Halo semuanya, kali ini aku mengepost ulang serial thiller aku yang waktu itu ada Di BF lama, tentunya aku baru sadar ternyata saat itu bahasa dan gaya tulisan aku masih ngambang, maka dari itu aku NGEDIT ulang cerita ini, jadi bagi pembaca BF lama, pasti akan menemukan beberapa yang berbeda dari cerita ini. Hehhe. Okedeh, cerita kali ini berkisah tentang anak sekolahan, langsung ya gan! INI ADA COVERNYA :
<img src="
http://boyzforum.static.vanillaforums.com/uploads/FileUpload/ff/32e8fff893a1fc26e251c50a80d32b.gif" />
Judul : Getting Lost In Grudges
Genre : Thiller, Romance, Adventure, Friendship
Penulis : Imanuela
___
PART 1 - (MONDAY)
“TREEEEEEEEEEENGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!”
Nyanyian yang berbising alias alarm berbunyi di handphone yang ku letakkan dibawah bantalku. Aku terbangun. Jujur, suara itu terlalu keras, aku lupa mengecilkan volume nya sebelum tidur, hingga seseorang yang satu kamar dengan ku, juga terbangun dengan aura merah padam (marah!).
“Hai Ris, kurang besar tuh volume alarm nya!” katanya sambil menyembunyikan kembali wajahnya dengan bantal.
“Haha ia nih, Pan. Maaf!” Kataku sambil tersenyum.
Haha, dia memang orang yang sangat sulit dibangunkan. Kalau melihat langit masih agak gelap, dia pasti akan tidur lagi, dia baru mau bangun kalau waktu masuk sekolah udah kepepet.
Aku mematikan alarm itu. Berdiri dari tempat tidur Dan segera menuju kamar mandi, tidak kuperdulikan dia, dan segera cuci piring, eh bukan, maksudku mandi.
Selesai mandi, aku bergegas memakai pakaian seragam sambil berkaca ria, setelah selesai ku ambil tas ku yang ada dimeja dan langsung ku sandang. Aku membuka pintu kamar yang berwarna coklat tua itu, dan sesekali ku menoleh ke arah dia, dia tetap masih tidur, atau mungkin hanya pura-pura, yang jelas dia masih bermalas-malasan.
"Huh.." aku menghela napas sambil menutup pintu kamar kami tersebut.
Aku keluar dari kamar , karena masih sekitar jam setengah tujuh, aku berjalan dengan santai menuju gedung kelas. Oh ia, aku belum memperkenalkan diriku, kan?
Namaku Riski Septiawan. Biasa dipanggil Riski. Aku sekarang duduk di bangku SMA tingkat dua. Aku sekolah di SMA A yang berasrama. Ya terpaksa deh aku hidup di asrama dan harus mandiri.
SMA A ini memiliki empat gedung utama, yaitu gedung kelas, gedung asrama, gedung kantor, dan gedung serba guna. Gedung-gedung itu saling mengelilingi halaman luas yang biasa dipakai untuk upacara , kecuali satu gedung yang tak lain adalah gedung asrama, yang terletak dibelakang .
Walaupun sekolah ini bukanlah sekolah yang favorit, namun disini cukup disiplin dan peraturannya sangat ketat. Makanya aku datang sepagi-pagi mungkin ke sekolah supaya tidak terlambat. Kalau tidak... Bisa dibayangi sendiri apa yang akan terjadi, kan?
Aku menaiki tangga dan berjalan lurus kedepan. Dan akhirnya aku sampai di depan kelasku. Terlihat diatas pintu , ada papan kecil berwarna hijau bertuliskan 11 Ipa 3.
Aku masuk dan ternyata didalam baru ada sekitar lima orang. Dan mereka cewek semua. Salah satu diantara mereka ada yang bernama Airin, dan dia menyapaku,
“Hai Ris, kamu udah buat PR Biologi ?”
“Udah lah, emang kenapa?” aku berbalik bertanya sambil meletakkan tasku dimeja.
