BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Beda Fakultas (TAMAT)

1313234363760

Comments

  • haha beneran sampe dirawat kak @PrinceOfBlackSoshi ?
    masuk ke hati bgt kayaknya
  • @gleeaming : yah..itu deh..aku orngnya gmpng trsentuh klo baca crita sad ending.. :p
  • endingnya sad banget,,, saya gag tahan buat gag nangis pas davan datang jenguk stevan,,,
  • da ikutin ni cerita dri awal"nya.. mantap dah k!!..

    nyesek banget kalo bacanya di iringi lgu Sarah dawn finer - I remember love :')

    Good luck k Stevan! :D
  • bwt davan: keputusan untk "berbelok" itu ada pda dri sndri, jgn prnah nyalahin org lain hnya karna org lain itu berbuat kesalahan yg kebenerannya blom lo tw 100%.
    jgn karna 1/2 kesalahan nutupin jati diri lo yg sebenernya..krna penyesalan itu dteng terlambat. (semoga si davan bisa baca).

    stevan: lakukan hal yg mnrut u bisa untuk move on ;-) karna ga selamanya kesetian yg udh di sakitin bertahan...
    toh klu dia udh trima kado dan baca surat lo masih ga bergeming itukan tandanya udh ga ada perasaan ke lo 100%...

    klu emang dia bergeming dan memutuskan kembali pastikan klu dia ga pernah membuat kesalahan yg sama *kaya lagu
    ..

    btw..nice story..yg tabah bwt stevan...
  • jadi gatel gue pengen comment juga :)
    @veriyanStevan cerita lo sukses bikin gue berenti baca cerita laen.. umur gue sedikit diatas lo, tapi urusan life lesson yg satu ini gue masih jauh lebih junior dari lo.. kebetulan gue sempet kuliah dikampus lo, sama2 angkatan 2010 sih tapi gue wisuda duluan (april2012 hohoho), jadi sedikit banyak tau lah tempat2 yg lo sebut itu.. superb lah cerita lo, simple, easy to read, ngena banget pokoknya.. bikin emosi ikutan naek turun.. tapi namanya life story mah mo dilanjut kaya apa juga ga bakalan abis, menurut gue lo sukses banget lah ngambil ending story-nya di bagian ini.. (dilanjut lagi juga mau sih.. hehehe).. hope you find another happiness in another form :)
  • Thumb Up!! Meski berakhir sedih..... T.T


  • Mataku perlahan terbuka dengan sangat berat. Aku melihat ke sekeliling. Aku merasa ada yang aneh di hidungku, di kepalaku, dan di seluruh bagian tubuhku.

    Aku memakai infus, dan suntikan ada di lekukan tanganku. Ada perban melingkari bagian atas kepalaku dan aku memakai selang bantuan pernapasan. Aku terbaring lemah di rumah sakit.

    Aku melihat ke samping. Mamaku sedang tertidur di sampingku. Matanya terlihat sembap dan mukanya kelelahan. Mama menangis. Aku pun ingin menangis. Tapi sudah terlalu banyak air mata yang aku keluarkan. Tiba-tiba mama bergerak. Dia bangun.


    “Sayang, anak mama, udah bangun?? Puji Tuhaaan anakku udah bangun! Terimakasih Tuhan, terimakasih.” Seru mamaku kegirangan. Muka lelahnya kini terlihat cantik kembali, namun mata sembapnya masih terlihat.

    “Kamu udah siuman sayang, nak mama?”


    Aku hanya bisa membalasnya dengan anggukan dan sedikit senyuman. Mamaku menggenggam tanganku dan mengelus rambutku.


    “Puji Tuhan sayang, kamu udah bangun. Kamu udah dua hari dua malam gak bangun-bangun. Mama takut kamu kenapa-kenapa sayang. Mama khawatir pisan.”

    “Emang aku kenapa maH?”

    “Kata orang kamu kecelakaan. Ada yang liat katanya tiba-tiba kamu jatoh di tengah jalan trus kepala kamu kepentok trotoar sebelum mobil hampir nabrak kamu. Kamu teh kenapa sih sayang? Ada apa? Cerita dong sama mama kalo ada masalah.”

