It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud (masjid) dan alat bersuci,” (HR.Muslim (1) )
Jika kita mengambail segenggam tanah, kebanyakan orang mungkin akan berpikiran tanah itu mengandung kuman-kuman penyakit . Namun tahukah Anda dalam sebuah studi baru, para ilmuwan mengatakan bahwa salah satu fungsi tanah dan terkhusus lagi pada tanah dari gunung berapi dapat menghapus kuman yang lebih ganas, oleh karena itu saat ini mereka memproduksi antibiotik pembunuh bakteri berbahaya, yang diambil dari jenis tanah tertentu.
Seorang Dokter Prancis, Line Brunet de Course menemukan spesifik dari tanah hijau Prancis, yang dapat digunakan sebagai antibiotik untuk pengobatan di Pantai Gading dan Kenya, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengganggap hal tersebut sebagai penemuan yang mengagumkan.
Setelah itu Dr Linda Williams juga mengkonfirmasi bahwa tanah merupakat zat yang sangat bersih, di mana zat-zat tersebut mengendalikan aktivitas mikroba, yang pada akhirnya dapat melemahkan dan menghilangkannya.
Salah seorang ahli biologi Dr. Haydel berkata: ‘Sekarang kita harus mencari tahu hubungan antara ilmu bumi dan sel-sel hidup, setahun yang lalu saya hanya memandang tanah sebagai materi kotor, tapi sekarang sebaliknya menganggap tanah sebagai materi yang steril!”
Para peneliti menemukan bahwa beberapa jenis tanah di Afrika Selatan dapat menghasilkan suatu jenis antibiotik yang bisa membunuh bakteri yang tidak dapat dibunuh dengan antibiotik lainnya. penemuan ini diterbitkan dalam jurnal “New World” di tahun 2006, kata peneliti Juni Wang di laboratorium Merck Research di New Jersey yang menemukan Penemuan ini: sekarang kesempatan baru telah muncul, dalam rangka untuk menghasilkan antibiotik dari tanah!
Sifat tanah seperti yang disimpulkan oleh para ilmuwan baru-baru ini, sebagai berikut:
1. Materi steril terbaik yang terdapat di alam !
2. Tanah sanggup menghilangkan bakteri yang tidak dapat dihilangakan oleh bahan kimia
3. Tanah merupakan sarana terbaik untuk membersihkan air !!!
4. Tahan adalah bahan alami yang dimurnikan air.
5. Ada lebih dari sepuluh ribu jenis tanah yang baru ditemukan di eropa.
6. Berbagai jenis piring dan pot buatan cina yang paling terbaik terbuat dari tanah !
7. Tanah adalah zat yang tidak beregenerasi dengan berlalunya waktu.
8. Ruang yang terdapat di antara butiran-butiran tanah berukuran 50% dari ukurannya
9. Antibiotik yang kita gunakan untuk mengobati penyakit sebagian besar berasal dari mikro-organisme dalam tanah.
10. Tanah merupakan bahan yang sangat baik untuk membersihkan pori-pori kulit.
Tapi sebagai kaum Muslim hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh, sebelum 14 abad tanah adalah benda suci, sebagaimana kita mengetahui hubungan langsung antara sel-sel dan tanah, Karen kita meyakini manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.
Mungkin kita telah mengetahui mengapa islam menyuruh kita Bertayamum dengan debu tanah, Rasulullah Saw bersabda:
“Bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud (masjid) dan alat bersuci”
Serta rahasia dibalik kewajiban bembersihkan bekas jilatan anjing dengan tanah dan Air (3).
Oleh karena itu, termasuk hikmah ilahiyah bahwa kita mendapatkan anak-anak kecil suka bermain dengan tanah, dan selalu mencoba menggenggam tanah yang tampak kotor itu, Allah Swt memberi mereka naluri yang mengetahui bahwa tanah adalah materi yang steril yang mengungguli fungsi sabun dari jenis terbaik! Maka segala kebesaran bagi Allah swt yang mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahui.
Semua sabda yang dituturkan oleh baginda Rasulullah Saw merupakan kebenaran yang berasal dari Allah Swt, tatkala berbagai penemuan-penemuan Ilmu pengetahuan modern turut menjustifikasikan dan membenarkan tutur kata dari Rasulullah, yang sama sekali belum diketahui dan terbayang dalam benak manusia sebelumnya, disebabkan keterbatasan ilmu dan sarana mutakhir.