“Boleh pinjem?” katanya bermohon sambil memegang tangan ku. Anak yang lumayan manis ini merayu ku sepertinya.
“Ciye..ciye… Si Airin genit ya godain Riski ! Udah ganteng, rajin lagi!” kata teman-temannya yang lain.
Aku tersenyum, Airin pun menoleh ke arah mereka dan memandang mereka dengan tatapan tajam , beda jauh dari cara dia melihatku tadi.
“Biasa aja kali!”, dia kembali melihatku dan kembali melihatkan ekspresi manis “Gimana? Mau nggak?”
“Oke, nih!” Aku mengeluarkan buku cacatan biologi ku dan ku berikan pada Airin. Dia mengatakan terima kasih dan kembali ke teman-temannya sambil membawa bukuku. Aku tahu, bahwa dia hanya baik, kalau ada maunya saja.
Namun , aku tidak memikirkan hal negatif itu lagi. Yang aku pikirkan sekarang adalah berbuat kebaikan.
Dua puluh lima menit kemudian, anak-anak dikelas sudah mulai rame. Aku pun sudah mulai tidak bosan lagi, karena berbincang-berbincang dengan mereka tidak hanya dengan cewek-cewek tadi (Huh). Seseorang cowok pun masuk dengan pandangan dingin, dia meletakan tas nya di meja paling belakang. Pakaian nya yang berwarna putih ful memperlinatkan dia akan menjadi petugas Paskibra di pagi senin ini.
Tapi bukannya anak-anak yang lainnya kagum, mereka hanya terdiam dan memberikan pandangan sinis pada anak itu. Awal mulanya aku tidak tahu mengapa mereka semua seperti itu, padahal aku tahu bahwa dia lumayan tampan, atletis, dan yang lebih penting pintar. Namun tanpa sengaja aku mendengar gossip tidak baik tentangnya, suatu saat nanti kalian akan tahu.
Anak itu duduk sendirian dibelakang, dia seperti tidak peduli dengan yang orang-orang lain yang melihatnya. Dia menggunakan headset dan menekan tombol volume full di handphonenya. Dia terdiam, seperti mengikuti irama dalam lagu.
Aku mencoba menyapanya,
“Viktor!”
Dia tidak menjawab.
“Viktor!!” kataku lebih keras.
Dia hanya melihatku sekilas, aku terdiam saat dia memandangku, namun tak lama kemudian, dia kembali sibuk melihat handphonenya.
Aku pun melepaskan salah satu cabang headsetnya dan meletakkan nya di telingaku, terdengar nyanyian lagu Vierra yang berjudul Perih.
“Aku kan ber tahan…
Meski takkan mungkin…
Mengejar kisahnya…
Walau perih…”
Dia melihatku dan langsung melepaskan hedseat yang ada ditelingaku dengan paksa.
“Jangan sok baik,ya!” katanya dengan ekspresi gusar.
Aku tercengang dan kaget.
“Lebih baik kau segera menjauh dariku! Jangan coba-coba sok perhatian apalagi sok akrab!”
Aku mulai mengerti apa maksudnya. Aku jengkel dikatai seperti itu, akhirnya aku segera berdiri dan mengatakan,
“Maaf. Aku Cuma ingin berteman!”
Dia tidak menggubris sama sekali, dia tetap sibuk dengan alat modern jaman sekarang inim tapi aku tahu dia mendengarnya karena saat itu aku tahu lagu yang dimainkan dihandphonenya sedang di pause nya.
Aku kembali ke teman-temanku. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi, dan kami semua keluar dari kelas untuk mengikuti upacara rutin setiap hari Senin. Sambil tersenyum bahagia, aku mengatakan,
“Semoga satu minggu ini, semua akan bahagia!” dengan keras.
Aku jadi malu, karena Semua orang melihatku. Termasuk Viktor, Airin, dan tiga pemeran penting lain nya yang belum aku ceritakan.
