“Cinta bisa datang darimana saja, tetapi cinta sejati hanya datang dari seorang saja” Ferry S
Aku menyesal telah bertanya. Rasa kasihan kembali mengusikku. Aku merasa beruntung masih memiliki keluarga yang begitu lengkap dan mencintaiku. Sampai di rumahnya, aku terkejut mengatahui ternyata dia adalah orang kaya. Rumahnya besar bak istana dan 3 mobil mewah parker di depan. Dia berterima kasih dan menyuruhku masuk. Aku berbohong kalau harus melakukan sesuatu.
Sebenarnya aku takut masuk ke rumahnya, ya tentu saja dia orang kaya berat, aku cuma anak dari seorang guru dan ibu yang seorang perawat. Tapi hal ini justru mengusik pikiranku. Keluarganya begitu kaya, tapi kenapa Andy dibiarkan ke sekolah naik angkot. Pikiranku menjadi buruk. Aku membayangkan di rumah besar itu ada nenek-nenek China berpakaian ala vampir yang sangat kejam dan bengis. Hal inilah yang membuatku semakin penasaran dengan kehidupannya sendiri.
***
Ternyata dugaanku salah. Aku semakin akrab dengannya. Di sekolah kami sering diskusi bersama, daia juga sekali-kali kuajak ikut latuhan bandku dan dia gentian ajarin aku main basket yang sama sekali diluar nalarku. Harus kua akui, Andy memang sosok yang sangat lengkap. Ganteng dan putih ala aktor-aktor keturunan China, pintar dan jago basket dan satu hal lagi, tatapan tajam matanya, tidak seram hanya tajam, menusuk. Aku menyadari kalau aku begitu mengaguminya. Hal ini begitu mengusikku karena aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Tapi segera ku buang jauh-juah pemikiran itu.
Setelah kami cukup dekat, menurutku, aku memulai untuk membongkar sedikit tentang kisah sejarah keluarganya. Aku beranikan diri untuk bertanya.
Aku : “Aku lihat, di rumahmu banyak mobil, kenapa kau tetap saja pergi ke sekolah naik angkot?”
Andy : “Oh, kamu cape ngantar aku ya. Ya udah, aku juga ga pernah memaksa kamu untuk mengantarku.”
Dia hanya pergi begitu saja. Aku benar-benar merasa jengkel. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Dasar kurang ajar banget ini orang. Ditanya baik-baik juga, jawabannya selalu sinis gitu. Tetapi aku tidak tahu mengapa, aku tidak pernah bisa membencinya. Perasaan aneh ini muncul lagi.
Ketika pulang sekolah aku melihat dia berjalan dari gang kembali. Luar biasanya, ketika dia berjalan lewat sekelompok preman-preman sekolah, dengan santainya dia menyapa mereka, “Hai bro!” dan dibalas dengan santainya oleh kelompok itu. Aku ga percaya ada seorang siswa yang bisa menjinakkan kelompok sadis ini. heran benar aku.
Setelah cukup jauh dan aman aku susul dia. Aku bilang minta maaf dan sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Kamudian aku bertanya, kenapa dia selalu berprasangka buruk terhadapku. Dia hanya bilang tidak ada alasan khusus dan kembali diam dalam dunianya. Kali ini, tidak seperti biasanya, dia tidak mengajak aku masuk ke rumahnya. Aku anggap itu karena dia masih sadikit marah.
Tiba-tiba pintu rumah besar itu terbuka. Aku melihat, seorang yang masih sangt muda tetapi memakai kursi roda. Aku ingat cerita Andy, itu pasti kakaknya. Kakak Andy tersebut melihatku dengan sangat tajam, aku tersenyum dengan kikukunya, aku takut, jangan-jangan bayanganku selama ini benar. Tiba-tiba kakak Andy berteriak memanggil Andy dengan marahnya. Aku terkejut, Andy melihatku, tatapannya, yang tidak akan pernah bisa kulupakan.
Aku tahu tatapn itu isyarat. Aku segera cabut dar situ. Disepanjang perjalanan aku terus memikirkan tatapan itu. Aku tidak pernah melihat raut wajah Andy yang seperti itu di sekolah. Aku selalu melihat orang yang begitu tenang, sangat percaya diri, seakan-akan ketika dia berjalan, make semua hal yang ada disekelilingnya membaku karenanya. Tapi kali ini sangat berbeda. Dia terlihat seperti anak kecil yang tersesat dan kehilangan orang tuanya di pasar. Hal ini benar-benar mengangguku.
Di sekolah, sebenarnya aku ingin menanyakan tentang hal itu, cuma aku takut nanti dia berpikiran buruk lagi. Jadi aku biarkan saja, menganggap seperti tidak pernah terjadi apapun. Hari-hari di sekolah berlangsung seperti biasa. Ya, tetap masih membosankan walaupun aku benar-benar bisa menikmati waktu jika bersama dengan dia.
Tidak terasa 2 bulan telah berlalu dan aku begitu menikmati saat-saat di sekolah. Aku juga sepertinya ketularan kepintaran dan ini dari Andy sepertinya. Pada waktu itu, setelah pulang sekolah, seperti biasa aku akan mengantarnya. Tapi dia bilang jangan langsung pulang. Dia bilang terserah mau dibawa kemana asala tempat yang pas untuk bicara. Sepertinya saat-saat yang ku tunggu-tunggu datang juga. Biarkan dia sendiri yang bicara untuk menghindari setiap prasangka buruk.
Sebenarnya aku bingung membawa dia kemana. Aku bingung membawa seorang cowok untuk ke tempat yang pas untuk berbicara berdua. Setelah kupikir-pikir, akirnya aku memutuskan untuk membawa dia ke temapt makan ketika aku kencan untuk pertama kalinya bersama Della. Walaupun mempunyai kenangan yang sangat indah disini bersama Della, tapi menurutku itu tempat yang sangat tepat.
To be continued…
Comments
Tenang.. masih ada 1 bagian lagi.. heheh
ok deh, siap laksanakan bos ;-):-D
Like this deh....
Thx ya...
Tggu endingnya di chapter 3 :-D
Sebanrnya udah laam selesai, tapi kirain ini lapak udah mati duluan, jdi rada males... hahah