It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@stevan: terima kasih untuk membolehkan memberi pendapat. *sambil nunggu update-an*
@Aries77.. Maaf ya sebelumnya. Tiap pembaca itu kan beda-beda karakter. Jadi ga semua nya sama. Jujur yang saya alami selama ini memang begitu adanya. Masuk kesini karna pengen nyari hiburan saja dengan membaca karya-karya di bf. Selama ini gada waktu buat baca-baca komentar rekan-rekan. Jadi yang saya cari langsung ke cerita nya. Beneran deh mungkin sebagian orang merasakan hal yang sama disaat kita melihat postingan di lapak ini banyak tapi seketika berubah jadi kekecewaan karna hasilnya ya seperti itu.. Maaf ya itu berdasar pengalaman pribadi saja.
kalo kamu tadi bilang "...kalo g suka ga usah dibaca" nah ini emang ga mau dibaca makanya dihindari dengan menscroll kebawah tapi...karena buanyak quote2 yg bertumpuk tadi jadi luama scrollnya bro. tolong dipikirin user lain yg online dari HP. kalo post jng dikit2 (jng satu ato 2 kata lah, misal 1 paragraf lah) forum bukan chat room jadi kagak boleh ngeflood bisa overload databasenya apalagi ditambah quotes yg diquotes2...
peace bro demi kenyamanan user lain.
maaf oot bro @veriyanstefan monggo dilanjut critanya.
"Eh step udah bangun. Makan yuk. Udah aku beliin bubur ayam nih."
"Eh hmm iya. Kamu udah makan van?"
"Belum. Nunggu kamu bangun."
"Kenapa gak makan aja duluan? Pasti udah laper kan?"
"Gakpapalah, aku nungguin pacarku bangun dulu."
Davan nyiapin aku sarapan dan nungguin aku bangun. Baik banget sih pacarku ini.
Pas aku mau duduk,
"Aw!"
Pinggulku masih kerasa sakit. Tapi udah mendingan sih daripada tadi malem.
"Kenapa step??"
"Enggak, gak papa. Kamu udah mandi van? Bangun jam berapa sih?"
Kataku mengalihkan pembicaraan takut dia ngerasa bersalah lagi.
"Udah. Tadi bangun jam setengah delapan."
"Tumben kamu rajin gitu."
"Hehe. Apasih yang enggak buat pacar aku?"
Dia ngasih aku mangkok yang isinya bubur ayam trus duduk di samping aku.
"Van, tadi malem kita ngapain sih? Kita malming ke mana ya?" Kataku pura2 lupa.
"Ehhm kita di sini aja kok, gak ke mana2."
"Trus ngapain kita di sini?"
"Hmm masa kamu lupa?"
"Gatau nih, agak pusing."
"Eeeuh hmmm, kita main kuda kudaan hehe."
"Kuda2an?"
"Iya hehehe."
"Oooh iya, aku jadi kudanya kamu jadi jockey kudanya ya?"
"Ehehehe."
"Tapi kok kayaknya lebih agresif jockeynya sih daripada kudanya?"
"Apaan sih ah."
"Abis kudanya sampe lemes gak berdaya."
"Lupa dikasih makan kali kudanya."
"Iya kali ya. Tapi jockeyku mahir banget ya ngendarain kudanya."
"Kudaku juga mahir banget mencengkram jockeynya biar gak jatoh."
"Kayaknya jockeynya udah sering ngendarain kuda deh makanya mahir."
"Padahal dia jockey amatir loh, baru pertama kali ngendarain kuda."
"Ah masa sih? Kayaknya gak mungkin deh. Dia kayaknya udah sering menang lomba balap kuda deh."
"Itu mah berarti si kudanya yang jago dong."
"Si kuda mah pasrah aja dikendarain jockeynya. Nurut nurut aja sama jockeynya. Yang penting si jockeynya puas."
"Jockey puas, kudanya lemas. Gitu ya?"
"Ahahahah anjir ah sampah banget obrolan kita."
"Kamu sih yang mulai duluan. Hahaha"
"Tapi jujur ya, kamu udah pernah sebelumnya?"
"Belum lah. Sama kamu yang pertama."
"Masa?"
"Beneran."
"Abis kamu kayak yang berpengalaman gitu."
"Yakan gituan kan bisa pake hasrat sama naluri."
"Hoo gitu ya."
"Ah pura2 gatau terus."
