BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Something Happened in My Heart

Baju Sma itu dikancingkan secara asal-asalan. Menarik tali pinggang dari gantungannya dan tasnya sekaligus. Ia berlari keluar kamarnya. Tergesa-gesa.

6.50

Upacara pertamanya sebagai siswa SMA dan Ia sudah telat.

"Pak bisa lebih cepetan gak ?" Katanya sembari meliukkan badan untuk memasang tali pinggangnya.
Mas Toro, Supir keluarga sejak dulu kala, menekan klakson sembari menekan rem. "Macet banget den.."

"Sial !" Ia merengut. Segera membuka tasnya. menemukan badge dan buku mosnya. Seharusnya kalau saja Ia bawa motor, pasti bisa memotong jalan dengan mudah. Sayangnya peraturan MOS yang utama, gak boleh membawa kendaraan sendiri selama tiga hari Mos.

Ia membuka telepon genggamnya menelepon seseorang.
"Gimana bang ? YES !" Soraknya kegirangan mendengar jawaban kakaknya di seberang telepon.

"Pak berhenti di alfamart kiri !" Pintanya langung.

"LOH ?" Pak Toro kebingunan.

"Cepetan deh pak ! jangan drama !" Pintanya lagi.

Baru saja Ia turun. sebuah motor bebek hitam berhenti disebelahnya.
Si pengendara memberinya helm. "Adiknya Yoga ?"




Upacara telah dimulai.
Lelaki itu mengumpat sembari berlari. Haha, berlari supaya kelihatan tergesa gesa dan terburu-buru. Tapi gerbang telah tertutup. Ia hanya menatap upacara di lapangan yang tampaknya sedang khidmat dari kejauhan. Ia pun berbalik
"Yaaah... berarti gak bisa ikut mos dong..." Gumamnya dalam hati. Ada perasaan senang yang lebih besar ketimbang perasaan kuatir.

Tapi baru saja, Suara gerbang digeser terdengar.
"WOY ! MO KEMANA ?"

"Eh ?" Ia berbalik. Menemukan dua orang siswa dan siswi SMA yang sedang menatapnya.
Yang perempuan rambutnya pendek sebahu, matanya jenaka namun tampak dibuat tajam, tingginya hanya sebahu lelaki disebelahnya.
Lelaki itu... Ia meneguk ludahnya. Sebelum sempat merekam deskripsi itu. ia menangkap tatapan tajam lelaki itu. Gak ada kejenakaan. Hanya ada tatapan tajam. dan kelaparang.

Sial.



-THE (W)HELL-

6.15 @SMA WIJARAYA

Dia gak pernah mengerti kenapa harus mengikuti kegiatan ini. Tiga harinya yang berharga hanya menjadi angan-angan semata sekarang ini. Matanya menyapu seluruh lapangan sekolahnya yang masih kosong. yaiyala, masih pagi juga.. earphone ditelinganya menyanyikan lagu salah satu band favoritnya. The Script, For the First time..

Tiba-tiba sebuah tepukan, lebih tepatnya pukulan, mendarat di punadaknya. Segera saja Ia berbalik. Mendapati seorang cewek yang mukanya sudah basi diingatannya.

"Anjir.. nih cewek.. selow dikit ngapa ?"

Sonya merapikan rambut pendeknya. "hehe gimana penampilang Gue ? bisa buat adik adik kelepek kelepek gak ?"

Dia menatap Sahabatnya sejak dulu itu serius, "Kerasukan setan iya mungkin !"

Segara cubitan mendarat dilengan kanannya. Sonya mendengus, "ADITYA !"

lelaki bernama Adit itu menyengir.. "Mending lo nyusul Ernest dan Dania deh di ruang osis.."

Sonya menatap Adit jengkel, "Gue kesini karena disuruh mereka.. lo kemana aja gak ikut briefing ?"

Adit. "Im here"

"I know Adit. Lo tahan tiga hari deh. Mana tahu ada cewek yang menarik lo ntar.."

Adit menatap sonya, menaikkan alis matanya sebelah.

Sonya memberinya cengiran. Menatap lelaki berambut gondrong didepannya itu seksama, alis tebal menaungi kedua mata tajam yang berwarna cokelat, hidung mancung dan bibir penuh... dengan rahang yang tegas, tinggi pula, badan tegap dan tampak terlatih.. dan yang paling menyempurnakan semuanya itu kulit Adit yang berwarna madu. Ya, tidak cokelat dan tidak putih. Kulit orang Yunani.

Untung saja Ia telah kebal dengan pesona Adit. Kalo enggak..

