Nulis di pagi pagi, silahkan dibaca dan ditungu komen komennya. Terimakasih
*********************************************************************************************
“Dasar teman gak tahu diri lo, kamu tahu kan dia pacarku, kamu kok tega menusuk dari belakang. Lo ngaku ngaku sahabat baik gue tapi kelakuan lo lebih busuk dari iblis”
Amarahku pada Renal sudah tidak bisa dibendung lagi dan sudah dipuncak ubun ubunku, dia benar benar sudah sangat keterlaluan. Masak dia suka sama pacarku dan ngegodain dia. Gak pandang bulu dia juga berani mencium pacarku. Dasar teman gak tahu diri, Aku sebenrnya berteman dengan dia, bahkan sudah dapat dikatakan sahabat sejak masih SMU sampai sekarang kerja gini kita masih tetap sahabat, bahkan gak sedikit orang yang mengira kita pasangan maho karena kemana mana kita selalu berdua.
Tapi semuanya buyar dalam satu hari, persahabatan yang manis hancur oleh tingkahnya yang gak patut dan gak bisa diterima oleh akal sehat. Dia berani suka dan bahkan menggoda dan mencium pacarku. Dasar laki laki gak tahu diri. Dia bilang pada pacarku bahwa dia suka padanya dan jatuh cinta padanya. Muak aku melihat muka busuknya.
“Apa maksudmu Bram? Aku gak ngerti apa yang kamu katakan”
“Jangan munafik lo, dasar teman makan teman lo”
“Aku gak ngerti maksud kata katamu”
“OK kalau kamu gak ngerti apa yang gue maksud, mungkin dengan ini kamu mengerti”
Langsung aku hajar dia dan pukulan demi pukulan bersarang ditubuhnya. Aku gak peduli dia sampai mampus atau mau apa, aku belum puas, aku masih gak terima apa yang diperlakukannya padaku. Sampah.
Setelah beberapa saat aku puas dan aku tinggalkan tempat itu, aku gak peduli. Sial, punya sahabat ternyata mau menghancurkan jalinan kasih sahabatnya sendiri. Apa dia gak bisa berpikir dengan kepalanya atau memang otaknya sudah gak ada karena nafsu. Sayangnya nafsu bejat telah menghilangkan akal sehat dan aturan sehingga apa yang gak seharusnya dilakukan tapi dilakukan olehnya
Flashback ketika SMU
“Bram, kita janji akan berteman selamanya kan?”
“Iya Nal, kita akan berteman selamanya. Apapun tidak akan bisa memisahkan”
“Kita janji” Kataku sambil mengaitkan jari kelingking tangan kanan kita
Persahabat kita memang indah, seindah lukisan masil mahakarya pelukis pelukis terkenal.
“Hallo sayang gimana kabarnya cinnnnnnnnnn” kata Harold pacarku
Yup, Harold pacarku yang baru kupacari 2 bulanan. Aku gak tahu gimana aku bisa tergila gila padanya, walaupun agak sissy tapi aku benar benar sayang padanya. Pertemuanku dengannya saat aku berada dalam club malam yang aku datangi bersama dengan teman temanku, sebenarnya aku gak suka ke tempat gituan, tapi hari itu ada temanku yang ulang tahun dan mengadakan party disana, jadi terpaksa aku ikut. Aku lihat dia dari pertama sudah tertarik dan ternyata dia temannya yang punya acara juga jadi lalu kami kenalan dan akhirnya jadian setelah itu, aku sayang banget sama dia.
“Gue lagi dirumah ni, kita jalan yuk nanti malam”
“Yei gak jalan sama sahabat ye itu?”
“Udah deh gak usah dibahas, orang gak tahu diri kayak dia gak usah dibahas lagi”
“Ember cin, akhirnya sayang sadar juga, ya udah jemput eke sayang, jangan telat ya”
“Iya, gak usah khawatir pasti gue gak akan telat”
Segera aku mandi dan mempersiapkan diri, pakai t shirt simpel warna putih dan jeans belel, aku memang gak suka yang formal formal, malas makainya. Aku suka yang santai tapi gak terkesan murahan. Kusemprotkan parfum ke tubuhku dan aku segera berangkat menjemput pacarku dengan avanza hitamku.
