It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
sabar ye rusli. mudah2an mamak kau sadar.
kasian rusli. untuung masih ada yg sayang sama dia.
btw mang itu pohon apaan?
terharu aq bacany gak nyangka mamakny kejam lebih kejam dr pda ibuqu aq kira cuma ibu doang yg kejam
jgn lama donk up data'y hehe..semangat om ts
mamak durhaka itu
sampai gregetan aku....gemes banget
pengennya nimpuk pake batu mamaknya rusli
Hadir lagi ini Bro,
Jam-jam penghujung weekend ini, kita disibukkan oleh persiapan awal pekan disertai oleh ribetnya hari pertama dalam satu minggu (meski sebenarnya setiap hari itu sama saja). Sore dan malam ini, sekedar melirexkan fikiran, tidak ada salahnya ya kita simak perkembangan nasib Rusli. Seorang anak yang kurang beruntung di daerah Jambi sana.
Baiklah Bro, pada cerita yang lalu, kita ketahui Rusli jadi pelampiasan kemarahan mamaknya akibat persoalan dua keluarga yang tidak kunjung usai. Jika sudah tau ada persoalan, mengapa mereka kawin dan seorang anak yang tidak berdosa menanggung beban. Sayang sama adik seharusnya dengan menyiapkan adik bersikap mental yang positif dan pekerjaan yang benar, bukan menambah modal adik untuk berjudi. Itu pendapatku, (mungkin Bro pembaca budiman akan setuju dengan pendapatku itu).
Anak yang tidak berBapaklah yang harus disayang !
Marah ya sama almarhum suami yang tidak pernah sayang pada mamak ? sehingga anak yang dimarahi ! mengapa dulu mau kawin dan membuat anak !
Semoga Allah membuka pintu hati sang mamak, dan si mamak tidak mencari masalah lain dengan orang tua dan sanak saudara suaminya, kalau si mamak mau hidup dengan tenang.
Dan semoga Rusli cepat sembuh dari sakit, semakin berguna bagi umat manusia, pemaaf, dan tidak pendendam, amiiiinnn.
Rusli...., semangat ya dek.
p.o.v dari SUDI
Pembaca Boyzstories, aku ini adalah figuran dalam kisah ini. Namaku Sudi. Hanya pada bagian ini aku hadir untuk melukiskan kejadian di dusun kami ketika mendengar berita kekejaman mamak si Rusli. Aku mengertii perkembangan Rusli dari SD hingga SMP. Aku dan Jasri ikut membantu pembelajaran Rusli. Aku betah berlama-lama mengajar Rusli. Anak ini memiliki mata yang teduh, dia penurut dan santun. Dia juga rajin dan tidak pernah mengeluh dengan keterbatasan ekonomi keluarganya.
Pembaca tidak boleh curiga ya, aku tidak ada niat terselubung untuk mendekati Rusli. Namun jika Rusli sudah dewasa nanti, dan jika Rusli memilihku untuk pelabuhan hatinya, aku akan terima dengan senang hati. Aku sadar, bahwa Rusli terlalu istimewa, tentunya tidak mudah untuk mendapatkan tempat yang istimewa di hati Rusli.
Hari itu bagai petir di pagi bolong,
pak Ridwan meraung memanggil tante (etek) ku di depan kios, aku terkejut dan berlari menghampiri pak Ridwan itu. Sekejab, etek ku juga tergopoh menghampiri pak Ridwan
"etek..... Si Nur tega memukul anaknya " suara pak Ridwan demikian kerasnya
"Astaga wan ! kapan itu kejadiannya ?" etek terkejut alang-kepalang
"kemaren sore etek" jawab pak Ridwan
"ondeeehhh wan, panggilah uwo wan, uwo......" sorak etek
"sudah etek, barusan uwo datang ngasih tau" kata pak Ridwan yang mencoba menghapus air matanya
"pakai apo tu Pak, si Rusli dipukul ?" tanyaku
"Pakai ranting Dadok lurus" jawab pak Ridwan
"ondeeeh iya sebenar tega si Nur sama anak" etek ku histeris mendengar jawaban pak Ridwan
"etek, tolong lihatkan rumah ya tek, mungkin aku agak lama tinggal di Jambi hingga Rusli sembuh" kata pak Ridwan
Pembaca yang terhormat, Dadok itu sejenis tanaman liar, berduri batang dan rantingnya. Kebanyakan rantingnya agak membengkok jarang yang lurus. Yang lurus ini memiliki kekuatan negatif yang perlu dihindari. Ini tidak bisa disangkal di daerah kami, jika memukul dengan rasa benci, maka energi negatifnyanya akan fatal.
