It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
– Part 1
Genre : Yaoi - Romance Fan Fiction
Author : Kiki Wellian S.
Background Song : Yiruma – River flows in you
Contact :
· Fb : Kiki Wellian Delvetian
· Blog : flipflop-delvetian.blogspot.com
*NB : Menerima Segala bentuk
pujian, kritikan sopan, dan kritikan
pedas tapi membangun. Selamat
membaca! ^^”
Ini adalah karya ke dua Kiki. Semoga
dapat menjadi cerita yang menarik bagi
para pembaca. Kiki berharap agar cerita ini dapat
menjadi cerita yang lebih baik dari
sebelumnya. Selamat membaca… ^.^” Terimakasih!
Di danau Vervidia yang cukup terkenal
di kota Bulacan, Fillipina. Terdapat
seorang remaja laki-laki yang tengah
duduk di tepi danau. Lalu, dia
mengeluarkan sesuatu dari koper
hitam nya. Dia mengambil sebuah biola dan mulai
memainkannya dengan tatapan
kosong ke arah seberang danau
Vervidia. Tampak jelas raut wajah nya
yang begitu sedih di sertai tatapan
kosong ke arah seberang danau tersebut. Tak lama kemudian, tetes air mata pun
mulai mengalir di pipi lembut nya. Pandangannya tetap kosong,
memandangi kilauan air danau yang di
terpa sinar mentari. Sembari
memainkan biola nya, dia menangis.
Terlihat begitu jelas kesedihan yang
amat dalam dan tengah di timpa nya. Dia mulai mengedarkan pandangannya
ke atas langit biru. Memikirkan dan
mengenang seseorang yang tengah
istirahat dengan tenang di alam sana. Lalu, terlihat seorang pria berumur
20’an menghampiri anak laki-laki
tersebut, dan mengatakan sesuatu
dalam Bahasa Tagalog (Bahasa
Fillipina). “Batang master, hana bahay! Nanay
naghahanap para sa iyo. Akking lalong
madaling panahon upang maihatid ang
iyong order, Hindi mo pa kinakain, Ang
iyong mama mag-alla.” kata seorang
sopir berwajah tampan yang berumur sekitar 20’an. Mengenakan seragam
berwarna hitam dan kaca mata hitam
nya. “Yes, Ginoo!” sahut anak laki-laki
tersebut, lalu mengusap air mata nya
kemudian segera memasukkan biola
nya ke dalam koper dan segera masuk
ke dalam mobil mewah berwarna
hitam. Translate : “Tuan muda, ayo pulang! Di cariin Mama. Saya di suruh segera
nganterin tuan muda pulang. Tuan kan
belum makan dari tadi, Mama khawatir
sekali.” “Iya, mas!” - - - Selama di perjalanan, dia membuka
kembali koper hitam yang berisi biola
tersebut. Dia memandangi ukiran
tulisan yang terdapat di bagian
belakang leher biola tersebut : “To : Euri Our love always heard in your heart” -Dad & Mom- Air mata yang tadi telah terhenti kini
tumpah lagi mengaliri pipi hingga dagu
nya. Menetes di ukiran tulisan biola
tersebut dan mengalir jatuh ke bawah. “Dad, Really I miss you!” desis nya. Kini
air mata nya semakin deras dan
menetes satu per satu pada biola
tersebut Tak lama kemudian, mereka berdua
sampai di sebuah rumah mewah
berwarna putih yang berada di kota
Bulacan, Fillipina. “Maligyang pagdating” Sapa salah
seorang pembantu yang ada di depan
pintu rumah mewah tersebut, lalu
membukakan pintu dan mengedarkan
tangannya, yang berarti ‘silahkan
masuk!’ “Yes, Ginoo!” sahut anak laki-laki
tersebut Translate : “Selamat datang Tuan muda” “Iya, mas!” Tak lama kemudian, anak laki-laki
tersebut yang bernama Euri, mulai
melangkah menuju ruang makan dan
duduk di salah satu kursi tersebut. “Mama mana?” tanya Euri pada seorang
pembantu yang tengah menyiapkan
makanan dan minuman untuk nya ke
dalam piring dan gelas kaca “Seperti biasa nya, Tuan! Nyonya kerja.
Namun hari ini berangkat lebih awal.