Sudah hampir 3 minggu sejak kejadian itu, aku kendarai mobilku dan sedang menuju sebuah mini market yang berada didekat pasar impres. Aku ingin membeli rokok dan air minum kemasan sebagai teman perjalanan, aku ingin menemui temanku yang mengajakku ketemuan di Pizza Hut. Ku parkirkan mobilku dan segera aku masuk kedalam minimarket dan aku segera ambil apa yang aku butuhkan. Setelah aku bayar segera aku balik menuju mobilku. Ketika aku mau menerusan perjalanan aku sekilas melihat seseorang, kayaknya ia jadi buruh panggul atau gimana gitu, sepertinya itu seperti Ghana adiknya si Renal, tapi gak mungkin juga kayaknya Renal membiarkan adik kesayangannya sampai bekerja jadi buruh gendong gitu. Tapi kalau benar sukurin juga deh, mampus lo menderita siapa suruh punya kakak jahat kayak gitu.
Ku gak peduli sama dia, ngapain juga dipikirin, buang buang energy dan hanya membikin sakit hati saja. Segera kulajukan mobilku dan setelah berjuang menempuh hampir setengah jam akhirnya aku sampai di tempat yang dituju. Ternyata Andy sudah ada disana
“Hai bro gimana kabarnya”
“Baik, lo sendiri gimana”
“baik juga semua baik baik saja”
“Ya udah kita pesan aja, lo udah pesan belum”
“Belum sih, gue juga baru aja nyampai kok”
Kami segera memesan pizza ukuran besar plus dua buah jus alpukat.
“Eh Bram, lo udah dengar kabar Renal gak?”
“Kabar apaan, basi ah ngapain ngurusin kunyuk itu”
“Wait, kok musuhan gitu lo, bukannya lo tu sohib gak terpisahkan, lebih lengket daripada suami istri”
“Eh, jangan ngasal ya, orang gak tahu diri kayak dia bukan temanku apa lagi sahabat gue, najis gue mengenalnya”
“Hahahahhahahaa”
“Emang sebenarnya ada kabar apaan sih?”
“Eh, ternyata lo perhatian, tapi apa bener lo kagak tahu?”
“Kagak tahu”
“Tiga minggu lalu dia meninggal”
“Meninggal? Mampus ketabrak omprengan ya, atau bunuh diri” kataku
“Mulut lo tu dijaga kalau ngomong, dia sakit katanya, lo gak ngelayat?”
“Apa peduli gue, dia mau mampus juga apa peduli gue”
“Ow, ternyata musuhan sekarang. Ya udah gak usah diomongin lagi, eh gimana kabar lo dengan pacar lo itu?”
“Baik dong, Gue sayang banget sama dia, gue benar benar jatuh cinta dan tergoda akan ketampanan dia”
“Yang sedang jatuh cinta, serasa dunia milik berdua”
“Iya nih, sudah mau menginjak tiga bulan malam ini, malam ini gue mau kasih kejutan sama dia”
“Apaan tu”
“Ni lihat apa yang gue beli buat dia” kataku sambil memperlihatkan cincin berlian pada Andy
“Gila lo ya, masak barang semahal itu lo kasih ke dia, buat gue aja sini”
“Sialan lo, enak aja”
“Hahahah, ya udah semugo hubungan kalian langgeng ya”
“Kalau lo Ndi, gimana hubunganmu dengan siapa tu Stepan”
“Udah basi, udah gue putus dia”
“La kan belum ada dua minggu”
“Emang kenapa, tu anak posesif banget, apa apa harus dihubungi, aku harus lapor apa yang kulakukan. Emang siapa dia, bapak gue apa? bosen gue dengan tingkahnya dan kuputus aja dia”
“Semoga lo dapat penggantinya ya seperti Heroldku tersayang”
“Ogah gue dapat pacar kayak pacar lo itu, ngondek gitu mending pacaran sama bencong”
“Dasar sarap deh lo"
Kami kemudian melanjutkan pembicaraan yang gak berarti dan menghabiskan pesanan kami. Aku dari sini langsung mau ke tempat pacarku, sudah gak sabar aku dan aku mau kasih kejutan ke pacar tersayangku. Heroldku, tunggu aku ya.
