BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cerpen (Sejatinya Cinta Sejatinya Hati)

edited February 2012 in BoyzStories
Senja yang indah di temani sinar matahari yang temaram, rasa kalbu membawa kehangatan, pikiran indahpun melayang, disini, di danau ini, telah terikat sebuah janji manis antara Rama dan Bima, sebuah kecupan manis di labuhkan oleh Rama ke pipi Bima, Bima begitu terbuai dengan indahnya senja.
Rama dan Bima kini adalah sepasang kekasih, cinta yang suci telah merekatkan hati mereka, cinta yang di tanam dengan perhatian bertumbuh menjadi cinta yang kuat seperti batang yang kokoh walau di terpa badai.
Cinta mereka sama seperti cinta pada umumnya, cinta mereka suci, hanya saja cinta mereka berbeda menurut orang dan tak dapat di terima akal sehat, cinta antara dua orang lelaki yang masih di anggap sebagai aib bagi sebagian orang.
Mereka tak menuntut agar orang mengerti, mereka juga tak ingin memaksakan kehendak, mereka hanya ingin mencinta, mencinta dengan setulus hati, mereka ingin membina cinta, dan membuktikan cinta mereka adalah cinta yang pantas, bukan cinta yang bangsat.
Dalam rinai pelangi sehabis hujan, Rama dan Bima membuktikan kekuatan cinta mereka, mereka tak terpisahkan, mereka kuat, mereka mampu, halangan dan semua rintangan dapat di lalui, betapa sucinya cinta ini.
“Aku mencintaimu Bima” kata-kata Rama membuaikan Bima, kecupan itu kembali di sematkan Rama di pipi Bima
“Aku juga sayang, aku teramat mencintaimu, inilah janjiku, aku akan bersamamu sampai akhir hayat memisahkan kita” Janji Rama, keduanya tersenyum
3 Tahun Yang Lalu
Hujan gerimis yang turun membasahi kota Pontianak turun menjadi hujan yang deras, Bima yang baru pulang dari kampus memacu dengan cepat motornya agar tidak terlalu basah, berusaha mencari tempat berteduh.
“sial! pas gw nggak bawa mantel malah hujan, shit!” maki Bima sambil memacu motornya
“Bruk!!! sreeeeettttttt” suara motor Bima yang baru saja menabrak seseorang dan motornya juga jatuh
“Astaga” pekik Bima
Dengan sigap Bima berdiri dan berlari ke orang itu, terlihat darah mengalir dari dahi pria yang baaru saja di tabraknya.
“Mas, mas” panggil Bima kepada Pria itu, tapi tak ada respon darinya, Bima ketakutan setengah mati,
“Aduh bagaimana ini, gimana kalau dia mati?” Pikir Bima dalam hati, sedikit terbesit mau lari, karena memang tak ada juga yang melihatnya di jalan yang sepi ini apalagi pas hujan dan tak ada satu kendaraan pun yang sedang melintasi jalan ini, tapi hati kecil Bima terus memberontak, akhirnya dengan sigap Bima membawa laki-laki itu menuju rumah sakit Antonius.
“Suster, suster tolong!” pekik Bima sambil memapah laki-laki itu, pakaian mereka sudah sangat basah, tapi itu bukan yang di pikirkan Bima saat ini, yang di pikirkannya yaitu bagaimana agar laki-laki ini bisa selamat.
Beberapa perawat datang membawa tempat tidur yang dapat di dorong dan segera membawa laki-laki itu masuk untuk segera di lakukan tindakan
“Aduh!, bagaimana ini?” kalut Bima dalam kebingungan
“Maaf mas, silahkan mengurus adriminstrasi dulu” kata seorang suster yang menghampiri Bima, segera Bima menuju loket admin dan membayar adriminstrasinya.
“Ma, Bima nabrak orang ma, sekarang di Antonius” telpon Bima kepada mamanya dengan suara gemetaran, bukan karena dingin belum ganti baju. Tapi karena dia benar-benar takut terjadi apa-apa dengan laki-laki itu.
“Apa? Kamu nabrak orang sayang? Kok bisa?” Tanya mamanya tak kalah kagetnya
“Ntar saya cerita ma, yang penting mama cepat datang dulu, Bima takut ma” cerita Bima hampir menangis karena dia juga sambil melihat keadaaan laki-laki itu yang terlihat tak berdaya
Sejurus kemudian orang tua Bima sudah sampai di rumah sakit Antonius, dan segera menuju ruang IGD.
“Bima, kamu nggak apa-apa sayang”Tanya mama Bima dengan cemas dan memegang wajah Bima untuk memastikan anaknya baik-baik saja
“Nggak apa-apa ma, orang itu” tunjuk Bima dengan takut dan mata berkaca-kaca
“Kenapa kamu bisa sampai nabrak orang Bima?” geram papanya
“Bima nggak sengaja pa, tadi hujan deras jadi,” kata-kata Bima terpotong saat seorang dokter datang
“Bagaimana keadaannya dokter?” Tanya Bima penuh cemas
“Puji Tuhan, dia baik-baik saja, Cuma sedikit luka, dan kaget sehingga pingsan, sebentar lagi mungkin sudah siuman” kata dokter itu sedikit melegakan Bima dan juga orang tuanya
“Bima, mulai saat ini, kamu harus lebih hati-hati lagi, dan kalau ada masalah lagi papa nggak akan segan-segan sama kamu” pesan dan juga ancaman papa Bima
“Iya pa”Bima hanya menunduk malu karena ulahnya yang sudah membuat orang tuanya cemas
“Ya sudah kamu pulang dulu dan ganti baju kamu yang basah, kami yang akan menunggu laki-laki itu sampai siuman” lanjut mama Bima
“Baik ma” bima keluar dari ruang IGD dan segera menuju ke motornya, ada perasaan lega di hatinya, dia juga senang karena tak meninggalkan laki-laki itu sendiri, setidaknya dia juga memiliki rasa patriotisme karena mau bertanggung jawab.
