BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Won-Kyu

edited January 2012 in BoyzStories
sebener ny cerita ini gw copas doang krna gw emng ga bsa bkin cerita jg.. hehehe
tp berhubung cerita ny bagus mnurut gw, jd gw share aja disini, lumayan buat bacaan baru bagi yg blom pernah baca..hehehe
sorry yaa buat yg punya cerita asli ny.. gw ga ada niat piracy ko, cuma pengen share crita lo yg bagus itu biar makin banyak yg baca.. :)

The Time When We Met is A Magic

Ketika itu malam natal, dan Siwon tidak tahu apa yang dia lakukan. Dia hanya berdiri di depan etalase toko kue yang hampir tutup-karena malam natal yeah- lalu tidak melakukan apa-apa. Pemuda berusia dua puluh enam tahun ini mendesah pelan. Dia tahu dia terus melakukan hal ini selama hampir satu jam. Dan Siwon tahu kalau badannya mulai memberontak karena udara dingin sekali.

Choi Siwon menghela nafasnya keras. Kemudian laki-laki ini melangkahkan kakinya karena sekarang tubuhnya gemetar ini karena dingin udara akhir Desember. Baru saja dia berjalan melewati dua toko baju dan kembali berhenti.

Ada sesuatu. Sesuatu yang membuatnya merasa tidak enak. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Nafasnya tertahan begitu sadar kalau jalanan Seoul kini menjadi hening, tidak ada satu orangpun atau kendaraan macam apapun yang lewat di matanya. Siwon mengerenyit, dengan segera menjalarkan tangannya ke depan dada bidangnya dan mencengkram erat mantel miliknya. Nafasnya menjadi tidak stabil, seolah oksigen di sekitarnya mulai menipis.

Choi Siwon memejamkan matanya erat begitu angin-angin menerbangkan semua benda yang ada di sekitarnya. Dia menghalangi wajahnya dengan telapak tangan berbalut sarung tangan kemudian berjalan sebisa mungkin menjauhi dari putaran angin tersebut.

Malam natal itu sangat gelap, bahkan lampu-lampu jalan tidak cukup untuk menyinari jalan besar Seoul. Dan tiba-tiba seolah langit-langit gelap itu retak-karena Siwon bisa mendengar suara retak yang memekakkan telinga- mengeluarkan sinar-sinar yang lebih terang dibandingkan sinar matahari pagi.

Pusaran-pusaran angin itu berhenti dan menjatuhkan barang-barang yang dia angkat. Siwon dengan perlahan menolehkan kepalanya ke atas dan jatuh terduduk. Retakan besar di langit dengan jelas bisa dia lihat. Perlahan sekali berbunyi ‘krek’. Cukup panjang dan keras sampai Siwon menutup telinganya dengan telapak tangan yang bebas. Pria ini mengerenyit tidak suka begitu sesuatu di atas sana-di mana langit menjadi pecah- mengeluarkan cairan merah.

Cairan kental merah kelam itu menetes seperti rintik hujan, membanjiri permukaan wajah miliknya. Siwon entah kenapa reflex menoleh ke kanan juga ke kiri dan badannya menjadi es menemukan ribuan orang-orang tergeletak di jalan dengan penuh cairan seperti darah itu.

Kemudian air bah berisi cairan seperti darah tersebut tumpah begitu saja. Dia menahan nafasnya agar tidak tenggelam dalam cairan tersebut dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Berharap ada seseorang yang akan menyelamatkannya.

Erat, lengket, basah, sesak, dan sakit adalah yang dia rasakan begitu dia membuka matanya. Dan dia berkedip sekali-dua kali untuk meyakinkan kalau dia masih hidup. Atau sekarang ini dia malah sudah berada di surga? Choi Siwon menyadari puluhan pasang mata yang menatapnya dengan tatapan aneh. Dan dia baru saja sadar kalau dia berdiri di bawah ujung dahan pohon dan tertimpa salju banyak dari sana.

Pria ini mendengus, dia berjalan menjauhi pohon besar tepat di sudut jalan dan menggusak rambutnya agar salju-salju itu turun. Ada apa dengannya sampai dia berkhayal di tengah jalan? Bahkan dia mengkhayal jauh dari apa yang sedang dia pikirkan.

Laki-laki ini berhenti lagi, merasa déjà vu menghampirinya. Dia berpegangan pada tiang jalanan di sisi kanannya dan menoleh ke kanan juga ke kiri. Mengantisipasi apa yang akan terjadi. Detik berikutnya hal yang sama terjadi. Angin besar menerpa seluruh tubuhnya. Tapi hampir satu menit dia bergelut dengan pusaran angin tapi dia sama sekali belum mendengar suara retakan yang keras. Hanya cahaya terang menyiram tubuh dinginnya dan berhenti.