"Yee emang gak tau."
"Huu boong hahaha sendirinya juga kayak yang udah berpengalaman!"
"Eh enak aja! Kamu tuh!"
"Hahahah."
"Lagian kamu kenapa sih kemaren tiba2 jadi napsu gitu?"
"Gatau. Tiba2 aja."
"Kan aku jadi kayak korban pemerk*saan jadinya."
"Diperk*sa sama pacar sendiri kan gakpapa ahaahaha."
"Huuuuu dasar, dilaporin polisi masuk penjara loh!"
"Ah gitu2 seneng juga kan."
"Eh enak aja dasar!"
"Ahahaha udah ngaku aja!"
"Enak aja."
"Tuh, enak kan katanya."
"Apaan sih. Kamu udah merenggut keperawanan aku! "
"Kamu juga udah merenggut keperjakaan aku sayang."
Tiba2 dia cium pipiku.
"Genit ih dasar."
"Hahahah."
"Aku harus minum jamu rapet wangi nih."
"Dasar gelo siah!"
"Hahahahaha."
Trus kita pun makan bubur yang udah Davan siapin. Kita makan sambil diem.
Davan beres duluan makannya. Trus dia liat bubur aku masih setengah.
"Yang, kamu sakit?"
"Hah, engga."
"Kok buburnya ga diabisin."
"Aku lagi gak napsu aja."
"Kamu mau makan apa? Biar aku beliin."
"Gausah yang, ini aja biar aku abisin."
"Makan dong yang banyak. Entar kamu tambah kurus."
"Iya iya."
"Mau aku suapin?"
"hmmmm."
"Mau gak?"
"Ya kalo kamu maksa sih aku mah nurut2 aja."
"Heu bilang aja mau."
"Hehehe."
Davan pun nyuapin aku. Sial. Dia nyuapin aku kayak nyuapin anak kecil pake main pesawat2an. Sendoknya dimelayang-melayangin muter2 di depan muka aku.
"Ngeeeeeeeeeeng, pesawat terbang dengan ketinggian 1000 kaki. ngeeeeeeeng siap siap, pesawat akan mendarat saudara saudara. Ayo goanya dibuka dulu biar pesawatnya bisa mendarat."
"Aaaaaaa." Pas dia mau masukin sendoknya ke mulut aku tiba2,
"Ngeeeepeeeeng, yaaah meleset. Sayang sekali." Dia ngelewatin mulut aku! Padahal udah siap2 makan. Dasar nyebelin huhu.
"Yang, udah ah aku udah kenyang."
"Aduh ini masih banyak yaang. Kamu baru makan berapa sendok doang tadi."
"Buat kamu aja deh."
"Gak mau ah. Kamu harus makan ih. Udah tau kamu lemes gitu."
"Aku udah gak mau lagi."
"Mau aku beliin kupat sayur?"
"Engga usah Davan sayang. Aku udah kenyang."
"Ayo tinggal dikit lagi nih."
"Buat kamu aja."
"Gak mau aah. Ayo dong beberapa suap lagi deh."
"Yaudah deh. Tapi udahan ah pesawat2annya."
"Hehe iya deh."
Buburnya gak abis juga. Akhirnya Davan yang ngabisin.
Aku akhirnya balik lagi tidur2an. Badanku masih lemes plus males banyak gerak. Masih serada sakit nih >.<
Davan duduk di kasurku.
Davan ngeliatin aku. Trus dia diem aja.
"Step, kamu sakit?"
"Enggak kok, aku cuma masih lemes aja."
"Gara2... aku ya?"
Pas Davan ngomong gitu aku sadar kalo aku salah ngomong. Aduuh kenapa sih Davaaan, aku biasa aja kooook.
"Eh, enggak kok sayang. Bukan gara2 kamu."
Dia diem lagi.
.........
Setelah beberapa lama dia diem, dia nundukin kepalanya.
Aku jadi heran ngeliat dia tiba2 jadi murung gitu.
Trus dia nutup mukanya pake tangannya.
"Kamu kenapa yang?"
"......"
"Davan ayang."
"Aku bego."
"Kamu ngomong apa sih?"
"Aku ngapain sih tadi malem tolooool!"
Aku jadi takut. Aku coba ngelus punggungnya.
"Aku harusnya gak ngelakuin itu tadi malem."
"Yang, udah yang, kamu gak salah apa2."
"Aku kayak kesetanan sampe kayak gitu."
