BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Shortcake Series : (Under the) Starbright of The Ocean

edited June 2009 in BoyzLove
Shortcake Series : (Under the) Starbright of The Ocean
by: Rushed Ty
========================================================================
Teman- teman, terima kasih suda membaca, mohon maaf jika ceritanya banyak kekurangan. Jangan dicela ya..
Tetapi kalau ada yang mau remake atau kasih kritik dan saran, lewat sini aja atau lewat PM. Kalau saya sempat pasti saya balas..
Saya ucapin terima kasih sekali lagi!
========================================================================
"Suara angin menimbulkan bunyi desis di pintu alumunium dan bingkai jendela. Kemeja- kemeja yang digantung di paku bergerak sedikit ketika terkena embusan angin.. Daun- daun berjatuhan seiring menguning dan melai tua sendiri tanpa pasangannya, mungkin pasangannya masih hijau melekat di daun itu, atau mungkinkah sudah lebih dahulu menguning." Membaca patahan cerpen pulitzer itu hanya membuatku membuka lembaran kuning yang telah lama kusimpan dan tidak ingin kubuka tapa apa daya, aku tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di sekelilingku. Mungkinkah seperti itu kehidupan ini? Atau aku sajakah yang bernasib sial? Semua ingatan mengelupas seiring kereta yang mengangkutku berjalan terus.

Sebenarnya hubunganku dengan Ferdy tidak berjalan terlalu mulus akhirnya. Setelah kejadian di rumah sakit itu, aku tinggal bersama di rumahnya karena rumahku yang relatif jauh ke kampusku untuk menjalani beberapa pertemuan untuk sosialisasi ujian kompetensi. Setiap dokter yang telah melewati pendidikan yang ditempuh harus menghadapai ujian kompetensi yang menjadi penanda apakah si dokter layak untuk membuka praktek. Aku tinggal di rumahnya pun atas permintaan dia, akupun menerimanya setelah kupikir mungkin aku bisa mendapatkan guru gratis untuk membimbing aku menghadapi ujian kompetensi itu. Selama hubungan kami, kami jarang melakukan hubungan seks karena dia memikirkan aku yang masih muda, menurutnya, dan bagiku sendiri itu bukanlah menjadi perkara yang penting tapi setelah 3 bulan aku berhubungan dengannya..
"Fred, mumpung gue uda ujian dan elu ada di rumah, nonton film yuk?"
"Ya boleh lah, ada yang aku mau bicarain ke kamu"
"Ngomong aja lagi, gak perlu pake film segala"
"Nanti saja sambil nonton filmnya"
Aku mulai curiga dengan gelagatnya yang tidak biasa, seolah dia ada masalah di rumah sakit, mungkin dia mau curhat denganku. Setelah setangah film diputar..
"Oya Fred, tadi kamu mau bilang apa?"
"Bagaimana jika .. jika .. ada ikan yang di akuarium yang dipindahkan ke akuarium yang lain padahal ikan itu saling mencintai?"
Aku semakin curiga mencoba menelaah perkataannya tapi akupun hanya membisu melihat kepiawaian dalam memainkan peran.
"Ryan, aku sangat menyayangimu dan ingin sekali bersamamu hingga akhir zaman memisahkan kita.."
Dengan sedikit was- was, "Sebenarnya ada apa, Fred?"
"Tadi orang tuaku datang ke tempat praktekku, dia memintaku pulang ke kampung untuk segera menikah dengan wanita pilihannya.. Dan aku ingin kamu ikut denganku bekerja disana sebelum kamu PTT agar kita tetap bisa bersama, Ryan.."
Tiba- tiba seolah denyut nadiku hilang dan tidak teraba oleh tanganku lagi, permintaan Freddy sulit bagiku.
"Enggak Fred, aku rela jika kamu senang dengan pilihan orang tuaku. Jika kita dalam desa yang salah dan waktu salah, kita hancur.."
"Apa kata kamu? kamu rela melepaskanku begitu saja, aku enggak rela harus berpisah dengan orang yang telah kucintai. Kamu.."
Belum selesai dia marah akan perkataanku, lalu aku cepat masuk ke kamarku dan dia, Freddy, tetap di ruangan keluarga sesaat kudengar suara tangisannya. Dan aku sendiri berpikir, apakah dia hanya bersandiwara? Apakah ada lelaki lain yang memikat hatinya? Sehingga dia bersandiwara, ah sialan! pikirku, tidak mungkin dia ingin cari cara halus untuk mengusirku.. TIdak mungkin orang tuanya datang ke tempat prakteknya dan tidak dibawa pulang ke rumahnya dulu. Akh dasar Freddy sialan!!! sungguh brengsek permainannya. Lalu tanpa mempedulikan dia, tanpa meninggalkan apapun, aku membawa semua barang- barangku yang ada di kamar itu pulang ke rumahku dengan kereta api karena akupun tidak tahu harus kemana malam- malam begitu.

Dua minggu setelah aku pengangguran dan tetap hancur oleh permainan Freddy, tiba- tiba aku dikabari dari temanku melalui SMS
"Hai Frenz, ini Dian, hari ini urusan PTT uda kelar"
PTT adalah sebuah program dari pemerintah yang diperuntukan bagi bagi dokter atau dokter gigi yang masih muda untuk mengabdi bagi negara dengan bekerja di daerah pedalaman untuk pemerataan kesahatan, dulu PTT adalah sebuah kewajiban namun sekarang ini, PTT lebih berarti seperti sebuah pilihan. PTT bagi masyarakat awam berarti seperti magangnya calon dokter dan caoln dokter gigi.
Aku langsung cepat beranjak dari tempat tidurku dan minta izin kepada orang tuaku pergi ke kampus beserta membawa barang yang kiranya diperlukan.Setelah sampai di kampus, aku rassanya lega bekerja di daerah yang cukup jauh dari kota ini, yakni di Ambon, walaupun dengan gaji yang relatif kecil, bagiku, setidaknya inilah kesempatan bagiku untuk mengabdi bagi negara hal ini bisa menjauhkan ingatanku dari Freddy.

***

Tidak terasa perjalanan yang cukup meletihkan ini membuatku sampai ke stasiun gambir yang tetap asri dengan warna hijaunya yang khas untuk selanjutnya menuju ke tanjung priok. Aku sengaja memilih naik kapal laut karena sudah lama sekali aku tidak naik kapal laut. Lagipula uang tansportasi yang diberikan oleh pemerintah sangat kecil setidaknya ini bisa mengurangi biaya transportasiku. Setelah membeli tiket dari PTT. Pelni, aku langsung cabut dengan taksi yang sama yang mngantarku dari stasiun. Karena bapak supir ini baik sekali, bersedia menunggu dan bahkan sempat kami bercerita- cerita. Cerita anaknya yang berprestasi sampai yang membuatku kaget, anaknya yang gay. Tetapi yang membuatku salut, bapak ini malah paling sayang dengan si bontot yang ternyata seorang gay itu karena menurutnya anaknya itu paling sayang sama keluarganya. Aku bahkan sempat membayangkan supaya orang tuaku atau orang tuaku sendiri seperti bapak ini yang rela membiarkan si anak memilih jalan hidupnya. Hingga akhirnya aku sampai juga ke tujuan. Lalu aku membayar lebih kepada taksi itu, hitung- hitung buat amal dan apresiasi atas sedikit banyak mungkin juga ketampanan bapak itu.

