I just lost my very best friend. I know he's straight and he doesn't know I'm gay.
He join the undercover sex forum and found his very world there.
Dia nemuin komunitas yang baru. Tempat-tempat hiburan baru. Grup chatting baru (bbm, which I don't have). Wanita-wanita baru.
Dia menemukan banyak kenalan baru yang bisa jadi koneksi penting. Dia menemukan teman-teman baru yang punya hobi sama dan pengalaman luar biasa.
Dia bahkan menemukan teman yang sangat dekat, yang gaul dan seumuran, yang punya banyak ttm dan bisa memprovide dia cewe-cewe baru setiap hari tanpa dia harus bersusah payah mengajak kenalan lagi.
Dulu meski gua ga ikut 'main', gua masih sering menemani dia ke tempat-tempat hiburan. Menunggu dia melakukan 'short time' nya dengan wanita bayaran. Dan tetap menjadi teman yang baik meski beda dunia.
Gua tahu kesukaan kami berbeda. Dia selalu menceritakan pengalamannya bersama cewe-cewe dan tempat-tempat baru yang seru yang baru dia kunjungi. Atau akan kami kunjungi bersama. Sedangkan aku ga pernah bisa menceritakan apa saja pengalamanku. Apa saja yang kulakukan. Dengan siapa aku melakukan.
Kami berbeda dunia.
Well, tentu saja dia pernah curiga aku gay. Bertanya padaku "Sama cowo?" saat aku mengatakan baru ketemu 'someone'.
Tapi kadang dia seperti tidak punya petunjuk. Mengatakan kalau ada ttm bagi-bagi lah. Padahal sudah kubilang gua ga bisa bagi ttm gua karena dia ga bakal mau. Bukan karena dia ga bisa.
Tapi dia sepertinya sering lupa. Dan sering menanyakan lagi tentang bagi-bagi ttm itu.
Dia marah karena aku ga bisa menceritakan dunia apa yang sebenarnya kuselami.
Aku tidak berniat menyembunyikan. Sejujurnya aku tidak peduli jika dia tahu aku gay. Tidak peduli dia curiga. Tidak peduli dia mengambil kesimpulan.
Aku hanya tidak mau mengatakan ataupun mengkonfirmasinya langsung dari mulutku sendiri.
Tidak terbuka. Begitulah aku ini. Tapi selalu menjadi pendengar yang baik. Selalu berusaha menjadi teman yang baik. Meski berbeda.
But I guess I use my luck too much.
Sekarang dia sudah menemukan temannya yang benar-benar sejati. Yang benar-benar bisa berbagi dengannya tentang nikmatnya wanita dan dunia malam. Bercanda dengannya tentang hal-hal yang kita pikir tabu seperti "Awas lu. Ntar gua ewek lu."
Dan dia tenggelam dalam lingkungan yang sangat melekat pada harta dan wanita. Two things I cannot follow because my wage is not that much too.
Terakhir kali dia masih mengajakku ke villa. Dia bersama teman dekatnya yang baru, dan salah satu member forum.
Masing-masing membawa cewe ttm mereka untuk ber-sex ria. Aku hanya sendiri. Tentu saja.
Gua sangat menghargai apa yang dia lakukan. Meski terlihat berbeda, dia tetap mengajakku bergabung bersama teman-teman sex straightnya. Tapi semakin dipaksakan, semakin kontras terlihat. Aku tidak tertarik pada wanita. Dan acara di villa itu adalah puncaknya. (Oh well. Bukan orgy sex ya. Mind you.)
Now he know I don't belong to what he's really into in this world. Don't belong into his world.
No he's not know I'm gay. Just thinking that I'm a racist that doesn't like indonesian woman (yup. ttm mereka wanita pribumi semua).
But now it's already two weeks + the long holiday of lebaran. We don't have any contact anymore. Not an interaction between two friend.
Last time I called him, he's having dinner with his new best friend. And they will continue to play bilyar. On working day.
While in the past I just having time with him in the weekend only.
...
Pain as I feel, and lonely do I suffer.
But I don't blame him not even the slightest. Although I do sometimes want to hate him because it's hurt.
No this is not about love. But friend.
A very best friend indeed I ever have in this world.
I know I have to move on. Walking on my own world. And meet my new best friend in the future.
But I do.... lost my very best friend to the straight world.
Comments
Aku punya pengalaman jg, aku punya teman cowok, teman ketemu chat akhirnya sudah seperti saudara cowok. Awalnya aku punya pacar cewek dari comblangan dia, namun 2tahun putus. Akhirnya aku punya pacara dari dunia gay.
