BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ANTARA SPATULA DAN KUNCI INGGRIS

1323335373877

Comments

  • edited July 2012
    Akhirnya..
    Anyway I'm 1st
  • Aku terbangun, dan ketika kubuka mataku, eza masih tertidur, masih tetap di atas pahaku. Untuk pertama kali kulihat wajahnya sendu. Kuusap pipinya, dia sedikit menggeliat. Aku lantas ikut berbaring di sampingnya. Wajahku dan wajahnya kini berhadapan. Gak, ini gak boleh. Aku gak boleh suka sama eza. Dia lelaki, aku juga. Aku lantas membalikkan tubuhku membelakanginya. Tapi tak lama aku merasa eza memelukku dan terdengar menggumamkan sesuatu. Aku balikkan tubuhku tanpa berusaha membuatnya terbangun, dan benar, eza mengigau pelan. Eza memang sering mengigau saat tidur. Kubalikkan lagi tubuhku, kupegang tangannya yang masih memelukku, dan aku kembali tertidur, dengan perasaan tak tentu.

    *****

    Aku masih mematut diri di depan cermin. Kulihat rambutku udah makin panjang, tapi mau cukur kok males banget ya. Setelah kupakai sweater kesayanganku, kutengok, eza datang membawa dua gelas kopi susu anget. Dan dia tak sesendu tadi malam. akupun tak mau ngerusak suasana hatinya dengan nanya ada apa semalam sama dia.

    “widih...enak tuh. Tapi tumben-tumbenan lo bikinin gua kopi susu”
    “ya sekali-kali. Mumpung gua lagi baik hati. Jarang-jarang loh gua kayak gini.”
    “ahsek...eh, lo mau kemana? Kok stelannya udah kayak mau maen”
    “hmm...kasih tau gak ya...”
    “idih...mulai deh. Kita mo kemana?”
    “kalo gua ajak ke transtudio, mau?”
    “HWAAA...TRANSTUDIO? AHSEKK..MAU MAU MAU”
    “idih..biasa aja kali. Gak pake lebay begitu..”
    “buruan...”
    “haduh..nyesel gua kasih tau lo”

    Lalu aku dengan exited ngoceh kesana kemari ngomongin transtudio yang aku liat di tivi. Vertigo, Dunia lain, apa lagi ya? Tapi tapi tapi Transtudio keren banget pastinya.

    “za, katanya disana banyak artisnya. Terus juga tayangan infotainment sering banget yang syuting disitu. Hadududuh, masuk tivi nih gua.”

    Dia menatapku sebentar, lalu menghela nafas.

    “hahaha. Maklum za. Gua kan belom pernah kesitu. Emang lo kapan kesitu?”
    “gua juga belom pernah kali. Tapi gua biasa aja, gak heboh kayak lo”
    “widih, pada mau kemana ini teh?” tanya tante sambil baca tabloid ketika melihat kami turun dari tangga.
    “ini tan, eza ngajakin bayu ke transtudio. Tante ikut juga kan?”
    “aduh, kayaknya enggak bisa. Ada customer yang mau ke butik.”
    “yah...padahal kan seru pastinya tan”
    “emangnya lo ntar kesana mau naek wahana apa aja?” tanya eza tiba-tiba.
    “emang ada paan aja disana?”
    “banyak. Ya sebelas dua belas lah sama dufan, Cuma kan yang ini indoor, jadi kita gak panas-panasan. Terus katanya karena ini indoor, sensasinya beda banget, jadi kita kayak mau nabrak atap gitu deh”
    “gua mau naikin semuanya...yaudah tan, kita berangkat dulu ya. Dah gak sabar nih”
    “ati-ati ya za. Jangan ngebut-ngebut” kata tante sambil menutup majalahnya.
    “iya nih tan, eza tuh kalo liat jalan sepi tuh, langsung tancep gas pol.”
    “huah...bobo ah..”
    “tuh kan...kalo dibilangin tuh..pasti gitu”
    “yuk ah, cabut. Tan, berangkat dulu ya”

    Dan kami pun lantas keluar menuju ke motornya Eza. Kulihat eza mengenakan helm dan juga masker. Hmm...udah ah, gak usah ngagumin dia mulu.

    Sepanjang perjalanan, tentu saja aku heboh, membayangkan apa yang akan aku naiki ntar. Haduh..kebayang deh rasanya. Apalagi kalo ada syuting, hwa...aku bisa masuk tipi. Hwahwahwa.