Kata Nyonya, ada meeting dengan
Client dari Manila.” kata pembantu
tersebut “Oh!” jawab Euri singkat, lalu mulai
menyantap sarapan nya dengan malas,
yang telah di siapkan oleh pembantu
nya. Ini adalah tepat 40 hari meninggal nya
Tuan Dhanie (Ayah Euri). Seorang
pengusaha yang kaya raya dan
berbakat dalam bidang nya. Euri tak
begitu mengerti terlalu jauh tentang
kronologi kejadiannya. Dia hanya tahu bahwa Papa nya meninggal karena
kecelakaan dengan mobil seorang
pengendara lain. Selama ber minggu-
minggu, Euri menghabiskan waktu nya
di dalam kamar atau ketika jenuh dia
pergi ke Danau Vervidia. Memainkan biola nya dan meratapi kepergian Papa
yang begitu di cintai nya. Euri beserta Keluarga nya benar-benar
terpukul ketika mendapat kabar
bahwa Papa nya tersebut meninggal
dunia karena kecelakaan. Mobil milik
Papa nya tersebut terlihat remuk,
hancur total. Wajah Euri terlihat begitu pucat karena
jarang sekali makan. Kesehatannya
semakin hari mulai semakin
memburuk. Dia baru saja pindah di kota Bulacan,
Fillipina. Sebelum nya dia tinggal di
Manila, Fillipina bersama keluarga nya
sebelum Papa nya meninggal. Mama
Euri mengambil keputusan untuk
pindah rumah agar tak semakin berlarut-larut dalam kesedihan, karena
di rumah lama nya terdapat begitu
banyak kenangan-kenangan indah
bersama Papa nya yang begitu sulit
bahkan takkan pernah bisa di lupakan. Euri menyetujui keputusan Mama nya
tersebut. Sekarang tepat sekitar 10 hari
dia dan Mama nya tinggal berdua di
rumah ini. Euri sering kesepian berada
di dalam rumah besar nan mewah ini.
Dia tinggal hanya bersama Mama nya, sedangkan Mama nya sibuk bekerja
dari pagi hingga malam hari. Namun,
pembantu-pembantu nya begitu
prihatin akan keadaan tersebut.
Mereka selalu ada menemani Euri,
terutama Sopir pribadi nya Euri : Ginoo Andri, yang selalu mengantarkan Euri
kemana pun dia mau. Terutama untuk
menghibur hati nya yang masih pilu
karena meninggal nya Papa nya. Sudah cukup lama Euri meninggalkan
sekolah nya. Dia masih terpukul
dengan kejadian tersebut. Dia sering
melamun dengan tatapan kosong
sembari memainkan biola nya. Mama
nya menyuruh nya untuk segera masuk ke sekolah baru nya, namun
Euri selalu menolaknya. Akan tetapi,
besok senin adalah hari pertama nya
masuk ke sekolah baru nya. Dia mulai
sadar bahwa Papa nya pasti akan sedih
dan kecewa pada nya bila Euri terus larut dalam kesedihan. Oleh karena itu,
kemarin dia memutuskan untuk mulai
bersekolah. Mama nya begitu gembira
dan segera mendaftarkannya di salah
satu sekolah terkenal di Bulacan,
Fillipina. Sedangkan biola itu adalah biola
pemberian Papa nya yang begitu
berharga bagi nya. Benda terakhir
yang di berikan oleh Papa nya sebelum
Papa nya tersebut meniggal dunia. Dia
mendapatkan biola tersebut sebagai kado dari Papa nya ketika dia
merayakan Ulang Tahunnya yang ke
17 tahun. Dia selalu memandangi
ukiran tulisan pada biola tersebut yang
di design khusus untuk nya. “Me too! My love always heard in your
heart Dad!” desis nya ketika
mamandangi lagi ukiran tulisan yang
ada pada biola tersebut, lalu air mata
menetes lagi di pipi nya - - -
serentak “Hari ini kalian dapat temen baru di
kelas ini. Semoga jadi teman yang akur
dan saling membantu ya! Jangan ada
lagi pertengkaran. Kita semua di kelas
ini adalah saudara. Okay, Euri! Cmon!” kata guru tersebut Tak lama kemudian, aku masuk ke
dalam kelas dengan gugup. Tangan ku
lebih gemetar dari sebelum nya. “Okay, introduce your self!” pinta guru
tersebut ramah Aku mengangguk,,, “Shut Up!” teriak guru tersebut karena
para siswa begitu ribut setelah melihat
ku masuk ke dalam kelas Lalu, para siswa segera diam dan
suasana kelas menjadi hening… “Well, temen-temen… Perkenalkan : Nama ku : Euri Revin Antaresh, panggil
saja Euri Umur : 17 tahun Aku pindahan dari Manila, dan aku
sekarang tinggal di Plaridel 3rd Street,
Bulacan bersama Mama ku. Hobi : Main biola, menggambar,
dengerin musik, etc.” kata ku, lalu aku
menundukkan kepala ku. Aku benar-
benar gugup! “Well, kapan-kapan boleh mampir ke
rumah mu kan? hehehe.” kata salah
seorang siswa “Udah punya pacar belum?” tanya
salah seorang siswa lainnya yang
benar-benar mengagetkan ku “Oh my god! Ini kan sekolah asrama
cowok… Dan yang sekolah di sini
semua nya kan cowok. Kenapa sedari
tadi turun dari mobil hingga saat ini
mereka semua memperhatikan ku? Apa penampilan ku ada yang salah ya? atau, Jangan-jangan…” besit ku dalam hati
dan terpotong oleh sahut’an siswa
lainnya “Iya nih, Jawab dong! Udah punya
pacar belum?” tanya siswa lainnya
dengan antusias “It’s enough! Ngapain sih kalian
nanyain hal-hal pribadi kayak gitu?