    “Enggak kenapa-napa mah. Aku cuma tiba-tiba pusing lagi. Fertigoku kambuh mah waktu lagi di jalan.”

    “Kata dokter, fertigo kamu bisa kambuh kalo kamu lagi kurang fit sama banyak pikiran.”

    “Enggak kok ma. Aku cuma kurang makan sama emang lagi pusing. Trus ya mungkin kambuh deh.”

    “Tuh kan mama bilang juga apa. Kan mama udah kasih tau kamu sayang, biar kamu inget terus makan, sama makan yang banyak biar sehat. Liat badan kamu udah kurusan.”

    “Iya maaf mah.”

    “Yaudah, yang penting kamu sembuh dulu ya. Kamu selamat aja mama udah bersyukur. Sekarang kamu istirahat aja lagi gih.”

    “Iya mah.”


    Mama langsung menelpon papaku. Dari yang aku dengar, papa nanti akan datang menggantikan mama menunggu setelah papa pulang kerja. Nampaknya mama memang menginap di sini terus.


    “Mah, mamah pulang aja gih. Istirahat dulu di rumah.”

    “Iya entar aja tunggu papa ke sini.”

    “Mamah keliatan capek pisan.”

    “Gapapa kok sayang.”

    “Mah, mamah langsung ke sini dari Garut?”

    “Iya, mamah dapet telpon dari kantor polisi yang deket kosan kamu itu, bilang kalo ada kecelakaan di daerah sana dan identitasnya itu kamu. Katanya langsung dibawa ke Borromeus. Mama langsung shock dan nyuruh papa buat langsung balik dari Garut ke Bandung. Untung kamu gak sampe ketabrak mobil sayang. Tapi kepala kamu sempet keluar darah banyak gara-gara kepentok trotoar. Dan untungnya ga ada retak dan otak kamu juga ga kenapa-napa. Puji Tuhan sayang.”
    Kata mamaku panjang lebar. Air matanya tiba-tiba keluar.

    “Mama khawatir sama kamu, Ryan. Mama takut kamu kenapa-napa. Mama sayang sama kamu. Kalo ada apa-apa, cerita sama mama ya sayang.”


    Air mataku pun ikut keluar. Mama nyium pipiku dan meluk aku. Aku juga meluk mama.


    “Iya mah. Makasih mah. Ryan juga sayang pisan sama mamah.”



    Besoknya, selang bantuan pernapasan sudah dilepas dari hidungku. Aku sudah agak baikan namun aku masih harus dirawat di rumah sakit. Beberapa saudara dan tetangga bergantian menjengukku dari kemarin. Teman papa dan mama juga. Kata mama, teman-temanku baru akan datang besok. Mama memang baru memberitahu teman-temanku sih. Banyak makanan dan bingkisan ada di ruang kamar yang cukup luas ini. Satu ruang kamar ini memang hanya aku yang tempati. Ada kamar mandi dan ruang tamu kecil.
    Mama dan papa bergantian menungguku. Kakak dan adik-adikku hanya dibolehkan datang mengunjungi saja. Adik-adikku yang rewel itu pun berusaha untuk membuatku ceria. Kadang mereka sangat mengesalkan, tapi sebenernya mereka baik hati. Kakakku juga termasuk salah satu yang sangat sedih dengan berita kecelakaanku ini. Tapi dari mukanya, dia kayak menyimpan sesuatu. Mungkin hanya perasaanku aja.

    Saat siang hari mamaku pamit untuk keluar sebentar mencari makan. Aku sedang sendiri di kamar. Cukup bosan memang. Aku hanya bisa menonton TV saja. Tidak tertarik untuk menyentuh makanan-makanan yang berlimpah di sampingku.

    Tiba-tiba ada yang mengetuk. Karena tak kuasa untuk menjawab, aku hanya diam saja. Lalu pintu pun terbuka.

    Itu Davan.


    DEG


    Dan dia tidak sendiri.
    Dia bersama seorang perempuan seumurannya. Aku tau dia bukan satu kampus dengan kami. Dia sangat cantik, tingginya mungkin hampir sama denganku.