    “nah, ini Bandung super Mall, jadi Transtudio itu nyambung sama BSM”
    “iya iya. Buruan..gua udah gak sabar...”
    “huah...bobo ah...”
    “AAHH..BURUAN ZA..” kataku sambil menarik-narik jaketnya. Dia hanya geleng-geleng melihat tingkahku. Emang aku salah ya? Aku kan Cuma exited, ezanya aja yang gak asik.

    *****

    Aku masih berdiri dengan gemetar. Rasanya kepalaku masih berputar-putar.

    “buruan..” teriak seseorang.

    Aku menoleh, lalu hanya diam karena kakiku masih gemetar sambil melihat ke wahana vertigo di belakangku..

    “payah nih..masa baru aja naik begituan udah gemeter. Katanya mau naek semuanya...mana janji manismu hey anak muda?” katanya dengan nada mengejek.
    “haduh..za..za..pegangin gua za”
    “jiah..payah nih...gak seru ah” katanya sambil berjalan ke arahku lalu memapahku.
    “duduk dulu za. Lemes nih gua..”
    “hhh..sambil ngantri Dunia Lain aja ya.”

    Aku sedikit ragu untuk masuk wahana Dunia Lain. Masuk rumah hantu abal-abal di pasar malam aja aku gak berani, apalagi Dunia Lain yang kalo denger dari orang yang pernah kesini, katanya nyeremin banget. Hadududuh..kok dia ngajak aku ke dunia lain sih..? aku kan pobia banget sama yang namanya pocong..

    Dan akhirnya kami berdua ikut mengantri di antrian yang panjang banget. Untung ini indoor, jadinya ngantri panjang juga gak begitu kerasa panas kayak di dufan.

    “bay, lo yakin mau masuk dunia lain?” tanya dia menggodaku.
    “hah? Hmm..hmmm..”
    “napa? Lo takut?” tanya dia mencibir.
    “hmm..enggak kok..sapa juga yang takut..” kataku berbohong, padahal dadaku udah dag-dig dug dwer gak karuan.
    “za..antriannya panjang banget...cari wahana lain aja yuk..”
    “halah..alibi. lo takut ya? Ngemeng aja lo takut..”
    “hmm...enggak kok..tapi kan antriannya panjang benget..”
    “yang laen juga sama. Udah ah, gua penasaran, pengen liat pocong”

    Aku melotot takut. Pocong? Hadududuh..aku itu pobia pocong, dia malah penasaran pengen liat pocong. Aku hanya merengut. Kulihat yang lain pada ketawa-ketiwi sambil ngobrol sama pasangannya. Ada yang pasangan cowok-cewek yang keliatan mesraaa..banget. kayaknya tuh dunia milik mereka berdua, yang lain ngontrak. Ada juga pasangan cewek-cewek dan juga cowok-cowok.

    Kutengok jamku, kayaknya kita ngantri udah hampir satu jam, tapi orang masih aja sabar nunggu giliran. Heran juga, dan aku semakin penasaran, ya porsinya beda tipis sama rasa takutku. Kulihat eza mulai bergerak-gerak. Sepertinya dia mulai pegal.

    “duduk aja za..lagian juga antriannya masih panjang banget” tawarku
    Dia terlihat menimang sebentar. Lalu karena ternyata banyak juga yang duduk, dia pun akhirnya ikut duduk. Dan aku pun ikut duduk di belakangnya. Kupegang pundaknya sambil kupijit-pijit, dia tampak keenakan. Lalu pijatanku beralih ke kepalanya.

    “enak bay..gak sia-sia lo gaul ama tunanetra. mestinya lo tadi pake kacamata item ma tongkat..”
    “hahaha. Sial.”

    Lalu kloter selanjutnya masuk. Tiap rombongan sekitar dua puluh orang.

    “akhirnya..dikit lagi...gua udah gak sabar nih bay...”

    Aku hanya diam tak berkomentar. Laku eza berdiri dan kemudian menarik tanganku. Aku makin deg-degan. Dan setelah kami dipersilahkan masuk, kami naik eskalator dan suasananya yang hanya dihiasi lampu yang sangat temaram, dan diiringi musik-musik yang membangkitkan gairah setiap helai bulu untuk berdiri. Aku mulai menggandeng tangan Eza dengan erat sekali. Dia melihatku sebentar lalu tertawa mengejek. Aku gak peduli dan sekarang kami harus mengantri untuk naik kreta. Karena masing-masing kereta hanya untuk empat orang, dua remaja tanggung, dua-duanya cewek dengan amat sangat antusias langsung naik ke kursi depan. Sedang aku naik ke kreta dengan gemetar.