Aku memarkirkan mobil diluar gerbang rumahnya, aku gak dia tahu aku datang. Ini kan kejutan yang aku ingin tunjukan padanya. Aku kenal satpam rumahnya jadi aku dibiarkan masuk, aku bilang padanya jangan bilang Herold karena ini kejutan untuknya dan dia membantuku. Kulangkahkan kaki menuju rumahnya dan aku masuk kedalam rumahnya (aku punya kunci rumahnya soalnya) dan aku segera mau mencari dia. Aku langsung segera menuju kamarnya yang ada dilantai 2, tapi ternyata aku dengar suara kekasihku sedang menelpon seseorang di ruang tengah lantai satu. HP nya di louspeaker sehingga aku bisa mendengar dengan jelas siapa yang sedang ditelponnya.
“Cin, makasih lo ya sudah nolongin eke”
“Santai aja, kita kan sebagai sohib harus saling bantu”
“Makasih pokoknya, tas Gucci pesenan lo udah ada ni, ye ambil ya nanti”
“Bener cin?, makasih ya. berarti hubunganmu dengan Bram sekarang lancar dong”
“Ember, si kutu busuk Renal sekarang sudah gak mengganggu lagi”
“Hahahhahahahahha, sandiwara ye hebat juga ya cin, pacar ye percaya aja dengan omongan ye”
“Itu kan berkat bantuan ye juga cin, hahahahhaha mana ada si kutu tu mau gangguin eke lagi hahahah”
“pacar ye tolol juga ya cin”
“Ember, tapi diem lo ye, mulut ye udah eke bungkam pake tas Gucci”
“Oke, santai aja cinnnnnnnnnnnnnnnnnn!”
Aku yang terkejut mendengar pembicaraan itu langsung naik darah. Langsung kudamprat muka anjingnya.
“Eh, jadi yang lo katakan semua itu bohong ya sampai gue bertengkar sama Renal?”
“Eh…….. yayang eke datang, darimana cin. Ini cuma joke aja sayang gak kok”
“Aku sudah dengar semua, dasar lo muka anjing ya. Kita putus sekarang” kataku
“Jangan sayang, eke cinta mati sama lo, jangan tinggalin eke sayang, pleaseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee”
Gue gak peduli dan kutinggalkan dia. Yang kupikirkan sekarang adalah Renal dan aku harus segera menemuinya, aku akan minta maaf pada sahabatku karena sudah menuduhnya yang enggak enggak. Segera aku ke rumahnya dan terlihat sepi disana aku tanya tetangganya dan ternyata memang kabar buruk yang aku dapatkan. Renal sahabatku sudah meninggal. Aku segera ke rumah pak RT dan mencari informasi.
Setiba disana aku disambut dengan ramah, aku segera menanyakan perihal kematian Renal padanya dan kenapa dia bisa meninggal.
“Aku mau tanya pak kenapa Renal bisa meninggal”
“Kagak ada yang tahu pastinya ya dik, tiga minggu yang lalu dia muntah darah dan luka luka, gak ada yang tahu enapa dia bisa seperti itu, kemudian dia pingsan dan setelah itu dia dibawa ke rumah sakit tapi nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan, kasihak dik padahal seharusnya hari ini dia menikah. Kasihan calon istrinya.”
“Kabar adiknya gimana pak? Setahuku dia punya adik dan rumahnya kok sepi?”
