Yume: hai hai semuaaaa
Salam kenal ya~ yume mau nyoba2 sharing cerita di BF juga nih ^^d yume bisa dibilang masih newbie di BF, tapi sebenernya yume udah daftar semenjak tahun 2008 kalo gak salah, hehehe. Pokoknya salam kenal aja ya buat semua member BF ^^ hehe
maaf kalau ceritanya aneh ya TTwTTd masih latihan soalnya... hehe
Just Say I Do: Am I Not Good Enough? Part. I
Kehidupanku di Jurnal bisa dibilang terasa sangat monoton selama dua tahun lamanya. Pertama, selain anggotanya sedikit, kita juga nggak punya kegiatan lain selain bikin buletin dalam jangka waktu enam bulan sekali. Membosankan bukan? Ekskul Jurnal dikenal sebagai ekskul santai yang sibuknya hanya enam bulan sekali, gimana nggak malu? Sedangkan ekskul lain tiap minggunya pasti diadakan pertemuan, dan hal itu membuat kita semakin senang untuk menjalankan tugas-tugas ekskul tanpa ada rasa kesusahan.
Karena itulah, ditahun ketiga ku dalam SMA, aku ingin mengubah ekskul Jurnal menjadi lebih baik. Dan project berevolusi ini memang nggak gampang. Satu, susah banget mengumpulkan anggota jurnal kelas 3. Dua, ditambah dengan anggota jurnal kelas 2 yang keluar semua tanpa tersisa satu orangpun. Dan yang ketiga, kita nggak ada ruang sekretariat Jurnal. Menyedihkan sekali bukan?
Dimasa-masa galau ku itu, datanglah sahabatku yang bernama Riris dan Nova untuk membantuku di Jurnal. Tentu saja kedatangan mereka berdua sangat membuatku bersemangat kembali, dan begitu juga dengan anggota angkatanku yang lain dari jurusan IPA. Mereka bernama Sistha, Yeni, Kartini, dan Fajar. Sedangkan yang berasal dari jurusan IPS ada aku, yang bernamanya Bintang, disusul oleh Dimas, Fariz, Ririz, Nova, dan Dwi.
Bersama dengan kesembilan temanku itu, kita membuat susunan Program Kerja dalam jangka waktu setahun. Diawali dengan OPREC, atau Open Recruitment. Karena ekskul Jurnal nggak kebagian demo ekskul, maka sebagai gantinya kita kekelas-kelas sambil memberikan info sekilas Jurnal sambil mengadakan pengrekrutan. Dan kalian tahu ada berapa orang yang mendaftar menjadi anggota Jurnal? Semuanya berjumlah 56 orang! Bahkan ekskul Teater yang mendapat predikat sebagai ekskul terpopuler di sekolahku saja hanya mendapatkan anggota sejumlah 53 orang! Ada sedikit rasa bangga juga karena kita mendapatkan peringkat pertama dalam pengrekrutan siswa-siswi. Kenapa kita sangat bahagia? Itu karena kita dari tahun 2007 sampai sekarang, jumlah anggota Jurnal hanya terhitung sekitar 30 orang.
Tapi setelah kita pikir-pikir lagi, sepertinya kita membutuhkan penyeleksian dalam angkatan tahun ini. Agar ekskul Jurnal menjadi lebih maju dengan anggota yang memang benar-benar niat di Ekskul ini. Maka dari itu kita mengadakan tes pertama pada hari minggu, yep pada hari libur. Kalau orang yang benar-benar niat masuk Jurnal, pasti mereka rela mengorbankan hari libur mereka, kan?
Dan hari minggu pun tiba. Hmm... Ternyata mereka semua memang pada niat masuk Jurnal! Diruangan kelas yang kita pakai sementara untuk ngumpul Jurnal, terdapat 42 bangku yang sudah terisi. Karena dalam waktu setengah jam tidak ada yang datang lagi, aku, teman-temanku beserta para senior dan pembimbing akhirhnya mulai membuka acara. Tapi tiba-tiba...
"Permisi kak... Maaf saya telat!" ucapnya yang sambil mengetuk pintu kelas. Dan karena aku yang berdiri paling deket sama pintu, akupun langsung menghampirinya.
"Nama kamu siapa? Biar kakak absen dulu..." ucapku sopan. Rasanya lucu aja... Padahal kalau ekskul lain pasti udah disuruh push-up kalau telat. Untungnya anak-anak Jurnal mempunyai hati yang lembut, haha.
"Michael kak..." jawabnya. Dan aku segera mengchecklist nama Michael dalam buku absen.
"Yaudah kamu masuk dan langsung duduk ya..." tuturku.
