BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

E.V.O.S (Part 1) ♥

edited February 2012 in BoyzStories
Hallo... :)

Comments

  • E.V.O.S (Eternal Violin of Symphony)
    – Part 1

    Genre : Yaoi - Romance Fan Fiction
    Author : Kiki Wellian S.
    Background Song : Yiruma – River flows in you
    Contact :
    · Fb : Kiki Wellian Delvetian
    · Blog : flipflop-delvetian.blogspot.com

    *NB : Menerima Segala bentuk
    pujian, kritikan sopan, dan kritikan
    pedas tapi membangun. Selamat
    membaca! ^^”

    Ini adalah karya ke dua Kiki. Semoga
    dapat menjadi cerita yang menarik bagi
    para pembaca. Kiki berharap agar cerita ini dapat
    menjadi cerita yang lebih baik dari
    sebelumnya. Selamat membaca… ^.^” Terimakasih!
  • ~Author P.O.V~

    Di danau Vervidia yang cukup terkenal
    di kota Bulacan, Fillipina. Terdapat
    seorang remaja laki-laki yang tengah
    duduk di tepi danau. Lalu, dia
    mengeluarkan sesuatu dari koper
    hitam nya. Dia mengambil sebuah biola dan mulai
    memainkannya dengan tatapan
    kosong ke arah seberang danau
    Vervidia. Tampak jelas raut wajah nya
    yang begitu sedih di sertai tatapan
    kosong ke arah seberang danau tersebut. Tak lama kemudian, tetes air mata pun
    mulai mengalir di pipi lembut nya. Pandangannya tetap kosong,
    memandangi kilauan air danau yang di
    terpa sinar mentari. Sembari
    memainkan biola nya, dia menangis.
    Terlihat begitu jelas kesedihan yang
    amat dalam dan tengah di timpa nya. Dia mulai mengedarkan pandangannya
    ke atas langit biru. Memikirkan dan
    mengenang seseorang yang tengah
    istirahat dengan tenang di alam sana. Lalu, terlihat seorang pria berumur
    20’an menghampiri anak laki-laki
    tersebut, dan mengatakan sesuatu
    dalam Bahasa Tagalog (Bahasa
    Fillipina). “Batang master, hana bahay! Nanay
    naghahanap para sa iyo. Akking lalong
    madaling panahon upang maihatid ang
    iyong order, Hindi mo pa kinakain, Ang
    iyong mama mag-alla.” kata seorang
    sopir berwajah tampan yang berumur sekitar 20’an. Mengenakan seragam
    berwarna hitam dan kaca mata hitam
    nya. “Yes, Ginoo!” sahut anak laki-laki
    tersebut, lalu mengusap air mata nya
    kemudian segera memasukkan biola
    nya ke dalam koper dan segera masuk
    ke dalam mobil mewah berwarna
    hitam. Translate : “Tuan muda, ayo pulang! Di cariin Mama. Saya di suruh segera
    nganterin tuan muda pulang. Tuan kan
    belum makan dari tadi, Mama khawatir
    sekali.” “Iya, mas!” - - - Selama di perjalanan, dia membuka
    kembali koper hitam yang berisi biola
    tersebut. Dia memandangi ukiran
    tulisan yang terdapat di bagian
    belakang leher biola tersebut : “To : Euri Our love always heard in your heart” -Dad & Mom- Air mata yang tadi telah terhenti kini
    tumpah lagi mengaliri pipi hingga dagu
    nya. Menetes di ukiran tulisan biola
    tersebut dan mengalir jatuh ke bawah. “Dad, Really I miss you!” desis nya. Kini
    air mata nya semakin deras dan
    menetes satu per satu pada biola
    tersebut Tak lama kemudian, mereka berdua
    sampai di sebuah rumah mewah
    berwarna putih yang berada di kota
    Bulacan, Fillipina. “Maligyang pagdating” Sapa salah
    seorang pembantu yang ada di depan
    pintu rumah mewah tersebut, lalu
    membukakan pintu dan mengedarkan
    tangannya, yang berarti ‘silahkan
    masuk!’ “Yes, Ginoo!” sahut anak laki-laki
    tersebut Translate : “Selamat datang Tuan muda” “Iya, mas!” Tak lama kemudian, anak laki-laki
    tersebut yang bernama Euri, mulai
    melangkah menuju ruang makan dan
    duduk di salah satu kursi tersebut. “Mama mana?” tanya Euri pada seorang
    pembantu yang tengah menyiapkan
    makanan dan minuman untuk nya ke
    dalam piring dan gelas kaca “Seperti biasa nya, Tuan! Nyonya kerja.