"Davaan, kalo kamu kayak gitu, aku juga jadi ikut merasa bersalah."
"Bukan salah kamu Step."
"Bukan salah kamu juga. Aku tulus kok ngelakuinnya. Kamu jangan nyesel gitu dong."
"Maaf ya Tuhan. Aku udah berdosa Tuhaan."
"Udah ah udaah."
Aku peluk dia berusaha nenangin.
"Cup cup sayang udah ah. Kita sama2 nikmatin kok. Kamu gak salah apa2.
"Tapi harusnya kita belum boleh kayak gituan step. Belum saatnya."
"Kamu kayak anak kecil yang baru nyuri duit temennya aja deh. Trus nyesel, ngerasa bersalah."
"............"
"Kita udah 18 tahun loh. Bentar lagi 19 malah. Di Amerika kan udah boleh tuh kayak gitu di atas 18 tahun hihihi."
"Jangan becanda ah."
"Ih siapa yang becanda. Kita kan udah mau dewasa sayaaang."
"Aku, aku juga gak enak sama kamu Step. Gara2 aku juga kamu jadi kayak gini."
"Aku baik2 aja kok. Udah ya sayang, entar sore kita ke Katedral ya. Sekarang aku yang gantian nemenin kamu."
"Aku gak mau ke gereja."
"Loh kenapa?"
"Aku lagi ngerasa gak suci step. Aku gak mau masuk gereja dulu."
"Loh kok gitu? Van, gak ada di dunia ini manusia yang suci. Semua manusia udah berbuat dosa. Justru Bapa nyuruh umatnya yang gak suci ini buat dateng ke rumahnya. Justru kamu harus ke gereja buat minta maaf."
"..........."
Tiba2 Davan jadi balik meluk aku. Erat banget. Matanya berkaca2.
"Aku sayang kamu Stepan. Aku gak mau kehilangan kamu. Maafin aku ya sayang."
"Iya sayang. Aku juga sayang banget sama kamu. Kamu gak boleh gak gereja ya. Bilang sama Tuhan unek2 kamu. Dia pasti mau ngedengerin. Dia pasti mau maafin kesalahan kamu. Okeh sayang?"
"Iyah step. Gak nyangka ya kamu bisa religius gitu."
"Hehehe. Gini2 aku rajin ke gereja loh."
"Aku jadi tenang."
"Udah ya sayang. Cini cini aku cium dulu pipina."
"Hehe."
"Mmmmmuahh."
Trus aku berbisik.
"Yang, kalo mau gituan, kasih tau dulu ya, biar ada persiapannya hihi."
"Heuuuu kamu maunya ya! Ngomongnya mah rajin ke gereja, tapi ngajak begituan. Dasar omes! Otak mesum!
"Hehehehe kan ketularan kamu yang."
Aku pernah ajak Davan ke rumahku yang di ujung Bandung sana. Dulu sebelum kita jadian.
Waktu itu sih emang lagi pengen balik ke rumah aja. Yaudah deh dia anterin aku.
Aku inget waktu itu hari Jumat. Aku lagi kosong seharian ga ada kuliah dan kita juga lagi ga ada UTS.
Davan beres kuliah jam 9-an jadi sekitar jam 11-an kita berangkat naik motornya.
Hampir 2 jam-an perjalanan ke sana. Sampe di sana aku kenalin Davan sama mamaku.
"Mah, ini Davan, temen Ryan di kampus."
Davan salaman sama mamaku.
"Davan tante."
"Oh, ini temen aa yang sering aa ceritain?" Kata mamaku
"Iya hehe."
"Ayo ayo masuk."
"Iya tante. Makasih." Kata Davan.
"Mah, si Meri sama Mara mana?"
"Ada tuh di kamar."
"Tumben tuh dua tuyul kembar gak berisik."
"Kalian udah makan belum?"
"Belum mah."
"Oh yaudah yuk makan dulu."
"Aduh maaf tante jadi ngerepotin."
"Ah gausah malu2. Sekalian kan makan bareng Ryan."
"Hehe makasih tante."
"Iya yaudah taro aja tasnya dulu di kamarnya Ryan."
"Iya tante."
Aku dan Davan masuk ke kamarku.
"Step, lo dipanggil Ryan??"
"Iya, di rumah emang gua dipanggil Ryan."
"Ahahahaha."
"Apaan sih ketawa2."