“Ghana maksudnya, anak itu lebih kasihan lagi dik, padahal dia pintar dan sering juara lo di sekolahnya. Setelah kematian Renal, dia gak ada tempat tinggal lagi. Renal kan sedang memulai bisnis nya dan meminjam uang pada seseorang dan ketika dia meninggal itu usaha yang dirintisnya ikut terbengkalai dan rumahnya dijadikan untuk membeyar hutang tersebut dan Ghana keluar dari rumah itu, saya gak tahu sekarang dimana. Kalau adik temannya Renal bapak mohon untuk bisa membantu Ghana, kasihan dia nak”
Setelah mendapat informasi tersebut aku balik, hatiku kacau tidak karuan. Aku marah pada diriku sendiri dan akulah yang menyebabkan kematian Renal. Kematiannya yang mengakibatkan banyak orang terluka, terutama adik dan tunangannya. Semuanya adalah dosaku, dosaku yang aku tidak akan pernah bisa tebus. Aku pulang dan aku memikirkan semuanya, hanya karena ucapan seseorang membuat persahabatan kami hancur, dan yang menghancurkannya adalah aku. Aku merasa sebagai orang yang gagal sebagai sahabat, orang yang paling buruk, orang yang lebih percaya pada orang yang baru kukenal dua bulan daripada sahabat sendiri yang sudah kukenal bertahun tahun yang aku tahu dirinya luar dalam.
Aku hanya terdiam di kamar, aku sampai pagi hanya diam memikirkan semua yang terjadi. Semuanya bagaikan ilusi, persahabatanku dan Renal seperti lukisan indah yang sekarang sudah terkoyak, dan yang menancapkan pisaunya adalah diriku sendiri. Kita gak akan bisa mengembalikan sesuatu yang sudah terkoyak, semua sudah terlambat. Aku sangat menyesal.
Tiba tiba kuingat Ghana, adik Renal, aku harus sedikit menebus kesalahanku, aku harus mencari dia, setidaknya aku harus bisa menyelamatkan seseorang dari kejadian yang aku lakukan. Renal, ijinkan aku sedikit menebus kesalahanku, ijinkan aku menjadi pelindungnya. Aku segera membawa mobilku dan menuju ke pasar impres dimana kemaren aku melihatnya. Aku segera datangi toko yang kemaren dia disana mengangkat beras dan aku tanyakan dia, ternyata dia tidak tahu dimana dia tinggal tapi katanya anak anak gelandangan di pojok pasar mungkin tahu. Gelandangan, membayangkannya saja aku ngeri, akibat ulahku ada seseorang yang hidupnya seperti itu, aku merasa aku orang paling terkutuk sedunia. Aku segera kesana dan memang mereka mengenalnya dan katanya dia sedang tidur di tumpukan kardus kardus. Segera kucari dan aku melihat seseorang merintih, ya dan aku mengenalinya, dia Ghana adik Renal, tubuhnya memar memar seperti habis dipukuli, ada noda darah yang mengering disudut bibirnya, kudekati dia.
“Ghana, kamu gak apa apa?”
“Jangan, tolong jangan pukuli aku lagi, aku sudah serahkan semua uangku, aku sudah gak punya apa apa lagi”
Aku hanya miris dan hatiku merasa lebih bersalah pada Renal, aku tahu baik gimana Renal menjaga adik kesayangannya ini, dia gak akan biarkan seorangpun melukai adiknya. Aku langsung menolongnya, dia ketakutan
“Ghan, ini kak Bram, masih ingat kakak kan?”
“Kak Bram”
Dia berhenti memberontak, dia memandangku dan tak terasa air matku sudah mengalir dipipiku. Dia kemudian memelukku dan menangis keras dalam pelukanku, dan yang kurasakan bukan kelegaan, tapi suara tangisannya bagaikan pisau yang mencabik cabik tubuhku. Aku hancur, aku lumat dalam tangisnya.
“Kita obati dulu lukamu ya” kataku akhirnya dan aku bantu papah dia ke mobil dan kubawa ke rumah sakit.
Ternyata dia hanya luka luar saja, setelah selesai aku bawa pulang ke rumah. Dirumah aku suruh dia istirahat, aku ingin dia bisa tenang dan tidur dengan nyaman. Selama dia tertidur aku hanya memandangi wajahnya, dan aku melihat kilasan ketika pukulanku bersarang di tubuh Renal, melihatnya membuatku menderita, tapi karena derita itu aku masih punya semangat untuk hidup, setidaknya aku masih punya kewajiban untuk membantu Ghana.
Tiba tiba dia terbangun.
“Kakak”
“Iya Ghan, kenapa? Lapar atau haus?”
“Haus kak, boleh minta air?”
