BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

You Are My Rainbow(Volume 1) (ON HOLD)

Author note:

Halo semuanya di boyzforum salam kenal, aku choco newbie nih^_^.
aku disini mau berbagi cerita-cerita boyxboy yang aku tulis sendiri.
sebenernya aku pernah beberapa kali "mencoba" menulis tapi karena nggak pede jadinya selalu berhenti ditengah jalan.
jadi sekarang aku mencoba nulis lagi dan Insya Allah sampai tuntas, Amieenn.
dan inilah persembahan pertama aku di boyzforum.

oh iya ini loh pertama kalinya aku nulis boys love dan You Are My Rainbow adalah ide cerita boys love pertama yang terbesit dipikiran aku, cuma karena aku bingung mau taruh nih cerita dimana soalnya kan ide ceritanya agak luar biasa hihihi. eh, tak disangka bisa ketemu nih forum dan yang bikin aku seneng ternyata ada kategori boyzstories-nyah.

aku juga udah mampir ke lapak2 lainnya dan sumpah bagus2 banget ceritanya sampai jadi minder sendiri. oh yah buat yang ngeh sama judul cerita aku sama lapak yang digawangi oleh @aries sedikit mirip sumpah ini mah kebetulan. aku aja baru ngehnya pas udah baca tuh cerita(klepak kepala sendiri oon bener yakz) tapikan yang pentingkan isinya beda dan berhubung karena ide ceritanya tuh udah lama bersarang diotak aku begitu pula dengan judulnya yang udah lengket banget, jadinya susah banget kalau harus cari judul baru. so emsoray buat kemiripan judulnya.

You Are My Rainbow terbagi menjadi 3 volume. kok banyak yah? iya soalnya emang udah begonoh dari sonohnya tapi tenang aja kok gak bakal kayak cinta fitri atau pun sejenisnya(secara aku gak suka juga sih).
so for the last word
silahkan MEMBACA, MENIKMATI LALU MENGKRITISI.

xoxo


xchoco_monsterx
ffd5a874ce3f463c276089a332e0fe.jpg
«13456

Comments

  • edited October 2011
    Chapter 1; Scene 1

    Setengah sendok makan margarine dan bumbu halus(5 siung bawang merah, 3 siung bawang putih, 3-5 cabai merah, ½ sendok teh terasi dan garam secukupnya) dimasukkan kedalam wajan yang sudah dipanaskan sebelumnya. Bumbu ditumis sampai harum. Terakhir nasi dan kecap dimasukkan, lalu aduk rata. Nasi goreng pun siap dihidangkan.

    Sekarang tinggal memasak hidangan pendamping nasi gorengnya. 3 butir telur dipecahkan, lalu telur yang bagian putih dan kuningnya dipisah. Masing-masing bagian ditaruh didalam 2 mangkuk kecil yang berbeda. Daun bawang yang sebelumnya sudah diiris halus sebagian dimasukkan kedalam mangkuk berisi putih telur dan sisanya ke mangkuk berisi kuning telur, lalu dikocok rata.

    Wajan anti lengket dipanaskan terlebih dahulu. Setengah sendok teh minyak sayur panaskan diatas wajan. Putih telur yang sudah dikocok dimasukkan kedalam wajan dan tunggu hingga matang.

    *Klik*

    “Hmm, wangi bener,” Suara Arman membuyarkan konsentrasiku.

    “Hn,” Gumamku sambil mengangkat telur yang matang kepiring. Giliran kuning telur yang dimasak.

    “Mbak Rita belum datang juga?” Arman bertanya sambil menutup pintu.

    Ku lirik jam dinding masih menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit, “Belum, sebentar lagi mungkin.” Jawabku.

    Akhirnya kuning telurnya matang juga dan dijadikan satu ke dalam piring putih telur dadar. Kumatikan kompor, lalu kuletakkan telurnya diatas meja makan. Kulihat Arman didepanku sedang meneguk habis jus sayur yang sudah disiapkan sebelumnya.