    Namun hari ini berangkat lebih awal.
    Kata Nyonya, ada meeting dengan
    Client dari Manila.” kata pembantu
    tersebut “Oh!” jawab Euri singkat, lalu mulai
    menyantap sarapan nya dengan malas,
    yang telah di siapkan oleh pembantu
    nya. Ini adalah tepat 40 hari meninggal nya
    Tuan Dhanie (Ayah Euri). Seorang
    pengusaha yang kaya raya dan
    berbakat dalam bidang nya. Euri tak
    begitu mengerti terlalu jauh tentang
    kronologi kejadiannya. Dia hanya tahu bahwa Papa nya meninggal karena
    kecelakaan dengan mobil seorang
    pengendara lain. Selama ber minggu-
    minggu, Euri menghabiskan waktu nya
    di dalam kamar atau ketika jenuh dia
    pergi ke Danau Vervidia. Memainkan biola nya dan meratapi kepergian Papa
    yang begitu di cintai nya. Euri beserta Keluarga nya benar-benar
    terpukul ketika mendapat kabar
    bahwa Papa nya tersebut meninggal
    dunia karena kecelakaan. Mobil milik
    Papa nya tersebut terlihat remuk,
    hancur total. Wajah Euri terlihat begitu pucat karena
    jarang sekali makan. Kesehatannya
    semakin hari mulai semakin
    memburuk. Dia baru saja pindah di kota Bulacan,
    Fillipina. Sebelum nya dia tinggal di
    Manila, Fillipina bersama keluarga nya
    sebelum Papa nya meninggal. Mama
    Euri mengambil keputusan untuk
    pindah rumah agar tak semakin berlarut-larut dalam kesedihan, karena
    di rumah lama nya terdapat begitu
    banyak kenangan-kenangan indah
    bersama Papa nya yang begitu sulit
    bahkan takkan pernah bisa di lupakan. Euri menyetujui keputusan Mama nya
    tersebut. Sekarang tepat sekitar 10 hari
    dia dan Mama nya tinggal berdua di
    rumah ini. Euri sering kesepian berada
    di dalam rumah besar nan mewah ini.
    Dia tinggal hanya bersama Mama nya, sedangkan Mama nya sibuk bekerja
    dari pagi hingga malam hari. Namun,
    pembantu-pembantu nya begitu
    prihatin akan keadaan tersebut.