Suara kendaraan juga suara desas-desus manusia kembali dia dengar. Siwon mendesah lega, dia mengangkat wajahnya dan saat itu juga rasanya dunianya berputar.

Ini malam natal, dan apakah dia sekarang ini bisa melihat malaikat? Sejak kapan? Sejak cahaya itu datang?

“Apa ada yang aneh?”

Siwon terpana dengan makhluk Tuhan itu sedetik-dua detik. Rambut ikalnya yang merah tampak halus, kulit pucatnya hampir mengalahkan putih salju, wajahnya tanpa cela, belah bibirnya yang merah ranum, dan jangan lupa pinggang bagai kurva itu.

“Aniyo…”

Makhluk itu mengangguk dengan tenang. “Kau menikmati natalmu sendirian?”
Siwon menjawab ‘ah-oh’ gugup karena dia memang tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.

“Sudahlah. Maaf menanyakan hal lancang padamu. Kau mau ikut aku?”

Suara itu, suara yang berhasil membuat Siwon mati fungsi dan suara yang tanpa dia sadari sudah dia rekam pada otak terdalamnya.
Siwon mengangguk. Dia berjalan di belakang pemuda yang tidak berbeda jauh tinggi darinya dan tersenyum kecil. Apa itu? Aneh, dia merasa dadanya bergejolak kuat dan sudut bibirnya seolah digelitiki agar terus tersenyum.

Tiba-tiba makhluk itu menurunkan badannya dan melirik Siwon dari balik punggungnya.

“Ayo kita membuat Mr. Snowman!” untuk sesaat Siwon benar-benar pusing. Bagaimana bisa laki-laki yang dia baru saja kenal mengajaknya jalan-jalan dan sekarang mengajaknya membuat boneka salju. Itu aneh.

Tapi yang saat ini dia lakukan, dia menghadap laki-laki ini dan ikut berlutut. Dari jarak sedekat ini, aroma apel dan mint menguar dari tubuhnya. Siwon semakin kehilangan kesadaran.

Jadi, dia dan pemuda itu sungguh-sungguh membuat boneka salju seukuran lengannya. Karena makhluk itu-yang dia masih tidak tahu namanya- bilang padanya kalau Mr. Snowman ini harus bisa selamat sampai rumahnya dan dia harus menyimpannya sampai musim dingin berakhir.

**

Siwon menghembuskan nafasnya, membuat segumpalan kabut mengapung di udara dan menghilang. Dia menyesap susu coklat panas miliknya dan tersenyum menatap Mr. Snowman buatan dia juga si laki-laki asing yang dia tidak kenal. Indah. Natalnya kali ini berbeda dengan natal selama dia hidup.

Tidak ada kelamnya malam atau suara-suara kebaktian gereja yang seolah mengejek kesendiriannya.

Choi Siwon menutup tirai jendelanya yang terhubung ke balkon rumahnya. Meninggalkan Mr. Snowman agar tetap beku di sana. Dia meletakkan cangkir kosong di meja nakas dan membungkus tubuhnya di dalam selimut tebal.

Pada saat itu… dia mendapatkan mimpi indah. Dia juga makhluk indah itu bermain di padang bunga saat musim semi. Dan tertawa… makhluk indah itu tertawa padanya. Yang membuat Siwon di dunia nyata juga ikut tersenyum dan menggeliat nyaman.

**

Pagi ini Siwon bangun bukan karena alarm atau seketaris cerewet yang membangunkannya. Atau tidak pula suara teriakan anak kecil di jalan depan rumahnya. Dia bangun begitu saja karena dia merasa tidurnya cukup. Siwon tersenyum lagi, memutar ulang mimpi indahnya.

Dia mengambil mantel lalu membuka jendela balkon. Di sana dia menemukan Mr. Snowman itu masih berdiri tegap di nampan yang dia sediakan khusus. “Hai…,” Siwon menunduk ragu. Tidak pernah merasa sehebat ini-bahkan dia tidak pernah merasa seperti ini saat berhasil mendapatkan nilai tes yang bagus!-. “kita akan bertemu lagi ‘kan…? Mr. Snowman?”

**

Siwon baru saja pulang dari minimarket dan berjalan menghirup udara dingin pagi hari. Langkahnya berhenti begitu dari jalan setapak ini dia melihat makhluk rapuh itu memejamkan matanya damai dan meringkuk di bangku taman.

Siwon mengerenyit heran. Pakaiannya masih saja sama dan rambut laki-laki itu tampak berantakan. Pria ini melangkahkan kakinya mendekati si pemuda dan menyentuh bahu itu pelan.

