Chapter 1
Rumah Collin.
Collin menghabiskan roti bakar
sarapannya tergesa-gesa seperti biasa,
“Aku berangkat..” katanya setelah yakin
piringnya sudah kosong, lalu meneguk
susunya secepat yang ia bisa, kemudian
beranjak dari kursinya.
“Baiklah..hati-hati di jalan sayang, ahh
iya..kunci di tempat biasa yaa..” sahut
Ibunya dari arah dapur.
“Yaaa…” jawab Collin kemudian
menghilang dari pintu depan.
Collin berjalan tergesa-gesa menuju
sekolahnya, ya, ia selalu berjalan tiap
pergi ke sekolah, karena letak
sekolahnya tidak begitu jauh dari
rumahnya.
Collin tinggal bertiga dengan Ibu dan
adik laki-laki yang umurnya hanya
berbeda setahun darinya, orang tuanya
sudah bercerai, ayahnya tinggal di kota
sebelah dengan istri barunya dan anak-
anak tirinya, ibunya seorang pekerja
kantoran dengan jabatan yang lumayan
tinggi, itulah kenapa ia bisa membiayai
pendidikan kedua anaknya seorang diri,
ia bekerja keras demi kehidupan kedua
puteranya, lembur hampir setiap malam,
seperti malam ini contohnya, itulah
mengapa tadi ia mengingatkan Collin
tentang kunci yang ‘ di tempat biasa’,
karena ia akan pulang telat untuk
lembur, di mana ‘tempat biasa’ itu
adalah di bawah keset di depan pintu
dapur.
Collin berjalan tergesa-gesa karena hari
ini ia harus persentasi di depan kelasnya
di salah satu mata pelajaran yang
menjadi keahliannya, well
sebetulnya Collin hampir ahli di setiap
mata pelajaran, ia memang seorang
anak yang pandai, selain pandai ia juga
cukup tampan, dengan rambut coklat
gelap model belah pinggir, badan yang
proporsional, kulit putih bersih,
penampilannya yang selalu rapi, dan
sifatnyapun cukup menyenangkan,
banyak orang menyukainya, hampir
semua orang, well, kecuali satu.
Dalam 10 menit Collin sudah tiba di
sekolahnya, ia berjalan melewati salah
satu koridor yang menuju kelasnya,
“Ahh itu dia si culun datang !!!” teriak
seseorang.
Collin menoleh mencari asal suaranya,
sebetulnya ia sudah tahu siapa pemilik
suara itu,
Collin mendapati seorang anak laki-laki
seumurannya, berambut pirang model
mohawk, tidak kalah tampan darinya
sedang duduk dikelilingi
gerombolannya, tengah tersenyum
mencibir padanya.
Hampir semua orang menyukai Collin,
hampir semua, kecuali satu, laki-laki
dengan tampang menyebalkan inilah
orangnya.
Namanya Kenneth, teman
seangkatan Collin, jago olah raga dan
berkelahi, digandrungi para anak
perempuan, sama seperti Collin,
biasanya terlihat bersama
gerombolannya, mengganggu siapapun
yang bisa dia ganggu, dan Collinadalah
objek penderita utamanya, sebetulnya
hanya Collin seoranglah objek penderita
dari keisengan Kenneth, pada anak-anak
lain Kenneth hanya bercanda, tapi
pada Collin, semua ejekan, cibiran, dan
celaan Kenneth tampak sangat kejam
dan sungguh-sungguh, entah kenapa
Kenneth sangat membenci Collin, tak
ada yang tahu alasan pastinya,Collin
semula tidak menanggapi serangan dari
Kenneth, tapi akhir-akhir ini tampaknya
batas kesabaran Collin sudah terlewati,
ia jadi balas membenci Kenneth, dan
jadilah mereka berdua seperti anjing
dan kucing, air dan api, hitam dan putih,
atau hal-hal bertentangan lainnya.
Collin mengacungi jari tengahnya pada
Kenneth kemudian berbalik dan kembali
berjalan menuju kelasnya.
Ia masih bisa mendengar Kenneth
tertawa puas bersama gerombolannya
sebelum ia berbelok masuk ke dalam
kelasnya, Collin sangat membenci
Kenneth, tapi ia tidak berani menantang
Kenneth untuk berkelahi, kutu buku
melawan olah ragawan sudah jelas
siapa yang akan menang, yang bisa ia
lakukan hanya menerima semua ejekan
Kenneth dan pura-pura tidak
mendengar, berharap bahwa suatu hari
nanti Kenneth akan menerima
karmanya.
Comments
tapi khan yg penting udh aku cantumin nama pemilik nya...hehehe...
@chi_lung iyo2.... {~_~"}
dasar bakpau chi yen....
Jam istirahat.
Collin menghela napas lega di kursinya,
persentasinya berjalan lancar dan
sukses, gurunya memujinya, teman-
temannya semakin kagum padanya, dan
begitulah rutinitasnya tiap minggu.
Teman-temannya berebutan keluar kelas
untuk beristirahat, celotehan-celotehan
para murid terdengar di setiap sudut
sekolah.
“Ayo ke kantin..” ajak Julian.
“Kau duluan saja, aku masih ingin di
kelas..” kata Collin sambil mengeluarkan
handphonenya.
“Ahh ya..aku mengerti, sampaikan
salamku pada RedHawk kalau begitu..”
kata Julian yang sudah mulai terbiasa
dengan kegiatan Collin selama jam-jam
istirahat dan jam-jam senggangnya
sekarang.
Julian adalah ketua kelas di kelas yang
dihuni Collin, dengan Collin sebagai
wakilnya, Julian dipilih menjadi ketua
kelas tentu saja bukan tanpa alasan, ia
dipilih karena ia anak kedua terpandai
di kelasnya, kedua setelah Collin tentu
saja, sebetulnya Collinlah yang lebih
pantas menduduki jabatan ketua kelas,
tapi dengan alasan bahwa ia tidak
begitu suka memimpin maka ia menolak
dengan tegas tawaran untuk menjadi
ketua kelas itu.
Julian adalah salah satu anak yang
cukup dekat dengan Collin, mungkin
karena mereka punya kualitas otak yang
hampir setara, mereka merasa cocok
dan nyambung bicara satu sama lain,
anak-anak lain merasa bahwa keduanya
cukup serasi dipasangkan sebagai ketua
dan wakil ketua kelas. Tapi sebetulnya
mereka tidaklah sedekat
itu, Collinmenganggap Julian sama
seperti teman-temannya yang lain, tidak
ada yang special dari Julian, dan
Julianpun merasakan hal yang sama
terhadap Collin.
Jika ditanya siapakah sahabat dekatmu,
mungkin dulu jawaban Collin adalah
tidak ada. Banyak anak yang berusaha
mendekatkan diri dengan Collin, baik
perempuan maupun laki-laki, tapi
sampai saat ini Collin belum pernah
menemukan seseorang yang tepat
untuk dijadikan sahabat, tempat di
mana ia bisa mencurahkan isi hatinya,
tempat ia bisa mencurahkan dan
meminta perhatian, dan banyak lagi,
menurutnya mencari sahabat itu sama
seperti mencari pacar, harus ada
ketertarikan dari kedua belah pihak,
tanpa adanya paksaan, bukan
berarti Collin sudah berpengalaman
dalam berpacaran, ia belum pernah
punya pacar sekalipun sampai sekarang.
noh,critanya udh di up tuh....*sambil nunjuk k arah atas*