Dan di antara keajaiban-keajaiban Ilmiah yang telah beliau sampaikan kepada Ummatnya, yaitu mengenai keistimewaan Tanah.
Catatan kaki:
(1) HR.Muslim dalam shohihnya
(2) Mu`jam Kamus Muhith, hal 815, penerbit Darul ma`rifah 2005
(3) HR.Muslim, Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Sucinya tempat air seseorang diantara kamu jika dijilat anjing ialah dengan dicuci tujuh kali, yang pertamanya dicampur dengan debu tanah.”
.
Kecepatan dibawa oleh cahaya. Cahayalah yang berperanan merubah ruang dan waktu, sebab diri cahaya adalah kecepatan itu sendiri. Cahaya jika melambat akan menciptakan ruang. Ruang tersebut berisi cahaya dengan kecepatan yang sama, itulah dimensi. Cahaya akan mampu mengatur dirinya, dia akan menyusun kecepatan-kecepatan dirinya agar mewujud menjadi realitas alam semesta. Cahaya inilah kecerdasan. Kecerdasan awal yang menciptakan dimensi ruang dan waktu. Kembali disampaikan bahwa waktu sudah mengandung besara jarak, dan kecepatan. Dalam fisika dikenal adanya besaran MLT.
Cahaya akan melambat, pada tataran kecepatan tertentu akan berubah menjadi getaran dan juga partikel. Partikel ini kemudian akan menjadi gas, uap, cair, dan juga benda padat. Semua sudah terukur kecepatan dan kerapatannya. Cahaya akan terus melambat dan merapatkan diri menjadi partikel. Cahaya sendiri yang akan mengukur ruang yang akan dibentuknya. Setiap lapisan ruang atau dimensi ada lubang yang tak tembus. Ada lapisan seperti balon yang menahan agar ruang tersebut tidak lenyap. Lapisan tersebut merupakan lubang tak tembus dari dalam keluar, namun cahaya akan mampu melewatinya. Cahaya dari asal mula akan terus ditembakkan untuk menjaga ikatan energi ini. Inilah cahaya diatas cahaya, cahaya bergerak dari asalnya, meliputi cahaya yang sudah menjadi bentukan didalam dimensinya. Cahaya dilapisi cahaya lagi. Cahaya yang sudah berbentuk partikel atau dzat, akan dilapisi cahaya lagi, dan lagi, dan lagi, seterusnya, sehingga menjaid sebush ujud alam semesta kita ini.
Cahaya yang membentuk dirinya menjadi alam semesta sudah mendapatkan urusan-urusan dari Tuhannya. Cahaya yang memebentuk dirinya menjadi bumi, juga sudah diberikan urusannya. Cahaya yang memebentuk diri menajdi langit juga sudah diberikan urusannya. Mereka adalah pabrik raksasa yang siap memproduksi apa saja. Langit dan bumi adalah sebuah pabrik otomatis yang akan selalu memproduksi produk sesuai dengan oerintah Tuhannya. Manusia mampu meniru sistem ini dalam pembuatan mobil dan lain-lainnya. Mansuia mempunyai aplikasi sfoware komputer yang bisa menggerakan mesin-mesin. Demikianlah alam semesta juga semisal dengan itu.
Cahaya yang sudah terukur kecepatannya ini menjadi partikel cahaya, yang kemudian sebagai bahan penciptaan malaikat. Begitu juga dalam penciptaan jin, cahaya yang sudah berubah menjadi materi api, dibuat sebagai bahan pembuatan jin ini. Cahaya menciptakan sesuatu dari dirinya sendiri secara berantai sebagaimana sebuah siklus, rantai makanan, dan lain sebagainya. Cahaya meliputi cahaya bentukan dirinya. Setiap bentukan akan memiliki jatidirinya masing-masing. Bumi adalah bumi itu sendiri menjadi bagian intergral dari alam semesta. Jatidiri alam semesta jati dir bumi dua hal yang berbeda, namun berasal dari cahaya yang sama, jika tidak ada alam semesta maka tidak ada bumi, jika tidak ada bumi, maka tidak dapat disebut alam semesta. Semua dalam keberaturan alam yang disebut ESA.
