Kisah-Kisah yang Tak Boleh Dikisahkan berisi 14 kisah tentang kegelisahan, kesedihan, kerinduan, cita, cinta, dan liku kehidupan manusia, dengan sebuah benang merah, yaitu homoseksual. Kisah-kisah di dalamnya dikisahkan dari sudut pandang seorang anak, ayah, ibu, sahabat, kekasih, dan istri, dengan gaya bahasa ringan, indah, dan bermakna dalam. Ditulis oleh 12 penulis yang berasal dari komunitas dan non-komunitas, yang beberapa di antaranya sudah menerbitkan buku secara indie.
Judul: Kisah-Kisah yang Tak Boleh Dikisahkan
Penulis: Aan Bintang, Aditya Nugraha, Akbar Hendrawan, Anthony Chiaroscuro, Catz Link Tristan, Crescentia Phalita, Dadan Erlangga, Liz Levin, M. Ihsan Darhany, Muhamad Rivai, Rio Johan, Satria Anggaprana
Terbit Januari 2012
174 halaman
Diterbitkan melalui Nulisbuku:
http://www.nulisbuku.com
Harga: Rp. 40.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Metode Pembelian:
1. Melalui web Nulisbuku.com –>
http://nulisbuku.com/books/view/kisah-kisah-yang-tak-boleh-dikisahkan
2. Melalui email:
[email protected]
ENDORSMEN
Kumpulan bisikan ini mengundang pembaca buat masuk ke dalam “lemari” dan melongok ada rahasia apa saja di dalamnya. Semua dituturkan dalam berbagai bentuk kegelisahan. “Kisah-Kisah yang Tak Boleh Dikisahkan” adalah bacaan yang dengan jujur mengganggu dan merisaukan—sama sekali bukan untuk mereka yang hanya mencari rasa aman dan nyaman, melainkan buat yang siap berkelana ke dalam sebuah relung jiwa manusia yang jarang dikunjungi. (Ve Handojo – Penulis)
Membaca setiap kisah pada buku ini membuatku seperti terlempar pada sebuah dunia berwarna samar namun terasa kuat. Bukan putih, hitam, apalagi pink. Jangan pernah mengabaikan warna itu, sebab warnanya telah membuat dunia kita demikian lengkap. Kisah-kisah ini sungguh menyentuh, mengharukan, menyentil, dan membuat merinding! (Retni Sb – Novelis, perempuan pencinta warna)
KUTIPAN-KUTIPAN KISAH
Sungguh aku tak tahu kisah ini bermula dari mana, tapi aku tahu kisah ini akan berakhir seperti apa. Sebelum aku mulai berkisah, berjanjilah dulu padaku satu hal, jangan beri tahu siapa pun tentang kisah yang akan kuceritakan kepadamu ini. Jika kau kelak lupa atau bahkan dengan sengaja menceritakannya kepada orang lain, maka percayalah hal-hal buruk akan menimpamu. Aku sendiri pernah mengalaminya.
[Kisah-Kisah yang Tak Boleh Dikisahkan – Akbar Hendrawan]
“Aku tidak pernah punya istri.”
“Berarti anakmu itu anak haram, ya?”
“Mereka anak kandungku. Mereka hanya tidak mempunyai Ibu.”
[Ayah Sepasang Kembar – Aan Bintang]
Hampir satu tahun kamu resmi menjadi orang kantoran, dan aku masih tetap menjadi mahasiswa tak keruan. Kamar kosmu tak lagi seramah dulu, saat kamu masih membukakan pintu untuk menampung aku yang sedang mengisi waktu menunggu jadwal kuliah berikutnya, atau sengaja menemuimu di waktu-waktu lainnya. Semakin sering kulihat mobil perempuan itu terparkir di halaman kos-kosan, dan pemiliknya sedang berada di kamarmu. Bercumbu. Melayani nafsumu. Perempuan itu sudah berhasil mengambil alih tempatku—di kamarmu, dalam hari-harimu. Bahkan, di hatimu.
[Di Depan Punggungmu – Dadan Erlangga]
Hidup begitu sulit. Karena sesuatu yang mudah tidak membuat kita kuat, namun yang terlalu sulit akan membuat hati patah. Sepertiku yang menjelma menjadi aku yang lemah tanpa kekuatan lalu patah. Ketika tahun-tahun yang terlewati serupa kertas. Rapuh, kering dan tertindas.
[Tahun-Tahun Kertas – M. Ihsan Darhan]
“Cerita sebenarnya, Bu, betapa dinginnya malam pengantinku.”
[Benih – Catz Link Tristan]
Kepalaku membantah: Kenapa harus Venus? Kenapa harus selalu perempuan yang dijadikan simbolisasi keindahan, bahkan cinta? Venus. Aphrodite. Hathor. Frigg. Lelaki hanya diasosiasikan sebagai sesuatu yang jantan, bahkan brutal. Perang. Perkelahian. Pembantaian. Pembunuhan. Perebutan kekuasaan. Bukankah lelaki juga punya keindahan tersendiri? Ah, Cupid. Tetap saja tak seimbang, sebab Cupid tak digambarkan sebagai lelaki dewasa, tapi anak laki-laki.