Para nenek sering ngasih petuah, jangan memukul anak dengan ranting jenis ini, jangan memegang dan rating ini sore menjelang magrib.
Kali ini aku dengar dengan telinga sendiri, dan kebetulan Rusli yang penurut mengalaminya.
"Sudi, apo salah Rusli yo ? disuruh jalan kaki ke jembatan gantung berjam-jam, dimusuhi si Nisa, tidak diurus, sekarang dipukul" isak tangis etek
Aku terpaku tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan etek. Salah apa Rusli ? Bapaknya yang punya perahu, dia disuruh jalan kaki ke jembatan gantung
ini pasti ada hubungannya dengan si pemabuk bajingan itu bikin onar dusun kami.
"etek berdosa Sudi, tidak bisa melindungi Rusli seperti permintaan almarhum Bapaknya" etek terlentang di kasur mengurut-urut dadanya. Tidak tega aku melihat etek seperti ini.
"teekk, pergilah tengok Rusli ! biar aku yang jaga kios, aku bisa tutup toko buku sementara waktu" kataku
"jangan Sudi, anak sekolah butuh buku, tolonglah mereka, etek disini saja nunggu mamak si Rusli. Etek harus bertemu dengan mamak si Rusli, hutang nyawa dibayar nyawa" perkataan etek bergetar dan sepertinya etek masuk dalam batas dendam
"teeekkk tidak baik dendam begitu, yang utama sekarang kita doakan Rusli sembuh dari sakit" hiburku
"kalau iya Rusli bisa sembuh ! kecil kemungkinannya hikss.... tega nian si Nur itu" etek makin berlinang air mata
aku kembali terdiam dan ikut dalam tangisan etek ...
semisal si mamak Rusli memukul dengan perasaan benci, maka efeknya akan fatal
dan terbukti sudah bahwa mamak Rusli memang benci sama Rusli
Tetapi masalahnya apa belum jelas sedikitpun ....
setega-teganya seorang ibu, tidak ada yang memukul anak dengan ranting larangan bergitu, apa yang sedang merasuki hati mamak Rusli ?
semoga tidak terulang lagi, ...
Tiga Minggu telah berlalu, makin banyak orang yang bertanya tentang keberadaan pak Ridwan, bagaimana kondisi Rusli ? dan mengapa mamak Rusli tidak berani balik ke dusun ?
Sekarang mamak Rusli berkumpul dengan keluarganya di muaro Tembesi dekat dari Rumah keluarga Bapak si Rusli.
Dapat kuceritakan mama dan dokter Nisa kembali menempati rumah besar dekat sekolah itu.
Anak-anak SMP sana kembali ceria mendengar kabar bahwa Nanda segera kembali ke SMP itu. Mereka tentu bersyukur, bahwa Rusli tidak akan pernah mengganggu lagi kehebatan kelompok mereka yang anak orang berada di muaro Tebo ini. Seiiring dengan itu, aku juga jarang lagi bertemu Wulan. Ingin rasanya bertanya banyak hal dengan Wulan mengenai Rusli, namun Wulan juga sudah jarang menyebrang ke tebing sebelah sini.
"Sudi, kau lah dengar bahwa keluarga penjahat itu kembali telah menempati rumah pak Ridwan ?" tanya etek
"iyo tek, padahal rumahnya yang di muaro Tebo itu juga bagus dibelikan oleh pak Ridwan" kataku
"serakah !!! etek kembali gagal menjaga amanah, kemaren pak Ridwan berpesan untuk menjaga rumah" kata etek
"iya etek, itu urusan keluarga mereka, pasti pak Ridwan ada cara untuk mengusir mereka, itu bukan urusan kita ya tek" saranku
"iyo Sudi" jawab etek
Penjualan buku bacaan di toko yang ku kelola adalah lumayan lancar. Tetapi untuk berembuk pembagian hasil dengan pak Ridwan agak terhambat. Pak Ridwan semakin betah berada di kota Jambi. Padahal sekarang adalah sudah lebih dari satu bulan sejak Rusli menderita sakit.
Mengenai Jasri ? setelah kakaknya yang dokter itu menikah, dia sudah hampir tidak pernah balik ke dusun kami. Terlebih penduduk tau bahwa dia adalah punya bapak yang masih hidup, tidak seperti cerita mama nya bahwa bapak mereka sudah meninggal. Sang bapak itu sering ku lihat bermenung di depan tempat praktek dokter Nisa untuk meminta uang beli makan siang.
dan ..
tentunya dokter Nisa tidak pernah menanggapi bapak nya itu.
yah tempatilah rumah itu, semoga suasana kembali damai, dan pak Ridwan juga bahagia di kota Jambi sana bersama Rusli tentunya.