___
Tanpa Riski dan yang lainnya ketahui, minggu ini akan menjadi satu minggu yang tidak akan dilupakan didalam hidup mereka!
___
Gimana chapter 1 nya? Dimohon komen dan saran nya ya gan! Karena amat aku butuhin buat memperbagus karya ku. Untuk chapter selanjutnya ga bakal mandet kok, karena stok udah sampai chapter2 berapa gitu, jadi tenang aja readers!<img src="
http://boyzforum.static.vanillaforums.com/uploads/FileUpload/ff/32e8fff893a1fc26e251c50a80d32b.gif" /><img src="
http://boyzforum.static.vanillaforums.com/uploads/FileUpload/ff/32e8fff893a1fc26e251c50a80d32b.gif" />
Comments
Upacara rutin menaikan bendera setiap senin dimulai. Dengan hikmat kami mengikuti setiap sesi-sesi dalam upacara. Aku mulai risih dengan terdengarnya suara-suara ribut yang berasal dari barisan temanku yang ada dibelakang (maklum aku mengambil barisan nomor tiga dari depan).
Ketua kelas kami, Aji, memberikan instruksi dengan pelan,
“woi, diamlah. Kalian mau kelas kita kena hukum?”
“Ia pak! Santai dong!” kata salah seorang temanku bernama Desta sambil mengejek. Dia dan beberapa teman lainnya tertawa kecil.
“Tidak ada yang lucu! Pokoknya kalian harus diam! Ya sudahlah!” Aji tidak mau ambil pusing.
Kadang aku kasihan melihat Aji, dia harus mengatur teman-teman ku yang ribut nya minta ampun. Sampai guru-guru pun ada yang tidak kuat mengajar di kelas kami. Anak yang berkepala botak ini, sangat tegas, dia juga sangat suka olahraga(sedikit memperhatikan), namun dia kadang sangat lemah dengan cewek. Haha.
Aji kembali ke posisi siap sempurnanya. Sedangkan aku harus kembali fokus ke acara upacara. Walaupun kadang-kadang, aku berbicara dengan Airin yang ada disebelahku. Namun aku terheran melihat seseorang yang ada di depanku. Anak berkacamata ini selalu diam. Padahal dia tidak bisu, dan aneh sekali bagiku. Aku kadang mencoba menegurnya, namun ada perasaan yang menyebut tidak usah.
Ketika acara mulai bosan, tiba saat nya waktu penaikan bendera merah putih tercinta, disini teman-temanku yang bertugas salah satunya adalah Viktor. Anak yang penuh misterius itu, sangat serius menjalankan tugasnya. Dan satu lagi, Irawan. yap, ini dia yang aku tunggu-tunggu.
Irawan kadang dia melirik ke arah ku, dan aku balas lirikan nya. Hehe. Irawan juga tidak kalah macho dari Aji dan Viktor, walaupun tidak setampan Viktor, yang penting dia baik hati, dan selalu membuat humor dikelas. Dia sangat suka bermain basket, beda dengan aku yang suka bermain sepak bola.
Tidak ada yang tahu bahwa aku dan Irawan sudah menjadi sepasang kekasih. Anak yang lebih tinggi dari aku ini, sudah menjadi pacarku dari kelas satu kemarin. Kami banyak menjalani kisah bersama, walaupun orang lain hanya melihatnya sebagai sepasang sahabat biasa.
Ceritanya begini, dulu aku nembak dia, pertama dia merasa aku aneh, lama kelamaan dia mulai mencoba dan menerima nya. Semula aku berpikir dia hanya bermain-main saja. Ternyata tidak, dia serius.
Ada sebuah kejadian yang aku ingat waktu itu. Kalian ingin tahu ?
~Riski Flashback~
Saat itu adalah hari ulang tahunnya. Bertepatan saat libur sekolah. Aku akan memberikannya sebuah kalung berwarna hitam. Memang harganya tidak seberapa sih, namun yang penting memakai uang ku sendiri.
