Guys, gw mau ngangkat tema yang agak serius neh, mungkin bisa jadi bahan pemikiran di waktu senggang... hehe
As we know, beberapa agama besar dunia menganggap homoseksualitas itu dosa. Yang gw tahu pasti adalah agama2 besar yang lahir di timur tengah karena ada beberapa ayat di kitab suci agama2 tersebut yg secara explisit mengecam homoseksualitas sebagai dosa. Meski sekarang mulai timbul juga beberapa penafsiran alternatif dari sebagian kecil ahli2 agama tersebut yang mengatakan bahwa homo itu bukan dosa (gay friendly theology), tetapi sebagian besar penganut awam masih tetap menganggap hal itu sebagai dosa.
Untuk agama yang lahir dari benua asia selatan, gw ga tahu pasti, tetapi gw belom pernah menemukan ada ayat dalam kitab suci mereka yang mengatakan bahwa homo itu dosa (tolong yang lebih paham bisa mengoreksi jika gw salah). Gw melihat kalau agama2 tersebut lebih gay friendly dibandingkan agama2 serumpun dari timur tengah itu (mohon sekali lagi dikoreksi juga kalau gw salah). Gw melihat negara yg mayoritas penduduknya beragama yang berasal dari Asia selatan seperti Thailand, kaum LGBT bisa lebih leluasa berekspresi.
Buat temen2 gay yang beragama tidak gay-friendly, gimana kalian menyikapi hal ini. Manakah jalan yang kalian pilih?
1. Tetep meyakini ajaran agama kalau gay itu dosa, tapi ya apa daya, karena itu enak, jadi tetep kita lakuin sambil memendam perasaan bersalah. Nanti kalo udah tua dan udah letoy, ga doyan sex lagi, baru tobat 100%. Berharap aja ga mati sebelum sempet tobat. Jadi berusaha mengimbangi "gay activity" dengan "amal ibadah". Beberapa orang mengatakan bahwa ini munafik; agama jalan terus, gay sex jalan terus. Tetapi beberapa orang membela diri dengan mengatakan bahwa ini adalah pilihan sulit yg harus diambil seorang manusia lemah yang ingin berusaha untuk menikmati hidup sambil tetap mencari Tuhan.
2. Mencari pembelaan dari penafsiran2 alternatif dalam agama tersebut yang mengatakan bahwa homo itu bukan dosa (menganut gay friendly theology)
3. Meninggalkan agama sama sekali. Menganggap agama hanyalah ciptaan manusia saja. Dalam benaknya berpikir begini "kalo Tuhan nyiptain gw begini, kenapa Dia ngelarang dan bilang kalo itu dosa? artinya Tuhan tuh absurd, ga konsisten, ga masuk akal. Jadi lebih baik ga perlu tuhan2an. Just enjoy life freely."
4. Pindah ke agama lain yang lebih gay friendly (yg ga ada larangan bahwa gay itu dosa)
5. Lainnya (tolong jelasin apa itu)
Please share your opinion guys.
Comments
sadar jadi gay aja udah dosa, kenapa harus nambah dosa lagi dengan melakukan penolakan atas ajaran agama atau bahkan sampai menukar agama.
Btw topik yang sangat menarik, thanks for bringing this up.
Sebagai Muslim, sya melihat urusan per-homo-an adalah hablu minna nas, sedangkan urusan menjalankan ajaran agama itu adalah hablu minnallah! Ada beberapa forum gay religius yang mencoba membuat kaum OKK menjadi lebih "tenang" dalam menjalani kehidupan alternatif ini sementara tetap menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing2! Yang penting, kita harus berdamai dengan diri kita dulu. (Ikhlas menerima keadaan kita ini!) Demikian, IMHO!
pribadi gw, adalah tetap menjalankan keyakinan, dan berusaha taat pada kaidah yg berlaku meski kadang gw anggap nonsense. karena kenyataan menjadi gay tidak semerta-merta menjadikan seseorang itu menjadi lebih buruk kualitas pribadinya dibandingkan dengan kaum heteroseksual. like this threat.. keep discussing gays..