[Sesemburitan – Rio Johan]
Siapa pun yang mengenal sopan santun tidak akan begitu saja mendatangi orang asing di sebuah kafe lalu bertanya tentang orientasi seksualnya.
[Sepotong Percakapan pada Suatu Sore – Anthony Chiaroscuro]
Oke, sudah saatnya aku mengakhiri kepura-puraanku. Aku lelah berpura-pura sebagai perempuan di dunia maya, hanya untuk memuaskan hasratku memiliki hubungan maya dengan lelaki atau melakukan chat sex. Aku juga lelah berpura-pura sebagai lelaki normal di dunia nyata. Aku ingin menemukan cintaku. Lelaki yang sama denganku, tentunya. Sama-sama menginginkan lelaki untuk menjadi pasangan hidupnya.
[Montana Biru – L iz Levin]
Apa maksudmu? Kau bilang aku homophobic? Tidak, Syauqi, dulu sudah pernah kukatakan padamu bahwa aku tidak membenci kaum homoseksual, aku hanya membenci tingkah laku sebagian dari mereka. Bukankah membuntuti orang dan mengirimi e-mail spam bisa dilakukan oleh manusia jenis apa saja? Hanya kebetulan saja yang menggangguku dengan hal-hal seperti yang kusebutkan itu adalah seorang gay.
[Homofobia – Muhamad Rivai]
Cinta, pada kita, tak datang diam-diam. Padaku, dia hadir bersama merdu. Suatu pagi di pentas seni, kamu bernyanyi. Sejak itu, dia tak mau pergi lagi. Padamu, dia menyapa lewat kata. Kamu mengaku penikmat setia tulisanku. Hingga suatu waktu, kamu memintaku menulis sebait lirik untuk lagumu. Hari itu, hati-hati kita bertegur sapa, bertukar cerita. Hari-hari selanjutnya menjelma nirwana. Di dalamnya, aku dan kamu, memerangkap waktu, merantai detik-detiknya dengan rindu.
[Satu Waktu Ketika Kita Mendamba Mesin Waktu – Aditya Nugraha]
Saya ingin bercerita tentang saya dan dia. Tentang apa yang pernah saya lakukan demi dia. Tentang rasa yang menyelinap memohon untuk disampaikan pada dia. Tentang keyakinan atas apa yang rela saya korbankan untuk dia. Tapi apa yang akan saya ceritakan tentang saya dan dia ini bukan tentang cinta. Karena dia bukan cinta. Maka cerita ini pun tentu bukan tentang cinta.
[Cintakah… Cintalah… Cintapun… – Akbar Hendrawan]
Dini hari. Hujan sudah berhenti sejak malam bergerak pada angka delapan, beberapa saat sebelum laki-laki itu pamit pulang. Di dalam kamarnya, dia berusaha memejamkan mata, namun kesadaran masih membulannya dalam keterjagaan. Di balik selimut, dia meringkuk. Dan samar terdengar dia berbisik, “Krisan….”
[Romansa Bias – Dadan Erlangga]
Orang-orang itu, para penulis kitab itu, sungguh hebat, pikirnya. Mereka berhasil membuat banyak orang percaya bahwa yang tertulis di kitab itu adalah ‘kata-kata Tuhan’. Baik-buruknya hidupmu adalah seperti apa yang dikatakan kitab itu. Titik. Tanpa pengecualian.
“Lalu bagaimana dengan Restu? Apakah Kitab Kejadian itu tidak salah, Pak? Seharusnya Allah menciptakan tiga jenis: laki-laki, perempuan, dan jenis yang berada di tengah-tengah laki-laki dan perempuan.”
Mata Restu berkaca-kaca. Aku seorang pria, hanya secara fisik.
[Dosa – Chrescentia Phalita]
Aku tak mungkin membayar premi untuk menjaminkan ingatan mengenai dirimu, atau memindahkannya ke dalam sebuah piringan dengan terlebih dulu mengubah wajah dan namamu menjadi rangkaian sinyal listrik satu nol. Kalaupun itu mungkin, aku tidak akan pernah melakukannya.
Aku diam, menunduk di dekat dirimu yang berbaring di seberang Kristus. Aku membacakan doa, bahasa yang asing. Menyebut Tuhan, yang asing. Aku tak ingin misa ini disudahi. Karena jika ini selesai, maka aku harus berjalan bersama keluargamu yang tidak pernah mengenalku ke sebuah krematorium. Yang karena aromanya membuatku kembali menjadi vegetarian. Aku tak ingin mengingatmu dengan sepiring ayam panggang atau sate kambing.
[Eulogi – Satria Anggaprana]
Comments
Kayaknya menarik...
@gr3yboy : ya. ini antologi. menariknya, ditulis oleh selusin penulis dg background yg berbeda2. tertarik?
@splusr : boleh banget. silakan email ke [email protected] atau add pin:28044678
Sepertinya keren, mau beli, ongkir brp? Siapa yg mesti dihubungi?
email : [email protected]