Berjalan menyusuri dek demi dek yang sempit akhirnya aku sampai ke kamarku. Sepintas kamar ini lumayan dan rasanya sebanding dengan harga yang kukeluarkan dengan 2 buah ranjang serta kamar mandi yang di dalam ruangan itu tetapi syangnya ruangna ini memang maasih terasa sempit untuk meletakkan semua bawaanku. Dalam hatiku sambil membuat anekdot, "Mungkin Dorland-ku pun tidak akan muat di kamar yang sempit ini." Dorland adalah sebuah kamus kedokteran yang sangat tebal. Tebalnya lebih kurang 15 cm. Untuk ukuran buku, aku tidak pernah melihat yang lebih besar dari ini. Dan saya yakin jika anda pertama kali melihatnya akan terkejut atau bahkan berdercak kagum oleh ketebalannya. Karena sudah hampir seharian aku tidak tidur dengan nyenyak langsung saja aku terbaring di kasur tersebut. Rasanya lega sekali bisa tidur juga, tanpa sadar bahwa pintu kamar ini masih tertutup.

Seolah sinar matahari menyisip diantara mataku yang masih menutup mulai menyadarkanku hari sudah mulai sore. Lalu aku terbangun dan mulai sadar ada orang lain yang membelakangiku dan sibuk membuka- buka isi tas yang aku masih ragu. Karena aku baru saja bangun mataku pun tidak bisa melihat jelas.
"Hei, kamu siapa?"
"Aku juga penghuni kamar ini"
Aku mulai saadar bahwa ini bukan di kamarku lagi. Ruangan ini disediakan untuk 2 orang.
"Oh, maaf ya mas, karena saya pikir siapa"
"Tidak apa- apa, saya mengerti karena sekarang memang kita harus waspada, oya, kenalkan nama saya Silaus"
"Nama saya Ryan" sambil berharap semoga namaku ini tidak dihubungkan dengan penjagal dari jombang itu.
"Oke, Ryan, saya mandi dulu!" sambil aku menghela napas karena teernyata dia tidak menghubungkan namaku ini.

Pemandangan laut saat sunset mengalihkan kekhawatiranku atas nama Ryan ini, lalu aku mengambil handycam dari tasku dan merekam setiap detik momen yang jarang bisa aku rasakan. Lalu tidak lama kemudian, Silaus keluar dari kamar mandi dan sontak mengagetkanku dan membalik badanku. Tanpa sengaja handycamku juga merekam setiap sisi tubuh Silaus yang sedang telanjang itu. Tubuhnya sungguh bagus. Ototnya yang beberbentuk padat sepertinya hasil kerja keras bukan sekadar hasil manipulasi biokimiawi- steroid. Warna kulitnya yang coklat menambah panas sisi tubuhnya. Dan yang paling mengejutkan mr. P miliknya yang panjang sekali bahkan saat tidur, mr.Pnya sama dengan mr. P punyaku saat berdiri. Sedikit merasa seram tapi satu sisi membuatkan senang karena jarang sekali bisa terjadi seperti ini bahkan dulu sewaktu hubunganku dengan Freddy sialan itu. AKhirnya pikiran kotor itu hilang karena mengingat si Freddy itu.
"Gak apa- apa khan kalo saya seperti ini soalnya kamar mandinya sempit banget. Bahkan untuk memakai handuk pun tidaklah mudah."
"Iya gak apa- apa"
Lalu aku kembali merekam kembali matahari yang makin memukau.
"Jarang liat seperti ini di kota ya?"
"Hehehe.. jarang sekali bahkan biasanya hanya melalui foto saja."
"Kalo boleh tahu, kamu mau kemana?"
"Aku ini menuju Ambon buat magang."
"Kebetulan saya juga menuju Ambon pulang kampung. Memangnya magang apa? Kok jauh banget?"
"Di bidang medis.. "
"Dokter ya? Wah hebat sekali masih muda sudah jadi dokter. Kalau di Ambon banyak sekali tempat yang bisa kamu kunjungi yang lebih bagus dari ini. Kalo kamu mau aku bisa bawa ke semua tempat itu."
"Wah terima kasih sekali.. Tapi jangan panggil saya dokter. Panggil nama saya saja"
"Ok! Dari sini pemandangannya kurang begitu bagus, keatas saja lebih luas. Tapi pake digiCam aku saja lebih praktis"
"Boleh juga, tapi saya mandi dulu ya!"

Ternyata memang sangat sempit, memang kamar mandinya cukup bersih tetapi sangat sempit dan terpaksa daripada baju yang kubawa jatuh, aku memakai bajunya diluar tetapi tetap dengan mengenakan handuk. Lalu kamipun melanjutkan menyuri lorong yang terasa lebih luas karena tidak ada orang yang berdesakan. DI atas dek, dia mengambil gambar- gamabarku dibalik pemandangan laut yang indah. Walaupun tidak banyak gambar tetapi semua yang diambilnya sudah banyak.
"Kita foto sama ya buat kenang- kengan"
Dia menyetujuinya dengan gaya anak SMA yang lagi narcist- narcistnya, digiCam itu dibali dan "Krek" lampu flashpun ikut menyambar. Foto kami berdua. Sepertinya Silaus sudah cukup sering foto narcist kayak begini karena sekali shoot langsung dapat foto kami dengan angle yang bagus.

"Silaus, uda dulu lagian uda gelap. Kita makan dulu ya."
Lalu kamipun cepat menuju raung makan, tetapi alangkah kecewanya karena disana duah mengumpul para monster makanan yang membuat kami tidak dapat kebagian tempat. Tapi Silaus lalu mengajakku ke luar sambil mengambil 2 piring yang telah terisi makan pilihannya. Rasanya nikmat sekali makan sambil makan disuguhi bintang yang terlapis pada awan di tengah laut. Tetapi akupun tidak banyak memakan bagianku karena sungguh disayangkan hidangan seafood bukanlah kesukaanku karena sejak kecil aku alergi dengan yang namanya seafood dan karena kesulitan memposisikan makan tanpa meja, sendok di priring itupun jatuh.
"Kenapa enggak habis semua, kamu gak suka?"
"Maaf, aku alergi sama seafood?"
"Aku yang minta maaf, soalnya kau enggak tahu kamu enggak suka seafood. Aku ambilkan dulu yang daging sekalian sendok yang baru di dalam ya.."
"Enggak usah biar aku ambil sendiri."
"Tidak perlu sungkan lah sama aja kok! Lagipula aku mau ambil minum"
Setelah acara makan malam, akupun langsung pergi ke tempat tidur sementara Silaus mau nonton pertandingan bola di dek bawah.. Akupun tidak begitu suka dengan pertandingan bola yang menurutku, sangat- sangat membosankan. Tidur yang nyenyak tanpa ada hambatan karena entah mengapa persaan ngantuk tidak pernah hilang padahal sudah tidur siang dengan kubiarkan pintu tidak terkunci supaya Silaus bisa masuk, pikirku.