Kalian kan cowok! ! !” omel guru
tersebut “Huuuuu….!!!” celetuk anak-anak
sekelas serempak! “Ngga’ Asyik nih! ! !” kata seorang
siswa lainnya “Huft! Bete dah!” sahut seorang siswa
lainnya “Shut Up! ! !” teriak guru killer tersebut,
Kini semua nya benar-benar hening. “Okay, Hmmm…” gumam guru tersebut
sembari mengedarkan pandangan
untuk mencari tempat duduk yang
kosong untuk ku “ Euri, kamu duduk sama Miguel!” pinta
guru tersebut ramah! “Okay, Mom!” sahut ku Aku duduk di bangku ke 4 dari depan
yang berada di baris bangku tengah
kelas ini. Aku duduk di sebelah seorang cowok
berambut hitam, lurus dengan gaya
Emo nya. Sorot mata nya begitu tajam mengarah
ke depan kelas, lalu memandangi ku
sejenak ketika aku duduk di samping
nya. “Hai, Aku Euri. Kamu?” tanya ku ber
basa-basi, sembari mengulurkan
tangan ku “Udah tau!” jawab nya ketus “Oh, iya! hehe… By the way, nama
kamu siapa?” tanya ku lagi. Kini aku
menarik lagi uluran tangan ku. Dia
benar-benar mengacuhkan ku, Shit! “Kan kamu dah tau!” jawab nya ketus! “Oh, Iya… Miguel kan?” tanya ku gugup Kini dia hanya terdiam. Tak lama
kemudian, membuang muka ke arah
lain. “Oh, my god! Ngga’ asyik banget sih
tuh cowo’! Dingin banget, ketus, kasar!
Nyebelin banget dah!” umpat ku dalam
hati Sepanjang pelajaran, tak henti-henti
nya sorot mata anak-anak di kelas ini
yang curi-curi pandang ke arah ku. “Oh my god! kayak nya setelah jam
istirahat tiba, aku mesti buru-buru ke
toilet. Aku pengen ngaca, apa sih yang
salah dengan penampilan ku? !” besit
ku dalam hati - - - Setelah waktu istirahat tiba, aku
melangkahkan kaki ku menuju toilet. Toilet di sini benar-benar bersih dan
mewah. Bau nya juga harum. “Well, ngga’ ada yang salah tuh dengan
penampilan ku hari ini.” gumam ku,
setelah memeriksa penampilan ku di
depan cermin. Lalu, mencuci tangan ku
di westafle Kini, aku melihat pantulan wajah
seseorang dari cermin. Dia
memperhatikan ku dari belakang ku. Terus memperhatikan ku, hingga aku
gugup dan berniat untuk segera keluar
dari toilet ini. Sreeett…! Dia menarik tangan ku dan membawa
ku menuju ke sisi dinding toilet. “Eh, What’s up?” bentak ku “Gapapa. Aku pengen kenalan aja
sama kamu.” kata nya di sertai senyum
simpul “A… Aku Euri, 17 tahun, tinggal di
Plaridel 3rd street. Udah kan? Ya udah, aku mau balik ke kelas!” kata
ku singkat “Hmmm… Cakep-cakep tapi cuek
banget!” sungut nya “WHAT EVER!” sentak ku “Seneng bisa ketemu sama kamu! Lain
kali boleh mampir ke rumah mu kan?”