    Mereka selalu ada menemani Euri,
    terutama Sopir pribadi nya Euri : Ginoo Andri, yang selalu mengantarkan Euri
    kemana pun dia mau. Terutama untuk
    menghibur hati nya yang masih pilu
    karena meninggal nya Papa nya. Sudah cukup lama Euri meninggalkan
    sekolah nya. Dia masih terpukul
    dengan kejadian tersebut. Dia sering
    melamun dengan tatapan kosong
    sembari memainkan biola nya. Mama
    nya menyuruh nya untuk segera masuk ke sekolah baru nya, namun
    Euri selalu menolaknya. Akan tetapi,
    besok senin adalah hari pertama nya
    masuk ke sekolah baru nya. Dia mulai
    sadar bahwa Papa nya pasti akan sedih
    dan kecewa pada nya bila Euri terus larut dalam kesedihan. Oleh karena itu,
    kemarin dia memutuskan untuk mulai
    bersekolah. Mama nya begitu gembira
    dan segera mendaftarkannya di salah
    satu sekolah terkenal di Bulacan,
    Fillipina. Sedangkan biola itu adalah biola
    pemberian Papa nya yang begitu
    berharga bagi nya. Benda terakhir
    yang di berikan oleh Papa nya sebelum
    Papa nya tersebut meniggal dunia. Dia
    mendapatkan biola tersebut sebagai kado dari Papa nya ketika dia
    merayakan Ulang Tahunnya yang ke
    17 tahun. Dia selalu memandangi
    ukiran tulisan pada biola tersebut yang
    di design khusus untuk nya. “Me too! My love always heard in your
    heart Dad!” desis nya ketika
    mamandangi lagi ukiran tulisan yang
    ada pada biola tersebut, lalu air mata
    menetes lagi di pipi nya - - -
  • edited February 2012
    :)
  • “Morning class!” sapa guru tersebut “Morning Mom!” sapa seluruh siswa
    serentak “Hari ini kalian dapat temen baru di
    kelas ini. Semoga jadi teman yang akur
    dan saling membantu ya! Jangan ada
    lagi pertengkaran. Kita semua di kelas
    ini adalah saudara. Okay, Euri! Cmon!” kata guru tersebut Tak lama kemudian, aku masuk ke
    dalam kelas dengan gugup. Tangan ku
    lebih gemetar dari sebelum nya. “Okay, introduce your self!” pinta guru
    tersebut ramah Aku mengangguk,,, “Shut Up!” teriak guru tersebut karena
    para siswa begitu ribut setelah melihat
    ku masuk ke dalam kelas Lalu, para siswa segera diam dan
    suasana kelas menjadi hening… “Well, temen-temen… Perkenalkan : Nama ku : Euri Revin Antaresh, panggil
    saja Euri Umur : 17 tahun Aku pindahan dari Manila, dan aku
    sekarang tinggal di Plaridel 3rd Street,
    Bulacan bersama Mama ku. Hobi : Main biola, menggambar,
    dengerin musik, etc.” kata ku, lalu aku
    menundukkan kepala ku. Aku benar-
    benar gugup! “Well, kapan-kapan boleh mampir ke
    rumah mu kan? hehehe.” kata salah
    seorang siswa “Udah punya pacar belum?” tanya
    salah seorang siswa lainnya yang
    benar-benar mengagetkan ku “Oh my god! Ini kan sekolah asrama
    cowok… Dan yang sekolah di sini
    semua nya kan cowok. Kenapa sedari
    tadi turun dari mobil hingga saat ini
    mereka semua memperhatikan ku? Apa penampilan ku ada yang salah ya? atau, Jangan-jangan…” besit ku dalam hati
    dan terpotong oleh sahut’an siswa
    lainnya “Iya nih, Jawab dong! Udah punya
    pacar belum?” tanya siswa lainnya
    dengan antusias “It’s enough! Ngapain sih kalian
    nanyain hal-hal pribadi kayak gitu?
    Kalian kan cowok! ! !” omel guru
    tersebut “Huuuuu….!!!” celetuk anak-anak
    sekelas serempak! “Ngga’ Asyik nih! ! !” kata seorang
    siswa lainnya “Huft! Bete dah!” sahut seorang siswa
    lainnya “Shut Up! ! !” teriak guru killer tersebut,
    Kini semua nya benar-benar hening. “Okay, Hmmm…” gumam guru tersebut
    sembari mengedarkan pandangan
    untuk mencari tempat duduk yang
    kosong untuk ku “ Euri, kamu duduk sama Miguel!” pinta
    guru tersebut ramah! “Okay, Mom!” sahut ku Aku duduk di bangku ke 4 dari depan
    yang berada di baris bangku tengah
    kelas ini. Aku duduk di sebelah seorang cowok
    berambut hitam, lurus dengan gaya
    Emo nya. Sorot mata nya begitu tajam mengarah
    ke depan kelas, lalu memandangi ku
    sejenak ketika aku duduk di samping
    nya. “Hai, Aku Euri. Kamu?” tanya ku ber
    basa-basi, sembari mengulurkan
    tangan ku “Udah tau!” jawab nya ketus “Oh, iya! hehe… By the way, nama
    kamu siapa?” tanya ku lagi. Kini aku
    menarik lagi uluran tangan ku. Dia
    benar-benar mengacuhkan ku, Shit! “Kan kamu dah tau!” jawab nya ketus! “Oh, Iya… Miguel kan?” tanya ku gugup Kini dia hanya terdiam. Tak lama
    kemudian, membuang muka ke arah
    lain. “Oh, my god! Ngga’ asyik banget sih
    tuh cowo’! Dingin banget, ketus, kasar!