Sesampai di rumah, Bima langsung mengganti pakaiannya dan kembali memacu motornya menuju ke Antonius, ternyata laki-laki itu sudah siuman dan sedang mengobrol dengan orang tua Bima
“Hai”, sapa Bima dan laki-laki itu tersenyum
“Maaf, tadi saya tidak sengaja, maafkan saya” kata Bima penuh sesal
“Nggak apa-apa kok, saya juga yang salah karena tadi nggak konsen” kata laki-laki itu, orang tua Bima tersenyum dan pamit meninggalkan Bima mengobrol dengan laki-laki itu
“Saya Bima” Bima mengulurkan tangannya kepada laki-laki itu tanda perkenalan
“Rama” Rama menjabat tangan Bima sambil tersenyum,
“Sretttttttttt” rasanya ada kilatan listrik yang menghujam jantung Bima, rasanya dia kaku dan terpukau dengan senyuman itu
Rama adalah sosok lelaki yang terlihat hampir sempurna, dengan tinggi diatas rata-rata berkulit putih dan berwajah oriental, dan di tambah senyum maut plus lesung pipitnya benar-benar membuat Bima terpesona
“Ehhhh” Bima melepas tangannya dan terlihat dia jadi malu-malu
“Maaf ya Bima, gara-gara saya kamu jadi repot” Rama meminta maaf dan terlihat air matanya menetes dari pelupuk matanya
Bima yang melihatnya sedikit merasa iba, tampak terlihat dengan jelas bahwa Rama sedang berada dalam masalah
“Kamu ada masalah Ram?” Tanya Bima
“Hmmm, nggak apa-apa kok” Rama mencoba untuk tersenyum tapi masih tampak dengan jelas masalah di matanya, dan entah kenapa Bima merasa sangat peduli dengan masalah yang di hadapi Rama dan merasa ingin membantunya.
Setelah mengobrol beberapa saat, Rama ingin pulang dengan alasan takut orang tuanya cemas, dan atas izin dari dokter akhirnya Rama di persilahkan pulang, Bima yang mengantarnya sampai ke rumahnya.
Sepanjang perjalanan mereka mengobrol dan tertawa, Bima merasakan suatu keakraban dengan Rama, begitu juga Rama merasakan hal yang sama.
“Sampai disini saja ya Bim, thanks banget udah ngantarin aku pulang” pamit Rama kepada Bima, Rama minta di turunkan di depan gang kecil, dengan alasan takut membuat motor Bima kotor karena jalan gang itu kotor, meski alasan yang kurang masuk akal, tapi Bima mencoba menghargai permintaan Rama, Bima membuka dompetnya dan memberikan 5lembar uang 100ribuan kepada Rama
“Apa-apaan ini Bima?” Tanya Rama sedikit kesal, mungkin dia merasa di rendahkan
“Maaf Ram, aku hanya ingin bertanggung jawab saja, mohon kamu jangan tersinggung Ram”
“Simpan saja uang kamu Bim, aku nggak butuh!” ketus Rama dan berjalan masuk ke dalam gang
“Ram” teriak Bima sambil mengejar Rama, dan dia berhasil meraih tangannya, sekilas rasa yang tadi di rasa Bima kembali muncul, saat di menggenggam tangannya, ada rasa sengatan listrik saat melihat wajah Rama.
“Maaf Ram, aku benar-benar nggak bermaksud merendahkan kamu, aku hanya ingin bertanggung jawab” jelas Bima padanya
“Tapi bukan seperti ini caranya, aku sadar kalau aku ini orang miskin, tapi aku bukan pengemis Bim” tegas Rama dengan wajah marah
“Maaf Rama, aku benar-benar minta maaf, baik kalau kamu nggak mau terima uangku, tapi aku mohon kamu mau terima aku sebagai temanmu” pinta Bima
“Baiklah” jawab Rama pendek
“Boleh minta no handphone kamu Rama? Siapa tahu kalau lukamu masih sakit kamu bisa hubungi aku, karena itu masih dalam tanggung jawabku telah membuat kamu terluka”
“Ya, 085213xxxxx” dengan hati senang Bima menyimpan no Rama di kontak hpnya dan setelah itu dia pamit untuk pulang.
%%%%%%
Rumah yang sangat sederhana ini di huni oleh beberapa orang, ada Andi yang masih SMA kelas 1, Budi SMP kelas 2 dan Cindy SD kelas 4, mereka adalah adik-adik angkat Rama. Dari kecil Rama sudah di tinggal oleh kedua orang tuanya, dia berjuang untuk mempertahankan hidupnya, segala macam pekerjaan telah ia cicipi, dari yang halal sampai yang haram.
Bukan sekali dia mencuri untuk bisa makan, bukan sekali dia di pukul orang karena kedapatan mencuri, semua getir kehidupan telah ia rasakan, tapi Rama bukan orang yang mudah berputus asa, dia terus melanjutkan pendidikannya sampai selesai SMA. Selain sekolah dia juga bekerja serabutan, dari pagi mengatar koran dan sore hingga malam menjadi pelayan di restoran china di Pontianak, di pahitnya hidup, Rama tumbuh menjadi sosok pria yang tegar, bahkan dia mengadopsi beberapa anak jalanan untuk menjadi adiknya dan di sekolahkan, untuk alasan itu jugalah Rama tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dia merasa kalau dia tak mampu, tapi dia harus mampu mensarjanakan adik-adiknya.
Karena ituRama segan untuk bilang keadaan yang sebenarnya kepada Bima, makanya dia beralasan gangnya sempit dan kotor, untung saja Bima mau mengerti, padahal Bima sudah sedikit memaksa agar Rama mau mengijinkannnya bertandang kerumahnya supaya Bima bisa meminta maaf langsung kepada ‘orang tua’ Rama.
“Hmmmm” hela nafas Rama saat kakinya sudah menginjak halaman rumah kontarkannya, ada rasa getir melihat kontrakan yang selama ini ditempatinya, dalam lubuk hatinya, dia juga ingin hidup layak, dan mendapat fasilitas mewah, layaknya Bima, tapi semua sudah menjadi takdir yang memang sudah harus di laluinya.
“Kak Rama sudah pulang?” girang Cindy yang melihat kakaknya masuk kerumah
“Iya sayang”jawab Rama seadanya.