timpal nya sembari tersenyum lebar Aku tak menjawab nya. Aku segera
melangkah menyusuri koridor sekolah
dan berniat mencari Axel. Kemarin dia
memberitahu ku di mana kelas nya. “Axel C’mon!” teriak ku, setelah melihat
nya tengah duduk-duduk di depan
kelas nya “Yup, ada apa sob?” tanya nya, setelah
menghampiri ku “Hmmm… Aku mau nanya sesuatu, tapi
jangan di sini. Kamu tau tempat sepi
ngga’ di area sini?” tanya ku “Hmmm… Okay!” sahut nya Setelah kami berdua sampai di suatu
taman yang cukup sepi. Aku mulai
mempertanyakan pada nya perihal
situasi dan tingkah laku siswa-siswa
yang ada di sini. Mengenai mulai dari
mereka yang suka memperhatikan cowok dan bahkan aku menceritakan
pada nya, bahwa dari tadi aku masuk
ke sekolah ini hingga istirahat, banyak
sorot mata yang memperhatikan ku.
Lalu, tadi ada beberapa cowok yang
sekelas bersama ku dan menanyakan apakah aku sudah mempunyai
seorang pacar atau belum. Dan baru
saja di toilet tadi ada seorang cowok
yang mengajak ku berkenalan dan
berniat mengunjungi rumah ku. Axel terlihat begitu gugup dan terdiam.
Dia menjauhkan pandangan nya dari
pandangan ku. “Oh, c’mon! Ada apa sih di sini? Jawab!”
tanya ku lagi Tak lama kemudian, dia mulai
berbicara. Namun sebelumnya, dia
memperingatkan ku agar
merahasiakan ini dan usahakan agar
acuh menghadapi hal ini. “Well, gini… hingga 90% cowok yang sekolah di
sini tuh pada ‘belok’. Banyak orang-
orang yang tahu mengenai sekolah ini.
Tapi, hanya siswa-siswa sekolah sini
dan sekolah lain yang tahu. Kalo’ guru
sih, ngga’ semua nya tahu! Hanya ada segelintir guru-guru yang tahu dan itu
sangat sedikit.” terang nya Aku terbelalak kaget mendengar hal
tersebut. Aku memutar bola mata ku,
mengedarkan pandangan ku ke
seluruh sudut sekolah. Lalu kembali menatap Axel… “WHAT? Kamu serius?” tanya ku gugup “Aku lebih dari serius Euri…! Dan
perihal mereka semua pada ngelihatin
dan perhatiin kamu, itu wajar. Mungkin
mereka semua pada naksir sama kamu.
Kan kamu cakep banget! Papa mu orang Fillipina, sedangkan
Mama mu orang Korea. Well,
perpaduan yang yang baik hingga
melahirkan seorang cowok secakep
kamu!” timpal nya dengan senyuman
simpul “Truss…! Kamu termasuk seperti
mereka / ngga’?” tanya ku hati-hati Kali ini dia semakin gugup dan tangan
nya gemetar. Dia tak berani bertemu
pandang dengan ku. “A… Aku… Ehmmm…! Iya, Euri… Aku salah satu dari mereka.
Aku seperti mereka, Dan aku bakal
terima kalau pun seandai nya setelah
kamu tahu mengenai hal ini, kamu
bakal ngejauhin aku. Asal kamu tahu,
aku hanya ingin menjadi sahabat yang bisa selalu jujur untuk mu dan selalu
ada untuk mu. Tapi, kalau pun seandai
nya setelah kamu tahu hal ini dan
kamu ngejauhin aku, gapapa. Aku bisa
ngerti itu dan aku ngga’ akan marah
sama kamu. Tapi, aku tetep berharap agar kita bisa terus sahabat’an sampai
kapan pun.” terang nya Kini jantung ku benar-benar berdegup
kencang. Aku benar-benar kaget
mendengar fakta dari sekolah ini
beserta pengakuan dari sahabat ku
bahwa dia salah satu dari mereka. “Ngga’…! Aku ngga’ akan ngejauhin
kamu. Aku nerima kamu sebagai
sahabat ku apa ada nya. Dan aku,
ngga’ pernah malu punya sahabat
seperti mu apalagi sampai berniat buat
ngejauhin kamu! Jutru, aku bener-bener bangga dan
salut punya sahabat seperti mu. Selama
ini kamu selalu ada buat aku pas aku
lagi sedih dan seneng! Sekali lagi, aku
ngga’ akan pernah ngejauhin kamu!