Bumi mendapat urusan untuk memproduksi tanaman, hewan, seluruh habitan dan makhluk yang melata diatasnya. Bumi tidak bekerja sendirian ada system yang membantu semua proses berlangsung, dimana di al qur an mereka menyebut keadaan diri mereka sebagai KAMI. Raga mansuia juga dibuat dan dibentuk oleh bumi bersama langit. Maka raga manusia dibawah kontrol bumi dan langit, yaitu mereka yang menyebut diri mereka sebagai KAMI. Karenanya raga manusia terus akan mengalami perbaikan secara terus menerus, diabawah kontrol KAMI. Maka para scientific bertahan dengan teori Evolusi mereka. Sebab pada kenyataannya raga mansuia semakin hari selalu mengikuti perkembangan peradaban dan kesadaran manusia. Raga mansuia akan sellau mengikuti ‘kesadaran-kesadaran’ yang diturunkan ke bumi.
Lantas apakah manusia itu ?. Pemahaman yang kami usung ini mencoba untuk menyikapi dari jendela yang lain. Maka dimohon kearifan sidang pembaca, untuk menerima pemahaman ini apa adanya. Perhatikanlah, dalam diri manusia ada 3 elemen utama yang menjadikan sesorang layak disebut manusia. Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan Spirit (energy). Ketiga entitas ini menjadi sebuah kunci yang membedakan mansuia dengan yang lainnya. Seluruh makhluk memiliki kecerdasan, semua makhluk memiliki spirit (energy), namun hanya manusia yang satu-satunya diberikan kesadaran yang luar biasa. Kesadaran manusia tanpa batas, mampu meliputi apa saja.
Perhatikanlah perihal ilustrasi cahaya diawal. Cahaya akan menciptakan dirinya berulang ulang, menjadi cahaya, partikel, getaran, materi dan seterusnya, sehingga terbentuklah alam ini. Manusia dibuat dari saripati tanah. Artinya manusia dibuat dari cahaya yang paling ujung (terluar), yaitu tanah. Saripati ini dibuat seperti tembikar, yaitu suatu rangkaian DNA. Rangkaian DNA ini semisal chips, yaitu sebuah cetakan awal, atau sebuah wadah atau sebuah cupu (istilah ini kami gunakan, sebab ada keterkaitan dengan penjelasan berikutnya). Dari perpaduan materi-materi tanah terciptalahmakhluk ruhani yang disebut manusia yang didalamnya juga memuat ‘kecerdasan’.
Wadah yang sudah tercipta ini kemudian akan ditiupkanlah ‘kesadaran’ (Ruh-KU). Maka terciptalah manusia pada dimensi ke 4 (alam akherat). Saripati tanah yang kemudian juga ditiupkan ‘kesadaran’ ini masih berada pada dimensi ‘ruhani’ sebagaimana makhluk jin, dan malaikat lainnya. Keadaannya masih berupa cahaya. Penciptaan makhluk yang satu inilah yang menggegerkan alam semsta. Diciptakan dari cahaya yang terujung di alam materi, dan ditiupkan juga ‘cahaya awal’ didalamnya. Perpaduan yang awal dan yang akhir ada dalam diri manusia. Menjadi manusia ini memiliki ‘kesadaran’ yang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Inilah yang membedakan dengan makhluk lain yang akan dibatasi ruang dan waktu.
Perhatikanlah, setelah saripati tanah terbentuk menjadi makhluk ruhani yang disebut manusia, kemudian ditiupkan ruh-NYa (kesadaran-Nya). Setelahnya maka manusia akan mampu hidup dibumi dan manusia juga akan mampu hidup diakherat. Perpaduan inilah yang menjadikan manusia itu sempurna. Kesempurnaan manusia ini akan menjadikan manusia setelahnya akan menjadi pemimpin atas alam semesta. Dia akan ditingkatkan derajatnya untuk memimpin dimensi-dimensi lainnya. Maka sayangnya kesempurnaan ini harus diuji, sebagaimana pengujian kualitas produk. Oleh karena itu kemudian manusia diturunkan di bumi untuk menempati raga-raga yang sudah dipersiapkan oleh bumi dan langit. Perhatikanlah berita Al qur an ;
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. 95:4)
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),” (QS. 95:5)
Manusia sebagai makhluk ruhani sudah dibuat dalam bentuk sebaik-baiknya, kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk manapun (QS. 95;4). Diciptakan dari cahaya yang akhir (teluar) dan ditiupkan juga cahaya yang awal. Kemudian masih ditambahkan lagi ditiupkan Ruh-Nya. Disinilah paham Trinitas mendapat tempatnnya. Dengan ditiupkannya ruh-Nya (kesadaran-Nya) maka manusia memiliki kemampuan untuk meluaskan kesadarannya seluas-luasnya. Sehingga manusia memiliki kemampuan merogoh sukmo, manunggaling kawula gusti, dan lain sebagainya. Manusia memiliki kemampuan menciptakan sebagaimana apa yang diinginkannya. Manusia mampu menciptakan apa yang menjadi prasangka dirinya. Demikianlah sehingga manusia dianggap menjadi refleksi Tuhan sendiri.