Sampailah aku dan etek pada kesepakatan bahwa kami akan sering berkunjung ke Kota Jambi untuk melihat proses penyembuhan rasa sakit yang mendera tubuh Rusli.
Sehari menjelang itu, aku dan bang Mustafa (garin mushala dekat rumag bapak nya Rusli) berniat untuk membersihkan rumah Rusli yang sudah ditinggal sebulan, tidak baik dari segi peradapan di dusun kami, itu berhubungan dengan gaib nya penunggu rumah dari kalangan makhluk halus bersemyan, jadi bang Mustafa akan membersih segala hal.
Setelah bersih, dengan kesepakatan penduduk sekitar rumah Rusli, bang mustafa sang garin itu sekarang yang tidur di rumah Rusli sambil berjaga.
Besok jika bertemu Rusli banyak sekali hal-hal yang akan ku ceritakan padanya ....
... TIGA TAHUN TELAH BERLALU ...
Seorang anak remaja bertubuh terawat pertanda jarang keluar rumah, berjalan tertatih dengan tongkat di kaki kanan.
Kaki kanan anak itu tidak berfungsi.
Anak itu menggunakan seragam SMA nomor satu di kota Jambi. Seorang anak yang santun dan betutur lemah lembut jauh dari kesan sombong.
Semua teman dan lawan segan pada anak itu, tatkala melihat mobil jemputan di depan sekolah mereka, yang tentunya bagus relatif (ketika dibandingkan dengan sekolah keren di kota besar : Jakarta, Bandung, Semarang, dan Sueabaya, tentu lebih bagus sekolah kota-kota besar itu).
Anak ini dikenal sebagai anak keluarga pengusaha yang tangguh di kota Jambi. Orang tua perempuan dari papanya ini adalah anggota keluarga terpandang sejak zaman dahulu di kota ini. Dia lah
Rusli ............. adek yang kita sayangi dengan segala persoalan hidupnya.
Tentunya sekarang Rusli sudah kelas XI SMA di kota Jambi sejak tiga tahun peristiwa menyakitkan itu.
Rusli kehilangan fungsi kaki kanan
Sedemikian parahnya efek ranting itu pada syaraf kaki yang merupakan tumpuan untuk melangkah bagi seorang anak ? Iya itulah. Semangat adalah lebih dari segalanya bahkan mengalah mati rasa pada kaki. Alhamdulilahnya, seberapa orang yang tega pada Rusli, segitu juga orang yang mau membela Rusli.
p.o.v dari Rusli
Om, Tante, Kakak, Mbak, dan teman-teman, selamat sore ya dan bertemu lagi dengan aku dalam nuansa yang berbeda.
Sudah tiga tahun saja berlalu dan sekarang aku sudah kelas XI SMA. Masa-masa sulit dulu, tidak akan ku ungkit. Semua ada hikmahnya. Kembali ke dua kali-nya, uwo atas persetujuan Allah, menyelamatkan nyawaku. Namun sabetan mamak dulu banyak bersarang di kaki dan paha sebelah kanan, Alhamdulillah para pembaca, aku sudah kembali bisa berjalan meski menggunakan satu tongkat. Secara tidak langsung, kawan sekolah sering berbisik PINCANG, LUMPUH sesudah berpapasan dengan mereka, jelas mereka tidak akan berani berkata terus terang di depanku, mengingat siapa orang tua papa Ridwan dan posisi papa Ridwan di kota Jambi.
Uwo selalu menyemangati untuk tidak terpengaruh dan yang penting menatap ke depan pada masa depan ...
"bagai mana Rus ? sakit ya ? kita ke kedai makanan dulu? sudah dibilang papa kau, pakai sajo kursi roda" tanya uwo di dalam mobil yang dikemudikan oleh keturunan orang tua papa Ridwan = nenek (kota Jambi) karena nenek dari pihak Bapak aku sebut nenek (kota muaro Tembesi).