    Setelah duduk, kulihat di kursi depan, gadis tanggung itu sudah sangat exited dan tampak ribut sekali. Dan keretapun mulai berjalan. Aku was-was, dag dig dug gak karuan. Baru saja berjalan, aku sudah dibuat merem oleh bunyi cekikikan nenek-nenek.

    Dan BRAAKKK!!!

    Aku kaget setengah mati ketika tiba-tiba pintu jendela yang tampak seperti rumah tua terbuka dengan tiba-tiba. Aku mulai merekatkan pelukan tanganku ke tangan eza. eza mengernyitkan matanya. Lalu aku melihat kursi goyang yang biasa ada di film-film tempat miss kunkun duduk sambil bernyanyi dengan rambut acak-acakannya, beergerak dan berderit-derit, lalu kereta menikung dan tampak ada mahluk putih loncat-loncat dan aku baru sadar bahwa itu pocong. Aku menjerit sekencang-kencangnya lalu menelusupkan wajahku ke dada eza dan memeluknya kencang sekali. Adegan selanjutnya aku tak tahu, aku hanya mendengar tawa cekikikan dari kursi depan dan baru membuka mata ketika ada yang menepuk pundakku dengan tiba-tiba.

    “HHWWWAAAA...” teriakku..

    Aku dongakkan kepalaku. Kulihat dua orang didepanku tertawa terbahak-bahak. Aku masih gemetar dan kulihat Eza memandangku dengan iba. aku hanya cengangas cengenges. Lalu tiba-tiba hapeku bergetar. Aku yang masih syok hanya diam saja. Lalu eza membuang nafas dan mengambil telponku.

    “hallo, sal. Ada apa? Tumben nelpon.” Kata eza tenang.

    Isal? Tumben dia nelpon. Ada apa ya?

    “siapa? Bayu? hhhh” tanya Eza pelan sambil membuang nafas dan memandangku iba.

    Aku hanya manyun lalu merebut hapenya.

    “hallo sal? Apa? Hehe. Iya..tadi..gua dari toilet, iya, toilet..hehe”
    “hagi himanya ho..?” tanya isal dari balik telpon.
    “apa? Gak kedengeran..ini gua lagi di transtudio sama Eza. apa? Gak jelas. disini berisik banget”

    Lalu tiba-tiba hapeku langsung dirampas sama Eza.

    “iya. Ini eza. apa sal? Hah? Lo di Mitra? Kenapa? Oh..oke, kita langsung balik sekarang. iya.,iya. Yok..klik”
    “kenapa za? Isal kenapa? Kok tadi lo bilang mitra? Siapa yang dirawat?”
    “dia.”
    “dia siapa?”
    “isal lah dodol, masa mak erot.”
    “ya ampun, dia kenapa? Hadududuh..ayu ayu.kita balik sekarang”
    “yaudah. Tapi lo bisa jalan gak?”
    “hah? Bisa lah. tapi lo pegangin gua ya?” kataku merengut.

    Dia hanya geleng-geleng kepala. Aku lantas berdiri dengan gemetaran dan masih memeluk tangannya. Dan kami pun, lebih tepatnya dia dengan tergesa-gesa sambil menyeret badanku yang sudah lemah tak berdaya segera menuju parkiran dan langsung tancap gas ke rumah tantenya Eza.

    *****

    Rumah tante Eza, 16.00 wib

    Setelah sampe rumah, aku sama eza langsung nyari tante buat pamitan. Toh besok juga kami emang mesti masuk lagi.
    Dan setelah ketemu tante yang ternyata lagi asik baca buku tentang desain batik, kami berdua langsung menghampiri beliau.

    “tan, eza sama bayu pulang dulu ya”

    Tante mendongak.