"Udah deh ! Yang penting nanti, Ernest dan Dania bakalan ngurusin barisan dan langsung ke kelas mos.. kita yang patroli di lapangan.."

Adit segera memberikan tatapan anehnya. "OGAH"

++
++++

Dan disinilah Adit sekarang. Di dekat pos satpam yang dekat gerbang sekolahan. Andai saja Ia gak ketahuan bolos sekolah tiga hari berturut turut, Ia gak perlu ada ditempat ini.
Ikut campur dalma kegiatan mengospek siswa siswa yang baru. Untung saja ditahun ini, Mosnya gak seribet mereka. LAH. Adit jengah juga membayangkan mosnya tahun lalu. BEDA JAUH.

Tapi cepat cepat Ia mengalihkan pikiran dari kenangan MOS tahun lalu. Ia gak suka mengenang mengenang memori lama, terutama hampir seluruh memorinya adalah memori yang tak pantas dikenang.

"Tuh Bocah kayaknya sakit atau gimana deh.." Komen Sonya setelah lima belas menit kami menunggu disini.

"Tau dah. Yang penting awasnya ketemu, gue pites pites juga... " Dumel Adit. Kalo aja seluruh siswa yang ada dibawah pertanggung jawabannya bersama ketiga temannya itu lengkap, mungkin saat ini, bersama yang lain Ia bisa nongkrong di kantin.

"Eh ! Itu !" Sonya menyadarkanku. Aku segera berbalik. Menemukan seorang siswa, kira kira 170 Cm. Bajunya tampak sedikit keluar dari belakang. Dan ia berjalan berbalik dari gerbang. Njir ! Mo kemana tuh bocah ?

Adit segera mengikuti sonya yang telah mengenggam kunci gerbang.

"WOY ! Mo kemana ?" Adit segera memanggil bocah itu.

Lelaki yang dipanggil itu berbalik. Tatapnnya tampak terkejut, wait.. dan juga kecewa. "Sini lo !" Panggil Adit segera.

Lelaki itu mendekati mereka.

"Siapa nama lo ?"

"Devin..."

"Nama lengkap, cuk !"

Devin menatap mata Adit, tatapan jengkel. "Bisa dibacakan ?..... bang ?" Katanya mengangkat badge namanya lebih tinggi.

Sonya sendiri sedikit terkejut mendengarnya. "Ayo masuk !" Ajak Sonya segera.

Sonya dan Devin baru saja mau melangkah, tapi Adit tampaknya masih tidak niat selesai. "Wait..."

Sonya menatap sahabatnya itu bingung. Adit melanjutkan, "Gimme your phone.." katanya pada anak baru itu.
Devin menatap senior didepannya pongah. "Kan gak boleh dibawa."

"Mau diperiksa ? Silahkan.." Kata Devin melepas tasnya dari bahunya.

Tapi seniornya sudah terlebih dahulu mendekatinya. Adit melangkah menatap bocah songong didepannya. Menempelkan badannya lebih dekat, Ia bisa merasakan aroma lembut dari parfum siswa itu yang bercampur dengan keringat. Segera saja mendaratkan tangannya di bokong siswa itu. Not bad.

"EEEHHH" Devin segera meronta..

Adit masih menahan tubuh devin dengan tangan kirinya. sedang tangan kanannya masih bergerak dibawah. Segera saja Ia menemukan apa yang Ia cari.

"Ini apa ?!" Adit menekan keberadaan gadget yang disembunyiin dalam boxer yang posisinya bersebelahan dengan paha kanannya.

Ia bisa mendengar Sonya menarik napas terkejut. Tapi junior didepannya ini tak terkejut. Ia menatap mata junior itu.

Alis mata lentik. Bulu mata tebal. Hidung termasuk mancung dalam ukuran indonesia..Bibir merah.. wajah putih dan ada sedikit goresan di pipi kiri.. mungkin luka dari masa lalu.. rambutnya pendek khas anak mos.. satu yang mengejutkan Adit. Bola mata hitam yang menatapnya.

Persis seperti pandangan yang Ia berikan dua tahun lalu.

Seperti berkata "Persetan denganmu !"