“Iya, kakak ambilkan ya” dan aku ambil air dan kubantu dia minum
“Makasih ya kak”
“Ghan, kamu tinggal dengan kakak ya, biarkak kakak sebagai pengganti Renal”
“Maafkan Ghana ya kak sudah merepotkan kakak, kakak Ghana takut kak”
Dan dia mulai menangis, aku segera keranjang disebelahnya, aku letakkan kepelanya didadaku dan aku usap lembut kepalanya. Dia memelukku erat dan menumpahkan semua kesedihannya. Kesedihan yang berasal dari dua tanganku ini.
“Apa salah kak Renal kak?, kenapa ada yang tega berbuat kejam padanya? apa salah dia kak? kak Renal adalah orang yang sangat baik”
Dan aku tidak bisa menjawabnya karena semua pertanyaannya serasa pukulan yang menohok diriku sendiri, aku peluk erat dia dan aku cium kepalanya, aku hanya diam dan diam.
Sudah selama sebulan ini Ghana tinggal bersamaku, aku sangat suka padanya, anaknya rajin dan sangat pintar. Ternyata dia sudah selama seminggu tidak sekolah, segera aku ke sekolahnya dan mengurus semuanya. Sekarang aku yang ambil alih tanggung jawab atas dirinya, dan aku malah cenderung memanjakan dia. Aku ingin sekolahnya yang sekarang masih kelas dua SMU lancar dan aku pastikan cita citanya akan terpenuhi.
Tapi dia tidak pernah meminta apa apa dariku, bahkan sebisa mungkin dia tidak minta dariku. Aku gak tahu apa yang ada dipikiran dia. Dia tidak pernah meminta ini dan itu, apa yang aku kasih diterima olehnya seolah dia hanya pantas untuk menerima dan bukan meminta. Aku sedih, aku ingin dia bilang apa keinginan dia tapi aku pendam. Dia mungkin merasa menjadi beban bagiku yang sebenarnya aku tidak merasa demikian. Aku ingin dia tertawa, aku ingin dia ceria, tapi selama ini dia hanya diam dan bicara seadanya, aku merasa gagal sebagai seorang pelindung.
Ren, apa yang harus aku lakukan, kasih sesuatu sehingga aku bisa membuat Ghana tertawa. Aku dulu ingat adikmu ini sangat ceria dan wajahnya menyenangkan bagi siapa saja yang melihatnya termasuk diriku. Ren, maafkan aku, setidaknya biarkan aku membahagiakan adikmu yang satu ini.
Kami sedang makan malam, aku melihat wajahnya terlihat murung.
“Ghan, kenapa murung?”
“Gak apa apa kak”
“Kakak bersalah ya padamu? kakak memang kakak yang gak baik Ghan”
“Enggak kak, Ghana aja yang merupakan beban bagi kakak”
“Gak benar kok itu, kakak ingin Ghana terus terang sama kakak, kalau Ghana ada kesulitan apa apa tolong bilang ke kakak”
“Ghana cuma jadi beban buat kakak”
“Ghana sudah kakak anggap adik sendiri, kakak sedih kalau Ghana berpikir seperti itu, mana ada adik sebagai beban dari kakaknya”
“kak”
“Please Ghan, ijinkan kak Bram menjadi kakak Ghana”
“Tapi kak?”
“Kamu percaya kaka kak, kakak gak akan nyakitin kamu”
Aku memeluknya, ada air mata keluar dari ujung mataku. Aku gak tahu berapa kali aku menangis beberapa hari terakhir ini, aku menjadi orang yang cengeng yang bukan aku sebelumnya. Diriku yang tegar dan keras selalu tenggelam dalam air mata ketika memandang wajahnya, terutama ketika dia sedih dan sendu seperti ini, serasa aku gagal menjadi manusia.
Ghana yang melihatku mengeluarkan air mata menghapus air mata dengan tangannya dan aku melihat senyuman manis di bisbirnya, aku merasakan terang setelah awan gelap menyelimutiku beberapa hari ini, aku peluk dia dan kucium pipinya.