"uwo sakit pangkal paha ini uwo, lamaaa sekali rasanya duduk di kelas" jawabku
"jadi saran kursi roda dari papa kau ?" desak uwo
"uwo, kalau itu dibilang LUMPUH benaran sama taman" jawabku dengan nada tidak protes
"Rus, amin kan saja nak ! insyaallah ejekan mereka tidak pernah kejadian" saran uwo
"amin uwo, aku istirahat sebentar ya uwo" pintaku menahan keringat mengucur
uwo mengusap keringatku dengan kasih sayang dan melihat keletihan pada pangkal pahaku menahan beban tubuh kalau duduk
"hamid, tolong tidak ngerem mendadak yo, lah seharian kaki Rusli menahan beban" perintah uwo pada sanaknya yang supir keluarga itu.
Alhamdulillah, sampai juga di rumah, lumayan bisa sejenak istirahat, dan kakiku serasa ada energi tambahan saat membayangkan goreng ikan sambel ijo bikinan nenek Jambi ini.
"mari makan nek" ajakku pada nenek yang sudah menunggu di meja makan
"mari Rusli" persetujuan nenek
"eh... jadi kami tidak di ajak ?????" muncul dua orang yang sagat ku kenal
"waah ada etek dan nenek, Assalamualaikum, mana bang Sudi etek ?" kataku
"alaikum salam Rusli" jawab nenek sambil mebelai kepalaku
"bang sudi sibuk di toko bukunyo" jawab etek bang Sudi
"Uni, keluarkanlah goreng ikan mujair tu" sergah orang tua Bapak, mereka sangat akrab dan seperti apapun mamak membentengi, usaha mamak adalah sia-sia. Suatu hari, aku akan ceritanya sama mamak, biar aku tidak selalu yang disalahkan. Kalau mau protes silahkan ke almarhum Bapak atau ke keluarga papa Ridwan ini. Mengapa protesnya ke aku dan keluarga nenek muaro Tembesi ?
"aaaa.... itu iyo untuk cucu ku, bukan untuk kau" kata nenek Jambi
"hehehe..... iyolah untuk Rusli, doa seorang nenek melalui makanan, lekas sembuh yo nak" kalimat bijak dari etek bang Sudi
Hidangan orang berada ini sungguh banyak dan beginilah kesehariannya, apa lagi ada papa Ridwan, hmmm
Om, Tante, kakak, mbak, dan teman-teman, ada suka dan ada duka pasti dalam hidup ini. Sama keluarga berada ini, aku sangat terlindungi dari fisik ataupun dari mental, namun tidak enaknya aku harus tahu diri ..... karena aku bukan lah siapa-siapa disini
Sama mamak aku selalu bekerja keras cendrung tidak dapat perlindungan secara fisik dan mental, tapi aku senang, karena mamak adalah yang melahirkan aku, itu bedanya ....
sementara aku akan berlaku sebaik mungkin
kesempatan dengan mamak tidak dimanfaatkan dengan baik, mamak inginnya begini, ya Alhamdulillah. Setidaknya mamak bahagia membesarkan adiknya yang entah kapan berubah.
Jam sembilan malam, papa Ridwan masuk ruangan dimana kami berkumpul nonton acara TV tentang presiden Indonesia pilihan Rakyat beberapa bulan yang lalu, kami terpaku .... jujur di kota Jambi dulunya yang diunggulkan calon presiden yang satunya lagi, masyaAllah, ternyata inilah yang terbaik.
"duh jadi atase perdagangan Malaysia saja bolehlah, aku akan laksanakan amanah rakyat" kata papa Ridwan
semua berkerut memikirkan perkataan papa Ridwan
"hmm emang papa memilih presiden yang ini ya ?" tanyaku
papa diam ..
"kau milih kemaren Rus ?" tanya nenek muaro Tembesi
"oiiii kau kiro cucuku lah 17 tahun ??? kurang tigo bulan saja?' kata nenek Jambi
Papa Ridwan dan nenek muaro Tembesi tertawa .....
"coba aku milih yang ini kemaren, lah jadi atase perdagangan malaysia aku nih" kata papa Ridwan lagi
Saat suasana santai ini kembali bergulir masalah pak etek yang tak pernah berubah bikin onar pada masyarakat
aku menarik ludah
bagaimanapun itu adalah adik mamak
"aku lah terus terang samo polisi, kalau tergrebek, jangan keluarkan lagi .... jangan" kata nenek muaro Tembesi
"aku utus 20 polisi kalau dia tergrebek lagi" nenek Jambi tersulut emosi
"heran, dari mano dia dapat modal berjudi lagi" keheranan etek bang Sudi
aku menoleh pada papa Ridwan, hmmm
"Papa masih ngasih ya ??? papa nih itu namanya tidak mendidik" kataku
"hehehe dia yang minta !" kata papa belagak dunia damai begitu saja ! itulah salah papa Ridwan
Nenek muaro Tembesi berdiri hendak buat perhitungan dengan papa, untung papa Ridwan keburu kabur ....