“Lho, kakak kok di perban kepalanya? Kakak kecelakaan?” Tanya Cindy
“Kakak nggak apa-apa kok Cin, kamu tenang saja, yang lain dimana?” Tanya Rama
“Surpriseeeeee!” Andy dan juga Budi keluar dari tempat persembunyian mereka dengan menenteng kue bolu dengan lilin di atasnya
“Selamat ulang tahun kakak” ucap Cindy
langsung Rama memeluk ketiga adiknya, air matanya tumpah ruah, dia begitu terharu, bahkan dia saja lupa kalau hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 20,
“Sudah kak, ayo tiup lilinnya, tapi make a wish dulu ya!” kata Andy
Rama memejamkan matanya beberapa saat, beberapa kata terucap dari bibirnya, dia mengharapkan di limpahi dengan kesehatan agar bisa menafkahi adik-adiknya, tapi entah kenapa wajah Bima terlintas di saat dia memejamkan matanya, tapi segera ia tepis bayangan itu.
“Fuhhhh” Rama meniup lilin yang tertancap di atas kue bolu itu, rasa terharu di hatinya sungguh teramat besar, dia bersyukur memiliki adik-adik seperti mereka, yang bisa dia panggil trio ABC.
“Prok prok prok” suara tepuk tangan dari adik-adiknya
“Ini kita yang buat lho kak kuenya”promosi Cindy
“Wah hebat, adik kakak ternyata hebat-hebat, kakak sangat senang, harapan kakak agar kalian tumbuh menjadi orang, jangan seperti kakak”
“Kakak kenapa bicara seperti itu? Kakak adalah kakak terbaik untuk Budi”
Rama memeluk ketiga adiknya, rasa sakit di kepalanya sudah tak ia rasakan lagi, sungguh dia merasa menjadi orang yang sangat bahagia
##########
Di kamar yang besar dengan fasilitas serba lengkap ini Bima sedang bersandar di bibir kasurnya. Bayangan Rama tak pernah hilang dari benaknya, berulang kali telah ia coba untuk menepisnya, tapi senyuman itu selalu ada, alunan music romantis memenuhi ruangan kamar Bima.
“Ahhhh, apa yang aku rasakan ini?” batin Bima
“Rama” dengan spontan bibir Bima mengucap nama itu, ada rasa aneh yang dirasa nya, ada sebuah getaran yang tak biasa saat ia mengingat nama itu, nama itu kini menjadi candu baginya. Sulit bagi bima untuk menghilangkan wajah Rama dari benaknya
“Rama, apa yang sudah kau lakukan padaku?” batin Bima, musik terus mengiringi pikiran Bima dan membuatnya terlelap dalam tidur yang indah.
*****
Hari yang biasa bagi Bima, selalu seperti ini, kuliah pulang kuliah pulang, aktivitas yang cukup menyita waktu dan membosankan, tapi hari ini Bima sudah tak sabar untuk segera keluar dari kelas, karena ia ingin mengunjungi Rama, meski dia belum tahu dimana rumah Rama, tapi dia yakin dapat menemukannya dengan bertanya kepada warga.
Setelah selesai kelas, Bima langsung memacu motornya ke gang Rama, sengaja dia tak sms Rama terlebih dahulu agar memberi kejutan, dia juga takut kalau sms Rama malah Rama tak mengizinkan seperti tempo hari.
Beberapa kali Bima menyalip motor di depannya, dengan sedikit cenat cenut akhirnya Bima sampai di depan gang Rama, di motornya telah tergantung satu kontong penuh buah-buahan, beberapa kali Bima bertanya kepada warga, tapi tak juga di temukan rumah Rama.
“De, kamu tahu dimana rumah Rama?” Tanya Bima kepada seorang anak yang ternyata adalah Budi yang baru pulang dari sekolah
“Rama? Nama kakak saya sih Rama bang, tapi mungkin bukan dia yang abang cari” jawab Budi karena dia merasa sangsi kakaknya berteman dengan seorang yang terlihat kaya
“Memangnya disini ada berapa orang yang bernama Rama de?”Tanya Bima
“Hmmm setahu saya sih Cuma kakak saja saja bang” jawab Budi polos
“Ya, mungkin dia yang saya cari, bisa antar saya bertemu kakak kamu?” Tanya Bima
Ada rasa heran di benak Budi, ada rasa curiga juga, tapi untuk menolak dia juga nggak enak, jadi dia terima saja.
“Ok deh bang, mari saya antar”
“Naik saja di motor saya de” tawar Bima
“Nggak perlu bang, deket kok dari sini” Budi berjalan menunjukan rumahnya pada Bima, Bima hanya mengikuti sambil mendorong motornya, karena dia juga merasa tidak enak harus mengendari motor sendiri
“Nih rumah saya bang” kata Budi, ada rasa shock di wajah Bima, sebuah rumah kecil dengan atap dari daun dan terlihat tidak kokoh, muncul rasa miris di hatinya, tapi dia tetap masuk ke dalam rumah
“Kak, ada tamu nih cari kakak” teriak budi kepada kakaknya, hari ini Rama tidak masuk kerja karena masih sakit akibat kecelakaan kemarin, Rama keluar dari rumah dan terlihat kaget saat melihat Bima ada di depan rumahnya
“Bima?” Tanya Rama kaget
“Hai Ram, apa kabar?” Tanya Bima
“Baik, kok kamu bisa tahu rumahku?”Tanya Rama lagi
“Tadi kebetulan aku ketemu adik kamu saat sedang mencari rumah kamu” jelas Bima
“Ohhh, silahkan duduk” Bima duduk dan memberikan buah kepada Budi, dengan wajah sumringah Budi membawa buahnya masuk kedalam rumah dan bebrapa saat kemudian datang lagi membawa air putih untuk Bima
“Kamu kesini ada apa Bim?”Tanya Rama dengan wajah sedikit risih, dia sebenarnya malu karena Bima sudah mengetahui keadaannya yang sebenarnya
“Aku kangen sama kamu?” batin Bima sambil memandangi wajah Rama
“Bim?” Tanya Rama lagi
“Ehhhh, ehmmm aku mau tahu keadaan kamu Ram, kan masih tanggung jawabku”jelas Bima dengan wajah malu-malu
“Aku sudah nggak apa-apa kok Bim, santai saja, aku juga nggak salahkan kamu, ini juga semua salah aku”
“Tapi tetap saja, aku harus bertanggung jawab”keukeh Bima
“Hmmmm kamu susah untuk di bilangin hehehhehhe” Rama tertawa, tapi bima malah jadi terkesima melihat Rama, sampai Rama jadi kikuk sendiri
“Hmmm ayo diminum!”