"Hahah kagak cocok lo dipanggil Ryan."
"Yee emang dari kecil gua dipanggil Ryan. Cuma kalo di sekolah gua dipanggil Stevan."
"Hoo hahaha. Haloo Ryaan!"
"Diem ah."
"Kalo gua panggil lo Ryan juga gimana?"
"Ya terserah lu aja."
"Tapi ga enak euy. Lidah gua kaku kalo manggil lo Ryan."
"Yaudah ga usah manggil gua Ryan kalo gitu."
"Tapi pengen manggil panggilan yang lain."
"Panggilan sayang gitu?"
"Iyaa, panggilan sayang hehehe."
"Huu sok imut ih."
"Hihi biarin. Manggil apa yah?"
"Udah, panggil gua Steve aja."
"Huuuuu kebagusan! Gak ah."
"Yeeeee enak aja."
"Yayan aja gimana?"
"Hiiiiih gak mau ah. Kayak tukang ojeg!"
"Hahahahahaha."
"Udah ah gak penting, yuk ah makan."
"Yok!"
Pas makan di meja makan mamaku ngajak ngobrol Davaan mulu.
Kebiasaan emang, kalo lagi ada temen anak2nya ke rumah, suka diajak ngobrol sok akrab gitu, kesannya malah kayak diinterogasi gitu haha.
"Fakultas apa Davan?"
"*peep* tante."
"Apa tuh?"
" *Davan ngejelasin kepanjangan nama fakultasnya plus jurusan2 yg ada di dalamnya* "
"Hoo. Entar mau masuk jurusan apa?"
" *peep* "
"Wah, papanya Ryan juga dari teknik *peep* tuh. Sama dong kalian haha."
"Oh iya tante? Waah asik nih bisa tanya2 hehe. Kalo tante dulu dari mana?"
"Kalo tante mah dulu dari jurusan teknik kimia."
"Hoo, wah sekeluarga di *** semua dong!"
"Haha enggak semua kok. Kakaknya Ryan di FK *peep*."
"Wah kedokteran? hebat dong."
"Haha dulu si Ryan disuruh di kedokteran gak mau dia."
"Iya lah. Orang aku gak suka yang berbau kedokteran gitu. Gak suka liat
darah." Kataku.
(Sekarang aku jadi mikir, kalo aku masuk FK aku gak bakal ketemu Davan dong hiks)
"Huu alesan kamu aja." kata mamaku.
"Gimana kuliahnya? Lancar?"
"Puji Tuhan lancar tante."
"Nilainya bagus2?"
"Gausah ditanya mah. Semua mata kuliah dia dapet A!"
"Apaan sih step. Enggak kok tante. Stepan emang lebay."
"Hiih boong tuh mah. Orang dia yang suka ngajarin aku sebelum UTS."
"Hehehe."
"Wiiih hebat dong berarti. Bagus deh kalo gitu. Jangan kayak Ryan ya. Dia mah pemales orangnya. Suka haroream mun dititah diajar, budak ieu mah."
*Suka haroream mun dititah diajar budak ieu mah = Suka males-malesan kalo disuruh belajar, anak ini mah
"Hehehe enggak ah tante. Stepan eh, Ryan juga rajin kok."
"Tuh denger mah!"
"Ah kamu jangan ngebelain dia Van. Ryan mah dari dulu emang pemales. Nggak kayak kakaknya."
"Heuuu terus aja ngeledek Ryan."
"Heeuu da emang bener. Sok mun kamu nyontohan si teteh, pasti bisa asup kedokteran kamu ayeuna."
*Kalo kamu nyontoh si kakak, pasti bisa masuk kedokteran, kamu sekarang
"Da aku mah teu hoyong kedokteran ai mamah. Si mamah mah maksa wae."
*teu hoyong = gak mau
"Ya pan mamah mah resep mun kamu asup kedokteran oge, kasep."
*resep = suka
"Pan si teteh tos di kedokteran, kedah beda atuh mah."
*Kan si kakak udah di kedokteran, harus beda dong mah
"Hahahaha kumaha kamu wae lah. Nu penting mah bener weh kuliahna."
"Pasti atuuh."
Si Davan cuma diem aja sambil senyam senyum ngeliatin aku sama mamah berdua.
"Bentar yah, hapeku bunyi nih."
Davan mengambil hape. Lalu menaruhnya di kupingnya.
