BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CINTA DAN WAKTU

kidkid
edited July 2008 in BoyzRoom
Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka
hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan
air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan!
Tolong aku!" teriak Cinta.

"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku.
Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada
tempat lagi bagimu di perahuku ini."

Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun
kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong
aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan
perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik. Tak lama
lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.

"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu
lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.

"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..." kata Kesedihan
sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada
saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke
perahuku!"

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di
pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat
itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua
yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk
tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya
dari Cinta itu ..."

Comments

  • kid wrote:
    Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
    abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka
    hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan
    air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
    cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

    Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
    Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
    naik membasahi kaki Cinta.

    Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan!
    Tolong aku!" teriak Cinta.

    "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku.
    Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada
    tempat lagi bagimu di perahuku ini."

    Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun
    kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong
    aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan
    perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

    Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik. Tak lama
    lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.

    "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
    mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

    Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu
    lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.

    "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..." kata Kesedihan
    sambil terus mengayuh perahunya.

    Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada
    saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke
    perahuku!"

    Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
    Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di
    pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat
    itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua
    yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk
    tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

    "Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

    "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
    mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

    "Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya
    dari Cinta itu ..."

    sangat romantis.....
  • kid wrote:
    Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
    abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka
    hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan
    air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
    cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

    Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
    Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
    naik membasahi kaki Cinta.

    Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan!
    Tolong aku!" teriak Cinta.

    "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku.
    Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada
    tempat lagi bagimu di perahuku ini."

    Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun
    kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong
    aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan
    perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

    Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik. Tak lama
    lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.

    "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
    mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

    Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu
    lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.

    "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..." kata Kesedihan
    sambil terus mengayuh perahunya.

    Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada
    saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke
    perahuku!"

    Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
    Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di
    pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat
    itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua
    yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk
    tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

    "Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

    "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
    mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

    "Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya
    dari Cinta itu ..."

    sangat romantis.....
  • kid wrote:
    Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
    abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka
    hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan
    air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
    cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

    Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
    Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
    naik membasahi kaki Cinta.

    Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan!
    Tolong aku!" teriak Cinta.

    "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku.
    Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada
    tempat lagi bagimu di perahuku ini."

    Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun
    kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong
    aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan
    perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

    Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik. Tak lama
    lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.

    "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
    mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

    Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu
    lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.

    "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..." kata Kesedihan
    sambil terus mengayuh perahunya.

    Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada
    saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke
    perahuku!"

    Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
    Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di
    pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat
    itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua
    yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk
    tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

    "Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

    "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
    mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

    "Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya
    dari Cinta itu ..."

    nice post....
  • kid wrote:
    Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda
    abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka
    hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan
    air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
    cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

    Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
    Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
    naik membasahi kaki Cinta.

    Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan!
    Tolong aku!" teriak Cinta.

    "Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku.
    Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada
    tempat lagi bagimu di perahuku ini."

    Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun
    kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong
    aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan
    perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

    Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik. Tak lama
    lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.

    "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
    mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

    Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu
    lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.

    "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..." kata Kesedihan
    sambil terus mengayuh perahunya.

    Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada
    saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke
    perahuku!"

    Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
    Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di
    pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat
    itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua
    yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk
    tua di pulau itu, siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

    "Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

    "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
    mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

    "Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya
    dari Cinta itu ..."

    NICE POST !! :) :)
Sign In or Register to comment.