“Sruppppp” Bima meminum air yang di suguhkan Budi, tapi matanya masih sulit untuk melepaskan pandangan dari makhluk itu, rasa itu terus menyelimuti hatinya.
“Kamu kerja apa Ram?”Tanya Bima
“Aku Cuma kerja serabutan aja Bim, kalau dulu aku kerja dan juga sekolah, setelah lulus SMA aku kerja di toko dari pagi sampai sore, trus malam jadi pelayan di rumah makan” jelas Rama dengan wajah sedikit murung, dia melihat ke motor Bima, tampak jelas Bima adalah orang kaya, ada rasa minder yang timbul di hatinya
“Trus kamu punya berapa saudara?”Tanya Bima lagi
Panjang lebar mereka berbincang, beberapa jam telah berlalu dan karena keasyikan mengobrol hingga tak sadar waktu sudah cukup sore.
“Aku mau pamit pulang dulu ya Ram”pamit Bima pada Rama
“Iya Bim, hati-hati ya”
Sejujurnya Bima masih ingin berbicara pada Rama, begitu juga sebaliknya, tapi mereka berusaha menekan rasa itu, toh masih bisa bertemu di lain waktu,
**********
“Pa, boleh ya pa?” rengek Bima seperti anak kecil pada papanya
“Hmmm tapi dia pendidikannya rendah Bim, apa bisa dia menghandle pekerjaan itu?” tanya papa Bima
“Bima yakin dia mampu pa, ini juga sebagai rasa tanggung jawab Bima pa, Bima mohon”
“Baiklah, tapi jika pekerjaannya jelek, papa tak akan segan memecatnya!” ancam papanya Bima dan di sambut pelukan dari Bima
“Ya pa, Bima bakal jamin, bila perlu papa potong deh jatah bulanan Bima”
“Nggak perlu, ya sudah, kamu beri tahu dia untuk bertemu papa besok”
“Sip boss
****
Buru-buru Bima meluncurkan motornya menuju ke rumah makan dimana Rama bekerja, mereka kini sudah menjadi sahabat dekat, hampir setiap malam Bima makan disana, kadang juga mengajak teman-temannya, boss Rama sangat senang karena Rama berhasil membawa pelanggan baru ke Rumah makannya
“Hai Ram” sapa Bima
“Hai Bim, mau kwe tiaw lagi ya?” Tanya Rama yang memang sudah hafal menu favorite Bima
“Hehehhe tahu saja, tapi kali ini kamu yang masak ya, pengen makan masakan kamu” pinta Bima
“Hmmm itu kan bukan tugas aku Bim”
“Ya, bilang aja kalau kamu nggak bisa iya kan?” goda Bima
“Huuuhhh enak saja,. Aku gini-gini juga bisa kalau Cuma kwe tiaw aja”
“Ok, ayo dong di buktikan!”tantang Bima
“Ok, siapa takut” setelah meminta izin dari boss, Rama masuk ke dapur dan memasak pesanan spesial untuk Bima, memang sangat spesial, karena selama bekerja di rumah makan ini, baru kali ini dia masak, meski sudah sering melihat tukang masak sedang masak, tapi dia belum pernah mencoba
“Nih, sudah jadi, silahkan dimakan tuan” Rama menyediakan kwe tiawnya kepada Bima
“Wah, harum juga, tapi belum tentu enak” cibir Bima
“Ya makanya di cicipi, di jamin bakal lezat deh”
Bima mengambil satu sendok penuh dan memasukannya ke dalam mulut
“Deggggg” tiba-tiba Bima terdiam. Hampir saja dia memuntahkan makanannya, tapi dia nggak enak karena Rama duduk di depannya sambil melihat dia makan, mau tak mau dia menghabiskaan sesuap mie nya
“Enak kan?” sombong Rama
“Iya enak” dengan wajah aneh Bima menjawab, tapi masih di bumbuhi sedikit senyum
“Ini Mie apa garam? Asinnnnnnn banget” batin Bima
“Ya dong siapa dulu, Rama” sombong Rama lagi yang nggak sadar kalau mie tiawnya lebih tepat di bilang mie garam
“Ayo di makan lagi”
Mau tak mau dan dengan terpaksa Bima menerima siksaan ini suap demi suap,
“Wah, pasti enak banget ya?” Tanya Rama lagi yang masih belum sadar juga padahal Bima sudah mengeluarkan wajah eneg gila
“Iya enak banget” Bima mempercepat makannya demi di kira ‘garam’ ini sangat enak.
“Aku mau juga dong” sebelum sempat Rama meraih sendok Bima, Bima sudah menangkisnya duluan
“Ihhh pelittt!” teriak Rama, sampai-sampai pelanggan yang lain melihat kearah mereka
“Hehehehhehe, biarin, tuh malu di lihat orang”tawa Bima, saat Bima tertawa, Rama berhasil menyendok satu sendok penuh mie tiawnya dan memakannya
“Wuekkkkkk” Rama memuntahkan mienya
“Nggak enakkkk, kamu bohong ya sama aku?” marah Rama
“Maaf Ram. Aku hanya ingin membuat kamu senang saja” jujur Bima
Rama menjadi luluh, tak di sangkanya Bima mau makan makanan aneh seperti ini hanya untuk menyenangkan hatinya
“Maaf ya Bim”sesal Rama
“Hehehhe,, sudah” Bima kembali memakan mie nya
“Lho, kok masih di makan, kan nggak enak” heran Rama
“Ini enak kok, apalagi kamu yang masak untukku”kata Bima pelan
“Dug dug dug” hati Rama kembali berdegup kencang, entah kenapa dia selalu gugup jika Bima sudah memujinya
“Ram, aku mau menawarkan kamu sesuatu, mungkin kamu bakal suka” kata Bima dengan wajah ceria
“Wah, apa itu Bim?” Tanya Rama tak sabar
“Kamu mau nggak kerja di perusahaan papaku? Nanti kamu jadi kepala gudang”
“Kepala gudang? Tapi aku kan nggak tahu apa yang harus aku kerjakan Bima”
“Nggak apa-apa, kan bisa belajar, yang penting di terima dulu, mau nggak?”
“Mau banget Bim, makasih banyak ya” dengan spontan Rama bangkit dari bangkunya dan memeluk Bima.