Perhatikanlah rangkaian makna AHMAD,yang terdiri dari simbol huruf ; Alif, Haa, Mim, dan Dal. (Silahkan buka kembali kajian simbol). Simbol Alif adalah mengungkapkan jatidiri ‘Cahaya Awal’, cahaya ini meliputi ‘Kesadaran Alam Semesta’ yang disimbolkan dengan Haa. Haa akan senantiasa meliputi unsur-unsur alam semesta termasuk juga unsur pembentukan tubuh manusia. Dapatlah dikatakan bahwa yang menghidupkan raga manusia adalah sistem alam semesta itu sendiri, dibawah liputan Haa. Sistem kehidupan raga manusia ditopang oleh sistem yang berlaku pada alam semesta (Makrokosmos). Sekali lagi ingin disampaikan pemahaman bahwa ; Urusan penjagaan system ketubuhan manusia berada dalam urusan Haa.
Maka Ilmu pengetehuan menemukan tanda-tanda bahwa sebelum diturunkan ‘manusia’ dimuka bumi ini sudah ada raga-raga yang menyerupai bentuk tubuh manusia sekarang ini. Sebab sejak dari mula penciptaaan bumi dan langit, hakekatnya Haa sudah memproduksi raga-raga manusia sebagai wadahnya. Tentu saja keadaan wadah (raga) belumlah ditiupkan ‘Kesadaran Diri Manusia’, sebagaimana dimaksudkan oleh kitab suci. Setelah sempurna liputan Haa pada raga manusia, maka Cahaya Awal ini akan membawa ‘Kesadaran Diri Manusia’ yang disimbolkan dengan Mim. Dan Cahaya Awal (Awal) ini terus akan bergerak, melewati lubang-lubang yang tak tembus, sehigga sampai kepada ‘Cahaya Akhir’ yang berupa materi.
Cahaya Akhir inilah yang menciptakan dirinya menjadi ‘materi’. Materi yang tercipta oleh ‘Cahaya Akhir’ ini disimbolkan dengan Dal. Dal inilah yang menjaga urusan Tuhan, menjadi energy pengikat sehingga keadaan alam semesta ini sebagaimana ke adaannya. Dal adalah simbol energi pengikat yang mengikat materi terluar sehingga alam semesta tidak lepas. Dal adalah sistem langit yang didirikan tanpa tiang. Rangkaian simbol AHMAD inilah yang dimaksudkan sebagai ‘Manusia’ dalam kitab-kitab suci.
Di dalam tubuh ruhani manusia ada 3 entitas utama, sehingga ada sebagian manusia yang meyakini pemahaman Trinitas Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan energy (spirit). Entitas kesadaran adalah entitas yang akan mempertahankan ruang, dia dalam bentuk energi ikat , energi sentrifugal. Energi yang menjaga ‘jatidiri’ suatu benda, dzat, atau makhluk tetap dalam keadaan sebagaimana dirinya. Kesadaran adalah ruang itu sendiri yang tercipta dari titik satu ke titik lainnya. Kesadaran juga mempertahankan keadaan tersebut. Susunan galaksi, tatasurya, dan susunan atom suatu dzat, tetap dalam keadaannya sebab dikarena adanya energi kesadaran yang meliputinya. Kesadaran adalah energi, yang menciptakan ruang dan waktu itu sendiri.