    “Ahh~~, segernya…,” desah Arman. Segera kualihkan pandanganku kemeja makan saat Arman menjilat jus yang tertinggal dipojok kanan bibir atasnya.

    ‘Ah memang nasi goreng dan telur itu pasangan yang serasi’ celotehku dalam hati. “Kamu mau makan dulu atau mandi dulu?” kutatap Arman kembali.

    “Err…, mandi dulu deh biar seger,” Arman memutuskan seraya berjalan kekamarnya.

    Gelas bekas jus Arman(gak tau kenapa kedengarannya gimana gitu =^o^=) kuambil dan kutaruh dibak cuci piring.

    *Ting-tong*….

    *Ting-tong*….

    ‘Pasti mbak Rita’ pikirku. Ku berjalan kearah pintu, lalu kubuka dan benar saja mba Rita dengan senyum khasnya berdiri didepanku.

    “Assalamu’alaikum mas Ryan,” sapa mbak Rita kepadaku.

    “Wa’alaikumsalam,” jawabku. Mbak Rita pun segera masuk ke dalam.

    “Abis masak mas?” tanya mbak Rita yang sedang menatap kearah meja makan dan dapur.

    Kututup pintu. “Iya mbak, abis nasi yang mba masak kemarin masih banyak sisanya jadi saya bikin nasi goreng aja,”.

    “Heh, kenapa gak nunggu saya? Biar saya yang masak,” tanyanya lagi sambil bibirnya manyun-manyun.

    “Halah, cuman nasi goreng ini,” jawabku enteng.

    “Hehehe…, iya yah buat mas Ryan yang jago banget bikin sop buntut, nasi
    goreng doang mah kelaut aja,” seloroh mba Rita sambil cengengesan. “Ya udah kalau begitu biar saya saja yang cuci piring-piringnya,” lanjutnya.

    Mbak Rita pun berlalu ke dapur, sedangkan aku mengambil mugku yang berisi air teh manis yang tadi kudiamkan karena masih terlalu panas. Ku teguk sedikit demi sedikit teh manis hangatnya membiarkan manisnya memanjakan lidahku dan kehangatannya menghangatkan relung jiwaku.

    “Mas Arman masih joggingnya?” tanya Mbak Rita mendadak.

    “Udah selesai dari tadi. Lagi mandi orangnya,” jawabku sembari meneguk lagi teh manisku.

    “Oh.”

    Lagi nikmat-nikmatnya minum mendadak aku teringat dengan laptopku yang masih standby dikamar, “Mbak aku ke kamar dulu yah.”

    “Oh iya mas. Loh kok belum dimakan sarapannya mas?” tanya mbak Rita yang melihat makanan masih utuh.

    “Ntar mbak aku mau matiin laptop dulu dikamar.” Jawabku cepat. Kuletakkan kembali mugku ketempatnya dan bergegas ke kamar.

    Niatnya mau langsung mematikan laptop tapi pas liat jam, masih jam enam. Kududuk diatas tempat tidur dan kuangkat laptopku yang tergeletak diatas tempat tidur ke pangkuanku.

    Kebiasaanku setiap pagi sehabis bangun tidur pasti langsung menyalakan laptop untuk memeriksa emailku dan benar saja ratusan email mengisi penuh inboxku. Yah, walaupun sebenarnya seperempat email yang masuk kebanyakan hanya email sampah. Tadi sebelum memasak aku sudah sempat membuang semua email sampah, membuka beberapa email penting dan membalasnya. Sekarang sih hanya tinggal memeriksa sekali lagi.

    Ada beberapa email yang sebenarnya harus dibalas tapi aku pikir nanti saja tidak terburu waktunya kalau harus jawab sekarang. Sepertinya lebih baik matiin laptop sekarang dari pada nanti terlambat ke kantor.

    Saat kursor mau kutunjukkan ke arah tanda sign out tiba-tiba satu pesan baru masuk. Aku tersenyum melihat alamat email si pengirim pesan yang baru saja masuk. Kalau yang ini aku harus baca sekarang juga.
  • edited October 2011
    Chapter 1; scene 2


    Pengirim : [email protected]

    Judul : Hello My Dear

    Pesan :

    Hey, apa kabarmu Ryan? Aku kangen sekali sama kamu. Aku kangen senyum manis kamu. Aku kangen rasanya tubuh kamu yang hangat dan pas dipelukanku. Aku juga kangen sama bibir sensual kamu yang nikmat banget pas aku gigit. Hahaha…, jadi horny nih.