"Erm... Tunggu kak! Ada yang mau masuk Jurnal lagi, masih bisa nggak kak?" tanya dia. Aku hanya menatapnya dengan tatapan yang aduh-gimana-ya-boleh-gak-ya?
"Please kak...!" kini ia memohon sambil menepuk kedua tangannya dihadapan jidatnya.
"Oke, emangnya siapa? Anak kelas satu juga ya?" tanyaku. Dia menggeleng dan tersenyum.
"Bukan kak, dia anak kelas dua," ucapnya yang sambil memperkenalkan temannya. Michael menggeser badannya kekiri sedikit, dan terlihatlah seorang lelaki yang dari tadi berada dibelakangnya. "Namanya Elfazhar, dia sepupu aku!"
Untuk sesaat, mataku terbuka lebar melihat sesosok lelaki yang kini berada disebelah Michael. Tubuhnya tinggi dan bening, hidungnya mancung, bibirnya merah... Dan, arrgh! Susah banget mendeskripsikan dirinya. Aku saja sampai lupa bagaimana cara bernafas.
"Halo kak, saya Elfazhar," ucapnya yang sambil tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. Dengan kikuk, akupun menjabat tangannya yang kokoh dan terasa sangat dingin itu! Baru kali ini aku mendengar namanya dan menyentuhnya. Padahal setahun yang lalu, aku hanya bisa melihatnya dari jarak jauh dan tak berani untuk menegurnya!
"Uhm... Yaudah, kalian masuk aja ya. Ambil tempat duduk yang belum keisi..." beserta dengan kalimatku, mereka berdua langsung bergegas untuk mencari tempat duduk. Dan mereka duduk dibarisan ketiga nomor dua dari depan.
Setelah perkenalan selesai, kita mengadakan tes pertama, yaitu tes tulis. Dalam tes tulis, terdapat sepuluh pertanyaan yang harus mereka isi semua. Ada pertanyaan apa bedanya Jurnalis dengan Jurnalistik. Ada juga pertanyaan tentang pengetahuan mereka dalam EYD dan 5W1H, dan sebagainya. Waktu yang kita berikan hanya sampai 30 menit.
Disaat menjaga, ketahuan banget kalau sebagian besar anak-anak ceweknya pada nyontek ke internet, ckckck. Sedangkan anak cowoknya jujur-jujur, yah... Walaupun jawaban mereka rada ngaco juga. Tapi yang penting jujur kan? Hehe.
Dan disaat aku sedang mengawas dibarisan bangku nomor tiga, dimana ada sang pujaan hati... Nggak sengaja, kedua mataku bertemu dengan kedua mata coklat miliknya! Dengan cepat aku segera mengalihkan pandanganku, dan menggaruk-garuk belakang leherku yang nggak gatel. Aduh, jangan sampe ketauan salting!
Tapi... Aneh juga ya. Kenapa dia baru mau masuk Jurnal sekarang? Kenapa nggak dari kelas satu? Mungkin dia dipaksa ikut sama sepupunya kali ya?
"Yak! Waktunya sudah habis, silahkan dikumpulkan kertasnya," ucap sang kakak pelatih Jurnal, yang bernama Wisnu. Dan dalam hitungan tiga detik, semua kertas sudah terkumpul diatas meja guru. Yeni yang bertugas sebagai MC, akhirnya memberikan satu informasi lagi.
"Bagi yang namanya dipanggil, silahkan keluar kelas dan mengikuti tes selanjutnya, yaitu wawancara," jelas Yeni. Dan nama pertama yang dipanggil adalah... Lintang, seorang cowok yang dikenal sebagai cowok terimut di sekolahku. Dari semenjak MOS, dia dikenal dan digemari oleh kaum wanita maupun lelaki. Dan dia juga mendapatkan penghargaan sebagai ketua gugus terbaik dalam MOS tahun ini. Kalau dilihat dari biodatanya sih... Sepertinya dia seseorang yang kekanak-kanakan, dan juga ceria. Nggak heran kalau dia sangat menggemaskan.
Selagi menunggu giliran wawancara, para peserta yang lain hanya duduk santai sambil memakan cemilan yang telah disediakan. Dan kulirik Elfazhar sesekali, dia sama sekali nggak memakan cemilannya, yang ada dia hanya minum saja sambil mendengarkan musik. Sayang dia pakai headset, aku kan jadi penasaran sama lagu yang dia dengarkan...
Hah, kadang aku berpikir kalau aku ini payah. Sangat pengecut. Untuk menatapnya saja, harus mencari waktu yang tepat. Sebelumnya aku nggak pernah suka sama seorang lelaki, ya jelas lah... Tadinya kan aku straight. Tadinya, lho... Tapi nggak tau kenapa, pas ngeliat dia pertama kali, rasanya tuh... Duh, gimana ya jelasinnya? Pokoknya tuh kayak lagu ini nih...