Selama menjalankan misi Tuhan di muka bumi makhluk ruhani manusia harus mampu mempertahankan kesadaran yang sudah diberikan Tuhannya, yaitu kesempurnaan cahaya awal. Namun cahaya awal akan berbenturan dengan cahaya terluar yang juga memiliki ‘jatidiri’ inilah problematikannya. Kesadaran sebagai cahaya awal harus tetap dipertahankan agar dia tetap menjadi makhluk akherat (ruhani).
Kemampuan mempertahakankan kesadaran inilah bagi Allah yang paling penting. Makhluk ruhani tersebut harus tetap mampu menyadari siapakah dirinya dan siapakah yang menciptakannya. Karenanya sebelum memasuki portal dunia, mereka dipastikan kembali penyaksiannya itu. Makhluk ruhani (manusia) diminta berjanji terlebih dahulu. “….“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172).
Makhluk ruhani (manusia) berada dalam tubuh yang terbuat dari tanah, yang sudah membawa potensi-potensi dualitas, bagaimanakah keadaan dirinya ?. Yah, keadannyanya, mereka semua tertutup oleh hijab-hijab, yang berupa energi-energi kesadaran, energi yang melindungi lapisan-lapisan kesadaran. Lapisan dalam tubuh manusia banyak sekali jumlahnya, seperti lapisan kulit bawang. Maka jika terkelupas satu kulit, kita akan menemui kulit lainnnya, dan seterusnya, hingga sampailah kita di sebuah wadah atau cupu atau Kristal merah, yaitu hati manusia.
Makhluk ruhani adalah energi, dia diciptakan dari kasih sayang Allah, maka dia hanya akan bisa hidup dari energi ini. Maka mau tidak mau makhluk ruhani harus mampu mengakses energi ini. Sayangnya entitas spirit yang menunjukan arah (kompas) sering tidak berfungsi. Arah energi yang dibutuhkan bukanlah kepada energi kasih sayang Allah yang terpusat di arashi. Namun malah justriu energi-energi alam lainnya yang masih mengandung dualitas. Maka sering makhluk ruhani ini lemah, dan terus melemah.
Perlu dipahami, meskipun diciptakan dari saripati tanah, namun saripati ini tetap berwujud cahaya, walau dia adalah cahaya terluar. Maka makhluk ruhani (manusia) ini adalah juga cahaya, karenanya dia tinggal di surga. Apalagi setelah ditiupkan Ruh-Ku maka kepasitas kesadarannya semakin luar biasa sekali, tak ada satupun makhluk yang sanggup melebih kapasitas kesadarannya. Karenanya sesungguhnya kepada dirinya tidak berlaku ruang dan waktu bumi. Kepada makhluk ruhani (manusia) ini berlaku ruang dan waktu akherat.
Artinya kematiannya berdasarkan ruang dan waktu akherat. Jika umurnya adalah 100 hari waktu akherat maka, dia berada dibumi akan bisa 5 juta tahun waktu dan ruang waktu bumi. Ingat waktu di akherat dengan waktu bumi perbandingannya adalah 1 : 50.000.
Namun persoalannya adalah, kembali kepada pokok bahasan surah At Tien diatas, makhluk ruhani (manusia) diturunkan kepada tempat serendah-rendahnya, yaitu raga manusia sekarang ini. Jelas keadaan ini akan menjadi siksaan yang terus menerus. Makhluk ruhani (manusia) ini akan terus mengalami tubulensi saat dibenturkan dengan dualitas kutub-kutub di alam materi. Ini adalah siksaaan, yang sama halnya dengan kematian.
Maka dari itu, mereka berupaya semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan misinya di bumi secepatnya. Dengan energy kasih sayang-Nya, dia akankembali ke surga. Dia harus mampu lepas landas, melampaoui energi ikat kesadaran materi, dan juga kesadaran-kesadaran rendah lainnya. Maka disinilah pentingnya kita memahami simbol AHMAD. Simbol ini telah mengungkap hakekat siapa ‘jatidiri’ manusia itu sendiri.
Wolohualam
Tapi orang buta mata masih bisa terbantu dengan tongkat, bantuan orang lain, atau indera lain yang kepekaannya dilebihkan Allah SWT.
Tapi jika kita buta hati, pasti menderita dunia-akhirat. Buta hati adalah tidak mampu melihat kebenaran (al-haq) dan tidak mampu menerima nasihat kebaikan, utamanya karena gemar mengikuti hawa nafsu dan bisikan setan.