Dia tampak tersentak dan Siwon tidak bisa tidak tersenyum. “Ooh! Kau kemari lagi?”

Siwon memiringkan kepalanya sedikit. “Aneh. Kau tidak pulang ke rumahmu? Pakaianmu masih sama.”

“Tentu saja aku tidak pulang!” katanya ceria. “Aku menunggumu di sini lho!”

Siwon hampir saja terjatuh, dia menggamit pipi putih dingin yang ternyata empuk itu. “Kenapa tidak pulang? Bagaimana orang tuamu? Mereka akan khawatir.”

“Oh, tenang saja. Aku sendirian sepertimu erm…?”

“Siwon, Choi Siwon. Panggil saja aku Siwon-hyung.”

“Oh! Oke Siwon-hyung! Aku Cho Kyuhyun!”

Suffix itu terdengar aneh ditelinga Siwon. Padahal banyak orang yang memanggilnya ‘hyung’. Tapi ini… berbeda. Terasa err… sempurna?
Siwon membuka kantung plastic yang dia bawa dan menjulurkan roti isi keju yang besar pada Cho Kyuhyun. “Ini Kyuhyun-ssi. Makanlah.”

Kyuhyun tersenyum lebar, lebih indah daripada apa yang Siwon kemarin impikan.

“Terima kasih!”

“Aku akan membeli susu hangat untukmu. Tunggu di sini, okay?”

Kyuhyun mengangguk acuh karena sekarang dia membuka mulutnya lebar-lebar dan memasukkan hampir setengah roti itu. Benar-benar menggemaskan.

Siwon berlari menuju minimarket yang tadi dia datangi dan memasukkan beberapa koin kemudian menekan tombol ‘hot milk’ pada mesin pembuat susu dan kopi itu.
Dan dia kembali dengan berlari. Entahlah, dia hanya tidak ingin membuat laki-laki bernama ‘Cho Kyuhyun’ tadi kecewa. Yang hanya dia ingin lihat dari Cho Kyuhyun hanya senyumnya yang menawan.

“Ini, hati-hati masih panas.”

Kyuhyun menepuk kedua tangannya yang sudah kosong dan menyesap sedikit susu vanilla panas pemberian Siwon.

“Fwah! Panas Siwon-hyung!!”

“Hati-hati kubilang. Lihat lidahmu sangat merah.”

“Eh? Benarkah?” Kyuhyun menjulurkan lidahnya sampai batasnya. Dada Siwon berdegup lebih kencang lagi. Daging tidak bertulang itu menjulur begitu saja dan membuat dia menjadi panas.

Siwon mengeluarkan lagi sesuatu dari kantung plasticnya dan menjulurkan botol mineral pada Kyuhyun. “Minumlah.”
Dan Kyuhyun tertawa polos. Matanya menjadi segaris, pipinya naik menjadi bulat, rambutnya bergerak seirama si pemilik.

“Terima kasih lagi. Kau baik sekali Siwon-hyung!”

Siwon menepuk rambut merah yang tampak cocok dengan warna kulit Kyuhyun dan benar seperti dugaannya. Halus.

**

Setelah dia bertemu kedua kalinya. Siwon tidak mungkin tidak membawa laki-laki tersesat ini ke rumahnya.
“Kau punya rumah sendiri? Dan besar sekali!!”

Lagi, Siwon tertawa. “Ini punya orang tuaku. Aku hanya menumpang.”

Kyuhyun sepertinya tidak peduli karena dia mulai mengedarkan pandangannya pada ruang tamu yang di dominasi warna putih juga hijau toska.

“Di mana kamarmu?”

“Eh?”

Kyuhyun berlari menaiki tangga. Siwon pikir mungkin Kyuhyun lama tidak bergaul atau kehilangan orang tuanya karena Kyuhyun terlihat seperti anak liar sekarang. Dan dia memaklumi semuanya.

“Woaaah!” teriakan Kyuhyun membuatnya mempercepat menaiki tangga lalu membuka pintu kamarnya.

Kyuhyun meloncat-loncat seperti anak kecil. “Kau benar-benar menyimpan Mr. Snowman!”

Siwon menaikkan kedua pundaknya. “Well, kau bilang aku harus menyimpannya ‘kan?”

“Tapi aku tidak menyangka kau akan menurutiku. Kupikir kau akan membuangnya.”

Kemudian Siwon terdiam. Yeah, dia bisa membuangnya, dia bisa acuh pada Kyuhyun. Tapi itu hanya ada di imajinasi terliarnya. Bah! Siapa yang akan mengacuhkan laki-laki dengan banyak sifatnya yang menggemaskan.

**

Jadi dia menghabiskan liburan musim dinginnya dengan bangun di pagi hari dan menatap mata kelereng coklat milik Kyuhyun. Menikmatinya beberapa menit dan bangun membuatkan mereka sarapan.