Sore hari waktu itu, kami janjian di depan kelas kami . Ternyata hujan lebat mengguyur.
“Ya ampun, gimana nih, bisa nggak Irawan sampai kesini? Hujannya lebat banget!” kataku saat itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Rumahnya sangat jauh. Aku pesimis dia akan datang.
“Ya aku akan menunggu!” kataku dengan bodohnya.
Satu jam kemudian, aku tetap teguh berdiri walaupun hujan bertambah lebat. Tiba-tiba lewat seorang penjaga sekolah yag sedang terburu-buru membawa peralatan yang sangat banyak dan menyenggol ku,
“Maaf dik, Bapak tidak sengaja, kenapa kamu ada disini? Sekarang kan sedang liburan?”
“Maaf juga Pak, saya sedang mengambil barang yang ketinggalan.” Kataku
“Oh ya sudah, bapak pergi dulu ya dik!”
Bapak Penjaga Sekolah itu pergi dan lama-kelamaan hilang . Aku tidak sadar ternyata kalung yang aku pegang, saat bertabrakan dengan si Bapak Penjaga Sekolah, jatuh kedalam selokan kecil yang ada didepan kelas.
“Gimana ini? Bagaimana cara ngambilnya ya? Selokannya dikasih besi.. Ga bisa diangkat!”
Aku mulai putus asa, dan tertunduk-menangis. Bagaimana nanti kalau Irawan datang, sedangkan kadonya hilang!
Aku putus asa,
Aku hanya bisa tertunduk lesu,
Dibawah atap yang diselingi suara derasnya hujan.
Tidak lama kemudian, seorang cowok berjaket tipis, datang,
“Maaf Ris, aku telat!”
Aku melihat keatas, dan terlihat dia sudah basah kuyup. Dia juga keheranan melihat air mataku.
“Kenapa kamu nangis, Ris?”
Aku hanya menggeleng,
“Jawab Ris!” katanya tegas keheranan.
Aku menggeleng lagi.
“Ya udah!”
Dia melihat ada sebuah kalung berlogo R.I. di selokan. Namun dia malah pergi .
Aku rasa dia marah, karena hadiahnya tak sengaja ada di selokan dan aku mencuekinnya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak sanggup melihat kemarahannya, aku memutuskan pulang. Sudah lama kuberjalan, tanpa ku perdulikan Irawan.
Tapi…
Didepan mataku ada sebuah tangan menggenggam kalung hitam
“Ini yang kamu cari kan?”
Aku terkaget, dia ada didepan ku sambil membawa kalung yang sudah ada diselokan tadi dengan mata yang bersinar. Kulihat tangannya kotor karena kotornya selokan tadi, dia mengambilnya mati-matian!
Aku sangat terharu, aku kembali menangis! Ini pengalaman pertama dalam hidupku yang sangat berarti, aku menangis dan kupeluk dia.
“Irawan…Selamat Ulang Tahun…” hanya itu kata yang dapat aku ucapkan..
Dia membalas sambil memberikan kecupan di keningku,
“Terima Kasih!”
~END FLASHBACK~
____
Dah, udah aku posting double chapter nih, kasih SK ya alias Saran dan Kritik)! Sory ya kalau chapter 2 nya berasa senetron banget, halah, haha.
bagus tatabahasanya, tp gak tahu (menurutku) fell nya belum dapet
mg2 ini krn br awal
Terkaget aku dari tidur nyamananku. Ekor telingaku menangkap kebisingan dari bawah bantal tidurku. Ahh, nyanyian dari alaram ini sungguh memekakkan telingaku. Semakin lama semakin mengeras dan gaungnya memenuhi kamar. Sial, kulihat wajah memerah tomat di depanku. Celakalah aku tak mengecilkan volume alarm, walhasil pagi ini aku harus bersantap dengan amarah temanku.
Cuma saran aja,
Diperhatikan pemilihan diksinya ya..
Semoga ceritanya menarik di chanpter selanjutnya..