“Dug dug dug” detak jantung Bima dan Rama berdetak kencang, segera Rama melepas pelukannya, ada rasa kecewa di wajah Bima
“Jadi besok kamu bisa ke kantor papaku Ram, ini alamatnya” Bima memberikan alamatnya kepada Rama
Malam ini Bima menunggu Rama di rumah makan sampai tutup, memang jam juga sudah menunjukan pukul 10 saat Bima datang, jadi hanya tunggu sekitar satu jam saja, Rama sudah beberapa kali meminta Bima untuk tak menunggunya, tapi Bima tetap keukeh ingin mengantar Rama pulang, akhirnya Rama tak bisa juga menolaknya
“Peluk yang erat ya, ntar jatuh” goda Bima saat mereka naik di atas motor
Dengan malu-malu Rama melingkarkan tangannya di pinggang Bima, ada rasa hangat di sana, mereka sangat menikmatinya.
“Makasih ya Bim” Rama berterima kasih saat mereka sampai di rumah Rama
“Sama-sama, aku pulang dulu ya, jangan lupa besok ketemu papaku”pesan Bima
“Sip bos, aku masuk dulu ya” saat Rama berpaling kaki nya tersandung dan jatuh tepat di pelukan Bima. Wajah mereka saling menatap, empat mata itu menyatu, melihat dengan tatapan penuh arti, mereka tak berucap, hanya saling pandang, cukup lama mereka bertatap sampai Rama tersadar karena suara Cindy yang memanggilnya dari dalam
“Ehh makasih ya Bim” Rama benar-benar sudah salah tingkah karena kejadiaan barusan
“Aku jalan dulu ya Ram, selamat malam” pamit Bima yang terdengar lebih kaku dari biasanya
“Yesssssssssssssssss”teriak Bima di jalan, dia benar-benar senang malam ini, semua rasa yang ada bercampur jadi satu, dia serasa sedang melayang, kembali teringat tatapan mata Rama, dia benar-benar sudah jatuh cinta dengan sosok itu, Rama,,
**************
“Bim, aku sudah di terima kerja di kantor papa kamu nih” sms Rama pada Bima
“Wah, selamat ya Ram, harus di rayakan nih” balas Bima
“Ok, tar malam aku traktir kamu ya”
“Sip”
Malam yang di nantikan datang juga, karena memang tak punya banyak uang, jadi Rama hanya mentraktir Bima makan di warung lamongan di pinggir jalan, tapi mereka benar-benar makan dengan lahap, entah karena memang enak atau karena mereka makan berdua dengan saling menatap
“Makasih ya Bim, Karena kamu aku bisa di terima kerja”
“Bukan karena aku Ram, tapi memang sudah rejeki kamu kok” jelas Bima
“Hehehhe, tapi aku tetap berterima kasih sama kamu Bima” Rama menggenggam erat tangan Bima, dan kembali jantung mereka berdetak kencang, entah kenapa mereka selalu masuk kedalam situasi yang menyenangkan serta menyulitkan seperti ini.
Setelah makan mereka tak langsung pulang tapi bersantai dahulu di alun-alun kota yang kebetulan tidak begitu ramai, dengan duduk memandang sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia itu, mereka terpukau dengan indahnya malam itu, tiba-tiba tangan Bima mendekati tangan Rama dan mengengggam erat tangannya, Rama juga seperti terhipnotis suasana sehingga tak mencoba untuk menyingkirkan tangan Bima yang menggenggam erat tangannya.
“Aku sayang kamu Ram” kata Bima dengan menatap tajam ke Rama
“Apa Bim?”Tanya Rama seakan tak percaya dengan kata-katanya
“Aku sayang sama kamu” kembali lagi Bima mengulangi kata-katanya, jantungnya sudah terasa hampir copot dari jantungnya
“Aku juga sayang kamu Bima” dengan wajah tertunduk malu Rama menjawabnya
“Apa? Kamu serius Ram?” Tanya Bima
“Iya Bim, aku serius”
“Terus kamu mau jadi pacar aku?”Tanya Bima lagi
“Iya Bim, aku mau jadi pacar kamu” Bima langsung memeluk tubuh Rama, tak di hiraukan lagi orang-orang yang ada di sekelilingnya
Hari ini menjadi hari yang sangat membahagiakan bagi mereka, cinta mereka telah membuat mereka menjadi satu. Cinta ini suci yang indah ini telah menuntun mereka kedalam sebuah kebahagiaan,
“Aku cinta banget sama kamu Ram” bisik Bima di telingga Rama,
“Aku juga Bim, makasih ya sudah suka sama aku” malu-malu Rama menjawabnya
“Aku janji Ram, aku akan selalu menjaga dan membahagiakan kamu” janji Bima sambil kembali menggenggam erat tangan Rama
“Aku juga Bim, aku akan menjaga cinta ini, aku janji”
Dinginnya angin tak hanya mampu membelai kulit mereka dengan cemburu, dua insan yang menyatukan hati mereka dengan disaksikan bintang di langit, malam tertunduk malu menyaksikan indahnya cinta mereka.
“Bim, pulang yuk! Takut di tungguin sama adik-adik” ajak Rama
“Ohhh ok deh sayang, ayuk!” walau malam, tapi terlihat jelas wajah merah dari wajah Rama yang di panggil dengan sebutan sayang oleh Bima,
Pelukan hangat dari tangan Rama di pinggang Bima terasa sangat hangat, Bima sengaja memacu pelan motornya agar bisa berlama-lama dengan Rama, tapi namanya jarak juga akan sampai, perpisahan juga akan memisahkan mereka, setelah sampai di rumah Rama, mereka masih duduk di teras sambil bersantai
“Aku senang sekali malam ini Ram, aku sungguh senang”
“Aku juga Bim, aku belum pernah merasa bahagia seperti ini, kamu sudah membuat hidupku menjadi lengkap” jawab Rama
Dinginnya malam serta suasana yang romantis membuat mereka larut dalam cinta, Bima mendekatkan wajahnya di depan wajah Rama, Rama terlihat terlihat kikuk, dia baru pertama kali ini bereda sangat dekat dengan seseorang, Bima sepertinya tahu dengan perasaan Rama, dia urung untuk mencium Rama, takut juga di lihat orang, toh, dia juga nggak ingin kalau cinta mereka di nodai dengan nafsu, jadi dia ingin menunggu waktu yang tepat untuk mencium kekasihnya itu.