++

"We're smiling but we're close to tears,
Even after all these years,
We just now got the feeling that we're meeting for the first time"
-For The First by The Script
«13

Comments

  • Hiii... Andra is here... Sudah lama sih pantengin ini forum.. cuma baru sekarang aktfikan kembali akun. Dan memberanikan diri buat menulis.
    Haha... ini tentang anak SMA. Agak klise ya.. Tapi aku menulis ini hanya untuk membunuh waktu luang dan mengisi thread.. dan ini cerita mungkin sudah stuck di kepalaku entah sejak kapan.. so happy read :blush:
  • menarik ceritanya ... dilanjut ...
  • di tunggu lanjutannya
  • Wow kyknya keyen neh new stoly ... tumben si bocah @3ll0 kga adak
  • jangan lama2 daahhh..
  • lanjutttt
  • Keren,lnjt menarik...
  • terimakasih ya sebelumnya yang sudah komen.. maaf banget baru bs update sekarang... haha.. masih amartir nih..
    @lulu_75 @new92 @Agova @arieat @pokemon @Tsunami @JimaeVian_Fujo
  • -Hit Me With Your Best Shot-

    Dev’s POV

    @Sma Wijaraya

    Well, you're the real tough cookie
    With the long history
    Of breaking little hearts
    Like the one in me
    Before I put another notch
    In my lipstick case
    You better make sure
    You put me in my place

    ______________________________________________

    Aku ngerasa seperti ketahuan berzinah. Ya, mata kakak kelas Aku itu menguliti setiap inci pandangan Aku. Lah, Aku tahu bangetlah tipe tipe berandal sekolah seperti ini. Bahkan napasnya bisa Aku cium rada bau tembakau. Shit. Bagaimana bisa Ia temukan Handphone di boxerku ?

    “Ayo ! Gausah melamun !” Nyaris saja Aku layangkan nih tinju.

    “Apaaa ? Gasukan ?” Si-Adit-Brengsek menatap Aku tajam.

    ‘yaiyala siapa yang suka diginiin ?’ gumam Aku dalam hati. Bisa dibegal Aku kalo ngomong keras-keras.

    “Lagian bawa Handphone segala sih lo !” Kak Sonya yang tadinya lebih banyak ngikutin si Adit tampak sedikit prihatin melihat penderitaan Aku.

    “Ini kelas keberapa kak ?” Tanyaku padanya. Plis, tolong aku….
    “7 dari 10…” Jawabnya.

    Adit tampak sudah berdiri didepan pintu kelas.. “Woy !! Sini elu !”

    Aku menatap tajam si Adit. Kakak-kakak osis lain sudah menunggu di depan kelas. Belum lagi ‘teman-teman’ yang sedang duduk didalam kelas. Bedanya yang osis memandang Aku jenaka karena udah tahu. Dan teman-teman yang masih duduk pada belongo karena gak tahu Aku mau ngapain. Dan persamaan dari 6 kelas sebelumnya. Semua ekspresi mengerucut menjadi satu.

    Ya, Aku yakin lo juga pasti sama. Yaiyala.

    Aku berdiri didepan kelas, menyapu seluruh ruangan. “Selamat Pagi..” Suara Aku nyaris tercekik. Aku menemukan seorang gadis cantik. Banget. Putih mancung. Bibir merah. Tipe Aku banget. Coret deh, Tipe cowok banget. HAHAH.

    Sayang banget imej Aku harus udah jelek dari sekarang.

    “Teman-teman saya minta maaf karena ….” Bla-bla, pengakuan bodoh yang dirancang Kak Sonya keluar dari bibirku.
    Itu belum cukup bodoh lho.
    Yang setelahnya yang paling ditunggu-tunggu.
    Tapi tiba-tiba pintu diketuk.

    “Masuk..” Suruh seorang kak osis yang bertanggung jawab atas kelas itu.

    Seorang lelaki. Cukup tinggi, karena waktu melewati Adit, Ia nyaris sedahi Adit. Kulitnya langsat. Tapi sesuatu dari wajahnya yang membuatku bingung. Ia menatapku sekilas. Pandangan yang sama. Ya ! Kami saling kenal. At least, kami pernah kenal. Dia segera duduk di kursi belakang. Sayang aku tak bisa melihat badge namanya dari tempatku berdiri.

    “Lanjut woy !” Suara Adit menyadarkanku. Bangsat.
    Dan ya, tawa kelas ini menggelegar. Yang Aku nyanyiin dan peragain Cuma yel-yel kelas.
    Ya, masalahnya yel-yelnya terinspirasi dari lagu keong beracun. Jogetnya dari goyang dribble. Sial.

    Kelas itu ricuh. Ya seperti sebelumnya. Tapi kali ini lebih parah. Osis di kelas ini lebih brengsek dari sebelum belumnya. Dan cowok itu. Yang duduk dibelakang. Menatapku seakan mengenalku sejak lama. Dan lebih parahnya, Ia tak terbahak seperti yang lain.

    Akhirnya selesai juga.