Karena buta hati, akan menjadi tidak nampak jalan menuju ke akhirat, negeri yang kekal abadi, dan tidak akan ada kawan kawan yang datang membantu. “Tidak ada yang simpati menolong kita dalam kegelapan.”
“Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya.” (QS. Al-Isra:72).
Agar hati kita tidak buta, maka hindarilah penyakit-penyakit hati, seperti takabur, pelit, dendam, dan iri-dengki kepada sesama.
Tobat, dzikir, gemar berbuat kebaikan (amal saleh), bergaul dengan orang-orang saleh, rajin menghadiri majelis ilmu adalah penangkal penyakit dan buta hati.
Hati ini adalah taman yang harus senantiasa dibersihkan dan ditata. Hatilah sumber kebaikan, ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan.
“Hai anak Adam, Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya.
Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku.” (Hadis Qudsi).
Wallahu a’lam
Pertanyaan tentang tujuan hidup barangkali dialami oleh semua manusia dari semua kebudayaan dan peradaban sepanjang jaman. Ada yang dijawab dengan sederhana dan ada juga yang menjawabnya lewat bangunan-bangunan berukuran dan berbentuk spektakuler.
Hidup memang sangat absurd. Betapa tidak. Kita lahir tanpa kehendak kita. Sebab kenapa kita lahir juga berdasar seribu alasan. Kenapa kita yang lahir? Padahal jumlah spermanya jutaan. Kenapa kok kita yang terpilih dan hidup?
Alam semesta demikian luas berukuran jutaan tahun cahaya. Ukuran kita tak lebih dari setitik. Debu saja lebih besar dari kita. Umur alam semesta juga sudah jutaan tahun. Dibanding umur alam semesta, umur kita tak lebih hanya sekejab. Kita hanya hidup untuk menuju ketiadaan. Apa arti hidup yang hanya sepenggalan waktu itu?
Namun meski hidup hanya sejengkal waktu dibanding usia alam semesta, toh kita sering juga merasa capek. Merasa bosan. Waktu serasa jalan di tempat. Peristiwa dari peristiwa berlalu tanpa makna. Dari itu ke itu juga. Tidak ada yang istimewa. Hambar dan menyesakkan.
Absurditas kehidupan digambarkan bagai menunggu sesuatu yang tidak pasti. Menunggu keniscayaan. Menunggu kematian? Absurditas hidup dengan baik digambarkan dalam drama Menunggu Godot oleh Samuel Beckett. “The essential doesn’t change,” katanya.
Esensi dasar tentang hidup memang tidak pernah berubah. “Nothing happens. Nobody comes, nobody goes. It’s awful.”
Hidup tak lebih dari deretan-deretan usaha untuk menemukan suatu kesan untuk meyakinkan bahwa kita memang hidup dan ada. Atau lebih singkat dikatakan oleh Rene Descartes, “Cogito ergo sum”, saya berpikir oleh karena itu saya ada (French: “Je pense donc je suis”; English: “I think, therefore I am”).
Hidup adalah pikiran kita sendiri. Jutaan manusia mengisi bumi dan dengan pikiran masing-masing mereka mencoba untuk memahami dan menjalani hidup. Mereka bersama-sama menikmati seolah hanya manusialah yang punya hak hidup. Manusia punya arogansi tentang hidup di alam semesta yang luasnya tak terhingga ini.
Manusia mendewakan pikirannya sendiri hanya untuk meyakinkan bahwa hidup mereka paling berarti.
Di mata alam semesta, kumpulan manusia itu tak lebih dari gerombolan bakteri yang hidup dalam alam dimensi terendah. Demikian kecil dan hidupnya hanya dalam penggalan detik. Mereka berkumpul dan saling meyakinkan bahwa hidup mereka adalah istimewa. Hidup diberi aturan, norma, lembaga, negara, hukum, uang, materi, dogma dan ribuan aksioma untuk menekankan bahwa hidup itu ada artinya. Dan kita bermain di dalamnya dengan keasyikan masing-masing. Seolah semuanya demikian nyata dan hidup hanya punya arti jika menurut aturan-aturan bikinan manusia itu sendiri.