    Aku merasa familiar dengan wajahnya. OH IYA! Dia adalah perempuan yang aku liat di foto itu. Foto Davan dengan teman-temannya.
    Dia memang sangat cocok disandingkan dengan Davan. Semua orang yang melihat pasti akan sangat yakin kalau mereka adalah,
    sepasang kekasih.

    Ya, mereka adalah pasangan kekasih yang sangat serasi dan sempurna. Semua orang pasti iri. Jadi ternyata inilah penyebab Davan menjauhiku. Inilah alasan Davan menjadi jarang menghubungiku apalagi menemuiku. Inilah alasan Davan untuk bertobat. Dialah yang telah menyadarkan Davan.

    Mataku tidak bisa lepas dari mereka. Dadaku kembali sesak dan sakit. Ingin rasanya aku teriak sekencang mungkin. Tapi aku mencoba untuk bersikap biasa saja. Aku harus menerima fakta bahwa aku sudah putus dengan Davan dan dia sudah memiliki pacar baru. Aku harus menerima semua ini. Walaupun tidak adil untukku. Aku harus bersikap manis terhadap mereka. Aku ingin melupakan semua kejadian kemarin dan bersikap bahwa tidak terjadi apa-apa. Aku tidak ingin merusak hubungan mereka. Davan sudah mau datang menjenguk saja aku sudah sangat senang. Berarti dia masih mau mengenalku dan paling tidak dia belum melupakanku. Aku harus tersenyum dan meminta maaf atas perkataanku kemarin. Aku sudah kelewatan kemarin.


    “Stevan, apa kabar?” Katanya lirih.

    Ada nada canggung dan gugup di sana. Senyumnya pun agak dipaksakan. Dia melihat keseluruh tubuhku. Matanya agak berkaca-kaca, tapi dia berusaha menahan sekuat mungkin. Dia tidak pernah mau terlihat menangis di depan siapa pun, termasuk aku. Terlalu naif kalo aku mengatakan dia akan menangis melihatku. Yeah, hanya asumsiku. Tapi aku yakin, banyak pikiran berkelebat di otaknya.


    “Udah mendingan, Van.” Kataku sambil tersenyum.

    “Euh, ini kenalin, Merisha.”

    “Risha.” Kata perempuan itu sambil tersenyum. Senyumnya sungguh cantik.

    “Stevan.” Kataku dengan tersenyum juga. “Kalian kenal di mana?”

    “Eeuhh.” kata Davan gugup.

    “Dari komunitas dance.” Potong Risha cepat.

    “Ohh, kuliah di mana Risha?”

    “Gue kuliah di U***R.”

    “Ohh.”

    “Gimana kejadiannya sampe kayak gini Step?” Potong Davan mengalihkan pembicaraan.

    “A-aku gak begitu tau Van. Yang aku inget, setelah-” (aku memelankan suara) “kejadian kemarin, aku mau pulang ke rumah. Trus aku jalan ke bawah mau cari taksi. Tapi di jalan, aku tiba-tiba pusing banget. Semuanya muter, trus aku linglung hilang keseimbangan. Tiba-tiba dibelakang ada bunyi klakson kenceng banget. Trus semuanya gelap, aku gak inget apa-apa. Tapi kata mama, ada yang lihat kalo aku ambruk jatoh di jalan, kepalaku kepentok trotoar. Tapi untungnya mobil sempet berhenti sebelum nabrak aku.”


    Mata Risha terlihat merah dan berkaca-kaca. Lalu dia mengambil tissue dan buru-buru mengelapkan ke matanya. Sedangkan Davan, matanya juga menjadi sangat berkaca-kaca namun dia masih berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata.


    “T-tapi, sekarang ka-, lu udah baik-baik aja kan?” kata Davan masih dengan agak canggung. Mungkin karena ada Risha di sebelahnya.

    “Iya Van, g-gua udah baik-baik aja kok.” Kataku berusaha untuk tersenyum dengan setulus hati seolah-olah tidak terjadi apa-apa kemarin.

    “Bagus deh.”


    Kami terdiam.


    “Van?”

    “Ya?”