Pagi harinya, aku bangun dengan tubuh yang lebih 'fit' daripada kemarin dan kulihat Silaus tertidur dengan telanjang dada. Keren! itulah pikirku, tubuhnya itu menimbulkan imajinasi kotrku timbul lagi. Agar cepat menghilangknnya, aku langsung saja mandi. Karena kupikir Silaus tidur, rasanya tidak perlu malu jikapun aku telanjang diluar. Tapi aku kontan saja kaget, ternyata dia bangun.
"Pagi! Cepat kali uda bangun"
"Iya, enggak ada kerjaan."
Lalu tidak sadar ternyata dia memperhatikan kemaluanku.
"Loh, kok punyamu itu berbeda dengan punyaku ya/"
"Maksudnya?"
"Itu.. kemaluan.. "
Langung perasaanku enggak enak, mungkin merasa tersindir dan lalu sembarang kujawab.
"Iya, punyaku memang lebih pendek."
"Enggak bukan itu maksudku. Tapi warnanya?"
Sedikit perasaanku lebih lega, ternyata bukan ukuran yang dia tanya.
"Mungkin keturunan kali jadi pasti beda lah warnyanya."
"Berarti betul donk, seperti- seperti itu ada keturunannya."
"Yang kupelajari ya seperti itulah kurang lebih."
Setelah aku berpakaian diapun bersiap- siap mandi dan aku menunggunya untuk sarapan bersama.
"Sudah selesai nih, seger banget, sarapan sama yuk!"
Di perjalanan, kami sempat bercerita- cerita tentang kerjaan masing- masing. Ternyata dia bukan asli orang ambon makanya logat bicaranyapun seperti orang Jakarta, ayahnya orang ambon dan kerja di Jakarta ikut ibunya, orang jawa, yang telah meninggal sewaktu dia masih berumur 3 tahun. SMA dia masuk sekolah kejuruan di perlautan dan sempat bekerja di PT. Pelni, lalu bercerita bahwa ternyata kapal yang kami tumpangi dulu adalah kapal pesiar yang dibeli oleh pemerintah untuk dijadikan kapal ferry. Karena gaji yang kecil, lalu ia bepindah kerja menjadi kontraktor dengan pendapatan yang lebih menjamin. Setelah sarapan, diapun mengajakku mengelilingi dek demi dek di kapal itu. Dan dia menjelaskan semua seluk beluk kapal itu tapi tetap wajahnya yang tampan tiu menjadi pusat pikiranku.

***

Jam tanganku menunjukan 13.00, dan tetap dengan kegiatan biasa, makan. Pikirku, apakah para awak dan nahkoda tidak bosan dengan rutinitas seperti ini, aku saja sudah mulai bosan.Beberapa hari telah kulewati rutinitas seperti ini tapi untunglah ada SIlaus yang tampan banget. Setiap hari mebuatku ingin menyetubuhi dirinya. Tetapi aku tidak punya tekad yang begitu besar. karena aku pun tidak tahu apa yang harus kuperbuat lagi demi mengisi rutinitas ini, aku ke kamar dan membuka laptopku lalu kupindahkan Video dari HandyCam-ku dan semua foto dari DigiCam Silaus yang telah beberapa hari ini bersamaku. Entah dari mana Silaus masuk ke kamar.
"Wah lagi asik ya?"
"Enggak kok, ini mindahin semua foto yang waktu itu kamu ambil."
Setelah transfer foto itu selesai..
"Uda selesai khan? Aku mau ngajakin kamu liat hal spektakuler yang bakal jarang banget kamu lihat."
Ternyata dia mengajakku ke buritan dan disana ada banyak sekali lumba- lumba yang mengikuti seolah aku diikuti mereka semua. king of dolpin? enggak juga, tapi yang aku senangi adalah mereka seolah tersenyum dan ingin mengatakan dunia ini indah.

Tidak lama lalu aku kembali ka kamar, dan membuka- buka semua foto- foto yang tadi yang telah kusimpan dari digiCam-nya Silaus. Ternyata benar- dugaanku dia orang yang narcist. Banyak fotonya yang tampan dan kupajang di dalam album photoku. Entahu sebuah keberuntungankah? Aku melihat videonya saat memainkan barangnya. Entah untuk apa dia mengabadikannya? Aku juga tidak mengerti. Usut punya usut ternyata dalam keadaan tegang, mr.Pnya tidaklah mengerikan, ukurannya masih batas wajar. Hanya saja, terlihat sangat- sangat gemuk. Lalu kulihat selanjutnya video yang direkam dari HandyCam-ku membuatku makin merasa panas. Tanpa sadar, akupun ikut- ikutan memainkan barangku. Saat sudah mau mencapai oragsme, aku langsung menghentikan tanganku. Entah dari mana dia datang.. Ternyata tangan Silaus sudah merangkul perutku dari belakang. Lalu ia membuka satu persatu kancing bajuku. Dan mencoba mendekat pintu dan menguncinya. Dia menjilati leherku lalu diikuti ddengan permainan tangannya di sekitar putingku dan bibirnya teralihkan ke bibirku. Permainan lidahnya luar biasa. Bahkan Freddy tidak mampu bermaind dengan begitu ganasnya. Kontolnya yang mulai tegang bermain diantara kemaluanku yang ikut terangsang. Precum sudak mulai membasahai daerah kemaluanku. Tanpa malu. Ia turun temurun menjilati tubuhku. Setelah kedua putingku yang dilahap habis, dia menjilati pusatku dan akhirnya kenikmatan yang luar biasa, oral sex, dia menjilati pelirku dengan ganas sesekali mengigitnya membuatku mengerang- erang. Lalu dia menyumpalkan mulutku dengan penisnya yang semakin mengelegar. Ternyata benar penisnya tidaklah begitu besar dan membuatku sedikit lega untuk tidak ketakutan dientot oleh kejantanannya itu. Entah bagaimana permainan yang berlangsung sudah 15 menit, membuatku ingin mengeluarkan pejuhku tapi dihdangnya dengan memindahkan mulutku ke anusku dan di-rimming dengan luar biasa. Dan akhirnya penetrasi, walaupun bukan ukuran yang super tetapi unutk pertama kalinya penisnya itu masuk dan ukurannya lebih besar dari punya si Freddy yang biasa kurasakan. Seolah membuatku makin panas. Rasanya anusku ingin robek. "You wanna this, fuvk u up!" Kata- kata yang makin membuat aku terangsang terus menerus. Dia menciumku dan memainkan penisnya naik dan turun. Cumbuan mautnya tidak dituntaskannya. "Ryan, ganti posisi ya!" Ternyata dia tidak cukup egois, is mengizinkan punyaku masuk ke dalam anusnya. Aku tetap tidur dan dia memainkan penisku hingga terasa nikmat sekali. Lalu aku mengerang mengatakan ingin keluar, tapi dia tiba- menghentikan permainannya. Dan di memasukan mulutnya dan menyumpal lagi mulutku dengan penisnya. Dan aku dulu mengelurakan pejuhnya, dia menelan hingga seolah penisku seperti sedotan bagi mulutnya. Terus diiisap sedangkan aku tak mau kalah menghisap semua spermanya yang kental banget. Awalnya ingin muntah karena sebelumnya aku tidak pernah oral sex dengan Freddy, tapi akhirnya kunikmati juga susu khas pria itu. Tapi herannya, seperti dikuasai oleh setan, Freddy terus menjajah anusku tapi kali ini permainannya jauh lebih ganas. Dan akhirnya tidak lama, keluar juga pejuhnya di dalam rektumku.. Lalu dia tertidur dan aku memelukan hingga esok paginya.