    Aduh niat hati mau bikin email yang manis, lembut dan hangat malah jadi email mesum gini sih(tapi gak apa-apa kalau ini bisa bikin kamu horny juga, hihihi).

    But really my dear, only you who can make me lose myself, feeling so much desire, wanting to monopolized, obsessed and despair altogether. Even though my love is unrequited, but never once I feel regret for loving you, my dear. I’m happy enough that you still allowed me to be there when you’re in joy, sickness and sadness. Please don’t pity me or blamed yourself my dear, for as long as I remember I’m the happiest man in the world for having a wonderful person like you being part of my life. And please remember this,

    I…, ALWAYS…, LOVE…, YOU…, MY…, BELOVED.

    Okay enough with that(bipolar much?), let’s get to the point why I send you this email. Aku pulang tanggal 25 bulan ini(yeay^o^), tapi bukan pulang selamanya cuma cuti beberapa hariT_T. So if you don’t mind and have time would you spend some times with me while I’m in Jakarta?(please…, pretty please\>o</).

    Yup, cukup segitu aja emailnya soalnya masih banyak kerjaan gara-gara bos gilee. Dengan dalih aku bakalan pulang dia ngasih aku PR setumpuk, arrrrgghhh. But it’s okay sih soalnya dikasih bonus sama si bos hihihi…. Well then I’ll wait for your reply;).

    Your Sincere Admirer,


    Carlo.

    p.s: please reply A.S.A.P or else I creep your dream and rape your butt hard :lol:
    just kidding :lol: :lol: :lol:
    #silence….
    #thinking…
    Have to go sleep now…, bye…, zzzZZZ.

    Aku terdiam membeku, napasku tercekat dikerongkonganku, rasa dingin menjalar dari ujung kaki hingga ubun-ubun, kukepal tanganku sekencang-kencangnya, rasa panas mulai menyebar diwajahku, kulihat embun dipelupuk mataku dan tanpa kusadari airmata membasahi pipiku.

    Kulihat pintu kamarku, ‘untung tadi pintunya sudah aku tutup tadi’ ucapku dalam hati. Lagi kutatap layar laptop dan kubaca email dari Carlo satu kali lagi. Airmataku semakin mengalir lebih deras. No…, no…, no I don’t want to cry anymore. Kudongakkan kepalaku, kulepas kacamataku lalu kuseka airmataku.

    Kenapa?..., kenapa Carlo kamu masih mencintaiku?

    Dan kenapa pula bukan kamu yang aku cintai?

    Aku tidak pantas untuk dicintai oleh orang seperti kamu. Aku seorang yang bodoh, idiot, masochist karena bertahan pada cinta yang tak akan pernah menjadi kenyataan, Carlo.

    Ya Tuhan, berikanlah Carlo pria berhati besar itu seorang pendamping hidup yang dicintainya dan yang akan mencintainya kembali. Tuhan, berikan Carlo kebahagiaan untuk mengobati rasa sakit yang pernah kutorehkan padanya.

    Kututup mataku dan menghela napas dalam-dalam ‘bukan ini yang Carlo mau’ kuingatkan diriku sendiri. Kutarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya, kulakukan ini beberapa saat sampai aku bisa tenang kembali.

    Setelah beberapa menit aku bisa tenang kembali. Kupakai lagi kacamataku dan mengembalikan perhatianku pada email Carlo. Sempat aku tersenyum membaca bagian akhir emailnya. Aku senang dia masih belum kehilangan rasa humornya. Kuarahkan kursor ke tanda reply dan mengkliknya.

    Hey dear,

    O.M.G how long has it been since your last email? Aku juga kangen banget sama kakak. Jadi bagaimana kabar kakak? And how is New York?.