    “Gua minta maaf atas perkataan gua kemarin. Gua ga ada maksud buat ngomong gitu. Jujur. Gua hanya kebawa emosi aja. Sekali lagi maaf ya Davan. Maaf banget.”


    Davan terhenyak dan diam beberapa saat. Dia memperhatikan wajahku. Risha tiba-tiba beranjak untuk keluar dari kamar.


    “Ehm, gue keluar dulu sebentar ya.” Kata Risha cepat. Mungkin dia ingin memberikan privasi untuk kami. Dia pintar membaca situasi. Aku menganggukan kepala dan tersenyum. Lalu dia keluar.

    “K-kamu gak perlu minta maaf Step. Justru aku yang harusnya minta maaf.” Kata Davan dengan pelan. Dia melihat mataku dan memegang tanganku. Air mataku keluar saat itu juga.

    “Enggak Van, aku yang salah. Aku ngerti kok. Aku yang terlalu memaksakan kehendak. Sekarang aku cuma mau kamu masih pengen kenal sama aku dan mau jadi teman aku. Itu aja aku udah seneng banget kok.” Aku melihat air matanya keluar sedikit dan dia buru-buru mengelapnya.

    “Aku gak mungkin ngelupain kamu Stepan.” Aku tersenyum mendengar ucapannya.

    “Makasih Davan. Aku seneng banget. Aku bahagia kamu sama Risha. Kalian cocok banget. Aku sangat merestui hubungan kalian. Semoga langgeng ya.” Aku mengatakannya dengan jujur dan ikhlas. Aku tersenyum tulus untuk meyakinkan Davan.
    Dia terdiam beberapa saat. Dia tidak terlihat tersenyum. Atau mungkin tidak mau tersenyum mendengar perkataanku barusan. Air matanya kembali menetes tapi sekarang tidak dia lap. Dia lalu menunduk dan membenamkan mukanya di kasurku. Aku mengelus kepalanya menenangkan dia.

    “Udah Davan, kenapa kamu malah nangis? Kan kamu sendiri yang bilang kalo kita gak boleh lemah? Aku gak kenapa-napa kok. Semua baik-baik aja. Aku pengen kalian juga bahagia.”


    Dia masih terdiam dan tidak berkata apa pun.


    “Makasih ya Davan udah mau jadi bagian hidup aku. Aku gak akan ngelupain semuanya yang udah kita lewatin bersama. Maaf kalo aku udah banyak salah sama kamu. Maaf kalo aku terlalu banyak nuntut dan nyusahin. Dan maaf juga aku udah pernah ngebuat kamu melenceng dari jalan yang seharusnya. Kamu udah nyadarin aku dan udah banyak ngajarin aku. Makasih Davan.”


    Dia memelukku dan membenamkan wajahnya di pinggangku. Dia malah menangis sejadinya namun tertahan dan berusaha menutupinya. Aku cuma bisa mengelus tangannya. Untuk pertama kalinya aku melihat Davan menangis. Aku jadi gak tega.


    “Udah udah wey. Gak enak sama Risha.” Aku menepuk-nepuk dan menggoyangkan lengannya. “Cepetan elap muka kamu. Cuci muka gih di westafel. Si Risha udah nunggu kelamaan.”


    Setelah diam beberapa lama, Davan lalu berdiri dengan enggan dan perlahan, lalu beranjak ke westafel. Dia terdiam sesaat baru mencuci mukanya. Setelah semuanya beres dia kembali menuju tempat tidurku.


    “Van, Risha gak tau apa-apa kan tentang semua ini?”


    Davan hanya mengangguk pelan.


    “Yaudah, kamu senyum dong sekarang biar dia gak curiga.”


    Lalu dia pun tersenyum walau agak dipaksakan. Dia masih menatapku dalam dan terdiam seperti memikirkan sesuatu.
    Aku tidak tau apa yang Davan pikirkan. Setelah melihat sikap dia hari ini dan mengingat sikap dia yang kemarin, mungkin ada perasaan menyesal, atau perasaan bersalah? Aku tidak tahu. Apa pun yang dipikirkan Davan, aku hanya ingin dia masih mau menjadi temanku dan tidak melupakanku. Apa pun yang sudah terjadi. Aku bisa mengikhlaskan kalau dia sudah berpacaran dengan Risha. Risha adalah perempuan yang cantik dan baik hati. Terlihat dari mata dan sikapnya. Aku bisa menerimanya. Sungguh. Bukannya perasaan sakit hati, malah perasaan bahagia yang menjalar di tubuhku sekarang. Memang sih, masih ada perasaan sakit hati dan belum terima, itu wajar. Aku tau Risha adalah perempuan yang pas dan cocok untuk Davan. Aku mungkin tidak bisa menerima kalau perempuan itu bukan Risha, atau tidak seperti dia.