Ada yang bergerak
Didalam dadaku ini
Seperti kukenal
Pernah kurasakan
Waktu aku jatuh cinta
Waktu hatiku tertarik
Rasanya pun begini
Jatuh cinta
Apakah ini sama seperti yang itu?
Hatiku bergerakaku jatuh cinta
Dinding hatiku berlalu
Harmoni cinta menyentuh
Pipiku pun merona
Jatuh cinta
Harmoni cintaku
Kini datang
Nyanyikan suara hatiku
Berlabur penuh cinta
Oke, kira-kira seperti itu. Aku sendiri juga nggak tau kenapa aku bisa memiliki rasa seperti itu padanya, rasa yang sama ketika aku jatuh cinta pada seorang gadis. Hah... Kenapa otakku jadi eror seperti ini?
Oh ya, kalian jangan salah sangka dulu ya. Aku menyukainya bukan hanya karena dia tampan, tapi, um... Mungkin waktu aku ngeliat dia dijalan. Ya, dihari itu waktu pulang sekolah... Aku melihatnya yang lagi jongkok dan disebelahnya ada sebuah kardus, ternyata isinya kucing! Dia mengeluarkan kucing itu dari kardus, dan menghangatkan kucing itu dengan jaketnya. Lalu ia meneruskan jalannya, sambil hujan-hujanan pastinya. Ya, mungkin semenjak itu aku menyukainya... Dia berbeda dengan lelaki yang lainnya. Aku saja yang dikenal sebagai orang yang baik, belum tentu mau menolong kucing yang dibuang sama pemiliknya dan rela hujan-hujanan hanya untuk kucing.
Kayaknya dia juga bukan tipe orang yang banyak tingkah. Haha, sok tau banget yah aku? Ckckck.
"Bintaaang, kamu mau jajan nggak? Jajan yuk jajan yuk jajan yuk jajan yuk jajan..."
"Iya, iya! Cereweeeet! Ayo kebawah!" yah, si cerewet udah muncul... Padahal lagi asik-asiknya ngelamun juga, haha. Cewek berambut panjang plus ikal ini adalah sahabatku semenjak aku kelas satu SMA, pokoknya kita selalu sama-sama deh. Kita emang udah deket banget dari MOS, dan nggak tau kenapa dari kelas satu sampe kelas tiga kita selalu sekelas.
"Horeee! Jajan es buah yuk...! Ayo ayo ayo kebawah...!" ucapnya dengan girang sambil menarik-narik lengan kananku. Tingkah lakunya ini seperti anak kecil, tapi itulah ciri khasnya yang aku suka. Dengan gemas, kuacak-acak rambutnya.
"Uwaaa...! Bintang jahat! Rambut aku jadi rusak nih, hmmp!" protesnya. Aku hanya tertawa lebar melihat tingkahlakunya itu. Benar-benar menggemaskan.
Setelah sampai dibawah dan keluar dari gerbang sekolah. Aku dan sahabatku yang bernama Rachel itu segera memasuki warung es buah yang berada tepat di depan gerbang sekolah. Es buah ini memang sangat terkenal oleh kalangan murid sekolahku, selain rasanya enak, tampilannya pun juga oke.
"Hmmm... Yummy!" aku tertawa ketika melihat Rachel yang sedang asik menikmati es buahnya. Akupun berjalan sambil menikmati es buah yang baru saja aku beli tadi.
TBC
Comments
Yang banyak lagi,postingannya.....!!
@gr3yboy: hehehe XD suka ama kucing jg gak kk? XD
"Bukan, es buah tau..." balasku.
"Ooh, es buah ya," balasnya lagi. Dan kita berempat kembali menaiki tangga lagi. Dari belakang bisa kudengar bisikkan seseorang, tapi mungkin hanya perasaanku saja.
"Erm... Kak Bintang! Si Fazhar mau nyicipin es buahnya katanya, boleh nggak?" tanya Michael tiba-tiba. Oke, untuk sesaat itu aku memang shock dan rasanya ingin terbang. Tapi jeda dua detik setelah Michael mengatakan kalimat itu. Si Mr. Elf langsung mengucapkan sesuatu.
"A-apa-apaan lo!? Bo'ong kak bo'ong, orang saya mintanya ke kak Rachel..." protes si Mr. Elf yang sambil menjitak kepala sepupunya itu.
"Hah? Punya gue? Ngarep banget lo! Punya gue tuh gak boleh disentuh oleh siapapun! Karena gua lagi hauuuus banget. Kalau mau beli sendiri, jangan minta-minta doooong...!" untuk sesaat, rasanya aku pengen bertukar tubuh sama Rachel saat ini juga. Yaampun Rachel, bisa-bisanya kamu ngomong kayak gitu... Kalau aku jadi kamu, aku bakal ngasih ke dia dengan sepenuh hatiku.