@budak.kuper : hai budak (ga enak banget nih dipanggilnya budak haha), kamu udah ngikutin cerita ini dari BF lama ya? makasih banget udah ngikutin, insya Allah bakal di post dengan waktu yg udah terjadwal, jadi ga akan ngambang kayak di BF lama dulu hehe. Sorry ya, tp ditunggu ya kelanjutannya!
@gre3yboy : hm.. wah thanks ya kak sudah merhatiin Diksi cerita aku. memang aku masih belajar dalam hal itu. Bakal dicoba buat bikin diksi yang baik deh buat chapter selanjutnya . hehe. (kakak guru Bahasa Indonesia ya ? #digampar)
Makasih contohnya kak, sip2!
Namun dua tahun ini lg tertarik pada dunia penulisan2 mulai dari fiksi sampai puisi, begitulah.. Maap kalau terlalu kritis..
Seminggu beres ga nih sampe ke bagian yang terakhir dpost dulu di bf..
Alnya smggu ini bakal sibuk. Lembur tiap hari, mudah2an aja ada waktu luang bwt buka cerita..
Ditunggu lanjutannya.. Semangat ya..
Tp kga di lanjut, mnyebalkan
:'-(
Tak terasa waktu terus berjalan , Tradisi kenaikan bendera Sang Merah Putih ini akhirnya berakhir. Si Protokol memberikan komando yang ditujukan untuk guru-guru dan Kepala Sekolah agar dapat meninggalkan lapangan Upacara.
Namun sebelum para murid membubarkan diri , seorang lelaki berbadan besar dan berkepala botak datang ke mendekati para petugas upacara, dan langsung mengambil microphone yang dipegang oleh Si Protokol. Dengan menggenggamnya sekuat tenaga,dia langsung beranjak ke tengah lapangan.
Terlihat di pakaian dinas nya, ada sebuah badge name bertuliskan Wawan Patrio,
“Hai anak-anak ku tersayang ! Bagaimana keadaan kalian?”
“Baik pak!” Kata kami semua serentak. Pak Wawan-Si Wakil Kesiswaan- sedang melakukan kebiasaannya yang sering dilakukannya setiap seminggu sekali.
“Baiklah mari kita sambut! Anak-anak yang paling hebat ini!” Sambut Pak Wawan.
Betul kan ?
Aku dan seluruh siswa lainnya berteriak dan bertepuk tangan sambil untuk menyambut ‘anak-anak yang paling hebat’.
Akhirnya, keluar sepuluh orang anak yang memperlihatkan wajah bagai tanpa dosa menuju lapangan tengah, setelah sampai, mereka berbaris lurus seperti membuat sebuah satu saf untuk shalat. Mereka berdiri tegap sambil memberikan hormat ke pada Sang Bendera Pusaka disana. Dilain pihak, ada sebuah karton yang dililitkan tali di dada mereka bagaikan pada saat masa MOS dulu yang bertuliskan “SAYA MALU, SAYA TELAT!”
Benar sekali, sambutan ini bukanlah sebuah sambutan untuk seseorang yang membanggakan sekolah atau mendapat kan prestasi di berbagai bidang, melainkan tak lain adalah sindiran dan cemoohan bagi mereka yang suka terlambat (Dan untungnya aku belum pernah).
Masing-masing dari mereka tertunduk lesu, mereka terlihat sangat malu, dan itu pun kalau mereka punya malu ya, soalnya ada beberapa diantara mereka yang sudah sering telat seperti menjadi makan menggunakan nasi, salah satu nya dia-anak bertas sandang biru itu.
Siapa lagi kalau bukan teman satu kamarku, Pandu.
Pandu terlihat sangat polos disitu, amat berbeda dengan sifatnya saat di kamar tadi, dia bagaikan banteng yang marah kalau melihat warna merah!
Aku hanya bisa tersenyum melihat Pandu. Dan sesaat dia juga melihatku, dan langsung membuang muka! Aku terkaget! Alamak, Apa salahku?
