It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ditulis Oleh Titon Rahmawan
Banyak calon penulis yang mungkin menulis sekedar menulis tanpa pernah berusaha menekuninya dengan sungguh-sungguh atau berusaha untuk menjadi ahli. Dan oleh karenanya sebagaimana ditengarai oleh Saut Situmorang bahwa di dalam jagad kepenulisan ini begitu banyak bertebaran dilettante dan hanya ada segelintir saja maestro.
Banyak pula diantara kita di dalam proses penulisan karya-
karyanya cenderung sekedar menuruti kemauan kata hati tanpa ada upaya untuk menggabungkannya dengan teori, yang sesungguhnya dapat menunjang keahlian kita di dalam menulis. Beberapa orang lagi bahkan mungkin tidak peduli dengan semua pertimbangan-pertimbangan serupa
itu, walaupun di dalam hati kecil mereka ingin segera menjadi seorang penulis terkenal dan dikagumi.
Tentu saja hal ini adalah penyakit yang juga mendera banyak penulis yaitu berusaha meraih keberhasilan dengan cara-cara instan. Dengan segera pula mereka dapat melihat betapa tidak ada perkembangan berarti di dalam karya-karya dan tulisan-tulisannya manakala mereka berhenti dan mogok belajar, entah itu lewat pengkajian dari karya-karya orang lain maupun menelaah lebih jauh lagi saran dan kritik yang ditujukan ke mereka. Sesungguhnya hal ini berlaku pula di dalam banyak hal lainnya. Dalam ranah tulis-menulis ini seseorang tidak dapat bergantung semata-mata hanya kepada bakat alamiah yang dimilikinya. Untuk menjadi besar kita perlu memiliki bacaan- bacaan besar. Sebagaimana penulis-penulis besar tidak saja hidup dengan impian-impian besar melainkan terlebih lagi dari bahan-bahan bacaan besar yang dipelajarinya. Dengan kata lain untuk menjadi besar
kita harus belajar pula untuk menafsirkan karya-karya orang lain.
Namun apakah sejauh ini kita sudah cukup membuka diri? adakah kita cukup berbesar hati untuk menerima kritik dan juga saran? Permasalahannya adalah banyak orang yang berniat menjadi penulis besar namun malas membaca apalagi harus menafsirkan karya-karya orang lain. Itu adalah sebuah kondisi yang absurd, yaitu apabila kita hanya tertarik pada karya-karya kita sendiri dan hanya punya satu niatan agar karya-karya kita tersebut dapat dibaca oleh seluas-luasnya kalangan tanpa kita memiliki kemampuan dan kemauan untuk dapat memberikan apresiasi pada karya-karya orang lain.
Seorang penulis yang serius pertama-tama adalah sekaligus juga seorang kritikus bagi dirinya sendiri, dan oleh karena itu ia harus terbiasa dengan budaya kritik serupa itu. Bagaimana kita dapat melihat baik buruknya sebuah karya kalau kita tidak melengkapi diri kita sendiri dengan seperangkat penilaian. Ukuran-ukuran estetis itu secara tidak langsung juga akan menambah kepekaan intuisi kita dalam proses menulis karya-karya kita sendiri. Seiring dengan bertambahnya wawasan kita melalui proses belajar ini maka akan meningkat pula kepekaan kita di dalam mengeluarkan gagasan kreatif.
Segala bentuk gagasan penulisan umumnya lahir dari ungkapan perasaan dan sebagian lagi melalui perenungan pemikiran namun seberapa jauh gagasan itu dapat berhasil menyentuh perasaan dan pikiran orang lain tergantung