"Hehehe, bercandaan aja kok kak. Peace kak Bintang, peace kak Rachel!" tutur Michael sambil membentuk jarinya seperti ini 'v'.
Nggak lama setelah kita sampai kekelas, nama Elfazhar dipanggil oleh si kakak pembimbing. Nggak tau kenapa kok malah aku yang deg-degan ya? Harusnya kan yang deg-degan itu si Mr. Elf? Tapi si Mr. Elf mukanya yakin banget tuh... Moga dia bisa lulus dalam semua tes.
Selama si Mr. Elf diwawancara, aku ngobrol-ngobrol sama si Michael. Kebetulan dia juga seorang Gamers sepertiku, jadinya kita nyambung deh.
Diluar dugaan, ternyata si Mr. Elf menyelesaikan tes wawancaranya dalam jangka waktu tiga menit! Padahal yang lainnya rata-rata sepuluh menit.
"Michael Lehazard?" mendengar nama peserta berikutnya, Michael langsung bergegas berdiri dari tempat duduknya.
"Doakan aku ya, kak Bintang! Lu juga ya Zhar, doain gua ya!" besertaan dengan kalimat itu, Michael dengan yakinnya melangkah keluar kelas tanpa ada rasa ragu.
Oke... Dengan begini, hanya ada aku dan Mr. Elf disini. I hate this awkward moment! Ditambah duduknya kita sebelah-sebelahan gini lagi... Mau pergi, tapi ngomongnya gimana ya? Tapi kalau aku pergi, dia bakal curiga nggak ya? Hiks, nggak ada pilihan lain...
"Kok tadi keluarnya cepet banget sih?" tanyaku basa-basi dan mencoba memberanikan diri untuk menatap wajahnya yang putih itu. Sesaat dia termenung memandangku, satu detik, dua detik, tiga detik... Masih nggak ada respon juga.
"Ha-halo?" aku mengayunkan tanganku didepan matanya. Dia mengerjapkan matanya, dan melepas headsetnya, lalu ia tersenyum canggung menatapku.
"Eh? Erm... Ya? Ada apa kak? Sorry tadi lagi pake headset, hehe," ucapnya yang masih memasang tampang senyumnya.
"Nggak, cuman nanya... Kok kamu cepet banget wawancaranya?" balasku yang mengulang kembali pertanyanku tadi.
"Ooh, itu. Ya, namanya juga niat kak. Pasti semua tes dilalui dengan cepat dan senang hati!" ucapnya dengan pose menyilangkan tangan didepan dadanya.
"Haha, emangnya kamu niat banget masuk Jurnal ya?" tanyaku lagi.
"Pasti dong kak! Pokoknya aku bakal di Jurnal sampai akhir!" jawabnya dengan tegas. Aku hanya bisa tertawa kecil. Ternyata dia niat banget ya di Jurnal, bagus deh.
"Bener ya?" tanyaku untuk lebih meyakinkannya.
"Bener kok, kak! Pokoknya kakak bisa pegang kata-kataku deh," mendapatkan balasan yang seperti itu. Aku jadi semakin semangat untuk berada di Jurnal. Kalau dia yakin, pasti semuanya akan berjalan lancar dan dia akan lulus dari semua tes.
"Yaudah, bagus deh kalau gitu. Oh ya, kakak permisi dulu ya mau ke panitia yang lain..." akupun berdiri dari tempat dudukku, namun sebelah tangan kananku ditarik oleh Fazhar.
"Ah... Uhm, ap... cuih!" bodohnya diriku! Kenapa disaat seperti ini lidahku harus kelibet-libet kayak gini!? "A...da apa ya?" tanyaku sambil menanggung rasa malu yang begitu besar.
"Erm, itu..." ucapnya yang sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Nomor telpon kakak berapa ya? Ada nggak kak?" tanyanya yang telah mengeluarkan handphonenya dari saku jaketnya.
"Ada kok, catet ya," setelah memberitahukan nomorku, dia juga menanyakan nomor handphonenya Rachel. Hah... Sudah kuduga. Ternyata dia menanyakan nomorku hanya untuk sekedar menyimpan nomor-nomor kakak kelasnya. Payah banget aku, bisa-bisanya mengharapkan hal yang aneh-aneh. Tapi yah... Yang penting aku bisa dapet nomor HP nya, yes!
Next Part: Teardrops
Enakan aku panggil apa,ya???,kakak,adik atau ommm???.
Postingan selanjutnya lama lagi ya???.