    Terimakasih Tuhan, Engkau telah meluruskan jalan Davan dan memberikan dia kekasih yang baik dan sesuai dengan kehendak-Mu. Maaf kalau aku pernah mengeluarkan dia dari jalan yang seharusnya.




    Namaku cinta ketika kita bersama
    Berbagi rasa untuk selamanya
    Namaku cinta ketika kita bersama
    Berbagi rasa sepanjang usia

    Hingga tiba saatnya aku pun melihat
    Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
    Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
    Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
    Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
    Aku tanpamu butiran debu

    Namaku cinta ketika kita bersama
    Berbagi rasa untuk selamanya
    Namaku cinta ketika kita bersama
    Berbagi rasa sepanjang usia

    Hingga tiba saatnya aku pun melihat
    Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat ooh

    Menepi menepilah menjauh
    Semua yang terjadi di antara kita ooh

    Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
    Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
    Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
    Aku tanpamu butiran debu
    Aku tanpamu butiran debu



    .........................................


    baca berkali2 pun, tetap mewek di bagian ini
  • Nyesek bgt :( .
    Sedih ;(
    yg sabar y STEP ,gw merasakan apa yg lu rasakan :(
  • Jujur, gue belom pernah baca kisah hidup yang kayak gini...dan gue baru selesai baca sekarang...
    Cerita yang loe tulis ini enjoy banget buat dibaca dan sangat mengena banget emosinya....
    gue sampe ketawa (pas kejadian lucu antara loe dan Davan), merasa romantis, dan ikutan nangis liat endingnya....
    semoga si Davan mau nerima kado yang loe kasih dan gue berharap dia mengerti semua kebenarannya dan mau jadi sahabat baik loe lagi walaupun udah gak jadi pacar....
    gue ngiri sama loe karena sempet punya sahabat yang deket bgt kyk gitu, semoga persahabatan kalian bisa balik kyk semula sebelum jadian yah....
    jgn lupa kasih update selanjutnya ya, gue masih pengen nyimak cerita2 loe selanjutnya....
    keep fighting!!!
  • Buat Davan (kalo kebetulan loe baca / ada temennya Davan yg baca, tolong disampaikan): gue cuma mau bilang, dapetin seorang sahabat yang bener2 clik sama kita itu susah, jadi tolong jangan disia2kan upaya Stevan untuk memperbaiki hubungan kalian yang rusak...loe harus inget saat2 bahagia kalian bersama, krn walaupun loe udah sadar (dari belok) bukan berarti loe harus menjauhin sahabat baik loe.....
    please think about it again....
  • Season 2 plisss,,, pengen tau lah gmn kelanjutan kehidupan kalian ber2 dan gmn stevan bsa move on,, gmn jg hubungan davan sama risha *gw sumpahin putus* hehehe,,
    Overall cerita ny bagus banget dan bener2 menyentuh,, kapan ya bsa dpt bf kyk davan tp minus sikap dia d bagian ending ny,, :p
  • bela2in baca cerita ini dari awal sampai akhir sampe jam 3 pagi.
    baru kali ini baca cerita yg hampir bikin air mata netes.
    kalo saya jadi anda, udah gatau lagi deh akan gimana hidup saya.
    tetap semangat ya bro :)
  • btw bro Stevan, ultah kita di bulan yang sama...wkwkwkwk
  • If you are a flower and there's a gorgeous butterfly always comes to you due to your sweetness, then one day it leaves you and comes to another flower because it thinks that flower is sweeter than you, but then the butterfly comes to you again because he realizes that you actually are the sweetest flower it knows ever, will you accept the butterfly?
Sign In or Register to comment.