"Tut tut tut roaming nasional, roaming nasional."
"Hahahahaha ada yang perlu subtitle nih."
"Hahaha tiasa heureuy oge geuning si Davan teh."
*Hahaha bisa becanda juga ya si Davan
"Hahahaha da heureuy wae gaweanana budak ieu mah, mah. Lieur aku teh deket-deket dia."
*hahahaha orang becanda aja kerjaannya anak ini, mah. Pusing aku deket-deket dia
"Hahahaha alus atuh. Kamu bisa ketawa-ketawa mun aya si Davan. Menghilangkan stress ceunah."
"Naon menghilangkan stress, nu aya mah aku tiasa nepi ka gelo mah, kalahkah beuki stres."
*Apanya menghilangkan stress, yang ada aku bisa jadi gila mah, malahan tambah stress
"Ulah kitu atuh, budak kasep seperti Davan mah pasti membuat semua hati orang bahagia yah Davan yah?"
"Hehehehe si tante bisa aja. Tante, ajarin bahasa Sunda dong biar gak roaming."
"Hahahah minta ajarin si Ryan atuh."
"Hih dia mah mana mau ngajarin tante. Pelit!"
"Yeeee, emang lu pernah minta ajarin ke gua?"
"Oh iya tante, tante bukannya orang Batak? Kok bisa bahasa Sunda?"
"Tante tea geuningan. Jangankan bahasa Sunda, bahasa Zimbabwe pun tante bisa. Mau bahasa apa? Bahasa Roh pun tante bisa hahahahaha."
"Hahahahahaha si tante suka becanda juga nih. Bahasa cinta bisa tante?"
"Bahasa cinta? Tante juaranya itu mah."
"Hahahahaha geuleuh si mamah mah."
"Serius ih tante, tapi bahasa Batak tante bisa kan?"
"Bahasa Batak bisa lah, kan tante lahir di Medan. Kalo bahasa Sunda mah belajar di sini. Kan tante udah lama tinggal di Bandung. Dari jaman kuliah tante udah di Bandung sampe sekarang."
"Oh iya ya."
"Van, si Ryan gimana di kampus? Nakal gak dia?"
"Hmmm gimana yah? Kadang baik kadang nakal sih tante."
"Van, lu jangan ngoporin mamah deh. Gua jitak lu entar."
"Tuh kan tante liat sendiri."
"Ih cicing kamu yan. Sok terusin kasep."
"Ya gitu deh tante. Kadang suka gak bisa dibilangin dia mah. Dikasih tau berapa kali tetep aja gak nurut."
"Emang suka apa dia?"
"Itu tante, Ryan suka pake celana dalem kebalik. Padahal udah aku peringatin berkali-kali."
Kata Davan sambil berbisik.
Aku langsung menjitak kepala Davan keras-keras.
"Ai sia blegug!"
"Aduh!"
"Hahahahaha makanya Ryan, dikasih tau Davan teh nurut atuh!"
"Eleuh si mamah mah nurutan si Davan deui! Dasar klop kalian mah, pasukan pembully Ryan."
"Tos heula Davan!"
Mamah dan Davan tossan.
"Hiks, aku pundung aja deh."
*pundung = ngambek
"Hahahaha si kasep mah sok pundungan budakna. Van, kalo si Ryan nakal, kamu jewer aja kupingnya, biar gak macem2!"
"Beres tantee!"
"Hih!"
Abis itu mereka ngobrol terus. Apa aja mereka obrolin, tentang kuliah, tentang Davan, keluarga Davan, sampe yang paling gak penting pun mereka obrolin.
Gosip2 selebriti pun gak lepas dari obrolan mereka. Aku malah dikacangin hiks. Mereka ngobrol sambil ketawa ketawa.
"Van, kenapa ya si Olga kalo ketawa mulutnya lebar banget. Suka sieun tante mah."
"Sieun teh apa tante?"
"Takut."
"Takut kenapa tan?"
"Ituh, takut si Rapi kesedot."
"............................................................................."
Si Davan pinter banget ngambil hati mamaku. Kayaknya mamaku seneng banget sama dia.
"Davan, tante nitip Ryan yah. Jagain dia baik2. Liatin dia di kampus. Jangan sampe kena pergaulan yang enggak-enggak. Ajakin belajar."
"Siaaaap tante! Laksanakan!"
"Ohiya, jangan lupa ganti popoknya kalo udah penuh, kasih mimi susu dua kali sehari...."