Kayaknya banyak yang milih pilihan nomor 1 ya...
Tapi di situ masalah yang paling berat adalah memikul rasa bersalah terus menerus karena kita sudah dicap berdosa (bahkan mencap diri sendiri berdosa) dan ga bisa lepas dari itu. Belum lagi perasaan diri munafik ketika kita melakukan ibadah, karena di dalam hati kita, kita tau bahwa kita masih menyukai "dosa2" kita. Mungkin orang lain bisa kita tipu dengan kealiman kita, tetapi diri sendiri nggak mungkin kita tipu kan. Apa ngga capek ya kalo begitu terus?
setuju dengan @burlesque yang mengatakan bahwa "menjadi gay tidak serta merta menjadikan seseorang itu lebih buruk kualitas pribadinya".
Jadi, kenapa gay disebut "dosa" ya?
Haruskah seorang gay terus menerus mempercayai bahwa itu dosa?
Ataukah seorang gay mulai menafsirkan ulang ajaran agamanya sehingga bisa meyakini bahwa itu bukan dosa, tanpa membuang ajaran agama yang lainnya?
Tetapi, masalahnya jika ajaran agama bisa kita pilih mau buang ini, buang itu, buang apapun yg tidak kita sukai, di manakah letak kebenarannya?
Ataukah seorang gay harus membuang sama sekali konsep tentang dosa dan menerima ke-gay-annya dengan senang hati sebagai identitas dirinya yang baik?
Keep discussing guys.
Ada artikel terkait yg saya tulis 5 tahun dan dipost di situs QAT. http://www.freewebtown.com/queerastold/writings/berdamai_dengan_diri_sendiri.html. Semoga bermanfaat.
Aku biasanya pakai metafora kayak gini
Kehidupan Gay kita ini ibarat sungai yang penuh dengan aliran deras berisi godaan dan rasa petualangan, dan kita tercebur di dalamnya dengan atau tanpa kita sadari sudah masuk aja ke sungai itu
Saran ku sih, ikuti aja arusnya sampai melemah baru kita menggapi tepian sungai untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih baik lagi
Jangan pernah melawan arus sungai yang deras, karna bisa jadi kita malah tersesat makin jauh atau tenggelam lebih dalam
Paling tidak ada sedikit usaha kita untuk mengurangi hal yang dianggap orang lain ini sesuatu yang ganjil
Terlepas dibilang munafik atau ngga
Apa sih yang membedakan gay dengan pemakai narkoba, pemabuk, pelacur, pencuri dan koruptor ??
Apakah dengan menjadi Gay posisi seseorang itu layak untuk direndahkan dan dikelas dua kan daripada kelompok kehidupan yang lain ??
Apakah tidak menjadi Gay lantas membuat posisi seseorang lebih mulia dibandingkan yang bukan Gay ??
Jangan pernah menyalahkan seseorang atas sesuatu yang dilakukannnya, terlepas dia memikirkan itu matang2x atau tidak
Walau sebenarnya ga bisa juga menggabungkan penyimpangan seksual ini dengan agama
Karna hukum agama itu sudah jelas, hitam putih, laki perempuan, ga ada abu2x atau diantara laki2x dan wanita
Jadi main aman aja, jangan mengkaitkan agama dengan perilaku seksual kita
Karna apapun yang ga sejalan dengan agama, hukumnya udah jelas
Dan manusia ga pantas untuk melakukan pembenaran atau mencari celah untuk membetulkan kesalahan yang diperbuat melalui alasan apapun
Like Gaga Say
Don't be a drag, just be a quen
I'm beautiful in my way, Cause GOD make NO MISTAKE !!
*Born this way*
Berhubung gw memilih no2 , gw sendiri gak melihat homosexuality sendiri itu sebagau dosa karena menurut apa yang gw pahami homosexuality tidak disebut dosa di kitab agama gw secara eksplisit. Tentunya banyak yang nggak setuju dengan ini, tapi pemahaman sendiri kan sifatnya subjektif, jadi masing-masing orang bisa melakukan penafsiran dengan pemikirannya masing-masing, dengan syarat kita mempunyai bukti dan alasan yang kuat.