    “kok cepet amat za? Gak mampir dulu ke rumah wa ita?”
    “aduh..besok mesti masuk lagi tan. Lagian juga barusan ditelpon, katanya temen eza ada yang masuk rumah sakit”
    “innalillah..ya udah atuh. Ati-ati ya. Pesenan si eceunya da belum kumplit. Gimana, mau dibawa sekarang pesenannya atao gimana?”
    “ya udah, kumplitin dulu ajah. Sebagian eza bawa, sebagian lagi dipaketin aja”
    “oh yaudah. Salam buat si euceu gitu yah. Main atuh ke Bandung gituh, meni sibuk wae”
    “iya tant, ntar eza bilangin. “
    “bayu juga pamit ya tant. Makasih lo tan, maaf udah ngerepotin”
    “halah bayu mah udah kayak ke siapa aja. justru tante senang ada temen teh. Kapan-kapan bayu maen lagi ya. Ntar kalo tante beli buku resep baru tante kabarin eza. kamu mesti maen kesini ya. “
    “mau mau tant..”
    “idih..ni ibu-ibu. Hayu ah, keburu malem”
    “haha. Yaudah atuh tant, pamit ya tan. Salam’alaykum”
    “alaykum salam. Ati-ati ya”

    Dan kami pun segera menuju ke motor eza lalu aku langsung memeluk erat pinggangnya. Karena pasti dia akan melajukannya motornya seperti punya spare nyawa.

    ******

    RS Mitra Keluarga Cikarang, 19.00 wib

    Kami memasuki lobi rumah sakit dan dikasih tau kalo isal dirawat di lantai 3. Abis naek lift, aku sama eza langsung nanya ke resepsionis dimana isal dirawat.

    “maaf sus, pasien yang namanya Faisal Andi Jamaludin, dirawat dikamar berapa ya?”
    “bentar ya mas, Bapak Faisal...hmmm..di kamar 314 mas”
    “oh..makasih ya sus”
    “heh, kok nanya segala? Gak nelpon isal aja langsung?”
    “ya jangan lah, gimana kalo dia lagi istirahat? Ato lagi dicheck sama dokter? Ato lagi tidur? Ato lagi ke belakang? Ato lagi..”
    “huah..bobo dulu ah..”
    “aaahhh..eza..”
    “abis elonya rempong kemana-mana sih?”
    “huh”

    Dan kami pun tenngok kanan kiri melihat nomer yang tertera di tiap pintu kamar. Setelah sampai di depan kamar 314, aku mengetok pintunya sebentar lalu membukanya.

    “e nobody nobody bout you?”
    Kulihat eza tampak memandangku dengan tatapan aneh.
    “hah? Apaan tuh?”
    “hehehe. Maksud gua, anybody home..?”
    “idih..bahasanya..rumpi deh yey” katanya bergidik.
    Kulihat isal tampak tersenyum ke arah kami.
    “hehehe. ISAAALLLL...” kataku setengah teriak.
    “sssttt..brisik banget siloh” protes Eza lagi.
    “ups. Lupa, hehehe. Sal, lo gapapa?” tanyaku sambil menghambur ke arahnya.
    “gapapa. Cuma accident kecil aja. cie cie..yang abis jalan-jalan...gak ngajak-ngajak nih..” kata isal menggodaku
    “apaan si sal..eh iya, kita bawa oleh-oleh nih buat lo.” kataku sambil menyerahkan kantong kecil berisi gantungan hape yang kubeli di Ciwalk waktu itu.
    “wah apaan nih? Keren...dari mana sih? Kata tamam kalian berdua lagi jalan-jalan ke bandung.”
    “iya.emang kapan dia kesini?”
    “kemaren, sama bocah-bocah pabrik”
    “oh.. Gila, bandung keren mampus tau sal. Kita mau nyari baju, pernak-pernik, kuliner, pokoknya top markotop surotop lah. gua nyampe betah banget tau gak. Sejuk...banget, gak kayak di sini. Panas. Eh, kapan-kapan kita ke bandung yuk”
    “heh, kita mo nengokin kesini tuh, bukannya ngerumpi” protes eza lagi.
    Lagi-lagi dia protes
    “idih, mulai kumat deh. Gua tuh niatnya mo ngehibur dia tao. . Tau nih mahluk yang satu ini, hobinya protes mulu.”
    “udah-udah...kalain bedua tuh gak dipabrik gak diluar, keliatannya tuh berantem...mulu. heran gua. Tapi kalian mesti ati-ati loh..”
    “hah? Ati-ati apaan?”
    “hahaha. Gak jadi ah”
    “isal..apaan..?”
    “biasanya orang yang saling berantem tuh lebih banyak kangennya loh..”
    “hah? Idih... ogah deh..”
    “iya nih, lo ada-ada aja si” timpal Eza
    “buktinya kalian bedua abis jalan-jalan dari bandung. Bedua, diboncengin kan?”
    “mmm..mm..kalo itu..” jawabku gelagapan. Iya juga sih, tapi..
    “eh, kata dokter gimana?” tanya Eza mengalihkan topik.
    “iya, kata dokter gimana? Ada yang parah gak? Gak mesti amputasi kan? Terus sekarang yang masih kerasa sakit yang mana? Sinih, biar gua pijitin.”
    “haduh, satu-satu donk. Pertama, gua gak papa, cuman lecet-aja. kalo ngomongin amputasi ya amit-amit lah”
    “iya, lo ngawur banget si.” Kata eza sewot. Aku hanya cengengesan.
    “eh, ini apaan sal? Keren banget.” kataku sambil mengambil jam pasir yang ada di atas bufet.
    “ah..itu dikasih temen.”
    “wah..keren..mau mau mau...beli dimana?”
    “itu waktu gua maen ke pangandaran”
    “adududuh..jauh amat. buat gua ya sal..”
    “o..tidak bisa..” kata isal sambil menggoyangkan telunjuknya.
    “udah..ntar kalo gua libur, kita ke pangandaran, key?”
    “mau mau mau..”
    “ehm ehm..” kata isal berdehem sambil senyum-senyum.
    “hehe. Apaan sih sal..”
    “gapapa. No komen ah”