"Eh sarap si mamah mah, emang aku bayi apa?"
"Hahahahaha, bener tau Step kata mamah kamu hahahaha."
"Heuuu dasar gelo siah!"
Sore2nya pas papaku udah pulang kerja kita makan malem bareng sekeluarga minus kakakku plus Davan.
Papaku juga jadi banyak ngobrol sama dia. Apalagi si Davan pengen jurusan yang kayak si papa. Udah deh mereka ngobrol yang bikin 'roaming' haha.
Trus mamaku juga nimpalin. Jadinya mereka ketawa2 bertiga deh. Aku juga ketawa sekali kali.
Si Davan kayaknya nyambung sama mereka. Dan papa mamaku pun kayaknya udah seneng sama si Davan. Abis dia pinter ngomong sih, pemikirannya juga luas plus dia suka ngelawak, jadinya mereka suka.
Kadang aku suka diledek2in sama papa mamaku, trus si davan kadang ketawa kadang ngebelain.
Trus mama papaku bilang, jagain Ryan di kampus ya, trus temenin belajar, soalnya dia itu manja, cengeng, gini gitu blablabla. Heuh, aku kayak anak kecil aja deh beneran. Jadi sebel.
Tapi aku seneng juga mama papaku seneng sama Davan. Jadinya dia bisa welcome main di rumahku terus hehe.
Pernah pas Davan lagi gak nginep mama langsung nanya2in tentang dia. Waktu itu kita udah jadian.
Mama kayaknya exciting banget sama Davan. Katanya Davan ganteng lah, lucu lah, kocak lah, pinter lah, asik lah, baik lah, sopan lah, dll dll.
Jangan2 mama yang naksir sama Davan? Tidaaaaaak! Dia pacarku sekarang maa!
"Yan, si Davan kasep pisan yah. Mirip kamu loh."
"Hahahah masa sih mah? Mirip apanya? Mirip kasepnya? Kasep Ryan keneh atuh!" *Masih gantengan Ryan atuh
Emang ma, Davan ganteng banget. Kita sama2 ganteng sih, jadi mirip ehehehe. *narsis *minta ditimpuk
Kata orang kalo mirip berarti jodoh ya? *amiiiiiin hihihihi
"Huu narsisnya. Enggak, parasnya aja sih yang mirip kamu."
"Ada juga sih temen yang bilang Ryan mirip dia. Tapi kata Ryan sih enggak mirip ah."
"Yaa, sepintas aja sih. Dia ada Chinesenya kan ya?"
"Iya, ada Belandanya juga sih katanya."
"Heu euh, kumaha teu kasep nya eta beungeut. Produk impor kabeh."
*gimana gak ganteng ya mukanya. Produk impor semua.
"Hahaha heu euh nya. Ah Ryan ge kasep produk lokal oge."
*Iya ya. Ah Ryan juga ganteng walaupun produk lokal
"Da mamah kamu geulis, papah kamu kasep, mun barudakna teu kasep mah, lain budak urang atuh, budak pungut eta mah hahahaha."
*Mama kamu cantik, papa kamu ganteng, kalo anak2nya gak cakep, bukan anak kita dong, anak pungut itu mah hahahaha
"Ih si mamah narsis tingkat Dewa."
"Hehehe biarin atuh."
"Awas siah bisi takabur."
"Naon takabur takabur. Kamu yang kabur mama tangkep!"
"Hahaha."
"Ih, mama serius siah, emang kasep si Davan mah. Pasti pacarnya banyak. Garareulis da." *cantik cantik deh pasti
"..............."
Pacarnya Davan cuma satu kok mah. Dan dia ada di depan mamah sekarang. hikss T.T
Gimana ya kalo mamah tau aku pacarnya Davan?
Teman2ku terkasih, mungkin ini postku terakhir di tahun 2011.
Aku usahakan (bila ada umur panjang) aku bakal ngepost lagi kisah2ku sama aa di tahun baru 2012.
Mohon maaf yaa bila aku ada salah, ada message yg belum sempat kebalas, ada komen yang belum aku bales ato ada kata2 aku yang kurang mengenakan ato kurang disensor.
Doain IP aku naik yaa di semester ini.
akhir kata,
SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU!
GBU ALL
ini kan jd crt yg mnjd misteri ~~~
rafi ahmad jadi argi
trus meriam belina jadi mamah.nya...