    Nyebelin banget dah!” umpat ku dalam
    hati Sepanjang pelajaran, tak henti-henti
    nya sorot mata anak-anak di kelas ini
    yang curi-curi pandang ke arah ku. “Oh my god! kayak nya setelah jam
    istirahat tiba, aku mesti buru-buru ke
    toilet. Aku pengen ngaca, apa sih yang
    salah dengan penampilan ku? !” besit
    ku dalam hati - - - Setelah waktu istirahat tiba, aku
    melangkahkan kaki ku menuju toilet. Toilet di sini benar-benar bersih dan
    mewah. Bau nya juga harum. “Well, ngga’ ada yang salah tuh dengan
    penampilan ku hari ini.” gumam ku,
    setelah memeriksa penampilan ku di
    depan cermin. Lalu, mencuci tangan ku
    di westafle Kini, aku melihat pantulan wajah
    seseorang dari cermin. Dia
    memperhatikan ku dari belakang ku. Terus memperhatikan ku, hingga aku
    gugup dan berniat untuk segera keluar
    dari toilet ini. Sreeett…! Dia menarik tangan ku dan membawa
    ku menuju ke sisi dinding toilet. “Eh, What’s up?” bentak ku “Gapapa. Aku pengen kenalan aja
    sama kamu.” kata nya di sertai senyum
    simpul “A… Aku Euri, 17 tahun, tinggal di
    Plaridel 3rd street. Udah kan? Ya udah, aku mau balik ke kelas!” kata
    ku singkat “Hmmm… Cakep-cakep tapi cuek
    banget!” sungut nya “WHAT EVER!” sentak ku “Seneng bisa ketemu sama kamu! Lain
    kali boleh mampir ke rumah mu kan?”
    timpal nya sembari tersenyum lebar Aku tak menjawab nya. Aku segera
    melangkah menyusuri koridor sekolah
    dan berniat mencari Axel. Kemarin dia
    memberitahu ku di mana kelas nya. “Axel C’mon!” teriak ku, setelah melihat
    nya tengah duduk-duduk di depan
    kelas nya “Yup, ada apa sob?” tanya nya, setelah
    menghampiri ku “Hmmm… Aku mau nanya sesuatu, tapi
    jangan di sini. Kamu tau tempat sepi
    ngga’ di area sini?” tanya ku “Hmmm… Okay!” sahut nya Setelah kami berdua sampai di suatu
    taman yang cukup sepi. Aku mulai
    mempertanyakan pada nya perihal
    situasi dan tingkah laku siswa-siswa
    yang ada di sini. Mengenai mulai dari
    mereka yang suka memperhatikan cowok dan bahkan aku menceritakan
    pada nya, bahwa dari tadi aku masuk
    ke sekolah ini hingga istirahat, banyak
    sorot mata yang memperhatikan ku.
    Lalu, tadi ada beberapa cowok yang
    sekelas bersama ku dan menanyakan apakah aku sudah mempunyai
    seorang pacar atau belum. Dan baru
    saja di toilet tadi ada seorang cowok
    yang mengajak ku berkenalan dan
    berniat mengunjungi rumah ku. Axel terlihat begitu gugup dan terdiam.