    Wow someone not get laid lately huh? :lol: :lol:. Really? Kakak mau pulang asik yeah\^0^/. Tentu dong untuk kakak Carlo-ku tercinta apa sih yang gak bisa. Just call me when you arrived in Jakarta and I’ll be like a nice puppy waiting for their master come home #raawr.

    xoxo,


    Your Sweet Puppy

    P.S: it’s 6.30 am here in Jakarta and I had wide wake up since two hours ago *sticking out my tongue*
    #worried for tonight…
    #grabs a sticky memo and a pen…
    *scratch…, scratch…*
    #stick the memo on my butt with a sign “NO TRESSPASSING”

    Kuklik send.

    *Tok…, tok…*
    Suara ketukan pintu mengejutkanku. “Mas Ryan nggak sarapan? ini udah jam setengah tujuh loh,” tanya mbak Rita dari balik pintu.

    “Eh…, iya mbak ini juga mau,” jawabku gugup. Kumatikan laptopku dan kumasukkan kedalam tas. Cardigan yang sedari tadi sudah bersandar di sandaran kursi kerjaku kuraih, lalu kupakai. Tas kerja yang sekaligus tas laptopku kuambil dari atas tempat tidurku. Sebelum keluar kamar ku hela napas sekali lagi.
  • Chapter 1; Scene 3


    Saat kukeluar kamar Arman sudah duduk manis diruang makan dan sedang menikmati sarapannya. Arman menyadari kedatanganku, dia menoleh lalu menatapku lekat. Dahinya mengkerut dan rahangnya mengeras.

    ‘Dia tahu ada yang salah’ celetukku dalam hati. Kuhiraukan tatapan Arman dan berbelok kekiri kearah ruang duduk. Kutaruh tasku di atas sofa.
    Dadaku berdegup kencang melihat punggung Arman yang bidang membelakangiku. Bisa kurasakan aura tidak bersahabat dari Arman.

    “Mau dipiringin nasi gorengnya mas Ryan?” suara mba Rita menyadarkanku.

    “Eh…, iya,” jawabku cepat. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju meja makan. Kutarik kursi makan.

    “Ada apa?” tanya Arman dingin tanpa menatapku.

    “Huh? ga ada apa-apa.” Jawabku santai.

    “Don’t give me that crap, I can see something wrong with you,” ucapnya dengan nada tinggi.

    Mba Rita yang tadi sedang menyendokkan nasi goreng kepiring untukku terkejut dan terdiam. Tetapi setelah itu mba Rita kembali menyendokkan nasinya. “Nih mas nasinya,” mba Rita menyodorkan piring berisi nasi goreng kepadaku. Kuambil piringnya dari mba Rita.

    Mata mba Rita yang bertemu dengan mataku menyiratkan tanda tanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman, “Mba udah makan?”

    “Ini baru mau mas,” jawab mba Rita gugup sambil menatap Arman yang diam.

    “Jawab aku Yan,” dengan nada tinggi lagi Arman mengingatku.

    Kuhela napas, “ Geez, relax Arman…. Ga ada apa-apa aku hanya senang dapat email dari kak Carlo.”Dengan santai kuambil termos berisi air putih dan menuangkannya ke dalam gelas yang sudah disiapkan mba Rita sepertinya.

    “Apa? Mau apa dia?” Arman membelalakkan matanya tidak percaya kepadaku.

    Kuambil sendok dan garpu dari wadahnya. “Hah, aku tahu kamu pasti bereaksi seperti ini,” kumenyeringai geli.

    “Just answer me,” ucap Arman ketus.

    “Well, dia tanya keadaan aku bagaimana dan dia ngasih tahu kalau dia bakalan pulang tanggal 25 bulan ini.” jawabku lugas.

    “Ngapain dia pulang? Harusnya dia tidak usah balik lagi kesini,” umpat Arman kesal.

    “Arman?” Tanyaku tidak percaya. Sekarang gantian aku menatap Arman kesal, “Indonesia masih rumahnya jadi itu hak dia kalau dia mau pulang dan please Arman don’t bad mouthing about him, he’s my friend too.”