*
@pokemon: gyahaha bisaan kakak mah :P hoho
Jangan panggil kakak,ahhh,ketuaan.....hee......hee........
Panggil nama aja,ariess,aku baru 17 thn lebih,
Yumie masih sekolah tingkat sma juga ya???.
Aku tunggu postingan selanjutnya!!,klu bleh mlm ini....!!!!!?hehehe......
*maksa.com*
tambah list lagi cerita yang wajib dibaca
@aries77: oke aries hehe, iya masih SMA kelas 3 kalo aries?
Siiip, ini lagi mau di post, hehe ^^
@danu_dwi: makasih kak udah mampir dn mau baca ^^v hehe, salam kenal ya kak
Just Say I Do: Teardrops (Part. II)
Sudah empat bulan berlalu semenjak masa penyeleksian anggota Jurnal dimulai. Dan sekarang, Jurnal sudah mempunyai anggota sebanyak tiga puluh lima orang, yang terdiri dari 24 anak kelas satu, 1 dari kelas dua, dan 10 orang dari kelas tiga.
Dengan bantuan para senior juga, akhirnya kami bisa mendapatkan ruang sekretariat khusus Jurnal. Dan ekskul Jurnal secara berangsur-angsur dianggap penting oleh sekolahan. Kami diberikan ruangan yang paling besar dibanding ruangan ekskul lain. Kami juga disediakan satu unit komputer, printer, dan peralatan lainnya untuk kebutuhan Jurnal. Dan bahkan kami juga bekerja sama dengan ekskul IT dan Photography. Ternyata Revolusi ekskul Jurnal berjalan secara lancar.
Tapi tidak selancar dengan kisah asmaraku. Hah, walaupun sudah empat bulan aku sering melihatnya, dan sering ngobrol bareng, tetap saja tak ada perkembangan yang pasti untuk bisa mengutarakan perasaanku. Tapi kami memang selalu melewatkan waktu bersama, karena kami berada di dalam satu tugas. Aku sebagai Reporter, dan Mr. Elf sebagai Photographernya.
Obrolan kami juga sepertinya nggak ada habisnya. Ada saja hal baru yang kita bicarakan. Aku juga baru tahu kalau kebiasaanku dengan kebiasaan dia itu hampir sama, lho! Dia juga punya hewan peliharaan, namanya Nicuk. Okey, itu nama yang nggak banget... Dan setelah kulihat foto kucing piaraannya itu, ternyata dugaanku benar! Kucing itu adalah kucing yang pernah ditolong oleh Fazhar, masih ingatkan ceritaku yang dulu?
Nah, disisi lain. Dimana ada aku dan Fazhar, pasti disana ada Rachel. Kadang Michael juga ikut gabung dengan kami. Aku sih senang-senang aja kalau mereka juga ikut gabung. Tapi... Kedekatan Rachel dengan Fazhar sangat membuatku merasa... Erm, merasa yang enggak-enggak deh pokoknya. Aku tahu ini salah, aku nggak boleh cemburu dengan sahabatku sendiri. Lagian juga, siapa tahu mereka hanya bersahabat kan? Mungkin keadaannya sama sepertiku dengan Fazhar sekarang. Hanya bersahabat.
¤Kak, ini aku Fazhar. Minggu ini kakak ada waktu?¤
Sudah berkali-kali aku membaca sms yang ia kirimkan padaku. Aku saja tak tahu sudah berapa menit yang aku habiskan hanya untuk menatap layar handphoneku ini. Dan bodohnya, aku juga bingung mau bales apa.
Kualihkan pandanganku keluar jendela. "Mimpi apa aku semalam?" gumamku dengan tatapan yang susah untuk dideskripsikan. Tak lama, Handphoneku bergetar kembali. Dan kulihat ada nama "Elfazhar" yang tertera dilayar handphoneku. Dengan cepat, kubuka pesan darinya.
¤Maaf kak, kalo gak bisa gak apa-apa kok. Hehe¤
"E-eh...!!?" pekikku dengan kaget. Aduh, aduh... Gawat! Bukannya aku nggak mau, tapi aku shock berat! Dengan cepat kutekan tombol 'Replay'.
¤Aku bebas kok hari ini, maaf telat bales tadi habis kebelakang, hehe. Emang ada apa Zhar?¤
Baru kali ini aku gugup hanya karena dapet sms. Ampun dah, kenapa tingkah lakuku jadi kayak cewek yang sedang jatuh cinta gini? Adududuh, moga aja kalo udah didepan dia, aku bisa jaga sikapku menjadi seperti biasa. Selang kurang dari satu menit, HP ku sudah bergetar lagi.