Aku terima apa pun keadaan kamu. Karna sahabat yang baik, adalah yang
bisa menerima kita apa ada nya.”
terang ku panjang lebar Kini dia memeluk ku sebentar, lalu
tersenyum lebar. - - -
kamar ku di Dorm, istirahat sejenak,
menata beberapa baju-baju ku yang
belum aku tata, lalu bergegas mandi.
Setelah itu, aku berniat menemui Axel
di kamar nya. Kami berada dalam satu Dorm yang sama. Selama aku berjalan melewati koridor
Dorm untuk menemui Axel, terdapat
beberapa sorot mata yang
memperhatikan ku selama aku
melewati tiap-tiap kamar yang ada di
sini. Lama-lama, aku merasa risih dan takut
juga apabila mereka bisa saja berniat
buruk pada ku. Tapi aku tetap
mencoba tetap berfikir positif. Hingga saat aku berjalan hampir dekat
dengan kamar nya Axel dan hendak
berbelok ke kanan. Aku di kejutkan
oleh gerombolan cowok-cowok di
depan ku. Aku di hadang oleh 5 orang
cowok yang menurut ku semua nya begitu tampan. “Heh, ikut kami!” bentak salah seorang
cowok yang berdiri di tengah-tengah
gerombolan tersebut “Ngapain?” tukas ku “Udah lah, ngga’ usah cerewet! Cepet
ikut kami!” bentak seorang cowok
lainnya Sekitar 2 menit, aku dan mereka ber-
lima adu mulut. Dan pada akhir nya,
mereka menyeret dan membawa ku
paksa ke dalam kamar salah seorang
dari mereka. Ada beberapa sorot mata yang
mengetahui kejadian tersebut. Namun
mereka semua ketakutan saat melihat
gerombolan cowok-cowok itu. Tak ada
yang berani membantu ku, meski pada
dasar nya beberapa dari mereka sangat ingin membantu ku. “Eh, kamu anak baru, jadi ngga’ usah
ngesok di M.V!” bentak seorang cowok
berambut spike “Bodo amat! Lagian, sapa juga yang
ngesok? ! Aku biasa aja tuh!” sungut
ku “Cuih! berani banget kamu ngelawan
dan ngebentak-bentak kayak gitu!
Kamu ngga’ ngerti, siapa kami! !” sahut
cowok lainnya, berambut emo “Ngga’ tau! Emang kalian siapa? Oh, aku tahu! Kalian tuh cuman cowok-
cowok sok kegantengan yang ngesok
dan sok kuasa di sini! Cowok-cowok macam kalian, di
pelosok-pelosok desa tuh banyak
banget!” ejek ku “C’mon Key! Kita kasih dia pelajaran!”
gumam cowok lainnya yang berambut
spike Sepertinya cowok tampan bernama
Key, yang berambut coklat dan model
nya ala korea itu ketua dari geng
tersebut. Lalu, Key menarik kerah baju ku dan
menatap ku tajam. Mata nya terlihat
begitu ber api-api, siap meledakkan
semua amarah yang sedari tadi di
bendung nya. Tangan kanan nya menarik kerah baju
ku, sedangkan tangan kiri nya
menjambak rambut ku dengan begitu
kasar “Sakit bego’!” sungut ku, sembari
mendorong nya hingga tersentak ke
belakang “Mau kalian semua apa sih?” bentak ku “Kita semua cuman nyuruh supaya
kamu ngga’ ngesok di sekolah ini.
Kamu cuman anak kemarin sore!”
ancam seorang cowok berambut spike,
lalu tangan kanan nya menekan pipi
kiri dan kanan ku hingga pipi ku terasa begitu sakit, karena tertekan dan
mengenai area rahang ku. “Arrrggghhh…!” lenguh ku kesakitan “Oke, Lagi pula aku ngga’ pernah
ngerasa ngesok kok di sekolah ini.
Mereka aja tuh yang merhatiin dan
ngelihatin aku. Sekarang, cepet
lepasin!” bentak ku Tak lama kemudian, mereka
mengeluarkan ku dari kamar tersebut. Aku berjalan malas menuju ke kamar
nya Axel. Setiba nya di sana, aku curhat tentang
semua yang baru saja terjadi. Axel merasa begitu iba dan bersalah
pada ku, karena belum menceritakan
tentang Geng tersebut. “Emang, mereka tuh Geng apa’an sih?
Kok di takuti di sini?” tanya ku Axel hanya terdiam dan menatap ku
lekat… - - - To be continued _________________