***

Sejak hubungan terlarang itu, kami semakin sering melakukannya dan permainannya bahkan semakin kasar dengan 1001 gaya yang membuatku semakin haus akan cumbuannya. Hingga suatu ketika aku bertanya untuk menjawab keraguanku.
"Silaus, kamu dulu pernah punya pacar ya?"
"Enggak, lagipula, kamulah pertama kalinya aku pernah kayak gini. Emangnya kenapa?"
"Enggak cuma biar lain kali jangan ada rasa curiga kalau ada apa- apa kayak di sinetron- sinetron gitu"
"Mana berani dulu di asrama mengungkapkan kelainanku. Bisa jadi bulan- bulanan orang. Awalnya pas jumpa kamu, aku senang banget karena uda lama, aku kepengen punya pacar seorang dokter dan kalau bisa orang keturunan cina soalnya kalian putih- putih. Tetapi karena enggak mungkin aku berani bilang, sampai kejadian waktu itu."
"Ooo, tapi sumpah! gaya lu di ranjang bikin gue kewalahan, jadi gue pikir elu uda pernah gituan."
"Kalo elu uda pernah?"
Setelah ditanya gitu, gue cuma bisa jujur saja menceeritakan semuanya ke dia, sambil menunjukan foto gue waktu bersama dokter Freddy. Lagipula aku memang sangat benci sama yang namanya kebohongan. Sehingga hidup seperti ini membuat aku serba salah. Untungnya, bagi dia itu enggak masalah, dia enggak pernah ngeliat ke belakang tetapi dia bilang, "Forward is better"
"Okay, lupain aja, hmmm, gue mau minta foto kita berdua waktu itu ya. Elu yang copiin ke laptop gue aja ya soalnya gue enggak ngerti pake laptop apple kamu."
"No problemo, hahaha enggak masalah."
"Ya udah ini (sambil memberikan laptopnya). Gue ke atas dulu ya.."
Setelah setting- setting sedikit akhirnya file berhasil ditransfer dan tidak sengaja pas gue buka gallerynya, gue lihat semua teman- teman Silaus waktu di sekolah kelautan itu. Banyak teman- temannya yang tampan banget. Tetai relatif juga, kebetulan walaupan aku chinese, tetapi aku lebih senang sama orang pribumi, mungkin karena kebanyakan kelihatan lebih macho. Dan ada hal yang membuat aku kaget ketika aku buka internet browsernya, kelihatan listnya yang sepertinya situs- situs porno. Walaupun aku tidak begitu suka melihat pasanganku membuka situs porno tetapi ya aku harus memakluminya, mungkin karena baru kenal dan dulu dia juga sendiri. Untunglah tidak ada foto yang mencurigakan di album gallerynya. Tiba- tiba Silaus pun masuk.
"Uda selesai transfernya? Bisa gak?"
"Tenang.. uda kelar.."
"Ya maklum lah aku gaptek apalagi kalo bukan windows, aku bingun banget."
"Mau enggak kuajarin.."
"Enggak usah.. Pake windows aja uda ribet banget."
"ngomong- ngomong kamu ada FS gak?"
"Nah kalo FS, bahkan Blog aku pun ada."
"Berarti enggak gaptek- gaptek banget lah. Hehehe."

***

Esokannya, kapal kamipun berlabuh di Ambon, ternyata disana tidak sebegitu mengerikan seperti yang banyak diceritakan di TV. Di bibir pelabuhan Silaus sudah ditunggui oleh orang dari perusahaan kontraktornya. Tidak seberuntung Silaus, tidak ada siapapun yang menjemputku. Namun dengan paksaannya akupun pergi bersama Silaus.
"Ryan, lebih baik beberapa hari ini, kamu tinggal bersamaku nanti baru kamu urus administrasinya ke Dinas Kesehatan disini."
"Enggak usah nanti merepotkan."
"Merepotkan apa? Kamu khan sudah jadi pasanganku jadi tidak perlu merasa sungkan. Biarlah beberapa hari ini aku kenalkan dengan kota ini."
"Masalhnya aku sudah melapor bahwa hari ini aku sampai jadi ya aku harus on time"
"Kalau begitu, sama aku dulu sebentar nanti aku antar kamu ke Dinas Kesehatan disini."
"Thanks ya,Sil!'
Dia hanya membalas dengan senyum. Dengan perjalanan yang cukup ekstrim, akhirnya aku sampai di mesnya Silaus. Dalam perjalanan Silaus juga mengenalkan teman sekantornya. Tetapi ada satu orang yang mencuri perhatian aku karena kelihatannya dia tidak begitu menyukaiku. Tetapi sesampainya di tujuan, setidaknya di mes ini kamarnya lebih bagus dan lebih lega.
"Sil, tadi pas di mobil sepertinya ada 1 orang yang kecil- kecil itu tidak begitu suka melihatku."
"Siapa?"
"Itu yang agak mirip orang jawa gitu"
"Ooo, itu namanya Sukardi, mungkin dia cemburu lihat kamu."
"Loh kok bisa?"
"Menurut cerita teman kantorku dia itu kayak kita dan suka aku dari dulu tapi karena aku juga enggak suka, jadi enggak begitu dekat sama dia."
"Habis kamu ganteng banget"
Dan mulai lagi Silaus menciumku dan kami ke pancuran bersama mandi tapi kali ini, karena akupun lelah, Silaus hanya menciumiku saja. Tapi pas kami keluar tiba- tiba saja, si Sukardi itu memandang kami dengan sinis seolah ingin membunuhku. Tapi Silaus malah makin jadi di memeluk pundakku. Tetapi perasaanku malah tidak enak.
"Sil, cepat yuk antarkan aku ke Dinas Kesehatan, takutnya nanti kalau uda sore enggak bisa ngurus hari ini."
"Sambil nanti makan siang ya.."
Setelah izin dengan managernya, Silaus diizinkan membawa mobil perusahaan. Selama perjalanan pelan sekali, entah di sengaja, atau karena kurang mahir di jalan ekstrim seperti ini. Tapi aku benar- benar tidak peduli.
"Sil, kamu kok enggak jadian sama yang nama Sukardi itu?"
"Ya kamu juga uda tahu kalau aku cuma mau sama orang china lagian dia itu kurang bersahabat terkadang dia suka marah- marah sendiri, enggak karuan"
"Ooo, Silaus kapan kamu balik ke Jakarta lagi?"
"Mungkin tahun depan setelah proyek jalan ini selesai. Kalo kamu?"
"Aku lebih cepat sekitar 6 bulan tetapi kalau kamu masih lama, mungkin aku tungguin kerja di RSU disini dulu."
"Ooo, kita ke Dinas Kesehatan dulu saja ya soalnya kalau makan dulu pasti jaadinya lama, belum lapar kan?"
"Belum lah, tergantung kamu aja, aku enggak ngerti soalnya."
jam menunjukan pukul 1.14 tetapi tinggal beberapa orang di kantor, karena Silaus cukup mengenal daerah disini, dia yang mengurus semua keperluanku. Apalagi dengan berbicara bahasa daerah disini, mungkin bisa mempermudahku bisa mendapatkan beberapa fasilitas. Maklumlah nepotisme itu ada dimana- mana apalagi di Indoensia.
"Udah jadi? Gimana katanya?"
"Tempat kamu magang di puskesmas kebetulan tidak begitu jauh tempat kerjaku sekitar 20 kilo-an."
"Apa? 20 kiloan dekat? Jauhnya gimana lagi?"
"Hahaha. Ini semua berkas- berkas yang musti kamu bawa, dan ini juga didalamnya ada uang insentif dari pemda sini. Fasilitas yang kamu bisa dapatkan cuma rumah dinas. Menurutnya lumayan karena semua sudah tersedia."
''Waduh, gue thanks banget ama lo kalo enggak ada lo bisa bingung gue."
Kembali dia hanya membalas dengan senyum. Dan langsung mengajakku ke pusat kota untuk makan siang. Walaupun masih ada sisa puing bekas tragedi- tragedi yang memilkukan. DI tempat yang lain masih ada kegiatan yang cukup ramai. Dan disana aku menikmati makanan khas Ambon. Walaupun aku agak enek ketika makan sagu- saguan itu, aku tetap makan sedikit demi menghargai Silaus. 1 Jam di rumah makan itu serasa 1 bulan aku berjalan di tengah lautan. Mungkin aku masih kurang terbiasa lagipula aku sendiri harus membiasakannya karena pasti disini akan sanget sulit mencari nasi, pikirku