¤Jalan yuk kak? Aku punya tempat yang bagus nih kak, lumayan buat ambil foto, hehe. Mau ikut nggak kak?¤
Demi apa!? Dia ngajakin jalan? Sesaat, aku sampai lupa bagaimana caranya bernapas. Kuhirup udara segar dipagi hari lewat jendela, dan kuucapkan rasa terima kasihku atas awal hari yang indah ini.
¤Oh, bisa kok. Yaudah, aku siap-siap dulu ya. Nanti ketemuan dimana?¤
Setelah selesai mengetik, kutekan tombol Replay. Dan dalam jeda kurang satu menit lagi, dia sudah membalasnya. Waduh, bener-bener dah. Kalo ada lomba bales sms paling cepat, pasti dia menang deh!
¤Biar aku jemput kak. Setengah jam lagi aku kesana ya, kak?¤
Hah!? Kali ini bener-bener bikin jantung aku mau copot. Tau dari mana dia alamat rumahku? Ja-jangan-jangan... Selama ini dia nguntitin aku tanpa aku sadarin? Hah... Nggak, nggak... Nggak mungkin!
¤Uhm... Emang km tau rumahku?¤
Satu detik... Lima detik... Dua puluh detik... Satu menit... Dua menit berlalu sudah. Kulihat sent box ku kembali, menelurus... Apakah ada yang salah dengan kalimatku? Aku jadi merasa gelisah sendiri.
Dret! Dreeet!
Akhirnya dimenit keempat, Handphoneku kembali bergetar.
¤Tau. Dari kak Rachel..¤
Ooh, dari Rachel. Tunggu, kalau dia tau dari Rachel... Berarti dia juga sms-an sama Rachel dong? Hah... Kenapa aku jadi lemas gini? Ayolah, dia sahabatku!
Daripada mikir yang nggak-nggak, lebih baik aku segera membenahkan kamarku dan bersiap-siap untuk pergi nanti.
Setelah sudah siap semua, aku hanya menunggu diteras rumah sambil menanti kedatangan sang pujaan hati. Tapi setelah ia datang... Tahu apa yang kulihat? Dia datang bersama dengan motor beatnya, dan dibelakangnya terdapat sesosok orang yang sangat aku kenal dekat, siapa lagi kalau bukan... Rachel.
"Bintaaang, aloha~!" tegurnya dengan riang yang sambil turun dari motornya Fazhar. Kuberi dia senyuman dan kulirik Elfazhar yang kini sedang melepas helmnya. Tak lama, Michael datang dengan membawa motornya, ia hanya seorang diri.
"Udah siap kan? Yuk berangkat!" ucap Michael. "Fazhar sama kak Bintang ya? Kak Rachel sama aku aja? Gimana?" sambungnya.
"Hah!?" ucapku yang tak sengaja juga berbarengan dengan Fazhar dan Rachel.
"Wah, wah, wah, nggak bisa gitu! Aku dari tadi sama Fazhar, jadi ke Bukit Pelanginya juga aku mesti sama Fazhar! Benar kan, Zhar?" protes Rachel. Fazhar menatap Michael sesaat, dan Michael menatap tajam ke Fazhar, tapi akhirnya Fazhar menganggukan kalimat Rachel.
"Udah, jangan ribut," ucapku yang sambil tersenyum, walaupun nggak terlalu ikhlas untuk tersenyum. "Michael, kamu nggak apa-apa kan ngegonceng kakak?"
Michael tersenyum dan sambil mengasihkan aku sebuah Helm berwarna hitam, "Dengan senang hati kak, ayo naik," ucapnya.
Kita berempat segera menyapu jalanan menuju Bukit Pelangi, yaitu daerah sekitar puncak. Sesampainya disana, Rachel ingin segera memasuki toko pernak-pernik, dan Michael pergi entah kemana. Tinggalah aku yang berduaan dengan Elfazhar.
Kita berdua mengambil langkah tanpa tujuan. Mr. Elf dengan asiknya memotret sana-sini, sedangkan aku? Aku hanya bisa menikmati wajah Mr. Elf... Erm, maksudku menikmati pemandangan sekitar dan menghirup udara segar.
"Labirin?" tanya Mr. Elf tiba-tiba. Ternyata si Mr. Elf sedang berada dibelakangku, ia berhenti melangkah dan sedang menatap sebuah papan yang ada dihadapannya. Akupun menghampirinya, ternyata ada tulisan 'Taman Labirin' di papan itu.
"Masuk yuk kak?" tanyanya. Aku pun tersenyum dan menyetujui ajakannya itu.
Waduh, ternyata susah juga ya jalannya! Mana nggak ada orang lain selain aku dan Fazhar. Grogi berat! Beneren, aku nggak bisa ngomong apa-apa. Paling cuman ketawa aja kalau si Fazhar lagi ngelawak.