    “Right? Friend? The one and only kind,” cibir Arman.

    Kucubit hidungku ‘here we go again’ pikirku. Aku tidak mau berdebat dengan Arman apalagi kalau sudah soal Carlo, bebalnya luar biasa. “Sudahlah Arman aku mau sarapan dengan tenang,” pintaku lirih.

    “Ok, tapi lalu kenapa kamu menangis.” Itu bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan.

    Kutelan ludahku. Persahabatan antara Arman dan aku sudah berlangsung selama 19 tahun ini membuat kami berdua sangat mengenal baik watak dan kelakuan kami masing-masing bahkan mungkin melebihi orangtua kami sendiri.

    Sepertinya hidup aku semakin pendek saja karena terlalu banyak menghela napas karena itulah yang aku lakukan sekarang. Percuma berbohong kepada Arman karena hanya akan membuat dia lebih kesal walaupun dia tidak akan senang mendengarnya.

    “Di emailnya kak Carlo menulis kalau dia kangen banget sama aku, dia ingin ketemu aku pas dia datang ke Jakarta dan betapa sayang dia sama aku.” ucapku jujur.

    “Hanya karena itu?” Arman mengernyitkan dahinya tidak percaya.

    “Yes, because it means a lot for me. He’s my savior Arman.” Jawabku lirih.

    Dengan kasar Arman berdiri dari kursi hingga menimbulkan bunyi berdecit yang keras, meninggalkan meja makan menuju ruang duduk lalu menyalakan televisi dan duduk disofa.

    Sekali lagi dan mudah-mudahan untuk yang terakhir kalinya setidaknya untuk hari ini aku menghela napas. Kulihat mbak Rita yang menyaksikan pertengkaran kecil kami terdiam dan tertegun kebingungan. “Ayo mbak dimakan nasi gorengnya masa dianggurin aja,” aku tersenyum kecil mencoba mencairkan suasana. Mbak Rita pun melanjutkan makannya.

    Yah begitulah Arman kalau sudah marah bisa bikin orang terheran-heran. Arman sebenarnya bukanlah sosok temperamen. Dia selalu ramah dengan siapa pun dan kapan pun bahkan disaat sedang bersedih dia masih bisa tersenyum. Karena karakternya seperti itulah yang membuat dia sukses didunia entertainment. Tapi dia akan berubah 180 derajat seperti tadi kalau sudah berhubungan dengan aku.

    Aku pernah melukainya dan pergi menjauh darinya. Semenjak itu Arman berhati-hati kalau-kalau aku akan melakukannya lagi. Andai dia tahu apa yang aku lakukan bukan karena aku ingin melukainya tapi karena aku ingin melindunginya dari diriku sendiri, dari perasaanku. Tapi aku adalah manusia egois, aku tidak ingin Arman tahu yang sebenarnya bahkan Carlo yang hatinya bersih adalah korban keegoisanku.

    Makanan yang sedang kumakan sekarang tidak ada rasanya dan menelannya pun terasa perih. Kuteguk habis air putih untuk menghilangkan rasa perihnya. Kulihat Arman masih menonton televisi, sedangkan mbak Rita hanya bisa terdiam.
  • edited October 2011
    Chapter 1; Scene 4


    “Jadi mbak udah bilang sama suamimu?” tanyaku memecahkan keheningan.

    Mbak Rita terhentak mendengar pertanyaanku, “soal apa yah?” tanyanya kembali.

    “Soal kandunganmu mbak,” jelasku tak sabar.

    “Oh itu, iya sudah tadi malam,” jawabnya sambil tersenyum.

    “Terus bagaimana reaksinya?” tanyaku kembali. Aku tahu mbak Rita suka sekali mengobrol tentang suaminya yang bekerja sebagai teknisi di perusahaan layanan komunikasi. Aku harap pembicaraan ini bisa membuat mbak Rita tenang.

    “Ya seneng, cuma gitu mas reaksinya datar banget.” Jawabnya sambil menekuk wajahnya. Aku berhasil membuat mbak Rita tenang.