“Oke semuanya, kalian dipersilahkan kembali ke kelas dengan tertib. Kecuali yang sepuluh orang ini!” Kata Pak Wawan sambil menunjuk Pandu CS dengan nada suara yang agak besar.
“YES!!!!”
Terdengar dengungan gelombang suara sorak gembira anak-anak dari kelas lain. Selain itu, aku juga melihat ke arah Kantor, dan semua guru masuk kesana.
“Sepertinya akan rapat, jadi istirahatnya akan lama! Hore!!!” kataku penuh kemenangan .
Dari pada jadi bosan di kelas nanti, lebih baik aku ke tempat para pengibar bendera berkumpul.
Disana mereka berkumpul, ada yang tertawa dan ada yang sibuk main handphone, baju mereka yang ketat membuatku iri. Haha. Aku pun mendekat ke arah segerombolan perempuan dan bertanya,
“Kak, anak yang bernama Irawan Subandi dari kelas 11 IPA 3 , ada?”
Seorang gadis cantik menoleh ke arahku dan menjawab,
“ Nggak,dek. Tadi aku denger dia lapar banget, Kalau ga salah dia langsung ke kantin !” katanya dengan menggunakan bahasa yang agak berbeda dengan kami, aku berpikir mungkin dia dari kota.
“Oh. Terima Kasih kak!”
Aku menjauh dari orang-orang berbadan tegap itu, kadang aku mencoba untuk mencuri pandang disekelilingnya, dan yang kudapatkan hanya Viktor yang menyendiri di dekat taman. Dasar anak yang aneh!
Semakin lama, aku semakin penasaran dengan apa yang dia lakukan*Detektif mode on*, aku melihat dia mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna ungu. Dan itu adalah harmonika! Dia lalu menghembuskan nafasnya diharmonika itu dengan bibirnya, dan terdengar nada-nada indah dari lagu The Climb dari Miley Cyrus.
“Keren banget!” Kataku terpesona.
Dia melihatku, dan kembali buang
muka, sepertinya dia dengar apa yang aku katakan tadi!
Dan ternyata, Bukan hanya buang muka, dia langsung pergi!
“HHHHHHH.. Sombong sekali ! kau pikir kau keren?” kataku dalam hati. Malas sepertinya mengiharaukan tingkahnya, aku pun kembali ke tujuan awal yaitu mencari Irawan, dan segera menuju kantin!!
Dari kejauhan, kulihat Irawan sedang duduk dan makan bersama beberapa kakak-kakak senior. Dan sepertinya pembicaraan mereka cukup asik. Anak itu terlihat populer. Walaupun aku cemburu, aku harus tetap bersabar karena yakin hanya aku yang ada dihatinya.
“Irawan!” Aku memanggilnya dengan modal nekat dari arah yang jauh itu.
Dia melihatku dan tersenyum sambil melambaikan tangannya.
“Eh, Ris!”
Dia kembali melihat dan berbincang dengan senior-senior itu. Dan terlihat muka para orang yang lebih tua tersebut menjadi berkerut. Yap, Irawan mau pergi, ketempat ku! Hehe.
Setelah pergi dari senior-senior, Irawan menyapa ku lagi,
“Ris, gimana penampilan aku tadi pas di ngibarin bendera?” dengan semangat 45.
“biasa aja!” jawabku singkat,padat, dan menusuk.
Dia langsung cemberut.
“Ia-ia! Bagus! Nggak mungkin Irawan ga bagus! Apasih yang Irawan ga bisa?hahahaha” aku menghiburnya.
Dia tersenyum dan mengusap kepala ku.
“lebay,lu!”
Kami tertawa ceria! Irawan yang masih mengenakan pakaian putih terlihat sangat gagah, selain itu, sambil berjalan menuju kelas, dia juga memberikan humor-humor kecil kepadaku.
“Apa beda pulsa sama cinta?”