“makasih ya Ghan sudah percaya pada kakak”
“Iya kak, makasih juga sudah menjadikan Ghana sebagai adik, Ghana berterimkasih”
“Iya, sekarang katakan ada apa”
“Ghana gak tahu musti ngomong gimana, senin depan hari terakhir pembayaran uang dharmawisata di liburan nanti, Ghana gak mau merepotkan kakak, tapi itu wajib dan semua harus ikut”
“Emang berapa jumlahnya Ghan?”
“satu koma dua juta kak, maafin Ghana ya, kalau gak ada gak apa apa kok”
Aku langsung peluk dirinya, aku benar benar sayang sama anak ini. Aku gak tahu kenapa aku benar benar sayang dan aku gak tahu hanya melihat ketawanya hatiku sudah bergejolak. Aku gak tahu ada apa dengan diriku.
“Besok kita bayar ya, Ghana janji pada kakak buat belajar yang rajin ya dan jangan nakal”
“Makasih ya kak”
Kemudian dia memelukku dan mencium pipiku. Hanya sebuah ciuman kecil tapi sudah membuatku bahagia, bahkan lebih bahagia dari seribu ciuman yang diberikan mantan mantanku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan diriku.
Aku hanya senang selalu berada disisinya, aku senang bahagia bisa menjadi pelindungnya dan aku merasa dia juga demikian. Kadang aku cemburu jika dia menghabiskan waktu bersama teman temannya, ada saja alasanku memintanya segera pulang, aku hanya ingin terus bersama dengan dia.
Ghana juga kayaknya seprti itu juga, kadang dia marah atau ngambek jika aku menghabiskan waktu berduaan dengan temanku, pernah aku sengaja undang temen cewekku untuk datang kerumah, aku ingin tahu gimana reaksi dia dan ternyata dia ngambek, tidur dari sore dan gak mau makan malam. Malamnya aku temui dia dan aku peluk dia, dia hanya memelukku balik dan aku dengan isakan dari mulutnya, setelah hari itu aku gak berani membawa orang ke rumah, aku takut dia merasa diduakan. Aku sangat mencintainya, iya perasaan itu muncul dengan sendirinya tanpa aku sadari.
Aku benar benar sayang dan mencintai dia tapi aku tidak akan dan tidak akan pernah berani dan berharap cinta darinya. Aku tidak tahu dia gay atau tidak dan walaupun dia gay sekalipun aku tidak akan pernah penya angan dan asa untuk mengharapkan cintanya. Aku sudah menghilangkan nyawa kakaknya, itu fakta yang oleh dirikupun tidak akan bisa diubah dan aku tidak tahu sampai kapan rahasia ini bisa terjaga dan semoga rahasia hitam ini tidak pernah terungkap.
Sebuah bangkai yang disimpan, pasti akan tercium juga baunya, atau memang tuhan yang mengatur supaya sebuah rahasia bisa terkuak. Inilah yang terjadi padaku. Setelah hampir satu tahun lebih rahasia tersimpan, akhirnya terkuak dan menghancurkan diriku dan anganku,
Aku sudah sangat nyaman dengan keadaanku, aku sangat sayang dia dan Ghana juga sayang dan menghormatiku. Walau aku tidak mau atau lebih tepatnya tidak berani untuk berharap agar dia menjadi kekasihku tapi aku sangat bahagia hanya melihat senyumannya, sangat bahagia hanya dengan memeluk tubuhnya atau ketika ciuman kecil darinya dipipiku. Dan aku selama ini sangat bangga, prestasinya di sekolah juga luar biasa dan sebuah kebahagiaan tersendiri yang muncul di dalam hati ketika dia berterimakasih dan menyebut namaku sebagai orang yang memiliki andil dalam hidupnya.
Tapi semua itu hancur gara gara banci satu itu, manusia laknat bernama Herold, dia yang membuatku sampai tega menghabisi nyawa sahabatku sendiri. Selama setahun ini dia masih mengejar ngejar aku tapi aku tidak pedulikan. Aku benci dan jijik melihat mukanya, kalau dengan membunuhnya aku bisa mengembalikan nyawa Renal, dengan sukarela tanpa pikir panjang pasti aku lakukan. Tapi itu hal yang sia sia, aku tidak mau mengotori lagi tanganku dengan tubuh dan otak bejatnya.
