Sudah berulangkali aku bermain cinta dengan seorang tentara. Bukan sebuah surprise lagi menjalin sebuah hubungan dengan mereka. Mulai dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara hingga Polisipun sudah pernah aku alami. Dan kesimpulanku dari sekian banyak hubungan itu adalah mengecewakan!
Terkesan mereka itu menjalani hubungan gay hanya sebagai pelampiasan saja. Sebagai pemenuhan kebutuhan seksual mereka karena Istri mereka yang ada di luar kota. Ada juga yang menjalani hubungan gay hanya sebagai cara untuk bersenang-senang saja. Kita semua tahu, bagaimana tingkah seorang gay ketika sudah jatuh cinta. Nggak sungkan=sungkan lagi buang uang buat menyenangkan lelaki yang dicintainya. Meski sebenarnya dia tahu, lelaki itu tak pernah mencintainya sedikitpun.
Tragis banget, bukan?
Dan dengan semangat 45 gue bahkan pernah menulis bahwa gue tak mau lagi bercinta dengan mereka. Tapi sepertinya aku harus menelan ludah yang telah kubuang. Aku merasakan ketertarikan lagi menjalin hubungan dengan seorang tentara. Tak fair memang kalau kita menjudge bahwa mereka itu (tentara) sama. Pasti ada juga yang romantis dan meninggalkan kisah cinta yang manis.
*
“Boleh kenalan?” satu message kubaca dari inbox situs pertemanan. Greenbaret,IDnya. Aku langsung menduga bahwa si pengirim pesan ini adalah tentara. Tapi dia tak menunjukkan foto wajahnya sama sekali. Hanya ada foto dagu ke bawah. Ada satu kalung besi yang menjuntai di lehernya. Ciri khas tentara.
“Boleh. Kamu stay dimana?” balasan smsku.
“Aku di mako*** Surabaya, Rik”
“OK. Kapan-2 ketemuan ya” balasan smsku lagi.
Sepertinya itu awal perkenalan lewat sms yang manis. Tak ada harapan untuk melanjutkan lagi hubunganku dengannya. Aku juga tak terlalu mengahrapkan untuk bertemu atau bertatap muka dengannya.
Tapi apa yang terjadi?
Moza, begitu gue memanggilnya, malah intens mengirimkan sms. Nggak peduli pagi, siang bahka tengah malampun dia berkirim sms. Sekedar mengucapkan selamat pagi, sudah makan apa belum, ataupun mengucapkan have a nice dream.
Itu yang buatku kian bertanya-tanya. Ada apa dengan tentara yang satu ini? Adakah dia tentara khusus? Apakah dia beda dengan tentara-tentara yang kukenal selama ini? Atau dia punya korps A alias Korps Asmara? Korps yang seharusnya diadakan agar tentara tak kaku dalam menjalankan hubungan seksualnya. Asal main cubles aja. Hehehehe ...
Dan malam ini jadi pembuktianku.
Kami janji akan bertemu di asramanya. Ya Tuhan, bisakah kau bayangkan betapa nervousnya aku ketika masuk dalam satuan kerja tempat dia kerja? Kebayang kan menghadapi wajah-wajah curiga, bengis dan tak bersahabat? Apalagi gue bukan komunitas mereka. Tapi gue bener-bener curious bertemu dengannya.
Doakan malam ini kencan kami sukses ya!
Comments
mohon doanya
Kalo curhat bneran, aku doakan sukses deh
Ditunggu ceritanya
bro @Noctrunalboy cerita ke gw dong. sharing kita. by message ya.
Jam 20.00 WIB.
Aku sudah menjejakkan kakiku di tempat yang telah kami janjikan. Ada sedikit rasa takut. Jangan-jangan pertemuan kami ini sebuah jebakan. Jangan-jangan ini adalah siasat yang digunakan untuk menjaring para gay. Menangkap dan memenjarakan para lelaki yang berperilaku seksual menyimpang dari kodrat asalnya. Hal yang biasanya dilakukan para homophobia. ADUH! Semoga saja itu tidak terjadi padaku.
Please lindungi aku, Tuhan!
Dan akupun sibuk menghilangkan kumpulan negatif thinking itu dari otakku.
Aku yakin bahwa Moza bukanlah lelaki yang seperti itu. Dari sms-sms yang dikirimnya padaku, aku bisa menilai dia itu orang yang baik dan rendah hati. Moza bukanlah type orang iseng yang hendak memperdaya seorang gay yang dianggap sampah masyarakat. Semoga asumsiku itu benar.
“Selamat Malam, Pak,” sapaku di pos penjagaan, seraya mengangkat tanganku ke pelipis. Memberi penghormatan secara militer.
“Selamat malam. Mau kemana, Pak?” tanya personel jaga seraya mengangkat tangannya pula membalas penghormatanku.
“Mau menemui Pak Moza. Bisa?”
“Oh, Tamu Pak Moza. Beliau ada di Mess C-2 kamar 6. Pak. Sudah ada janji?”
“Sudah, Pak” kataku dengan nada tegas.
“Mau diantar ke ruang beliau, pak?” tanya personel itu ramah.
Sapaan ramah personel jaga ini sekaligus memupus stigma bahwa karakteristik ‘pak tentara’ itu selalu kaku pembawaannya. Mungkin doktrin yang sekarang sudah berubah dari doktrin lama bahwa militer itu harus tegas, kaku dan tak berperasaan. Mereka sudah berubah sekarang. Good Changing, my soldier!
“Terima kasih, Pak. Di mana Mess Pak Moza?”
“Bapak lurus ikuti jalan ini, nanti di perempatan belok kiri”
“Baik, Pak. Selamat Malam”
“Malam, Pak”
Hapeku berdering. SMS dari Moza,”Udah sampai mana?”
Sengaja tidak aku balas. Biar saja kedatanganku kali ini menjadi surprise untuknya. Biar dia tidak meremehkan aku. Dia pasti akan menilai bahwa seorang sipilpun bisa menembus pos penjagaan militer yang dijaga ketat. Tak sembarang orang berani dan bisa masuk daerah basis militer begini, lho!
Hapeku berdering lagi. Nada panggilan dari Moza. Juga tidak aku angkat. Aku masih meneruskan langkahku menuju Mess Moza. Jalan di sekitar mess gelap dan sepi. Ada beberapa lampu yang terpasang di tiang-tiang kayu. Namun tetap terasa gelap dan suram. Beruntung aku masih bisa melihat dengan jelas papan nama tiap mess yang terpampang di atas pintu ruangan.
Akhirnya, aku sampai juga di depan Mess C-2.
Kutelepon Moza.”Hai, kamu keluar. Aku udah didepan pintu kamarmu”
“Oya?” teriak Moza keheranan. Hape ditutup. Terdengar suara orang meloncat dari atas tempat tidur. Suara ranjang yang berderik terdengar begitu jelas di telingaku. Itu pasti Moza. Pintu kamar nomor 6 dibuka ... klekkk ...
OMG ... ITU MOZA!
Ya Tuhan, lelaki ini benar-benar seksi. Sosok Moza benar-benar di luar ekspetasiku. Wajahnya tampan. Tingginya semampai. Kulitnya putih. Rambutnya lurus dan cepak. Senyumnya manis berhiaskan gigi geligi yang putih dan tertata rapih. Dadanya bidang, terlihat menonjol dari kaos ketat yang dipakainya. Punggungnya tegap. Pinggangnya kecil. Dan aromanya wangi! SEMPURNA.
Sepertinya tak ada lagi kejelekan yang bisa kukatakan. He’s the perfect man!
http://jejakasbystories.blogspot.com