BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Red Thron {CHAPTER}

edited December 2011 in BoyzStories
uwaaaa!! baca lagi cerita2 di sini... keren2!! d>w<b
cherry publish cerbung cherry nieh~ >///< ahh!! malu klo dibandingin ma buatn membr BF yg laend!! gk ap, ya? cherry kn masih junior~ belajar dr para senior... mohon maaf klo cerita gk jelas, bahas kacau, alur kecepten, de-el-el!! ><
happy reading~>w<

Ep 1
Kau memasukan barang-barangmu yang tergeletak di meja dengan sedikit terburu. Waktu terus mengejarmu selagi kau bernapas. Kau harus cepat bertindak!
“Haruskah di sana?” tanya seorang lelaki dari ambang pintu. Lelaki yang rumahnya telah kau tumpangi cukup lama. Lelaki yang kau tahu sebenarnya mengincarmu, yang juga seorang lelaki, tapi kau tak peduli.
“Ya. Harus di sana.” Jawabmu menatapnya serius kemudian memasukan barang terakhir ke dalam tasmu.
“Tempat itu berbahaya, kan? Banyak isu tentang menara itu. Orang-orang menghilang di sana.”
“Hanya karna tempat itu terlihat angker dan sepi bukan berarti kau bisa membuat isu seenaknya.” Balasmu dingin. Kau sedikit risih dengan tatapan Robert, lelaki itu, yang menatapmu penuh khawatir. Seolah dia tak percaya kau bisa menjaga diri.
“Pulanglah cepat!” ucap Robert saat kau berjalan melewatinya.
Kau tak menggubrisnya. Fikiranmu focus pada tempat tujuanmu sekarang. Menara misterius di dekat tempat tinggalmu yang kini menjadi objek penelitian gilamu. Ya, gila. Gila karna kau mempertaruhkan nyawamu demi penilitian konyol yang tak penting, yang tak dibutuhkan siapapun selain dirimu untuk kepuasan batin.
Lagipula kau penasaran, apakah makhluk selain manusia, hewan dan tumbuhan itu benar-benar ada? Jika iya, ada kemungkinan orang itu memang diculik salah satu dari mereka.
“Tunggu!” cegah Robert menahan langkahmu ketika tanganmu telah menyentuh knop pintu. Kau terlalu malas berbalik. Biar dia saja yang menghampirmu…
“Kau lupa ini.” Robert melingkarkan sebuah kalung cross di lehermu. “Untuk jaga-jaga.”
“Hmm.” Sahutmu datar. Kau takkan membutuhkannya, kan?
Robert membalikan tubuhmu dan mengecup bibirmu sekilas. “Hati-hati.” Pesannya lembut.
Kau hanya mengangguk lalu berbalik. Kembali berjalan menuju pintu keluar. Pintu keluar dari penjara seorang Robert Prunzt. Sesampainya di luar kau kembali mengecek perlengkapanmu. Dan melepas cross dari Robert dan menyimpannya di sakumu…
Kau seret kakimu menuju tempat tujuanmu.
Tak terlalu lama untuk mencapai sana. Tapi keringatmu cukup banyak yang keluar karna terik matahari menyengat kulit putih susumu.
Kau beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon. Menara itu sudah terlihat di kejauhan, tapi kau masih punya banyak waktu, kan? Tak usah terburu-buru.
Kau tegak bekal minummu sampai tersisa setengah. Saat kau merasa cukup baikan, kau kembali melangkah. Tapi perhatianmu tersita pada segerombol bunga mawar merah saat kau tinggal sedikit lagi sampai menara itu. Kau merasa aneh. Di sekitar gerombolan mawar ini tak ada bunga lainnya. Hanya ada rumput di sekelilingnya dan beberapa pohon yang mengitari beberapa meter jauhnya, seolah memang disusun seperti itu.
Kau teringat kembali pada orang itu. Dia cukup sering pulang-pulang membawa sebuket mawar merah di tangannya. Dengan wajah yang tak kalah merah dengan bunga cantik itu.
Entah dorongan dari mana, kau ulurkan tanganmu untuk memetik salah satunya.
CRASH
Tapi sayangnya jarimu tertusuk duri setangkai mawar hingga kau batal memetiknya. Tapi ada perasaan tak enak menyergapmu. Dadamu terasa sesak, nafasmu seolah tak bisa digapai lagi. Kepalamu terasa sangat berat seolah ada sesuatu yang menakan di sana. Dan matamu berkunang-kunang. Kau putuskan untuk memejamkan matamu, berharap rasa sakit itu segera hilang.
Rasa itu masih terus menyerang selama beberapa puluh detik. Aturlah nafasmu agar tenang!
Begitu kau buka matamu kembali, semua terlihat normal. Pandanganmu sudah jelas kembali dan rasa sakit di tubuhmu berangsur hilang. Hanya saja ada yang mengganjal. Salah satu mawar di hadapanmu berubah menjadi hitam, sementara yang lain masih merah. Dan ketika kau menoleh pada menara di sana, kau mendapati pintu menara terbuka.
Walau bingung, kau tak menyianyiakan waktu. Segera kau pacu langkahmu menuju menara itu dan masuk ke dalamnya.
Kosong.
Tempat yang kosong dalam waktu lama akan berdebu. Tapi tempat ini tidak, berarti ada penghuni di sini. Dan tugasmu untuk mencarinya sekarang. Temukan dia dalam waktu cepat tanpa merusak barang-barang di sini! Karna sepertinya semua benda antic. Seperti patung malaikat di setiap sudut ruangan yang seolah menatapmu tajam. Ah, ya! Mereka memang menatapmu tajam. Apa yang kau lakukan? Lari? Mengabaikannya? Atau justru menghampiri patung-patung itu?
Kau pilih yang terakhir. Ini bukan pertama kalinya kau mengalami hal seperti ini. Tiap lukisan atau patung malaikat yang kau temui pasti melakukannya padamu. Menatapmu dengan kedua bola mata ilusi mereka.
Kembali kau langkahkan kakimu. Membawa dirimu ke tiap sisi menara. Tiap ruangan kosong. Benar-benar kosong tanpa perabtoan apapun. Kau susuri tiap ruangannya hingga ruangan paling atas. Ah, kau tak melihat tangganya tadi. Tangganya ada di jalan tersembunyi.
Seperti di ruangan bawah, ada belasan pintu di lantai ini. Kembali kau buka pintu-pintu kayu lapuk tersebut dengan hati-hati.
Hingga sampai di pintu terakhir. Bukan paling pojok, tapi kedua dari belakang karna kau membuka secara acak pintunya tadi. Menguras tenagamu saja!
Perlahan kau dorong pintu tersebut. Berharap menemukan sesuatu di sana. Dan ketika pintu terbuka lebar… kau mendapati sesosok lelaki berjubah hitam menoleh padamu. Tersenyum dengan dua pasang taring panjang menyembul di balik bibirnya. Menghias wajah tampannya.

Comments

Sign In or Register to comment.