***

Setelah mengabari orang tuaku dan berbelanja beberapa kebutuhan mulai segala sesuatu yang instan dan sebagainya, cukup merogoh kocek yang dalam, aku diantar ke puskesmas aku magang. Ternyata rumah yang diberikan terawat dengan baik dan bersih. Tetapi sayangnya Silaus lagsung pulang karena katanya sudah kelamaan. Hari itu aku hanya mengecup bibirnya, "Terima Kasih untuk segalanya!" Mobilnya hilang ditelan lumur jalan yang menggunung. Selama beberpa hari, pasien tidaklah banyak tetapi satu yang kusenangi dari masyarakat ambon, menghargai tamunya. Aku merasa sangat senang karena mereka seperti keluargaku. Mereka bahkan setiap hari membantu aku mencari makan. Walaupun terkadang aku tidak berani terlalu sering menerima pemberian seafood dari mereka karena tubuhku yang alergi dengan seafood. Tetapi kepedulian mereka akan tamunya membuatku merasa nyaman. Menurut cerita kepala desa setempat, disini sudah beberapa tahun tidak ada tenaga medis yang megang mungkin karena lokasi yang ekstrim sehingga sangat jarang ada dokter yang mau magang disini.

Sementara Silaus setiap hari sabtu selalu datang ke rumah dinasku. Setiap dia datang pasti dia selalu membawa makanan. Padahal aku sudah bercerita bahwa aku tidak kekurangan karena disini para warga sekitar sangat memperhatikanku. Hari sabtu malam bersama Silaus memang satu- satunya hiburan bagiku untuk bersendak gurau, curhat dan sebagainya. HPku seolah benda mati karena disini tidak terjangkau sinyal. Untungnya masih ada aliran listrik sehingga MacBookku bisa menghibur di kala kesepian atau sekadar merefresh ingatan dari materi kuliah dulu. Warga sekitar sekitar sudah tahu setiap sabtu Silaus menginap di tempatku, untunglah, mereka tidak berprasangka buruk, mereka menganggap Silaus sebagai ajudan yang membantuku. Silaus mengajariku mengenal daerah ini dan mulai mengajar bahasa daerah dan sebaliknya kami saling bertukar kebudayaan.

Silaus senang mendekapku dari belakang. Lalu dia menciumiku menjilati seluruh tubuhku dan menghujamku dari belakang. Membabat habis semua energiku. Tidak ada kuasaku untuk melawan. Kakiku dijeptinya. Aku hanya terdiam. Kontolnya dicolokkannya kedalam anusku. Dengan liar dia hanya menghujamku. Tetapi deperti biasa, dia memintaku menghujamnya balik. Pemainanku semakin hari semakin baik terlebih dia mengajariku cara bermain ayng luar biasa. Pertama perlahan kumasukan kemaluanku dan terus semakin cepat hingga pulsing samapai- sampai dia mengerang kenikmatan. mr.P ku memang tidak besar tetapi dengan sedikit aksen dan permainan. Silaus selalu mendapatkan orgasme dan sering minta tambah, hanya saja aku tidak selalu sanggup.

Keesokannya pada hari minggu, dia selalu mengajakku ke gereja. Kadang di gereja, akupun tak kuasa hingga menangis kenapa harus terjadi seperti ini, tetapi aku sangat mencintainya. Aku terkadang merasa malu harus menginjakan diriku yang kotor ke tempat suci seperti itu tetapi aku yakin Tuhan mengajarkan cinta kasih dan aku benar menyayangi Silaus dengan segenap cinta bukan nafsu.

***

5 bulan sudah aku menjalani hubungan dengan Silaus, semakin hari aku semakin mencintainya dan berpikir ketika hari tua, aku ingin hidup dengannya hingga menutup mata. Rasanya akupun tidak bisa mengingat wajah Freddy lagi. Aku benar sudah jatuh cinta kepada Silaus.

Siang terik tidak menghalau kabut yang biasa menutupi jalan, hari ini Silaus datang ke rumahku padahal hari ini bukan hari Sabtu.
"Ada apa,Sil?"
"Aku ada kabar baik."
"Emangnya ada apaan?"
"Sekarang sinyal operator HP kita sudah buka disini."
"Wah enak donk, aku coba dulu ya"
..
"Iya bener, ini hidup, gue bisa hubungi bonyok gue donk!"
"Eh Ryan, yuk.. ikut aku ke kantor soalnya disana kabar baik lainnya"
"Ada kabar apa? Bilang aja disini, aku enggak bisa tinggalin kerjaanku disini"
"Iya, ternyata proyek aku uda mau selesai dan kurang lebih 2-3 bulan lagi."
"Wah asyik banget tuh, kita bisa balik sama- sama."