    Lalu tiba-tiba pintu kamar diketuk lalu masuklah dua orang. Yang satu cewek, manis banget, yang satu lagi cowok. Mereka berdua lantas masuk. Kulihat eza hanya diam. Eza emang tipikal orang yang gak betah sama orang baru. Tapi gak tau juga kok sama aku malah ketus mulu dari awal.

    Setelah sekedar salaman dan perkenalan ringan, aku dan eza pamit pulang. setelah keluar kamar rumah sakit kami langsung menuju parkiran dan aku langsung nemplok di belakang Eza. eza lantas melajukan motornya.

    “bay, lo suka barang antik kayak tadi?” tanya eza tiba-tiba.
    “hah?”
    “lo suka accesoris, hiasan-hiasan yang lutu-lutu kan?”
    “iya. Dulu sih gua kalo maen tuh yah, pasti nyari yang lutu-lutu. Seneng aja ngeliat barang yang unyu-unyu tuh.”
    “pantesan lo gak kaya-kaya. tau gak, pola pikir kita tu terlalu konsumtif?”
    “hah? Maksud lo?”
    “kebanyakan pola pikir orang indonesia itu konsumtif. Kita tuh pasti langsung melotot kalo liat yang namanya sale. Dan walaupun itu akhir bulan, kita pasti ngebela-belain utang. Termasuk lo”
    “terus, masalah buat loh?”
    “nah itu dia. Coba lo rubah deh. Lo kan suka belanja, makan, kenapa lo gak geser sedikit aja pola pikir lo.”
    “hhmm..gua masih bingung, lo ngomong apaan si..kalo ngomong ma gua tuh yang jelas napa. Jelasin!!!”
    “gini. Maksud gua, kenapa lo gak nyoba buka usaha jualan pernak-pernik kayak tadi. Kan selain lo bisa ngejalanin hobi lo, lo juga dapet income kan?”
    “hmm..iya juga sih. Tapi..”
    “tapi apa?”
    “ya..gimana mulainya?”
    “hmm..gini aja, ntar kita maen ke pangandaran. Terus kan tante gua yang di bandung juga bikin accesories kan? Ya lo tinggal nyari tempat, terus nyari orang. Step pertama gitu. Terus, lo kan hobi banget kan sama yang namanya masak, ya walaupun terlalu beresiko kalo lo buka dua item sekaligus, kalo misal usaha accesories lo dah jalan, lo bisa sambil buka stage makanan ringan, kayak minuman ato snack-snack gitu. Gimana?”
    “hmmm..gimana ya? Tapi..”
    “tapi apa?”
    “kok lo kepikiran kesitu sih?”
    “ya..karena..mmm..lo..lo kan suka hal-hal yang begituan. Kata bapak guru juga, kalo bisa yang namanya hobi tuh, bisa dijadiin ladang penghasilan, selain memuaskan jiwa ibu-ibu lo, lo juga bisa dapet duit kan?”
    “bukan karena gua gak pantes jadi mekanik?”
    “ya karena itu juga. hahaha”
    “idih..ngomong aja langsung. Pake berdalih segala.”
    “hahaha.”
    “tapi..”
    “hhh?”
    “gajadi deh. Za..”
    “apa lagi?”
    “makasih ya za”

