau sempat was- was takut

ditahan di petugas imigrasi. Untunglah keripik balado tidak menjadi penghalang.
"Tha, ini aku bawain makanan kesukaanmu"
Terlihat wajah Aritha yang langsung kegirangan
"Apaan sih, bawa oleh- oleh segala,"meskipun mulut ingin menolak tapi tangan tetap meraih, itulah sikap Aritha yang luwes dan apa adanya. Dia tidak akan pernah menolak

pemberian dan permintaan orang lain. Karena seperti munchausen syndrome, dia seperti butuh perhatian dari orang lain tapi tentu tidak seperti munchausen syndrome

dengan 'cara yang kurang baik'.
"Tha, lu bisa gak bawa aku keliling sini"
Sambil keliling, kami bercerita tentang keadaan di Indonesia sekarang. Dia sangat senang mendengar ceritaku sekarang bahwa situasi Indonesia sangat kondusif dan

kericuhan sudah tidak ada lagi. Sebagai keturunan tionghoa, kejadian 1998 yang lalu telah membawa Aritha pergi dari Indonesia beberapa waktu setelah kelulusan SMA

dengan "ingatan yang buruk". Dia dan keluarganya pindah ke Seatle, AS lalu bertemu dengan Antonio sewaktu kuliah. Selama jalan- jalan sore itu, kami habiskan dengan

bernostalgia masa- masa SMA dan masa- masa sewaktu aku mejadi bullying karena satu- satunya keturunan Arab di sekolahku, memang menjadi berbeda itu tidak selalu enak

dan Aritha berututur bahwa dia juga sempat mengalaminya awal- awal kehidupannya disini tetapi setelah beradaptasi dia mengaku warga kota mengenalnya dan menerimanya

dengan baik.

---
Aku langsung mandi sesampainya di rumah karena haripun sudah malam dan tubuh penuh debu sewaktu berkeliling kota. Saat berpakaian, aku dengar suara ribut- ribut dari luar. Aku tidak tahu namun segera aku mempercepat mengancing pakaianku dan langsung menuju asal keributan itu... Ternyata disana kulihat sudah banyak pekerja Aritha yang sedang berkumpul sementara seorang lagi terkulai lemas diatas lantai.
"Tha, kenapa?" sambil menepuk bahu Aritha
Kulihat dia histeris, "Itu... itu... tenggelam..."
"Cepet tha, lu telpon ambulans"
Segera aku melakukan CPR kemudian sejenak suasana menjadi lebih hening dan terdengar bisikan dalam bahasa spanyol.
Setelah hampir 8-9 siklus, aku mulai merasakan nadi radialis yang sebelumnya melemah. Di titik punggungku mulai letih juga, untunglah puji Tuhan, anak itu tersadar dan memuntahkan air yang menyumbat traktus pernafasannya. Sontak semua berteriak dalam kebahagian dan suasanan ribut dalam kebahagiaan. Aku ingat, Antonio yang pertama kali menyalamiku sambil menciumi wajahku. Juga anak buah antonio lainnya. Perasaan bahagia ini sungguh tak terkira.

Ini pertama kalinya aku merasa jiwa ragaku menjadi seorang dokter. Beberapa tahun aku ko-ass, praktek dan PPDS, tidak pernah sekalipun kurasakan ketika pasien dengan begitu tulus dan bahasgianya mengucapkan terima kasih. Bahkan situasi hubungan antara dokter dan pasien sekarang ini kualami bukanlah cerminan cita- citaku lagi. Ketika pasien mengucap, "Dokter khan sudah saya bayar" atau ketika pasien berpikir stereotipik bahwa dokter adalah lahan uang, itu sungguh salah... Meskipun saat itu hanya CPR yang kulakukan tapi ketika semua senang dengan jasaku, rasa letihpun hilang.


«1

Comments

  • wah menarik, ditunggu lanjutan nya
  • jangan lama-lama ngelanjutinnya ya.....
  • Bagus kok cerita awalnya......lanjut ya bro n gak pake lama.....smangat..........
  • lanjut dong, bagus cerita nya :D
  • Kisah ini diawali nanti tgl 22 Des 2012
  • keren nih, backroundnya ala telenovela...... menunggu kelanjutannya :)
  • jangan lama lama dung, ntar keburu lupa cerita nya :D tetap semangat ya
  • wah, bisa dikembangkan jd novel nih
  • gak ada lanjutannya nih?
  • lanjut lge bro,,,,...
  • yaaaah blm ada jg updt nya ayo dong semangat3 bro
  • suka BRO !
  • Lha baru gw liat, di posting nya sebulan lalu...lama beneeeeer..
    Tapi gw gak nyangka lo bisa bikin cerita juga ternyata..en hasilnya bagus..kayak udah sering bikin cerita gitu..ini hasil karya ke berapa ngomong ngomong?
  • Lha baru gw liat, di posting nya sebulan lalu...lama beneeeeer..
    Tapi gw gak nyangka lo bisa bikin cerita juga ternyata..en hasilnya bagus..kayak udah sering bikin cerita gitu..ini hasil karya ke berapa ngomong ngomong?

    Sorry bro, soalnya enggak ada waktu kamaren2, baru sempat lanjut sekarang. Wah jadi malu ane. ini karya pertama kali. Mudah- mudahan bisa dinikmati.
    gak ada lanjutannya nih?

    Ada bro, tapi sori bro soalnya sibuk kemaren. ini lagi istirahat baru bisa nulis lagi.
    blancmint wrote:
    wah, bisa dikembangkan jd novel nih

    Kamu mau? Boleh kok tapi kalau sudah jadi dikirim satu kopinya yang gratis. :P
    dirpra wrote:
    suka BRO !
    xeifer wrote:
    keren nih, backroundnya ala telenovela...... menunggu kelanjutannya :)

    Terima kasih :D
    adacerita wrote:
    lanjut dong, bagus cerita nya :D
    YANS FILAN wrote:
    Bagus kok cerita awalnya......lanjut ya bro n gak pake lama.....smangat..........
    rulli arto wrote:
    jangan lama-lama ngelanjutinnya ya.....
    andychrist wrote:
    wah menarik, ditunggu lanjutan nya
    demas wrote:
    lanjut lge bro,,,,...
    kermit wrote:
    yaaaah blm ada jg updt nya ayo dong semangat3 bro
    adacerita wrote:
    jangan lama lama dung, ntar keburu lupa cerita nya :D tetap semangat ya

    Terima kasih. Mohon maaf ya baru sempat lanjut karena akhir- akhir ini jadwal padat jadi tidak sempat nulis. Ini kebetulan bisa nulis karena lagi sakit dan bisa istirahat cuma karena biasa tidak pernah diam jadi agak sulit untuk full bed rest ;)
    hikaru wrote:
    Kisah ini diawali nanti tgl 22 Des 2012

    Benar sekali. Ceritanya dibuat akhir tahun ini karena berbagai alasan.


  • Sakit? Kalo gak salah rushed ty dokter kan?
Sign In or Register to comment.