Manusia menemukan arti hidup hanya dengan mencari aksioma-aksioma yang manusia bikin sendiri.
Manusia memaksakan aksioma kebenarannya pada manusia lain. Manusia saling mengedepankan kecongkakan pikiran dan keyakinannya pada manusia lain. Seolah merekalah yang paling benar dan paling berhak untuk hidup di alam semesta. Manusia lain yang tidak menuruti aksioma kebenaran kelompoknya adalah salah dan dianggap tidak tahu tentang arti hidup. Manusia rela membunuh sesama manusia lain karena aksioma-aksioma bikinan manusia sendiri.
Manusia terkotak-kotak karena aksioma-aksioma relatif tentang hidup yang lahir karena kecongkakan daya pikirnya.
Arogansi manusia tentang hidup membuatnya takut untuk mati. Kematian adalah sesuatu yang melawan arogansi pikiran manusia. Umur alam semesta yang sudah milyardan tahun tidak menempati relung pemikiran manusia yang rata-rata cuma berumur tak lebih dari 80 tahun.
Jutaan manusia lahir dan jutaan manusia mati. Silih berganti dalam sebuah ritme relatif konstan. Kita yang hidup terselip di ritme konstan itu tanpa merasa bahwa kita juga bakal tiada. Pertanyaan tentang ketiadaan adalah sebuah pertanyaan yang meniscayaan arti hidup itu sendiri. Ketiadaan bagi manusia adalah hal yang menakutkan. Padahal ketiadaan telah berjalan jutaan tahun sejak kehidupan ada.
Kehidupan adalah kematian. Untuk hidup berarti juga untuk mati.
Di mata alam semesta, manusia mati tak lebih dari sebuah bakteri yang mati. Tidak ada artinya dan tidak memberi arti apapun pada alam semesta yang sudah milyardan tahun menyaksikan ritme hidup dan mati. Mahluk biologis hanyalah setitik debu diujung jarum. Alam semesta telah menyaksikan sebuah planet yang mati. Maka kehidupan dan kematian manusia adalah keniscayaan tanpa arti bagi alam semesta.
Dalam Perspektif Diri
Hidup akan berarti jika berarti bagi hidup orang lain. Jika kita punya arti bagi orang lain seolah memperpanjang nilai hidup diri. Punya arti bagi hidup orang lain seolah meninggalkan kesan tentang kehidupan diri. Manusia hidup karena adanya pikiran. Sesuatu yang ada dalam pikiran adalah hidup. Kita mati meninggalkan kesan dalam pikiran manusia lain. Kita hidup dalam pikiran mereka meski kita sudah mati. Fisik tiada tapi kesan tetap tertinggal.
Kita merasa hidup karena adanya hidup orang lain. Manusia lain yang ada dengan kedekatan pada kita bisa lebih memberikan makna tentang hidup kita sendiri. Kesan tentang hidup hanya akan tertanam pada manusia lain yang punya kedekatan dengan hidup kita. Hidup manusia lain yang tidak kita kenal tidak akan menanamkan kesan pada keterbatasan daya pikir manusia.
Manusia sukses dalam hidup adalah manusia yang berhasil memberi arti hidup pada banyak orang. Menghargai arti hidup orang lain. Menghargai arti hidup orang lain sama berartinya dengan menghargai hidup diri sendiri. Menghargai hidup diri dan hidup orang lain sama artinya dengan menghargai hidup manusia di alam semesta yang cuma sebatas penggalan waktu itu.
Berterimakasih pada manusia lain yang membuat jiwa kita berkembang dan memahami arti hidup.
Esensi hidup tidak akan berubah. Tinggal usaha kita bagaimana membuat esensi itu berarti bagi diri sendiri dan manusia lain. Hanya dengan begitulah hidup akan punya arti. Sebuah debu di ujung jarum akan berarti jika bisa saling menghargai debu-debu lain bahwa mereka ada.
Materi, norma, dogma, asesoris dan aksioma tentang hidup tidak ada artinya bagi manusia seukuran debu di alam semesta. Sebuah debu hanya akan berarti jika ada debu-debu lain yang saling menghargai masing-masing eksistensinya. Berterimakasihlah pada debu-debu lain yang membuat kita merasa punya eksistensi tentang hidup.
Tanpa itu kita hidup hanya menuju keniscayaan.*** (HBS)