Dia memberikan teka-teki, wah cukup sulit nih. Aku meletakkan jariku dibawah daguku, setelah berpikir 2 jam (lebay) *maaf Cuma 2 menit* aku pun menyerah,
“Ga tau! Emang apa?”
“Kalau pulsa, sering dipakai habis! Tapi kalau cinta sering dipakai malah tambah mesra!”
Hah? Teka-teki dari mana? Pikirku dalam hati.
“Ga nyambung!” kataku.
“Yang penting lucu kan?”
“Garing tauk!Maksa! hehe”
Kami terus berjalan hingga lorong, dan ketika berbelok ke kanan kami bertabrakan dengan anak berkacamata yang ada baris di depanku saat upacara tadi. Lembaran-lembaran yang sedang dibawanya jadi jatuh.
Aku langsung menyinggapinya, dan langsung membantunya yang juga sedang mengumpulkan kembali lembaran-lembaran itu.
“Maaf! Aku tidak sengaja!” Kataku sok formal, maklum, dia mungkin orang pintar, haha
“Tidak apa.” katanya singkat. Dia tidak melihat ku dan hanya sibuk mengumpulkan lembaran-lembaran miliknya yang berhamburan.
Sambil membantu, aku mulai dirasuki hawa penasaran, aku melihat lembaran-lembaran itu sekilas, ada judul Gemini, Sagitarius, Leo, dan sebagainya. Wah, ternyata Lembaran-lembaran ini tentang Ramalan Bintang (Dia suka yang hal yang seperti ini ya?).Namun tidak seperti ramalan biasanya, disini terlihat begitu gelap dan dark. Berwarna hitam kelam.
Aku mencoba melihat bintangku, Pisces. Terlihat gambar putri duyung yang tak lain lambang Pisces. Namun putri duyung ini terlihat sedang kesakitan penuh darah dan mengeluarkan air mata. Aku mencoba melihat kolom penjelasannya, tapi tiba-tiba anak berkacamata itu menggenggam pergelangan tanganku.
“Hanya main-main!” katanya dengan genggamannya yang kuat.
“Aduh! Apa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan?” Aku cukup kaget dengan tingkahnya yang tambah aneh.
Aku tidak mengerti apa maksud nya berkata begitu, dia mulai memandangiku, tatapan seram. Cengkramannya semakin erat dan menyakitkan.
“ADUH!” tambah semakin sakit. Dia melihatku lagi.
“Hei culun! Bisa ga lu lepasin dia?!” kata Irawan mengancam sambil memegang kerah baju anak itu.
Si Anak Berkacamata akhirnya melepaskan cengkramannya dariku. Irawan pun melepaskan genggaman tangannya dan kembali berdiri. Dia-Si Anak aneh itu- meninggalkan kami dengan membawa lembaran-lembaran anehnya sambil tersenyum sinis kearah kami berdua.
Gimana tanggapannya? sangat saya tunggu ya, mohon maaf banget baru diupdate skrg, soalnya internet mati, g bs diidupin, padahal mw diupdate tiap hari biar cepat selesai tapi keadaan g memungkinkan, nanti malam bakal di post chapter 4 nya, mohon SKK lagi ya hehe thanks.
Ga apa2 kok gan, udah coba diperbaiki walau masih buta. Oh gitu, haha cerita anda yang baru jg bgs banget. Hehe latar deskriptifnya keren. Sori komen disini susah ol. Hehe
Oke deh arya panggil aja aku iman, haha, budak tu bukannya bahasa melayu ya?
Makasih ya dah luwaingin waktu uat buka cerita ini thanks banget, oke deh bro. Tunggu ya. Amin.
Sorry, ya, karena bf lama di tutp jadi kmrn itu ak ga bs lanjtin ternyata skrg udah ada yg baru lgi. Jadi aku coba posting lagi disini dari awal. Sebenarnya udah banyak chapternya di MS.word. Hehe maaf ya gan !!
apaan ya/
ditunggu kelanjutannya
Komentar nya.. gaya ceritanya udah rapih, lanjutkan ya..