Aku gak tahu bagaimana awal mulanya, ketika itu waktu sudah habis magrib, dia datang ketempatku. Memang pintu lagi tidak dikunci dan gerbang juga tidak dikunci, dia masuk kedalam rumah. Sampai di dalam rumah dia menghiba hiba padaku untuk balikan lagi dengannya. Dan mungkin karena ribut ribut itulah Ghana muncul dari balik pintu kamarnya dan ingin melihat kenapa ada keributan.
“Jadi sekarang diri lo sama berondong ini ya cin, eke jadi dibuang gara gara dia”
“Lo minggat aja deh jangan cari keributan disini”
“Hei, yei berondong laknat, ngapain lo rebut lekong orang, dasar berondong gak tahu diri, dasar kucing gak tahu diri lo” katanya pada Ghana
Ghana yang terkejut hanya diam
“Jangan dengarkan banci satu ini dik, kamu belajar aja ya”
“Jadi lo sekarang ada dia dan gak mau lagi sama eke, jangan gitu dong Bram, cinta gue sangat dalam pada lo, sampai gue rela ngelakuin yang dulu, maafin gue ya. Maafin gue, gue gak punya pikiran misahin diri lo dan sahabat lo”
“Udah diam dan minggat dari sini, gue gak mau bacot lo yang busuk itu”
“Maafin eke sayang sehingga kamu sampai ngebunuh Renal sahabatmu itu, beneran gue gak ada niat gitu sayang, percaya eke ya, eke sayang dan cinta mati sama yei sayang”
Aku lihat Ghana terperangah, aku sadar ternyata dia mendengar semuanya. Aku segera tendang bencong jadi jadian didepanku dan amarahku naik. Dia terkejut dan langsung meninggalkan rumah dengan tergesa gesa.
Kedekati Ghana dan mukanya berubah, wajah yang biasanya manis dan senyum yang mengembang tiba tiba berubah menjadi keras dan tatapan tajam penuh kebencian.
“Katakan itu gak benar kak”
“Maafin kakak Ghan tapi itu benar” kataku
“Kakak pembunuh”
“Maafin kakak Ghan”
“Lalu nyawa kak Renal gimana, bisa diganti dengan apa”
“Ghan, kakak minta maaf, kakak khilaf waktu itu”
“Kakak gak tahu gimana Ghana, setelah kak Renal meningga,l Ghana menderita, kakak jahat, yang seharusnya mati adalah kakak bukan kak Renal” katanya emosi
Aku terkejut mendengarnya, dan memang benar dan kalaupun aku mati aku rela sekarang. Untuk menebus segala kesalahanku aku rela.
“Kakak rela kalau memang kakak harus mati”
Dan setelah itu aku mesakan perih diperutku, aku merasakan ada lelehan yang keluar disana dan aku melihat di tangan Ghana ada pisau yang berwarna merah.
Aku tersenyum padanya, jika ini bisa menebus dosaku padanya aku rela, terimakasih sudah menghukumku akan dosaku, Ghana aku berterimkasih padamu. Yang kurasakan kemudian adalah rasa dingin yang menjalar ditubuhku dan pandanganku mengabur.
“Terimakasih Ghan” itu ucapan terakhirku padanya
Aku melihat Renal didepan sana aku bisa melihat dengan jelas membelakangiku. Ren, aku akan segera bersamamu, aku senang akhirnya kita bisa bersama lagi.
Tiba tiba dia balikkan wajahnya dan tersenyum padaku, senyuman yang sangat manis, senyuman yang dulu sering aku dapatkan ketika masih bersamanya. Aku senang sekarang aku bisa terus bersamanya dan melihat senyuman itu darinya,
Tapi tiba tiba dia membalikkan tubuhnya dan menjauh dariku, aku panggil panggil tapi dia tidak menyahut dan makin lama makin sosoknya makin mengecil dan semuanya menjadi hitam.
Aku merasakan sakit di perutku, aku mencoba membuka mataku dan aku merasa sangat silau. Ada seseorang yang menggenggam tanganku. Aku pelahan lahan bisa melihat kembali dan dia Ghana yang memegang tanganku, ada juga mama dan papa. Ada juga teman temanku.