    “Datar gimana?” tanyaku ingin tahu.

    “Iya dia bilang dia sudah bisa menebak pas aku mulai pusing-pusing dan keluhan aku soal mentruasiku yang telat makanya dia bilang gak terlalu kaget pas aku kasih tahu.”

    “Oh gitu.”

    “Iya mas, tapi aku kesal juga sama dia. Aku bilang sama dia sebenernya aku udah dapat hasilnya dari 2 minggu yang lalu, tapi baru aku kasih tahu dia sekarang. Maksud aku kasih tahu dia begitukan supaya dia kaget gitu loh mas. Kalaupun dia udah tau seenggaknya seneng atau gimana kek tapi ini sih enggak ada sama sekali ekspresinya. Aku tanya kenapa dia begitu?, tahu gak mas dia bilang apa sama aku,” cerocosnya kesal.

    “Apa?” tanyaku penasaran.

    “Dia bilang anak kedua ini, gitu mas. Bener deh suamiku itu bener-bener ga sensitif, ga romantis. Dari jamannya kita masih pacaran sampai sekarang belum pernah aku dikasih hadiah bunga, coklat atau paling gak puisi yang gak usah pake modal aku tahu dia sayang sama aku.” Ucapnya sampai bibirnya monyong-monyong.

    Aku hanya bisa tertawa mendengar keluhan mbak Rita.

    “Pfft,” kalau aku tidak salah dengar sepertinya Arman tertawa.

    “Tapi mbak masih cintakan sama suaminya?” ledekku.

    “Iya sih mas, tapi tetep aja aku inikan perempuan pengen gitu loh sesekali dimanjain sama suami sendiri,”

    Tiba-tiba keluarlah tawa renyah Arman. “Mbak Rita…, mbak Rita…,” gumam Arman.

    Mendengar Arman sudah bisa tertawa lagi aku tersenyum lebar. Mbak Rita mengerlingkan matanya kepadaku. Aku membalasnya dengan senyuman tanda terima kasih. Ah, akan makin susah saja mencari asisten artis seperti mbak Rita ini yang rajin, jujur, lucu dan bisa kompak dengan aku dan Arman. Untuk aku dan Arman mba Rita ini sudah bagaikan kakak perempuan dan sekaligus ibu kami.

    Mbak Rita adalah wanita pekerja keras dan tegar. Dia hijrah ke Jakarta setelah dia lulus SMP, ini dia lakukan untuk membantu orangtuanya membiayai 4 orang adiknya yang masih kecil. Pertama kali dia tinggal dan kerja di Jakarta bersama pamannya yang mempunyai usaha konveksi. Tidak lama kemudian oleh temannya dia ditawarin kerja sebagai pelayan restauran. Dari situ mbak Rita berkenalan dengan dunia entertainment.

    Iseng-iseng mbak Rita ikutan kerja entah sebagai figuran ataupun hanya sekedar sebagai pesuruh. Hingga akhirnya mbak Rita dipercaya sebagai asisten artis. Dan profesinya yang terakhir ini sudah dia jalani hampir sepuluh tahun. Mbak Rita telah menjadi asisten untuk Arman kurang lebih enam tahun. Empat tahun lalu mbak Rita menikah dan dikarunia seorang anak perempuan.

    Di umurnya yang sekarang 33 tahun mba Rita akan segera memiliki anak lagi. Mba Rita pernah bilang kalau dia punya anak lagi dia mau berhenti jadi asisten artis supaya bisa fokus dengan anak-anaknya. Kami pun sangat menghargai keputusannya meskipun berat rasanya. Kalau aku melihat mbak Rita aku merasa cinta dan harapan itu bukan hanya sekedar bualan belaka atau mimpi disiang bolong.

    Kulihat jam tanganku, waktu sudah menunjukan jam tujuh kurang lima. “Aku berangkat dulu yah mbak, udah siang nih,” ujarku sambil kuteguk habis air putih.

    Ku bergegas meninggalkan meja makan untuk ke ruang duduk. Kuambil tas kerjaku dan kuselipkan dipunggungku.