    Dia hanya diam tak menjawab. Entahlah aku bingung sama apa yang kurasa sekarang. Yang aku rasain eza begitu perhatian sama aku. Aku juga gak tau sebenarnya kenapa dia ngelakuin ini itu buatku. Sampai-sampai dia mikirin pola hidupku dan juga masa depanku. Apa karena dia ini hanya sebatas sahabat atau...argght..kok aku mikir yang enggak-enggak sih? Mana mungkin lah eza begitu. Tapi sikapnya terlalu berlebihan sampai mikirin masa depanku. Ah, ini mah aku aja yang kegeeran deh kayaknya.

    “heh, kok diem aja, tumben.”
    “hmm..gua bingung musti ngomong apa. Tapi za, gua..”
    “kenapa?”
    “gak jadi deh”

    Dari raut mukanya, kulihat dia tersenyum. Akupun hanya bisa tersenyum dan memeluknya semakin erat. Tapi yang pasti, aku bersyukur bisa kenal dengan mahluk ngeselin yang satu ini. Dan sepanjang perjalanan, pikiranku masih berkutat soal ini dan itu. Buka usaha accesories? Hmm..gimana ntar aja deh.

    “Lo mau ke kostan lo pa nginep dirumah gua?” tanya eza tiba-tiba
    “hah?”
    “lo kenapa si dari tadi huha hehoh mulu.”
    “sory sorry. Lo nanya apa tadi?”
    “lo mau gua anter ke kostan lo pa ke rumah gua?” katanya dipertegas
    “hmm...ke rumah lo aja deh”
    “idih, kebayang dah kostan lo kayak apa sekarang. berapa hari gak dibersihin?”

    Aku gak jawab. Aku sendiri gak tau, kenapa aku males sekali pulang ke kostan. Rasanya aku masih pengen sama eza. Aku suka waktu dia godain aku, aku suka ekspresi manjanya saat dia misuh-misuh karena kebagian sisanya saja saat aku bikin makanan.

    “hey, kenceng amat meluknya”
    “hah? Hehe. Sorry” jawabku sambil mengendurkan pelukanku.

    Aku hanya nyengir. Hadududuh, gaswat. Kok aku jadi kayak gini sih..

    ******
  • segitu dulu dah pemirsa, maaf neh belo bisa rekomen satu-satu. bilingnya udah ngedip" ini teh. da pake modem di rumah teh bikin pengen nangis berdarah". curcol sesi ke-2. dikomen ya. dilemanya lagi disiapin buat part" selanjutnya.
  • Akhirnya..
    Anyway I'm 1st

    tapi masih hambar da, belum ada konfliknya. tapi dibaca aja dah, tap jangan sambil ngupil ya.
  • gigglebox.... arghhhh... gren tea latte nya, beuh enyak buanget..

    mau dong di pijitin bayu.. hahay

    part ini ngerasa nyata banget, tp sesi romantis bayu eza kok dikit banget. klo lbh banyak kan bisa bikin galau.. #ngarep diapdet lbh panjang. hehe.. ^^v
  • wah... Udah lama gak nongol. Kemana aja? Up date-nya jangan kelamaan. Kangen gw. @alabatan
  • edited July 2012
    Makin lengket kaya amplop sama prangko :)
  • lanjutannya kapan mz @alabatan ?? kasih kepastian dunk.. besok, ataw lusa, ataw kapan gt.. ga sabar soale akuuuw....
  • terpuaskan,tq ts
  • uda langsung jadian aja, hehehe
  • Puas...asli...puas bacanya...jgn lama2 yah updatenya
  • Oho . . dah dilanjut yak.
  • oooo.. a @alabatan kangen bgt sama ceritanya.. ..double wow lah pokoknya.. diantosan apdetanna
  • hoam... hoam... hoam....

    setelah sekian lama menunggu akhirnya di rilis juga....

    keren.
  • akhirnya datang juga
Sign In or Register to comment.