Kabar baik itu membuatku semakin semangat. Untunglah aku menggunakan prabayar sehingga aku kartuku masih aktif. Dengan aktifnya kartuku lekas aku mengabari kedua orang tuaku akan keadaanku. Awalnya mereka marah- marah karena tidak memberi kabar untungnya, setelah aku menceritakan semuanya mereka bisa mengerti. Dan akupun lngsung connect MacBook aku lalu membuka Safari dan.. berselancar internet, walaupun sangat lambat setidaknya aku bisa membuka beberapa situs ringan seperti mengecek info dari kampus, email dan FS (mungkin sekarang lebih trend dengan FB). Ternyata ada 300 comments yang terdelayed- karena tidak begitu banyak waktu, aku save setiap page sebelum meng-approvenya karena berencana lain waktu membacanya lagi, Di shoutout aku langsung ganti, "Lagi PTT, bagi yang uda ngirim comment, trim's, tapi tunggu gue baca 1 per 1 kalau sempat sebelum di approve." Dan di notifications, 7 friends request salah satunya Silaus, aku sempat berpikir pasti dia sedang buka situs porno. Ah tapi aku tidak begitu mempermasalahkannya. Dan kuapprove semua friend-nya. Lalu aku coba buka profil Silaus dan mensavenya saja karena sangat panjang.

***

"Terima kasih banyak, dok!"
Sekianlah pasien- pasienku hari ini. Lalu cepat aku beeberes merapikan semua peralatan yang ada di puskesmas itu. Meskipun sudah banyak yang tidak layak pakai untunglah alat- alat tersebut masih dapat digunakan. Lagipula untuk membantu di kemudian hari, aku coba memberikan keterampilan dasaar bagi warga sekitar dalam menjaga kesehatan. Hal ini tentunya sangat dilarang bagi seorang dokter untuk mengadakan semacam promosi tetapi karena berada dalam naungan puskesmas (KesMas- Keshetan Masyarakat) hal ini dapat dibenarkan dalam langkah menuju tindakan preventif. Sehingga aku berharap derajat kesehatan di desa tersebut dapat menjadi lebih baik lagi. Walaupun cukup meletihkan tetapi aku senang jika aku bisa membantu sesama dan tanpa terasa kakiku melangkah hingga aku sampai di rumah dinasku.

Aku membuka satu per satu file yang telah kusave. Ternyata dari 300 comments, ada seperempatnya dari Freddy, moodku langsung enggak enak. Kebanyakan isinya permintaan maaf dan banyak pula perumpamaan yang tidak kumengerti. Dan sisanya dari teman- teman yang satu per satu mulai PTT. Tugas dimulai, aku mulai membuat 1 per satu balasan buat teman- teman yang menanyakan kabar dan segala macam. Sedangkan untuk Freddy tidak berencana membalas apapun. Hingga tengah malam, aku baru siap mengetik. Tetapi sayang, internetnya tidak bisa konek. Mungkin besok saja pikirku. Sebelum aku tidur, aku baru ingat bahwa ada profil Silaus yang belum terbaca. Setelah kubaca ternyata profilnya biasa saja. Dia orang yang puitis dan shoutoutnya membuat aku ilfeel tapi senang, "Rn, I aLWaY5 LuV u!!!" Sedangkan list friendnya tidak banyak proa dengan foto yang aneh- aneh. Memang sepertinya dia anak yang baik. Di list comment pun hanya bercerita skor pertandingan ini dan itu. Setidaknya ini semakin memastikanku bahwa dia memang jujur. Lalu dalam senyum aku tidur dan ingin memimpikan hidup dengannya 1000 tahun lagi.

Sejak itu, Silaus semakin sering ke tempatku entah hanya numpang lewat atau bercumbu denganku. Bahkan di puskesmas jika sedang sepi. Sering aku menolaknya tetapi dia tidak pernah peduli tetap menjalankan keinginannya. Di FSnya pun dia setiap hari mengirim kata- kata puitisnya namun tentunya aku enggak akan pernah approve dan hanya kusimpan dalam hatiku.

***

5 bulan cintaku berlabuh di kota Ambon. Hari ini, hari minggu, aku heran bertanya kenapa Sialus belum datang juga, selama 5 bulan ini, pertama kalinya dia tidak datang padahal selama ini bahkan hari Sabtu ia sedang datang. Karena aku berpikir mungkin mendekati tenggat waktu proyeknya, dia jadi lebih sibuk. Hari ini aku juga ke gereja sendirian. Namun sepanjang kebaktian perasaaanku tidak enak. Cepat- cepat aku pulang membuka FSku dan ternyata dia tidak online sejak 2 hari yang lalu. Pikiranku dan perasaanku berjalan seiring dengan penuh rasa khawatir. Dan aku langsung berlari menuju rumah kepala desa untuk meminjam mobilnya. Karena kepala desa sangat baik, bahkan dia menyuruh anaknya untuk mengantarku ke tempat kerjanya Silaus.

Selama perjalanan, anaknya kepala desa itu bertanya kenapa aku sangat mengkhawatirkan Silaus. Kontan saja, aku berhenti bernafas, aku takut mereka mulai curiga. Dan sambil berpikir aku mencari alasan yang tepat.
"Bang, sebenarny abang ada hubungan apa dengan bang Silaus?"
".."
"Saudara jauh atau saudara kandung.. wuish, beda wajahnya."
Sedikit banyak statement terakhirnya melegakan aku juga
"Dia teman abang.. abang sangat khawatir karena abang uda anggap seperti saudara sendiri soalnya dia sering bantuin abang waktu mau ngurus ini itu."
"Tenang aja, dia tu kuat.. mana mungkin kenapa- napa."
..
Hampir 1 setengah jam perjalanan kutempuh, akhirnya sampai juga. Sekarang kantornya sudah lebih bagus, jalannya pun lebih rapi.
"Maaf Pak, bisa berjumpa dengan Pak Silaus?"
"Anda siapanya, ya?"
"Saya ini temannya"
"Begini 2 hari yang lalu pak Silaus dibawa ke Rumah Sakit karena keracunan makanan"
Sudah terlalu sering aku terkejut tapi kali ini aku benar- benar ingin pingsan dan tidak tahan mendengar berita ini, aku galap dan ingin cepat melihatnya.
"Sekarang dia dimana?"
"Saya kurang tahu namany tapi katanya dibawa ke rumah sakit di kota."
"Bang, saya tahu tempatnya!" Kata si anak kepala desa itu.
Langsung aku meminta anak Kepala desa untuk ngebut cepat menuju kota. Dalam waktu 15 menit, aku sampai di rumah sakitnya. Aku turun ke rumah sakit sedangkan si anak Kades menunggu di mobil.
"Mbak, pak Silaus dirawat di kamar nomor berapa?"
"... Pak Silaus di kamar Bougenville dari sini terus ke kanan dan kamarnya di tempat paling ujung."
Kulihat disana beberapa teman kerjanya Silaus dan aku menyelip diantaranya. Aku mencoba menahan rasa amarhku.
"Dokter Ryan? Temannya Silaus khan?"
"Iya, kenapa ini bisa terjadi?"
"Maaf kami tidak menghubungi anda. Kemarin kami sudah mecoba tapi nomor anda tidak bisa dihubungi."
"Kenapa Silaus bisa keracunan?"
"Duagaan Polisi, temannya, Sukardi yang meracuninya, diduga masalah kantor.."
Meluap amarahku dan tidak terbendung lagi, "Bangsat lu Sukardi!"
"Tenang.. yang tenang ini kita di rumah sakit."
Sesaat kemudian, "Bagaimana dengan keadaannya?"
Sang manager menggeleng kepala "Menurut dokter racunnya semakin parah dan meluas. Kami hari ini akan membawa Silaus ke Jakarta dengan pesawat yang kami carter."
"Saya ikut, bagaimanapun saya dokter dan saya teman Silaus"
".. Baiklah, tolong bantulah kami!"