    “Oh iya, Marcell nanyain kamu terus tuh,” celetuk Arman mengagetkanku.
    jantungku berdegup kencang mendengar nama Marcell. “Oh yah?” tanyaku lemah.

    “Iya, katanya dia pengen banget ketemu sama kamu,” lanjut Arman.

    Kuhanya bisa terdiam membeku. “Err…, bilang sama dia aku sibuk dan lagian aku sudah pasti datang kepestanya,” ucapku gugup.

    “Iya aku juga udah bilang begitu, tapi dia malah balik nanya kenapa kamu menghin-“

    “Ahh, aku harus berangkat sekarang kalau makin siang keburu macet. Man, ingat bawa tasku sudah kusiapkan dikamar dan jangan lupa kamu sudah harus datang ketempat syuting untuk acara ‘Coffee Talk’ jam setengah tiga. Oh yah mbak Rita hari ini aku hari ini ketemu bos mau ngomongin soal kondisi mbak.” Kataku cepat, memotong pembicaraan Arman.

    “O iya mas,” jawab mbak Rita.

    “Hey Yan aku belum selesai ngomong,” gerutu Arman.

    “Udahlah Man aku harus buru-buru ini nanti lagi saja kita mengobrolnya ditempat syuting dan bilang saja ke Marcell seperti yang aku bilang ke kamu,” elakku cepat. Kuambil langkah panjang kearah pintu.

    “Tapi Yan-” Arman mencoba memanggilku tapi terpotong karena nada dering handphonenya.

    “Assalamu’alaikum,” pamitku sebelum menutup pintu.

    Ternyata dugaanku untuk tidak menghela napas lagi buat hari ini sirna sudah dan sekali lagi aku menghela napas dalam-dalam. Nama Marcell muncul dikepalaku tapi kutepis dan segera berjalan ke arah lift. Okay let’s get it on.
  • Pertamax hehehe...
    Bagus bro,, ceritanya.. Pembawaan ceritanya jg enak dibacanya.. Lanjut y,, jangan lama''.. :D
  • aaaaahhhhhh masi penasaran... ini ceritanya Cinta segiempat yaa??
  • sukaa... ceritanya bagus..
    bakal panteng terus lah...
  • wkwkwk namaku dibawa2 nih dipembukaan wah...... jadi tersanjung 500 neh........ ceritamu bagusssssssssssssssssssss
  • edited October 2011
    angelofgay wrote:
    Pertamax hehehe...
    Bagus bro,, ceritanya.. Pembawaan ceritanya jg enak dibacanya.. Lanjut y,, jangan lama''.. :D

    hihi makasih yah,,, Alhamdulillah ada yang suka sama cara ku ngebawain ceritanya soalnya sempet khawatir buat orang bosen hihi
    :">
  • aaaaahhhhhh masi penasaran... ini ceritanya Cinta segiempat yaa??

    segi sepuluh hahaha,,, becanda ding pokoke stay tune ajah dichanel ini okeh :wink: :wink:
  • adinu wrote:
    sukaa... ceritanya bagus..
    bakal panteng terus lah...

    makasih :">
    lanjutannya tunggu yah minggu depan,,, Insya Allah tiap weekend aku upload dan sekali upload mudah-mudahan bisa banyak pokonya ampe eneg dah
    :lol: :lol: :lol:
  • Aries.lugu wrote:
    wkwkwk namaku dibawa2 nih dipembukaan wah...... jadi tersanjung 500 neh........ ceritamu bagusssssssssssssssssssss

    waduhh,,, makasih mas udah mampir kelapakku,,, end btw aku suka banget sama you are my spring punyanya si mas,,, mudah-mudahan lapakku ini rame kyk lapaknya si mas :)
  • ditunggu lanjutannya

    penasaran ni
  • pokemon wrote:
    ditunggu lanjutannya

    penasaran ni

    oke tunggu yah :wink: :wink:
  • asik ada tongkrongan baru =p hehehe.. Enak ceritanya, ringan enak di pahami.. Lanjutkan dan jangan lupa mampir ke lapak saya..
Sign In or Register to comment.