Jalan labirin itu susah sekali untuk ditebak. Bahkan aku hampir menginjak rumput palsu yang ternyata adalah lumpur! Untung saja aku nggak jadi menginjaknya, karena tanganku segera ditahan oleh si Mr. Elf! Haa... Deg-degan banget deh aku! Bukan karena mau nginjek lumpurnya, tapi deg-degan karena tanganku dipegang sama Fazhar! Haha!
Hampir dua puluh menit kita muter-muter disekitar labirin, dan akhirnya... Hoala! Kita berhasil keluar! Tapi sebelum menuju pintu keluar labirin, kita disuguhkan dengan air mancur yang sangat indah, dan tanaman-tanaman yang lucu dan unik. Usaha kita jadinya nggak sia-sia deh buat menemukan jalan keluar, hehe.
"Kak, pemandangannya bagus lho. Mau aku fotoin nggak kak?" tawarnya ke aku.
"Aku?" tanyaku lagi dengan begonya sambil nunjuk diri sendiri.
"Iya kakak, aku ambil fotonya ya kak? Kakak duduk disitu aja, udah bagus kok..." aku hanya bisa terdiam, dan mulai tersenyum ketika Mr. Elf sudah siap untuk mengambil foto diriku. Kufokuskan mataku menatap lensa kamera, sambil masih tetap tersenyum.
"Sip, udah!" ucapnya yang sambil berjalan kearahku, dan duduk disampingku.
"Liat deh kak, bagus kan?" kulihat sosok diriku yang baru diabadikan oleh kamera milik Mr. Elf. Yang benar saja!? Memang terlihat bagus... Seperti bukan diriku saja.
"Duduk disini dulu ya kak? Masih capek, hehe," aku tertawa dan mengangguk kecil mendengar kalimat Elfazhar. Aku dan dia kembali terlarut dalam kesunyian. Hanya ada suara angin sepoi-sepoi yang melewati kami tanpa izin.
"Eh, mau kuberi tahu satu rahasia nggak? Tapi janji jangan bilang siapa-siapa?" ucapku yang memecahkan kesunyian tadi. Mr. Elf mengangguk dan tersenyum kecil. Ia menatapku dengan penuh kebingungan.
"Aku..." sebenarnya aku tak yakin dengan kalimat yang akan ku ucapkan sekarang, tapi... "Aku jatuh cinta pada seseorang."
Kedua mata Fazhar terbuka setelah mendengar kalimatku itu, lalu dia tertawa. "Haha, bagus dong kak? Kayak gimana orangnya kak?" tanya dia.
"Erm, sebenarnya aku mulai suka sama dia waktu aku kelas dua SMA," jawabku yang tanpa grogi sedikitpun. Mungkin ini waktu yang tepat buat nembak? I don't know...
"Dia... Seseorang yang bisa dijadikan sebagai sahabat yang baik. Tapi karena kebaikan itulah, yang ngebuat aku jadi suka sama dia," Fazhar menatapku dengan serius, dan mendengarkan tiap kalimat yang kukeluarkan.
"Kalau boleh tau, dia siapa kak?" tanya Fazhar yang masih tetap menatapku.
"Erm, dia..." sebelum kalimatku terselesaikan, muncul seseorang yang mengagetkanku dari belakang. Otomatis aku kaget!
"Hahaha, kasian deh kaget!" ledeknya dengan suara cempreng, dan kulihat sosok itu... Ah, ternyata ada Rachel.
"By the way, lagi apa kalian disini? Lagi ngomongin apa sih?" tanya Rachel.
"Eh-erm... Bukan apa-apa kok. Nggak lagi ngapa-ngapain," jawabku yang sedikit terbata-bata.
"Hmm..." gumam Rachel yang masih tetap menatapku. "Mencurigakan, mukamu merah banget sih... Hahaha," goda Rachel.
Diledekin seperti itu, otomatis aku malah tambah salting! Aduuuh, Rachel, ngapain sih kamu harus dateng disaat waktu yang nggak tepat?
"Udah kubilang, Rachel. Aku nggak kenapa-napa kok!" balasku dengan nada yang tidak enak. Kulihat Fazhar yang menatapku dengan tatapan tajam, yang benar-benar menusuk jantungku. Sebenarnya, apa arti tatapannya itu? Arrgh, aku nggak peduli. Aku bingung.
"A-aku ada acara, maaf ya, aku pulang duluan," pamitku yang langsung mengambil langkah pulang tampa menghiraukan reaksi mereka.
Aku berlari dan segera ingin pulang secepat mungkin. Aku nggak mau berlama-lama disini, aku nggak mau kalau Rachel mengetahui perasaanku. Bagaimana kalau ia tahu? Nggak, dia nggak akan tahu soal ini.