“Ada upil tuh di hidung kamu” canda Bima sambil tertawa, Rama yang sudah tegang karena mengira Bima akan menciumnya, alhasil sebuah pukulan manja di daratkan di lengan Bima, mereka tertawa bersama, sebenarnya Rama tahu kalau Bima hanya bercanda, itu membuat Rama sangat mengagumi Bima.
“Sayang, aku pulang dulu ya, besok jangan kesiangan ya” pesan Bima
“Iya Bim, I love you” bisik Rama dan dia mencium pipi Bima
“Deggg” jantung Bima berdetak dengan kencang, rasanya jiwa melayang seketika
“Love you too” Bima melajukan motornya dengan ceria, sungguh, dia tak akan bisa tidur malam ini karena kebahagiaan ini.
*********
Hari-hari indah mereka lalui bersama, kini Rama sudah bekerja sebagai kepala gudang di kantor papa Bima, dia bekerja dengan sangat baik, papa Bima selalu memuji kinerja Rama, meski dia hanya lulusan SMA, tapi dia bisa belajar dengan sangat cepat, bahkan papa Bima ingin merekomendasikan Rama ke pekerjaan lebih tinggi lagi, Bima kini juga menjadi lebih rajin, dia tak lagi menjadi anak yang suka manja dan suka hang out dengan teman-temannya, kini dia lebih banyak membantu papanya di kantor setelah pulang kuliah, tentu saja alasan utamanya yaitu agar bisa terus bersama dengan Rama.
Hubungan antara Rama dan juga Bima berlangsung dengan baik, tak ada seorangpun yang tahu karena mereka memang pandai menutupi dari orang lain, mereka tak menunjukan kemesraan jika di depan umum.
“Sayang, kita mau makan di mana malam ini?” Tanya Bima
“Mang ada acara apa yang?” Tanya Rama
“Lho, kamu lupa, hari ini kan hari jadian kita yang ke 6 bulan yank”
“Oh, astaga aku lupa, mungkin karena kebanyakan kerjaan, maaf ya sayang” sesal Rama
“Nggak apa-apa kok say, yang penting kan kamu nggak pernah lupa sama aku” gombal Bima
“Kamu bisa aja yank, terus, mau makan dimana nih?”
“Hmmmm, kamu siap-siap aja deh, ntar malam aku jemput”
“Hmmm ya sudah kalau begitu,terserah kamu saja deh yank, aku sih ikut saja”
“Ok deh sayang, ayo kembali kerja”
Mereka adalah orang yang cukup professional, mereka tak pernah mencampurkan urusan pribadi dengan urusan kerja.
****
Malam ini Rama sudah memakai pakaian yang rapi, sesuai janji, Bima akan tiba jam 7 malam, sudah beberapa kali Rama menyemprotkan parfum pemberian Bima di bajunya, dia ingin terlihat sempurna di mata Bima.
“Permisi” terdengar suara Bima dari luar, Rama tersenyum dan langsung ke luar, di lihat Bima sudah berpakaian rapi dan harum, tercium bau parfum yang sama antara mereka berdua, mereka saling memandang dan terkesima.
“Ehhh ada bang Bima,sudah mau jalan ya bang?” Tanya Cindy
“Iya nih Cin, kamu sudah siap?”Tanya Bima
“Sudah dong bang, kak Andi dan Budi juga sudah tuh” jelas Cindy dan tak lama di susul oleh Andi dan Budi
“Lho, kamu ngajak mereka juga Bim?”Tanya Rama heran
“Iya Ram” Bima mengedipkan satu matanya ke Rama karena telah berhasil mengerjai Rama, ternyata dia memang sudah menyiapkan semua saat tadi siang, saat Rama asyik kerja, Bima datang ke rumah Rama dan menyusun rencana ini dengan adik-adik Rama.
Sepertinya rencana mereka cukup sukses karena Rama benar-benar nggak nyangka, dia benar-benar salut dan semakin cinta dengan pacarnya itu, Bima tak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga memikirkan adik-adik Rama,
“Makasih ya sayang atas kejutannya” bisik Rama di telinga Bima
Bima hanya tersenyum pada Rama, dan membisikan kata cinta
“Ayo adik-adik!”
“Ayo bang” dengan semangat adik-adik Rama menuju depan gang dimana mobil Bima di parkir karena nggak bisa masuk ke dalam gang, Bima dan Rama berjalan di belakang sambil tersenyum, ingin rasanya mereka berpegangan tangan, tapi suasananya kurang mendukung,
Bima membawa mereka ke restoran, baru pertama kali ini adik-adik Bima makan di tempat mewah seperti ini, mereka sangat senang dan makan dengan sangat lahap, Bima dan Rama duduk berdampingan dan sesekali tersenyum, entah apa yang ada di benak mereka.
Setelah dari restoran, Bima membawa adik-adik Rama ke mall dan menonton film, malam ini benar-benar menjadi malam yang sangat berkesan bagi meraka berdua, karena bukan hanya merayakan hari jadi mereka yang ke 6 bulan, tapi juga berbagi kebahagiaan mereka dengan adik-adik..
“Sayang, aku senang banget hari ini, thanks banget ya” kata Rama saat mereka sudah kembali pulang, adik-adik Rama jalan ke rumah duluan, sedang Rama masih berada di dalam mobil untuk berbincang dengan Bima
“Iya sayang, aku juga senang banget, aku cinta banget sama kamu”
Sebuah kecupan Bima labuhkan di bibir Rama, beberapa saat mereka saling berpangutan mesra.
“Aku juga cinta banget sama kamu sayang, aku masuk dulu ya, sampai jumpa besok” pamit Rama
Sebuah benda jatuh dari atas mobil saat Rama membuka pintu mobil dan ternyata sebuah gelang bergantungan,
“Itu untuk kamu sayang” jelas Bima, Rama sedikit takjub, beberapa kali dia di beri kejutan oleh Bima
“Makasih yaa sayang, aku sayang sekali sama kamu” jawab Rama
Bima meraih tangan Rama dan menyematkan gelang itu di pergelangan tangan Rama. Sungguh kebahagiaan meliputi keduanya.