Kalau lu bisa menafsirkan ulang ajaran agama, bukan berarti harus membuang ajaran yang lainnya. Bahkan malah bisa menambah pemahaman itu sendiri dalam suatu ayat sebagai alternatif. Contoh: kalau mayoritas melihat ayat sekian dengan pemahaman A, trus kemudian ada orang yang menafsirkan dengan pemahaman B, maka gw melihatnya ayat itu dengan pemahaman A dan B.
Gw sendiri berbeda pendapat sama Draco_Boy karena hukum agama itu sendiri, buat gw, gak hitam-putih tapi berwarna. Contoh di Islam sendiri ada halal, haram dan makruh; lalu ada fardhu, wajib dan sunnah;kemudian untuk mazhab islam sendiri ada hanafi, hambali, shafi'i dan maliki yang masing-masing memiliki pandangan yang kadang bertentangan satu sama lainnya. Nah berhubungan ama mazhab sendiri, tiap2 mazhab juga punya pandangan berbeda tentang homosexual.
Kalau membuang konsep tentang sendiri menurut gw itu bisa jadi bumerang ke diri sendiri. Karena konsep dosa sendiri itu untuk mengontrol kehidupan kita supaya tidak salah langkah. Justru tanpa dosa, gw sendiri bakal bingung bagaimana mau hidup, karena hidup sendiri kan gak hanya buat seneng-seneng doang.Tapi bukan berarti keberadaan dosa itu sendiri malah membuat kita paranoid untuk menjalani kehidupan kita.
Gue pikir ini alasan yang paling logis dan bisa diterima menurut gue sih.
Gue lahir dan besar di keluarga dengan pemahaman agama yang sangat kuat. Dari kakek-nenek gue sampe keturunan-keturunannya (ayah-bunda) gue sangat fanatik sekali sama salah satu mainstream sekte kelompok agama. Dari kecil sampe gede disekolahin di lembaga yang masih berbau agama.
Agama itu memberikan pedoman umatnya untuk menjalani hidup. Menyuruh manusia kepada kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dulu sering banget stuck di dalam batin, seperti ada kebencian dalam diri sendiri. Kenapa gue harus menjadi seorang gay. Banyak ketakutan-ketakutan akan dosa. Sama seperti yang pernah kalian rasain lah. Kayanya emang banyak juga yang ngrasain ini yah..
Sampe pada satu waktu gue belajar tentang ke-agama-an. Bahwa Tuhan itu adalah satu dan agama itu adalah alat untuk manusia berkomunikasi dengan Tuhan. Yang gue tahu agama gue melarang homosexuality, tapi Tuhan kan Pengampun dosa. Nggak tahu juga apa yang gue dan banyak orang-orang (kita) lakukan itu apakah menentang ajaran agama. Kalau emang ada agama yang memperbolehkan homosexuality ya tidak bisa dipersalahkan juga sih, kalo menurut gue.
Masih inget dengan kisah Budha yang melakukan perlawanan terhadap agamanya sendiri, karena didalam sistem agamanya sangat tertutup. Budha berusaha untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Berfikir apa yang baik dilakukan dan apa yang buruk tidak dilakukan.
Sekarang, gue berusaha untuk iklas dengan keadaan gue sekarang. Bukan gue tidak taat dengan agama orang tua gue. Tapi IMHO, gue sudah cukup tahu apa yang baik dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan.
Tuhan tahu banget tentang gue.
Seperti pernyataan dan pertanyaan:
Pelacur itu ditolak oleh agama. Kalau pelacur itu berusaha dan bekerja demi anaknya supaya anaknya bisa berpendidikan dan mendapat nasib yang lebih baik daripada orang tuanya. Dia sangat sayang sekali dengan anaknya, apapun itu dilakukan. Apakah masih bisa disebut dosa?
Dosa itu samar-samar bro
Molla Molla ajig naneun Molla
Gibon Gibon saranggongshig
Saramdeure ibyeolgongshig