Tidak lama aku kembali ke mobil anak pak Kades untuk pulang dan memintanya untuk menjaga rumahku selama aku balik ke Jakarta. Lalu terdengar suara ambulan dantidak lama terlihat Silaus yang terbaring lemas. Aku langsung ikut dan tetap disisinya. Aku sadar benar dengan grade racun yang ada di tubuh Silaus sangatlah kecil kemungkinan untuk dia kembali sembuh tapi aku yakin Tuhan akan memberi yang terbaik bagi umatNya. Tidak lama, ambulans kamipun sampai di airport. Perjalanan menuju jakarta membuthkan waktu hingga beberapa jam dengan kapal seperti ini dan aku menjadi sangat luar biasa pesimis.

Jam menunjukan 18.00 WIB hanya membutuhkan waktu 1 jam lagi untuk mencapai Jakarta. Ketika yang lain sedang tidur, dia bangun dan langsung menatapku yang berada di sampingnya dia menggenggap tanganku dan membisikkanku, "Ryan, Freddy tidaklah bersalah aku bisa mengerti dia" Lalu ia memberikanku sebuah kunci yang selalu dikalunginya. "Aku akan tetap bersamamu walau apapun yang terjadi. Aku enggak mau hidup sendiri lagi. Jangan tinggalin aku!" Itulah nafas dan kata terakhir yang terdengar olehku. Sontak aku berteriak hancur dan suaraku membangunkan yang lain, aku terpojok disisi bangku itu, tidak menerima semua ini. Kemudian mereka semua cepat- cepat melaukukan tindakan ABC. ABC adalah singkatan dari Airway, Breathing, Circulation, tindakan ini diberikan sebagai usaha penanganan awal dalam keadaan darurat. Aku hanya bisa melihat dokter itu berusaha menyelamatkannya tapi akhirnya sang Dokter berbalik ke arah wajahku dan menggelengkan kepalanya. Kali ini aku tidak bisa menangis, aku hanya menjadi patung di pojok kursi itu.

Aku melihat awan disisi lain seperti pertama kali aku berjumpa dengan Silaus dengan warna ungu jingga, di bingkai jendela itu, aku merasa ia akan berbicara, "aku tetap bersamamu." Aku benar tidak tahu apa yang terjadi hembusan angin terasa menembus nadi- nadiku dan aku ingin memberontak tapi aku tidak mampu. Aku hanya tahu itu tidak terjadi dan tidak akan terjadi untuk selamanya.
"Suara angin menimbulkan bunyi desis di pintu alumunium dan bingkai jendela. Kiain- kain yang digantung di paku bergerak sedikit ketika terkena embusan angin. Daun- daun berjatuhan seiring menguning dan melai tua sendiri tanpa pasangannya, mungkin pasangannya masih hijau melekat di daun itu, atau mungkinkah sudah lebih dahulu menguning." Kutipan itu.. kutipan yang sama seolah menghantam gendang telingaku lagi.
Aku menangis tanpa sadar bahwa aku ingin ikut dengannya. Aku shock untuk kesekian kalinya. Aku tidak mampu bergerak. Kesedihan maha dahsyat menghajarku berlusin- lusin. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kutipan itu membuatku ingin sadar bahwa balas dendam bukanlah merpakan cara. Tapi aku percaya dia akan ada bersamaku.

Akhirnya sang burung besi menghentakan kedua cakranya di landasan pada pukul 19.07. Aku bersamanya seharian tanpa sadar surat terakhir itu masih ada di genggaman tanganku. Surat itu memintaku agar nomor kunci ini diberikan kepada orang tuanya. Aku pikir ayahnya tidak tahu dan aku mencoba untuk menghubungi orangtuanya tetapi aku merasa aku terlalu melampaui batas. Setelah melalui sekian prosedur, jasad Silaus diantar ke rumah sakit. Aku yakin ayahnya akan sangat kecewa aku tidak mampu melihat tangisan ayahnya. Aku lalu menginap di hotel terdekat. Semalaman aku hanya tidak dapat berbuat apa- apa. Aku tidak akan mampu melihat kepergiannya lagi.