*****
“Lagi apa nih sayang?” Tanya Bima saat melihat Rama sedang mencatat sesuatu di mejanya
“Cuma lagi beresin berkas aja yank, kamu nggak ada kuliah?”Tanya Rama
“Hari ini lagi nggak ada dosen, jadi aku kesini saja untuk menemui pacarku yang cakep”
“Dasar kamu paling pandai gombal”
Bima memeluk erat Rama dari belakang, tanpa mereka sadari ada mata yang sedang mengintip mereka dari luar dan mengeluarkan kamera hp untuk mengambil foto, alhasil beberapa foto kemesraan mereka kini berada di handphone Handy
“Kali ini kamu mampus Ram” tawa Handy dalam hati, dia memang sudah lama mencemburi Rama karena berhasil mendapat pekerjaan yang bagus padahal dia anak baru, sedang Handy yang sudah bekerja beberapa tahun Cuma menjadi staf biasa saja, sebuah senyum kepuasan tergambar jelas di wajahnya
Bima dan Rama yang tak mengetahui akan ada badai besar yang akan melanda mereka tetap berpelukan di sana
****
“Plakkkk” sebuah tamparan mendarat di pipi Bima
“Ada apa pa?” Tanya Bima terkejut karena papanya langsung menamparnya saat ia pulang dari rumah Rama, di lihat wajah mamanya, hanya ada wajah ketegangan di sana, ada rasa kecewa yang di tangkap Bima dari wajah ibunya
“Blesss” papa Bima melemparkan beberapa foto ke wajah Bima, terlihatlah foto-foto antara dia dan juga Rama di kantor, rasanya jantungnya sudah nggak ada lagi di dalam tubuhnya, Rama berdiri kaku di depan orang tuanya, air matanya jatuh tak dapat di kendalikan
“Apa yang kamu lakukan Bima?” Tanya papa Bima dan sekali lagi ia menampar anaknya
“Maaf pa, saya minta maaf” tangis Bima pecah saat itu juga, mamanya yang tak berdaya melihat adegan itu hanya bisa menangis tanpa bisa berucap, bagaimana dia harus berlaku, di satu sisi ada suaminya dan satu sisi ada anak yang sangat ia cintai, anak satu-satunya dan anak yang paling di harapkan untuk melanjutkan perusahaan keluarganya.
“Kamu bajingan, kamu bukan lagi anakku, kamu sudah memalukan keluarga ini” bentak papanya
“Pa, maaf pa,” teriak Bima sambil menangis,
“Ma, tolong Bima ma, tolong” Bima berlutut di depan mamanya sambil memohon ampun, hanya air mata yang keluar dari pelupuk mata mama Bima
“Sekarang juga kamu putuskan, kamu putuskan hubungan dengan laki-laki itu atau kamu pergi dari rumah ini sekarang juga”
Papa Bima meninggalkan Bima dan masuk ke dalam, sedang Bima masih terus menangis di dekapan mamanya
“Nak, kenapa semua jadi begini?” tangis mamanya
“Maaf ma, aku sayang sama dia ma, aku tahu ma aku salah, tapi aku sayang dia” jelas Bima sambil menangis
“Sudah, sekarang kamu masuk ke dalam kamar, biar mama yang bicara sama papa kamu” Bima tak punya pilihan lain selain mengikuti saran mamanya, hatinya hancur berkeping-keping,
“Singkirkan laki-laki itu!” Bima mendengar suara telpon dari papanya kepada seseorang, dia langsung menyadari satu hal, apa yang akan di lakukan papanya
“Rama” dengan sigap Bima mengambil kunci motornya, dia yakin papanya akan melakukan sesuatu pada Rama.
“Bima, kamu mau kemana?”bentak papa Bima saat melihat Bima keluar dari rumah, tanpa menghiraukannya Bima langsung berlari,
“Jono, Hendri,, tahan Bima” teriak papa Bima dan segera satpam rumah yang mendengar teriakan tuannya langsung bergegas dan berhasil menahan Bima
“Bawa bima masuk!”perintah papa Bima kepada satpamnya, Bima sudah berusaha berontak, tapi apa daya, dia tak mampu melawan kedua satpam rumahnya yang kekar itu.
“Pa, Bima mohon pa, jangan lakukan apa-apa pada Rama pa, Bima mohon” Bima berlutut sambil memohon kepada papanya, dahinya di benturkan cukup keras ke lantai sehingga berdarah
Mama Bima tak mampu menahan tangis dan juga berlutut di depan suaminya
“Pa, jangan kamu siksa anak kita seperti itu, aku mohon” pinta mama Bima sambil menangis
“Jono, Hendri, bawa Bima ke kamarnya dan kunci pintunya!” perintahnya dengan tegas dengan penuh amarah
“Pa,,, aku mohon pa” teriak Bima di saat ia di seret oleh satpamnya
Tangisan demi tangisan kini pecah dan tumpah ruah, Bima tak dapat melakukan apa-apa,
“Rama, jaga diri kamu baik-baik” sesal Bima dalam hati
***************
“Brokkkkk” terdengar sebuah benda jatuh dari depan rumah Rama, Rama yang sudah tidur kaget dan langsung bangun, ternyata pintu rumahnya telah di robohkan beberapa pria besar berbaju hitam, adik-adik Bima berteriak ketakutan
“Hei, kamu yang bernama Rama?” teriak salah seorang pria itu
“Iya” jawab Rama ketakutan, dan tanpa ba bi bu lagi Rama di keroyok oleh pria-pria itu, Andi dan Budi mencoba untuk menolong kakaknya, tapi mereka juga menjadi sasaran pemukulan, Cindy hanya menangis melihat kakak-kakaknya di pukul orang, beberapa saat kemudian beberapa tetangga datang mencoba melerai.