    Aku keluar kelas terakhir bersama Ka Sonya dan Adit. Ya. Si-Brengsek-Adit gak akan bisa memiliki respect ku lagi.

    “Gimana selesai kan ?” Kataku melap peluh dikeningku. Sonya tampak ingin mengangguk, tapi jawaban Adit mengejutkan syarafku yang sudah mulai rileks.

    “Belum, dev..” Katanya.

    “Panggil Gue Andra !” Seruku jengkel.

    Ia tertawa. Sialan.

    Dan tahu-tahu Aku dibawa ke tempat tongkrongan anak kelas dua belas. Gila. Gue selalu masa bodo sih sama kata orang. Screw people. Dan bisa saja aku pergi meninggalkan kedua kakak kelas ini. Kalau saja aku mengingat, bagaimana perjuangan Mamaku yang luar biasa untuk membuatku masuk ke SMA ternama di kota ini.

    Akhirnya. Aku dibawa ke kantin. Dipaksa sebenarnya. Kantin sekolah ini lebih bagusan jika disebut foodcourt. Bahkan ada panggung di ujungnya. Ckckckc..

    Tapi kali ini aku digiring ke pojokan kantin sebelah kanan, menjauhi panggung. Setelah kusadari kerumunan itu semuanya adalah cowok. WHAT THE.

    Wajah bengal bengal dan preman tampak menatapku bingung. FCK. Dan Adit dan Ka Sonya segera duduk dibarisan depan. Sembari tertawa puas, Adit menyuruhku untuk ‘show on’.

    Sumpah.

    Bahkan sebelum mulai, ini kerumunan sudah berisik dan mengejek kurang ajar.

    Aku berdiri di spot yang ditunjuk Adit. Segera saja. Aku menatap balik mata mata yang menatapku. Kucoba memberikan tatapan pongahku, yang sudah 10 kelas sukses kupertahankan.

    Tapi kurasakan tubuhku gemetar. Tremorku kambuh. Setelah nyaris setahun.

    Segala tembok yang kubangun seakan runtuh. Aku gemetar. Keringatku membanjir. Belum lagi perutku yang keroncongan. Lapar banget. Aku baru sadar, aku tak ada makan apapun sejak semalam.

    Kemudian begitu saja kerumunan itu tertawa dan berteriak “Joget ! Joget ! Joget!”

    Aku gemetar. AKu menatap kearah dua orang yang aku kenal. Sonya dan Adit. Sonya menatapku bingung. Ia belum bisa menangkap sinyal mataku. Aku menatap Adit. Cowok kurang ajar itu tertawa heboh dengan teman disebelahnya yang keriiting. I hate You Fcking Much.

    Dan kemudian ada yang melempar kertas. Berhenti sejengkal didepanku. Tapi lemparan sampah lainnya segera menimpuki tubuhku. AKu menunduk. Aku bahkan bisa melihat keringat di keningkku menetes ke tanah. Anjir.

    Sebuah memori terlintas.
    Lemparan demi lemparan yang sama. Tawa yang tak jauh beda. Sama sama, objeknya aku. Aku gemetar. Hingga kemudian Aku segera berlari. Melarikan diriku sejauh mungkin keluar kantin.

    Memori itu.

    Aku tak memperdulikan lagi teriakan Sonya dan Adit.
    Yang terdengar lebih jelas adalah teriakan teriakan itu. Yang selalu menghantui mimpi mimpi SMPku. Yang sellau memburuku di sekolah. Dan kubawa hingga tidur. Aku terus berlari.
    Hingga kurasakan kakiku gemetar dan kujatuhkan tubuhku terduduk.
    Aku rasakan air mataku setetes terjatuh. Aku segera menguburkan wajahku dilengan. Dan sedetik kemudian menahan napasku semenit. Metode untuk menahan tangisku pecah.

    Aku mencoba mengatur napasku. Kemudian sebuah tepukan di pundakku.

    “Lo fine ?” suara itu. Baru beberapa jam dan sudah membekas dalam pikiran ku sebagai memori kelam.

    Fine ? Am I fine ?

    Aku menahan napas, amarah dan syarafku yang masih tegang bercampur jadi satu. “Puas lo ?”

    Aku berbalik, menemukan Adit. Sekilas kulihat tatapan matanya terkejut. Pandangannya kini tak lagi penuh kejenakaan. Tatapan iblis yang sejak tadi Ia berikan seakan menghilang sejenak.

    “Kekelas yuk.” Katanya akhirnya.

    Terlalu capek berbicara. Aku segera berjalan melewatinya. Aku butuh kenormalan kembali.