Akhirnya aku sadar, setelah aku sadar Ghana pergi, aku tidak tahu kenapa. Setelah kayaknya diperiksa dengan dokter dsb aku kemudian bisa ngobrol dengan mama dan teman teman walau masih agak kesusahan. Tapi saat ini aku ingin ngobrol sama Ghana berdua, aku ingin ketemu dengan dia, aku ingin bicara empat mata dengan dia, akhirnya aku minta semua keluar dan aku ingin bicara sama Ghana.
Dia hanya diam, aku menyuruhnya mendekat dan dia duduk disamping ranjang, dia kemudian menggenggam tanganku.
“Maafan Ghana ka, Ghana jahat”
“Maafkan kakak Ghan”
“Maafkan Ghana kak”
“Iya Ghan, kakak juga minta maaf, Ghana memaafkan kakak kan?” dan dijawab dengan anggukan
“Ghana takut kehilangan kakak, Ghana memang marah besar pada kakak tapi Ghana akhirnya sadar Ghana lebih takut kehilangan kakak ketika semua sedah terlambat”
“Kenapa Ghana takut kehilangan kakak?, Ghana harusnya senang kalau bisa membalas dendam kak renal”
“Iya, Ghana ingin seperti itu, tapi maaf kan kak, Ghanaaaaaaaaaaaaaaaa………………..”
“Kenapa Ghan”
“Maafkan Ghana kak, Ghana mencintai kakak. Maafkan perasaan Ghana kak”
Aku terkejut, antara senang dan bahagia, surprise dan sebagainya, perasaan yang gak berani aku harapkan ternyata menjadi kenyataan, aku terus terang senang sekali. Dan kali ini aku gak mau membuatnya mundur atau menyesali apa yang sudah diakuinya.
“kakak juga sayang dan cinta Ghana selama ini, tapi kakak takut dan gak berani berharap karena dosa kakak pada Ghana”
“Kakak”
“Ghan…”
Dan tak ku sangka sebuah ciuman lembut mendarat dibibirku dan ini rasanya jauh lebih membahagiakan dari apapun yang pernah aku rasakan aku hanya tersenyum bahagia dan hatiku aku senang melihat mukanya yang memerah.
“I love you Ghana”
“Makasih kak”
Aku sedang berada di mekam Renal, aku baru sekali ini berani kesana dan aku datang bersama Ghana kekasihku. Ya, sekarang dia telah resmi menjadi kekasihku, kekasih sekaligus adik, orang yang kulindungi dan orang yang paling penting dalam hidupku.
Aku menebar bunga ke tanah yang menjadi pusaraannya.
“Ren, aku minta maaf dan aku mohon ijinmu untuk bersama Ghana adikmu, aku mencintainya dan aku akan menjadi pelindungnya sebagai penggantimu dan aku juga akan mencintainya seumur hidupku. Aku berjanji akan membahagiakannya. Aku mau berterimakasih padamu sudah mengirimkan malaikat seperti adikmu. Terimakasih ya Ren, akan kujaga dia seumur hidupku”
Kemudian kami pergi dari sana dan aku pegang tangan Ghana menuju mobil. Di mobil kutatap matanya, aku dapat merasakan cinta yang besar dimatanya.
“I Love You Ghana”
Fin
Comments
banyak yang mana ni, sedihnya atau bahagianya?
waduh dibilang keren, macaci ya @Adam08
ada pertamax hunter ni kayaknya, bagi cendol dong
Maaf guys aneh jg gpp, wkt lo baca komen w jgn liat pic w bos. Biar gg ilfeel
Lagi.. Lagi...lagi...
udah tamat ah
@zulkorich makasih ya bro, gimana ni kabarnya?
Smentara wkt nikmatin partner di ranjang aja lah dlu...!!! Untk partner hati w nti jg ktemu.
ya udah gue sun ni :-*
Cepet banget dibacanya..
Bentuk rupa si tokoh gak ada disebutkan sama sekali (or emang sengaja?)
Tapi idenya bagus sih.. terutama karakter si Harold..
haghaghag..
namanya laki banget taunya maen ekke ekke..
ahh..yey begindang deh cyiinn.... )