Itu sekitar pertengahan Januari dan Kyuhyun membuka balkon kamar Siwon.

“Siwon-hyung. Mr. Snowman meleleh…”

Siwon mengangguk acuh, dia memakai sweaternya dan memasukan tangan kecil dengan jari-jari yang panjang milik Kyuhyun ke genggaman tangannya.

“Aku akan buat pancake. Ayo.”

“Tapi- tapi Mr. Snowman meleleh…”

“Kyu,” suara Siwon meninggi. “nanti saja. Kau akan kedinginan kalau tidak memakan sarapanmu.”

“Ne.” Kyuhyun menunduk dan mengikuti jejak Siwon.

**

Siwon mendecih, “Aku akan ke minimarket. Kau ingin menitip apa?”
Kyuhyun berhenti menonton televise dan menatap pria berambut hitam di sebelahnya.

“Aku ikut!”

“Tidak Kyu. Kau tunggu di rumah, okay?”

Kyuhyun mengembungkan pipinya. “Baiklah.”

Dengan begitu Kyuhyun mendengar suara pintu terbuka dan tertutup. Dia menguap pelan. Merasa kantuk menyerangnya. Tapi sesuatu membuatnya mengaduh. Perlahan dia membuka sweater milik Siwon yang kebesaran dan menatap tangannya yang kini kelima jarinya menghilang, atau dia bisa sebut meleleh? Yeah, cairan bening yang ada di meja kini menjadi bukti kalau jari-jarinya memang menghilang.

Kyuhyun berlari menaiki tangga-demi tangga dan membuka secara kasar jendela balkon kamar Siwon. Nafasnya tertahan, dia mendesis, “Mr. Snowman… haruskah sekarang kamu meleleh?” bisiknya lirih, satu butir salju keluar dari kelopak matanya. Kemudian berikutnya butir-butir salju yang indah keluar dari matanya.

Dia melangkahkan kakinya keluar, ke tempat pertama di mana dia lahir. Kakinya sekarang mulai terasa berat. Juga sesuatu di dadanya yang mendesak ingin keluar.

**

Siwon membuka pintu minimarket kemudian berjalan melewati jalan setapak yang mulai dipenuhi banyak orang. Dia berhenti di depan pohon besar yang pernah membuatnya malu di depan semua orang. Begitu dia mulai berjalan lagi sesuatu menariknya sampai tepat di hadapan pohon itu dan nafasnya berhenti. Dia menjatuhkan kantung plastic ke permukaan tanpa peduli di dalamnya ada telur yang bisa saja pecah.

Dia menaikan tangannya kemudian menggenggam erat jaket bagian dadanya, ini lagi-lagi perasaan familiar menjalar di dadanya. Perasaan sakit, lelah, dan putus asa.
Perasaan yang dia rasakan hampir dua puluh enam tahun tapi itu berbeda ketika pemuda-seperti mayat hidup- bernama Cho Kyuhyun masuk ke hidupnya.

Déjà vu lagi begitu angin menerpanya. Dia melepaskan tangannya dari cengkraman jaket dan membuka telapak tangannya di udara. Merasakan angin berhembus menyelimuti tangan telanjangnya.

Begitu saja air matanya jatuh. “Cho Kyuhyun.”

Bukan, tidak, tidak mungkin dia mencintai Cho Kyuhyun. Karena semua perasaan yang dia rasakan untuk Cho Kyuhyun di atas semua itu.

Satu-satunya yang membuat Siwon merasa special.

“Kenapa menangis Siwon-hyung?”

“Kenapa kau memperhatikanku? Kenapa harus aku yang kau usik kehidupannya?”

Dia tertawa manis. “Karena kau special hyung. Semua orang special. Dan kau juga yang lain pantas mendapatkannya.”

“Tapi kenapa bukan orang lain? Kenapa harus aku?!”

Dia menolehkan kepalanya, menutupi rona merah di sekitar wajahnya. “Aku tidak tahu kenapa. Anggap saja,” dia mengecilkan suaranya “pertemuan kita ini sebuah sihir manis.”

**

Mr. Snowman itu meleleh menjadi air bening yang membanjiri nampan. Kancing hitam jaket milik Kyuhyun menghilang. Yang tersisa hanya ranting tua dari patahan pohon di mana dia juga Kyuhyun bertemu. Siwon tidak menangis juga tidak tersenyum. Karena dia kembali pada Siwon sebelum bertemu Kyuhyun. Siwon yang merasa hidupnya tidaklah pantas untuk Tuhan ciptakan.

**

“Saat kita bertemu adalah sihir… yang manis.”

**

END

Comments

Sign In or Register to comment.