***

Tepat satu minggu setelah kepergiannya. Aku pergi menuju ke rumah Silaus berdasarkan alamat yang diberikan oleh managernya. Rumahnya kecil terdapat perternakan disampingnya. Rumah- rumah itu seakan balas memandang dengan tatapan kosong diantara rumput liat dengan halaman sempit yang tidak terurus. Saat aku mengetuk pintu, ayah Silaus muncul dan hal itu membuatku kaget, aku masih ingat dia adalah pak Supir yang mengantarku dari stasiun ke pelabuhan. Aku duduk di meja tamu bersama ayah Silaus, tanpa bapak itu ingat wajahku lagi. "Mau kopi, khan?"
""Terima kasih, pak!"
Lelaki tua itu hanya duduk membisu. Kedua tangannya terlipat di atas sandaran tangan kursi kayunya yang mulai lapuk. Aku tahu pandangan itu bukanlah pandangan ramah yang pernah kulihat di taksi itu tetapi sebuah pandangan tajam yang menusuk dan ia seolah tahu akan sesuatu tetapi aku benar tidak bisa berkata apapun. Aku seolah merasa tahu kalau aku ada hubungan dengan Silaus dan aku takut ia berpikir akulah yang menjerumuskannya ke dunia gay.
"Aku sangat sedih akan kepergian Silaus. Bahkan aku tidak mampu datang ke pemakamannya. Kami pernah menjadi partner dan dia begitu baik. Aku tahu bahwa dia akan mengalami hal ini namun aku tidak mampu melihatnya untuk pergi."
"Aku akan sangat mengerti jika itu benar adalah kamu. Silaus hanya menjalankan tugasnya, diracuni oleh temannya, seolah menyebabkan ini semua. Tapi aku bisa mengerti ini semua."
Kata- kata yang sulit kumengerti, seolah bermakna lebih. Seolah dia menyalahkanku. Tapi aku benar sudah tidak begitu peduli.
"..Aku berusaha untuk tidak menyalahkanmu aku berharap kamu tdak salah mengerti."
"Tidak masalah, kami adalah partner dan saya dapat memaklumi jika anda berpikir demikian. Aku kesini ingin menyampaikan pesan terakhir Silaus. Dia ingin agar aku menyampaikan ini kepadamu."
Dia kemudian membawaku ke sebuah kamar yang sepertinya adalah milik Silaus. Sebuah kamar yang bersih dan rapi tersusun dengan barang- barangnya bahkan baju pertama kali aku berjumpa dengannya, pikirku, mungkin semua barang- barang-nya telah dikembalikan dari Ambon oleh perusahaan Silaus. Dia meninggalkanku di kamar itu dan matanya mengarahkanku pada kotak yang tertata diatas meja sebelum akhirnya dia menutup pintu.
"Kunci ini milikmu sekarang."
Seolah lelaki itu, ayah Silaus, sudah tahu semua ini. Kubuka kotak itu dengan kunci yang diberikannya. Sebuah buku yang sepertinya dia buat sendiri, kubuka 1 per 1 halaman membaca setiap detik hidup Silaus. Ia bahkan menyimpan sendok plastik pertamaku makan bersama dengannya. Buku itu tampak berat sampai aku melihat di balik halaman yang terkhir seolah belum siap ia menulis hari itu. Aku tahu itulah hari terakhir sebelum ia diracuni. Sungguh berat dan melihat gambar- gambar itu. Aku ingin meneteskan air mata tetapi aku tidak mampu seperti Silaus menahan kantung mataku untuk tidak sedih.
Aku mengambil pulang kotak itu, dan izin pulang dengan ayahnya yang nampaknya mulai melunak dan akhirnya dia ingat aku kembali. "Lain kali mampirlah, dok!" Aku hanya membalas dengan senyum dan menyusuri tanah kerikil kembali ke rumah.

***

Sudah 6 tahun lamanya aku bekerja untuk sebuah instansi rumah sakit di Ottawa dan umurku sekarang sudah mencapai 30 tahun, tuntutan untuk menikah, membuatku bermigrasi kerja disana dan sambil mengambil beasiswa untuk memperdalam ilmuku. Berita tertangkapnya Sukardi dari temanku di Indonesia membuatku yakin bahwa tidak akan ada yang abadi yang ada di dunia ini, aku sendiri masih sulit memaafkannya tetapi aku berusaha untuk itu. Berita itu mengingatkanku.., pada satu tahun sekembalinya aku ke Jakarta waktu itu dari post PTT membuat calon istri Freddy mendatangiku, dia sudah tahu semuanya, memang benar Freddy bukanlah seperti yang aku pikirkan sebelumnya. Semua yang ia katakan adalah kenyataan dan dia benar- benar hancur setelah aku tinggal pergi. Awalnya aku tidak berani untuk kembali padanya karena melihat calon istrinya yang baik pasti akan lebih menyayanginya. Tapi aku masih ingat pesan terakhir Silaus. Entah mengapa, setiap kali aku melihat Freddy yang kulihat adalah Silaus yang tersenyum setiap hari bahkan setiap detik aku melihatnya.

Pagi itu- sebuah musim dingin yang mencekam, diikuti badai salju- aku terkulai lemas diatas ranjang dekat tungku pemanas oleh karena sakit yang entah berasal dari mana yang menggerogoti hidupku. Aku menolak permintaan Freddy untuk dirawat di rumah sakit lalu ia pergi memaksa membeli obat antiviral dan analgesik di tengah badai salju seperti ini. Berita penangkapan Silaus yang masuk melalui BBku itu, membuatku tenang. Aku ingin berjalan diatas lantai kayu yang membeku seperti balok es menaiki tiap tingkatan tangga ke lemari pakaianku mencari- cari kotak itu… Berada di genggamanku membuatku semakin memasuki alam bawah sadarku. Aku seperti melihat Silaus dalam mimpi- mimpiku. Silaus seperti yang kulihat pertama kalinya, dengan rambut ikal, tersenyum, tubuh tegapnya. Aku terkadang bangun dalam kesedihan, kadang- kadang dalam rasa bahagia dan pelepasan yang dulu pernah kurasakan. Ada jarak membentang lebar antara apa yang kuinginkan kurasakan tapi jika tidak dapat memperbaiki semua ini, aku harus menghadapinya.

"Aku bersumpah.. Aku telah menepati janjiku, Sil.. "

========================================================================
Blackboard:
Teman -teman, terima kasih atas atensi yang kamu beri..
Karena urusan yang padat, aku baru sempat buat upload the second and the lastest story dari shortcake series.
Sebenarnya cerita ini awalnya saya desain ada 2 part tetapi karena ada masalah dengan data- data di MacBook saya jadinya saya remake dan saya gabung jadi 1 bagian dalam 1 hari penuh sewaktu liburan.

Seperti sebelumnya di series "never been kissed", cerita ini sebenarnya tidak sepenuhnya fiksi. Tapi cerita ini adalah based on true story yang telah dimodifikasi sedikit- sedikit.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada 'revengelqq' a.k.a 'marvelblue' atas inspirasi karyanya yang mengagumkan.
Dan tentunya, semua orang yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu yang telah mensupport saya.

Atas delay dan kekurangan, seperti salah ketik dan lainnya yang pasti masih banyak, saya mohon maaf.
"Semoga bisa menjadi inspirasi Anda!"

Salam,


rushed ty

Comments

  • kereeeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnn.........................
  • dorland, ahahah, buku coklat tebal buat nimpuk gogog. :P
    membantu farmakologi sayah pas kuliah tingkat 2-3 dulu
  • kereeeennn ... tapi banyak yang salah ketik, nama orangnya banyak yang salah ... huuhh ...

    tapi keren euyy

    ===

    kamus dorland .. doh doh, itu buku mengingatkanku ...
  • oo... rushed ty dokter beneran ye?

    Gue rasa ini masterpiece in this forum, alur cerita yang buat aku jadi enggak jenuh. COOL AND DIFFERENT!!!!! gaya yang beda banget dari yang lainnya..... Semua ada dari percintaan, sex, drama, problematika dan lain lain, bener2 force of the nature banget..... walaupun gue lebih suka kalo ketikannya lebih dirapiin. Keliatan seperti kebut semalem..... :lol: :lol: :lol: But 2 thumbs upfor you
  • @ cl3ar_mentol, thank's

    @Buzz., emang tuh buku paling fenomenal. hehehe

    @Mox, tank's ya! semoga bisa menjadi lebih baik.

    @boujan_mine, semoga lain kali bisa aku perbaiki. Thank's
Sign In or Register to comment.