Dia tahu aku punya pasangan baru, namun aku gak mau cerita. Soalnya tidak mungkin cerita aku punya cowok. Eh dia marah besar, aku takut, akhirnya aku telfon dia dan ceritain dengan jujur.
Tapi syukur dia openminded, gak masalah dengan keadaanku. teman gak mandang hal itu. Beruntung aku punya sahabat seperti dia..
im in dat position too rite now
but in my case, i have come out to him. and he might not be able to really accept who i really am. so we are starting to live on our own world now.
we have the same bunch of friends, so we still meet up quite often, but as you say the closeness level has decreased significantly
i also feel lost, lonely and regret that i have come out. but life must goes on, i will have to walk alone rite now. but hopefully not for long.
the lesson i've taken from this experience: most things can be shared, but some other things are best kept secret, even to the person closest to you.
Aku pribadi, mungkin bukanlah orang yang sangat terbuka dalam pergaulan. Jadi di usia yang hampir kepala tiga ini, cuma punya seorang yang bisa ku sebut sebagai sahabat. Mungkin aku memiliki beberapa orang teman yang dekat, di kantor yang sekarang, di kantor sebelumnya, teman kuliah atau teman sekolah yang masih terus keep contact secara intense. Tapi kalau orang yang bisa membuat hidupku merasa nyaman, merasa ada, dan penuh, itu hanya bisa di dapat dari sahabatku itu. Persahabatanku dimulai belasan tahun yang lalu di bangku sekolah. Bukan berarti persahabatanku tanpa angin dan hujan. Kadang badai juga menerpa. Bahkan di usia persahabatan yang ke sekian pun, kami masih suka berantem, berselisih pendapat, bahkan kadang 'break'. Tapi semakin ke sini, semakin mengerti satu sama lain. Semakin ke sini, semakin membutuhkan satu sama lain. Sehingga waktu 'break' menjadi semakin singkat, berantem semakin berkurang, meskipun selisih pendapat masih selalu saja ada. Namanya juga dua orang manusia yang berbeda.
Setiap kali 'break' karena ada perbedaan, perselisihan, atau kesalahpahaman, aku sering merasa ada yang bolong di hati ini. Aku tau dia pun merasa ada yang kurang. Bukan, kami bukan pasangan kekasih. Dia sudah menikah dan akan segera memiliki anak kedua. Istrinya juga adalah teman baik aku. Aku memang pernah sangat mencitainya. Aku memang pernah sangat mendambanya. Mungkin juga sampai sekarang. Tapi sejak dia menikah, aku sudah memutuskan untuk mengalihkan rasa itu, mengubahnya menjadi kasih yang lebih bisa bertahan lama, karena aku gak mau kehilangan dia dan aku ingin mendukungnya menjalani jalan yang telah dipilihnya. Sebagaimana dia pun pernah mengungkapkan dia gak mau kehilangan aku dan akan selalu mendukungku.
Tidak, aku tidak pernah mengungkapkan isi hatiku. Aku juga tidak tahu apakah dia tahu isi hatiku. Tapi aku sangat tahu kalau dia tahu bahwa aku sangat mengasihinya, dan dia pun melakukan hal yang sama, tentunya sebagai sahabat.
Tidak, aku tidak pernah menyentuhnya. Meskipun kesempatan itu ada, banyak malah. Karena jika ada kesempatan, dan timbul pula hasrat itu, di dalam hatiku selalu ada pengingat, bahwa aku sangat menghargai dia. Kalaupun suatu saat hasrat itu bersambut, itu haruslah karena kami memang sama-sama ingin melakukannya secara sadar.
Kalau memang dia adalah sahabatmu Daichi, mungkin kalian sedang berproses. Jika dia ingin memiliki sedikit waktu sendiri, cobalah hargai itu. Jika dia sedang dekat dengan teman-teman baru, kamu lakukan juga hal yang sama. Tapi tetaplah menjaga silahturahmi. Karena seperti kata sahabatku, hanya waktu yang bisa menjawab, siapa yang akan menjadi sahabat siapa. Sebutan 'kaulah sahabatku' saat ini, tidaklah menjamin persahabatan itu akan selamanya. Adalah tindakan kita, yang akan mencerminkan maksud hati kita yang sebenarnya.
aku? aku kehilangan sahabat trbaik terbaik aku krna dia ga bisa nerima keadaan aku yg kyk gini.. ampe skrg kita uda ga brhubungan lagi..
pdhal kita sahabatan dari SD lho?