    Dia menjauhkan pandangan nya dari
    pandangan ku. “Oh, c’mon! Ada apa sih di sini? Jawab!”
    tanya ku lagi Tak lama kemudian, dia mulai
    berbicara. Namun sebelumnya, dia
    memperingatkan ku agar
    merahasiakan ini dan usahakan agar
    acuh menghadapi hal ini. “Well, gini… hingga 90% cowok yang sekolah di
    sini tuh pada ‘belok’. Banyak orang-
    orang yang tahu mengenai sekolah ini.
    Tapi, hanya siswa-siswa sekolah sini
    dan sekolah lain yang tahu. Kalo’ guru
    sih, ngga’ semua nya tahu! Hanya ada segelintir guru-guru yang tahu dan itu
    sangat sedikit.” terang nya Aku terbelalak kaget mendengar hal
    tersebut. Aku memutar bola mata ku,
    mengedarkan pandangan ku ke
    seluruh sudut sekolah. Lalu kembali menatap Axel… “WHAT? Kamu serius?” tanya ku gugup “Aku lebih dari serius Euri…! Dan
    perihal mereka semua pada ngelihatin
    dan perhatiin kamu, itu wajar. Mungkin
    mereka semua pada naksir sama kamu.
    Kan kamu cakep banget! Papa mu orang Fillipina, sedangkan
    Mama mu orang Korea. Well,
    perpaduan yang yang baik hingga
    melahirkan seorang cowok secakep
    kamu!” timpal nya dengan senyuman
    simpul “Truss…! Kamu termasuk seperti
    mereka / ngga’?” tanya ku hati-hati Kali ini dia semakin gugup dan tangan
    nya gemetar. Dia tak berani bertemu
    pandang dengan ku. “A… Aku… Ehmmm…! Iya, Euri… Aku salah satu dari mereka.
    Aku seperti mereka, Dan aku bakal
    terima kalau pun seandai nya setelah
    kamu tahu mengenai hal ini, kamu
    bakal ngejauhin aku. Asal kamu tahu,
    aku hanya ingin menjadi sahabat yang bisa selalu jujur untuk mu dan selalu
    ada untuk mu. Tapi, kalau pun seandai
    nya setelah kamu tahu hal ini dan
    kamu ngejauhin aku, gapapa. Aku bisa
    ngerti itu dan aku ngga’ akan marah
    sama kamu. Tapi, aku tetep berharap agar kita bisa terus sahabat’an sampai
    kapan pun.” terang nya Kini jantung ku benar-benar berdegup
    kencang. Aku benar-benar kaget
    mendengar fakta dari sekolah ini
    beserta pengakuan dari sahabat ku
    bahwa dia salah satu dari mereka. “Ngga’…! Aku ngga’ akan ngejauhin
    kamu. Aku nerima kamu sebagai
    sahabat ku apa ada nya. Dan aku,
    ngga’ pernah malu punya sahabat
    seperti mu apalagi sampai berniat buat
    ngejauhin kamu! Jutru, aku bener-bener bangga dan
    salut punya sahabat seperti mu. Selama
    ini kamu selalu ada buat aku pas aku
    lagi sedih dan seneng! Sekali lagi, aku
    ngga’ akan pernah ngejauhin kamu!
    Aku terima apa pun keadaan kamu. Karna sahabat yang baik, adalah yang
    bisa menerima kita apa ada nya.”
    terang ku panjang lebar Kini dia memeluk ku sebentar, lalu
    tersenyum lebar. - - -
  • Monday, 15.14 PM Sepulang sekolah, aku segera melihat
    kamar ku di Dorm, istirahat sejenak,
    menata beberapa baju-baju ku yang
    belum aku tata, lalu bergegas mandi.