"Itulah uni, si Ridwan seperti itu juga ! nanti cucuku yang akhirnya terseret-seret" kata nenek muaro Tembesi protes diaminin oleh etek bang sudi, aku menahan nafas melihat sikap papa Ridwan yang juga masih juga ga berubah, katanya dah mau menghentikan kiriman, masih saja ! padahal mamak juga sudah tidak di dusun itu lagi
"yo lah, kalau tertangkap sekali lagi, aku kan turun tangan" janji nenek Jambi
Lima menit saja suasana hening kami melanjutkan nonton TV
masuk lagi papa Ridwan, sekarang ditemani oleh seseorang, uwo segera bertindak, kalau itu bukan tamu keluarga
"aku lapar, jangan ganggu aku makan ! Rus ayo temani aku makan" desak papa Ridwan
kami mengalihkan pandangan ke pintu, ohhhh ada bang Sudi ....
bang Sudi datang sore tadi dari Tebo, sampe semalam begini
urusan kami berhenti, karena ga enak didengar sama bang Sudi
"mak, ini keponakan etek, namonyo Sudi" informasi dari papa Ridwan sama orang tuanya
"oh namonyo Sudi ?" kata nenek Jambi
"iyo, sebegitu muda lah ado toko buku di Tebo uni, mirip sekali dengan rajin si Mansur yo" kata etek bang Sudi
Nenek Jambi hanya menarik nafas, bagaimanapun Bapak ga ada ganti di hati nenek Jambi
Papa Ridwan diam menerawang jauh tuuhh dah kehilangan pendamping hidup saja bawaanya, bisanya ngasih peluang bagi adik mamak untuk semakin tidak sadar.
"tuh aku sisain satu ikan goreng sambel ijo bikinan nenek untuk papa" kataku mengajak papa makan biar gak memikirkan apa gitu ....
"heheh baik nian kau Rus, makin cakep nian kau Rus ... moga kaki kau yang satu cepat sembuh yo Rus" sekarang bang Sudi bersuara
"amiiinnnnnn Sudi, kau makan samo anak-anak di bawah sajo" kata uwo hmmm
"hahah uwo, aku lah makan tadi di Resto" kata bang Sudi
"yaelah Resto .... lah banyak uang kau" sorak papa Ridwan
kami terpaku mendengar komen bang Sudi dan papa Ridwan namun tidak hanyut, kembali kami mengikuti bincang presiden baru di TV itu.
Jam 11 malam aku mohon pamit untuk bikin PR, padahal pengen banget minta tolong sama bang Sudi, namun tentunya bang Sudi tidak boleh tidur di lantai dua, itu untuk tamu keluarga nenek Jambi.
Pagi jam 5.30 sesudah sholat subuh uwo membukakan pintu untuk supir dan bang ILyas pada kegiatan rutin untuk kakiku. Bang ilyas mengelola peternakan di daerah Telanai, embun pagi itu adalah obat yang dipilihkan oleh uwo untuk penyembuhan. Semua pihak menyerahkan pada uwo bagi kesembuhan kakiku.
Jam 7 paginya aku seperti biasa sudah tiba di halaman sekolah.
Dulu waktu SMP didusun, mudah kukenali siapa teman dan guru-guru yang benar-benar berhati mulia. Di kota ini ku amati, mereka hanya terpengaruh oleh keberadaan orang tua papa Ridwan. Bisa kuceritakan di kota ini, membedakan si kaya dengan si miskin masih saja terjadi seperti saat masa SMP dulu di dusun. Sedikit banyak aku ada pengalaman, dan berusaha menjadi anak yang baik bagi semua teman. Semua kembali pada pribadi masing-masing. Aku akan menjadi diriku sendiri.
Bersambung
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant
q jg g hbz pikir tindakan pak ridwan dg mensuply dana buat etek'penjudi it..secra g lgsug meng'iya'kn rusli mendapatkan dg sgla bentuk tindakan dr mamak'y dikemudian hr..mmhh jd g sabar nggu kelanjutanya..
keep writing y om..
q jg g hbz pikir tindakan pak ridwan dg mensuply dana buat etek'penjudi it..secra g lgsug meng'iya'kn rusli mendapatkan dg sgla bentuk tindakan dr mamak'y dikemudian hr..mmhh jd g sabar nggu kelanjutanya..
keep writing y om..