“Kalian jangan ikut campur!”teriak seorang lelaki kepada tetangga yang mencoba menolong
“Manusia homo seperti itu harus di musnahkan!”teriak lelaki itu lagi, tetangga yang datang heran, wajah Rama sudah penuh dengan darah,
“Dia ini HOMO, harusnya kalian bantu saya, bila perlu kita bakar hidup-hidup” kata lelaki yang lain
Beberapa tetangga terlihat berbisik-bisik, beberapa tak percaya dengan apa kata para lelaki itu, sedang adik-adik Rama terus saja menangis melihat keadaan kakaknya
“Ini buktinya”satu dari mereka memberikan foto Bima dan Rama kepada para tetangga
“Ohh jadi dia homo sama laki-laki ini, pantas saj, tiap hari dia selalu datang” kata seorang tetangga
“Dasar homo ciuhhh” seorang tetangga meludahi Rama, hancur hati Rama saat itu, tetangga yang biasanya baik dengannya, kini malah menyerangnya
“Serahakan dia sama pak RT, aku jijik lihat orang Homo, benar-benar sampah masyarakat”tambah tetangganya yang lain
**********
Di lain sisi, Bima tak kehilangan akal, dia congkel besi penyangga jendelanya dan melompat keluar, tak mungkin lagi menggunakan motor karena takut ketahuan, Bima keluar dengan hati-hati dari pintu belakangan
Lari dan terus lari, Bima ingin segera mencapai rumah Rama. Dia ingin memastikan Rama baik-baik saja, rasanya sungguh sangat jauh, tapi Bima tak sama sekali berhenti berlari, dia terus berlari.
Papa Bima yang tersadar bahwa Bima telah kabur segera menyusul Bima ke tempat Rama beserta istrinya.
“Ram, Rama” teriak Bima saat sampai di rumah Rama tapi tak di temukan siapapun, yang ada hanya pintu yang roboh, rasa takut lanngsung menggerogoti hati Bima, apa yang terjadi dengan Rama
“Ehh tuh si Homo datang”teriak seseorang, sakit hati Bima di teriaki seperti itu
“Pacar loe sudah di serahkan ke RT, dasar Homo” teriak orang itu lagi,, tanpa pikir panjang, Bima langsung berlari mencari Rama, di lihat segerombolan orang, Bima berlari dan mendapati Rama sedang di arak keliling gang, hanya dengan celana dalam dan tergantung tulisan ‘HOMO’
“Rama”teriak Bima dan berlari memeluk Rama, tangisnya pecah saat itu juga, Rama tersenyum saat melihat Bima, rasanya dia sudah tak punya lagi harga diri
“Maaf Ram, maaf” tangis Bima pecah
“Tuh pacar homonya datang, sekalian saja bakar keduanya hidup-hidup” teriak salah satu warga dan di sambut dengan teriakan yang lainnya, beberapa kali pukulan mendarat di tubuh Bima, dia terus memeluk Rama agar Rama tak terpukul, semua kesakitan di rasakan mereka, beberapa orang memukul dengan sapu dan lidi, tapi Bima tak bergeming, Andi dan Budi juga turut memeluk Rama dan Bima, mereka ingin melindungi Bima dan Rama, Rama dan Bima sudah seperti malaikat bagi mereka, tak peduli gay atau bukan tetap saja bagi Andi dan Budi, Rama dan Bima adalah malaikat.
Pukulan demi pukulan kian meluncur deras, darah dan air mata kini memenuhi wajah dan tubuh mereka. Tapi mereka tetap tak bergeming,.
“Bima!” teriak mama Bima yang sampai disana dan melihat anaknya di pukul warga, tangisnya pecah seketika dan berlari memeluk anaknya, warga berhenti memukulnya
“Pa, papa puas? Papa puas sudah menghancurkan anak kita?” teriak mama Bima sambil menatap benci kepada suaminya, air mata membanjiri wajahnya, di peluk erat anaknya,
Papa Bima tak berkata apa-apa, air mata itu akhirnya jatuh juga, air mata yang terlalu mahal untuk di keluarkannya karena gengsi. Matanya nanar menatap anak yang paling di banggakannya kini seperti ‘sampah’, sebuah penyalahan diri menyesak di dadanya, semua salahnya, semua.. andai ia tak gegabah.
“Bim, maaf kan papa Bim” peluk papa Bima sambil memeluk Bima, mereka semua menangis bersama,Bima tersenyum dan pingsan, beberapa warga yang simpati, melihat kejadian itu turut menangis, tapi ada juga yang mencibir, tak berapa lama polisi datang ke tempat kejadian perkara dan membubarkan warga
*****
“Maafkan papa nak, maafkan papa” tangis papanya saat melihat kondisi anaknya yang kritis di rumah sakit, papanya menggenggam erat tangan Bima, mama Bima hanya menangis melihat kondisi anaknya
“Nak, bangun nak” tangis mama Bima
“Rama, Rama” Bima mengucap nama itu berkali-kali, disaat tak sadarpun hanya Rama yang di ingatannya, hati papa Bima luluh, Rama sudah tak bisa di pisahkan dari Bima, tak ada alasan baginya untuk memisahkan cinta mereka, cinta yang salah tapi teramat besar.
“Rama” kembali nama itu yang di sebut dari bibir Bima,
“Iya Bim iya, papa restui hubungan kalian, bangun nak bangun” sesal papanya, tak mudah baginya untuk menerima cinta tak biasa anaknya, tapi dia tak punya pilihan lain, rasa sayangnya pada Bima mengalahkan semuanya, dia tak ingin lagi kejadian yang sama menimpa Bima. Baginya sekarang yang penting adalah kesembuhan dan kehidupan Bima
“Bim, bangun sayang” tangis papanya kian meledak
*****
Cinta yang tulus akan menjadi sebuah cinta yang sejati, meski cinta itu bukan cinta yang di kehendaki banyak orang, tapi cinta yang suci adalah cinta yang bisa saling menjaga dan saling memberi
Kini Bima dan Rama telah mendapat restu dari orang tua Bima, mereka tak lagi tinggal di Pontianak, mereka kini pindah ke Belanda, tempat dimana cinta seperti ini tidak di anggap tabu, sedang adik-adik Rama di adopsi oleh orang tua Bima.
“I love you Ram” bisik Bima di telinga Rama
“I love you more than you love me” bisik Rama, dia tersenyum, melihat wajah kekasihnya yang bersandar di bahunya sambil melihat indahnya alam karya sang Maha Pencipta
Cinta suci itu telah hadir, cinta suci itu tetap ada di dalam diri, cinta suci it terus mengalir seperti air, seperti cinta mereka, cinta yang kecil tapi sebuah cinta yang suci, cinta yang tak di kehendaki tapi adalah anugerah, syukuri cinta yang ada dalam diri dan jangan pernah menodai cinta suci itu dengan hasrat nafsu
END
Terima kasih lagi saya sampaikan kepada pembaca n_w
Salam
Wilson William
[email protected]
n_w

Comments

Sign In or Register to comment.