BRUG!
Tubuhku terjatuh karena menabrak seseorang. Dan ketika aku membangunkan tubuhku, kulihat Michael yang berada persis dihadapanku.
"Kakak nggak apa-apa?" tanyanya dengan lembut dan sedikit panik.
"Nggak, gak apa-apa. Maaf ya, kakak pulang duluan, dah!" ucapku yang terburu-buru seakan dikejar waktu. Namun Michael menghadangku, dan menawarkan untuk mengantarku sampai rumah. Awalnya aku menolak, tapi ia memaksaku karena kendaraan di daerah bukit pelangi itu sangat susah. Yasudah, akhirnya aku pulang bersamanya.
Dimalam harinya, aku hanya bisa berbaring sambil merenungkan perasaanku ini. Namun tak lama, Mr. Elf menelfonku berkali-kali. Dan akhirnya... Untuk yang keempat kalinya, aku mengangkat telpon darinya.
"Halo? Kak Bintang?" tanyanya yang berada diseberang sana.
"Ya..." jawabku yang singkat dan padat. Diapun menanyakan kenapa tadi aku pulang duluan? Apa aku sakit? Atau ada acara? Lalu akhirnya... Dia bertanya sesuatu yang membuat kedua mataku terbuka lebar.
"Orang yang kakak sukai... Dia siapa kak?" aku terdiam. Aku nggak tahu apa yang harus aku katakan sekarang.
"Kak?" ucapnya kembali.
"Uhmm..." sial, aku masih belum berani untuk mengatakannya. "Maaf, kakak nggak bisa ngasih tau..." sambungku.
Terdengar suara tawa dari seberang sana. Aku sendiri tak tahu, kenapa Mr. Elf bisa-bisanya tertawa seperti itu.
"Kalau gitu... karena kakak udah cerita, aku juga punya satu rahasia buat kakak," tuturnya disela-sela tawanya. "Aku juga... Punya seseorang yang aku sukai," lanjutnya.
"Sama-sama anak Jurnal kok kak. Kakak kelas aku," jantungku berdebar cepat mendengar tiap kalimat yang keluar dari mulutnya. "Namanya..." a-apa mungkin dia...
"Rachel Dorothea Darmawan,"
Apa?
Apa aku tak salah dengar?
"Rencananya aku mau nembak dia kak..."
Apa dia serius?
"Tapi, dia udah punya pacar belum ya kak? Kakak kan sahabatnya, pasti tau dong?"
Kenapa? Kenapa harus Rachel?
"Kakak?"
Ah, sekarang masuk akal. Alasan dia masuk Jurnal, alasan dia meminta nomor Handphoneku, alasan dia mengajakku pergi, alasan dia untuk bertahan di ekskul Jurnal. Sekarang aku tahu... Aku tahu semuanya. Dia hanya menjadikanku sebagai perantara.
"Maaf," ucapku setelah lama berdiam diri. "Aku ada urusan, aku matikan telponnya ya..."
"T-tunggu, kak...!?"
Kumatikan telpon darinya. Dan kutaruh Handphoneku dibawah bantal. Kutatap langit-langit kamarku, dan kuletakkan lenganku diatas kepalaku. Samar-samar, aku bisa mendengar sebuah lagu yang diputar oleh salah satu stasiun Radio.
Drew looks at me
I fake a smile so he won't see
What I want and I need
And everything that we should be
I'll bet she's beautiful
That girl he talks about
And she's got everything
That I have to live without
Drew talks to me
I laugh 'cause it's just damn funny
I can't even see
Anyone when he's with me
He says he's so in love
He's finally got it right
I wonder if he knows
He's all I think about at night
He's the reason for the Teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing dont know why I do
Drew walks by me
Can he tell that I can't breathe?
And there he goes, so perfectly
The kind of flawless I wish I could be
She better hold him tight
Give him all her love
Look in those beautiful eyes
And know she's lucky
'Cause he's the reason for the Teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing dont know why I do
So I drove home alone
As I turn out the light
I'll put his picture down
And maybe get some sleep tonight
Tanpa sadar, benih air mataku pun mengalir dari kedua kelopak mataku. Sebenarnya aku sudah sadar, tapi aku nggak mau mengakuinya dan selalu menyangkalnya. Aku memang bodoh. Nggak seharusnya aku menyimpan perasaan ini pada seorang lelaki. Nggak seharusnya juga aku jadi membenci sahabatku sendiri... Kalau aku sampai membencinya, berarti aku jahat. Aku nggak mau menjadi seseorang yang egois. Tapi....
Next Part: Between Two Heart