    Setelah itu, aku berniat menemui Axel
    di kamar nya. Kami berada dalam satu Dorm yang sama. Selama aku berjalan melewati koridor
    Dorm untuk menemui Axel, terdapat
    beberapa sorot mata yang
    memperhatikan ku selama aku
    melewati tiap-tiap kamar yang ada di
    sini. Lama-lama, aku merasa risih dan takut
    juga apabila mereka bisa saja berniat
    buruk pada ku. Tapi aku tetap
    mencoba tetap berfikir positif. Hingga saat aku berjalan hampir dekat
    dengan kamar nya Axel dan hendak
    berbelok ke kanan. Aku di kejutkan
    oleh gerombolan cowok-cowok di
    depan ku. Aku di hadang oleh 5 orang
    cowok yang menurut ku semua nya begitu tampan. “Heh, ikut kami!” bentak salah seorang
    cowok yang berdiri di tengah-tengah
    gerombolan tersebut “Ngapain?” tukas ku “Udah lah, ngga’ usah cerewet! Cepet
    ikut kami!” bentak seorang cowok
    lainnya Sekitar 2 menit, aku dan mereka ber-
    lima adu mulut. Dan pada akhir nya,
    mereka menyeret dan membawa ku
    paksa ke dalam kamar salah seorang
    dari mereka. Ada beberapa sorot mata yang
    mengetahui kejadian tersebut. Namun
    mereka semua ketakutan saat melihat
    gerombolan cowok-cowok itu. Tak ada
    yang berani membantu ku, meski pada
    dasar nya beberapa dari mereka sangat ingin membantu ku. “Eh, kamu anak baru, jadi ngga’ usah
    ngesok di M.V!” bentak seorang cowok
    berambut spike “Bodo amat! Lagian, sapa juga yang
    ngesok? ! Aku biasa aja tuh!” sungut
    ku “Cuih! berani banget kamu ngelawan
    dan ngebentak-bentak kayak gitu!
    Kamu ngga’ ngerti, siapa kami! !” sahut
    cowok lainnya, berambut emo “Ngga’ tau! Emang kalian siapa? Oh, aku tahu! Kalian tuh cuman cowok-
    cowok sok kegantengan yang ngesok
    dan sok kuasa di sini! Cowok-cowok macam kalian, di
    pelosok-pelosok desa tuh banyak
    banget!” ejek ku “C’mon Key! Kita kasih dia pelajaran!”
    gumam cowok lainnya yang berambut
    spike Sepertinya cowok tampan bernama
    Key, yang berambut coklat dan model
    nya ala korea itu ketua dari geng
    tersebut. Lalu, Key menarik kerah baju ku dan
    menatap ku tajam. Mata nya terlihat
    begitu ber api-api, siap meledakkan
    semua amarah yang sedari tadi di
    bendung nya. Tangan kanan nya menarik kerah baju
    ku, sedangkan tangan kiri nya
    menjambak rambut ku dengan begitu
    kasar “Sakit bego’!” sungut ku, sembari
    mendorong nya hingga tersentak ke
    belakang “Mau kalian semua apa sih?” bentak ku “Kita semua cuman nyuruh supaya
    kamu ngga’ ngesok di sekolah ini.
    Kamu cuman anak kemarin sore!”
    ancam seorang cowok berambut spike,
    lalu tangan kanan nya menekan pipi
    kiri dan kanan ku hingga pipi ku terasa begitu sakit, karena tertekan dan
    mengenai area rahang ku. “Arrrggghhh…!” lenguh ku kesakitan “Oke, Lagi pula aku ngga’ pernah
    ngerasa ngesok kok di sekolah ini.
    Mereka aja tuh yang merhatiin dan
    ngelihatin aku. Sekarang, cepet
    lepasin!” bentak ku Tak lama kemudian, mereka
    mengeluarkan ku dari kamar tersebut. Aku berjalan malas menuju ke kamar
    nya Axel. Setiba nya di sana, aku curhat tentang
    semua yang baru saja terjadi. Axel merasa begitu iba dan bersalah
    pada ku, karena belum menceritakan
    tentang Geng tersebut. “Emang, mereka tuh Geng apa’an sih?
    Kok di takuti di sini?” tanya ku Axel hanya terdiam dan menatap ku
    lekat… - - - To be continued _________________
  • Di lanjut donk.. T____T klo baca di blog ribet..
  • seru...jarang bgt ada crta yg latarnya d filipin.lanjut dong
  • stuck lg,,,
Sign In or Register to comment.