    Baru beberapa detik. Hingga aku mendengar lagi Ia berkata dibelakangku. “Eh. Kekantin dulu !”

    Kontan Aku berhenti, segera berbalik. Menatapnya heran. “Kantin ?”

    Dia berhenti dan berbalik, menatapnya dengan penuh tanda Tanya. “Kantin ?” Dia gak lihat seberapa Gue menderitanya dia buat hari ini ? Mana lagi Ka Sonya ? Lelaki ini beneran binatang.

    “Yaiyala lo gak dengar ?” Jawabnya dengan santai.
    Dan amarahku memuncak.

    “Bangsat lo emang ya ! Gak ada perasaan sama sekali ! mati aja lo !” Akhirnya kuluapkan segala amarahku. Aku tahan tinjuku untuk tidak menonjoknya.

    “Eh sopan dikit lo kampret !” Jawabnya. Tatapan iblisnya menyala lagi.

    Aku nyaris maju untuk menghajarnya. Tapi kemudian aku dapati tubuhku mulai limbung. Tatapanku mulai tidak fokus. Haha.
    Anemia ini membunuhku. Disaat yang tidak tepat. Dan… Dunia ini berputar. Aku harap tak ada mimisan juga. Aku terlanjur maju beberapa langkah. Tubuhku pun limbung. Aku merasakan bagian atas bibirkku basah. Ada darah pasti. Hingga akhirnya aku terjatuh kedepan.

    ___

    Hit me with your best shot
    Come On, hit me with your best shot
    Hit me with your best shot
    Fire Away
  • Memo-Ri

    “Dev !!” Seru Arjun. Aku menatap cowok itu. Wajahnya yang benar benar menawan hatiku. Mata enerjik itu membuat segala kegalauanku sejak tadi lenyap ditelan bumi.

    “Lama nunggu ?” Katanya terengah-engah, karena berlari dari tempat Ia melihatku berdiri menunggunya.

    Aku lagi lagi Cuma bisa cengengesan.

    “Ayo ayo.. ntar bus way udah gak ada lagi.” Kata Arjun kemudian.

    Kami berdua pun berjalan keluar gerbang. “Gimana latihannya ?” Tanyaku kemudian.

    Ia memakai baju tanpa lengan. Celana pendek. Cocok sekali ia bermain basket. “seru seru ! Minggu depan kami tanding lawan SMP Cendrawasih. Gila, itu saingain kami sejak lama. ingat kan ?” Ia sangat antusias dalam permainan basket.

    AKu tertawa mengangguk tentu saja. Ia tak pernah bosan berbicara tentang permainan basketnya.

    Suatu kali Ia berkata, “Kamu harusnya ikut main juga, Dev.. biar kurusan..” Katanya tertawa.

    Aku memajukan bibirku. “Malas ah. Teman temanmu hanya bakalan mengejekku.”

    “Kan bakalan ada Pak Erlangga.”

    Aku menggeleng, “Tetap saja temanmu akan etap mengejekku.”

    “Kan ada aku.” Kemudian katanya.

    Aku tak berkutik lagi. Tapi kemudian aku tertawa. “Lagian Aku gak bisa maen basket. Bisa bisa aku yang dijadiin bola.”

    Kataku, menertawakan lelucon yang seringkali temanku lemparkan kepadaku setiap pelajarn olahraga.

    Tapi Arjun tak tertawa. Ia menghentikan langkahnya hingga aku juga ikut ikutan berhenti. “Jangan termakan ejekan orang.”

    Katanya kemudian. Aku meraskaan tatapan tajamnya kepadaku. Menelan segala keminderanku. Menggantikannya dengan perasaan bersalah.

    “Maaf.”
    “Jangan minta maaf jiika gak ada salah.” Katanya lagi. Ia kemudian kembali berjalan.

    Aku jadi serba salah. Kemudian Aku hanya menunduk dan kemudian terus berjalan mengikuitnya. Aku terus menatap sepatuku sembali berjalan. Pikiranku jadi penuh.

    Kemudian aku menabraknya. Ia ternyata berhenti didepanku. Aku mengangkat kepalaku. Merasakan napasnya yang kemudian terbahak karena ku tabrak.

    “Apaan sih !” Keluhku.
    “Nyari apaan ?” Katanya menatapku lucu. “udah gak usah dipikirin. Makanya tuh perut ga kempes kempes, kebanyakan makan pikiranmu.” Kali ini Ia mencandaiku.

    Aku tertawa. Kami tertawa.
    Ya. Aku tak pernah keberatan jika Ia yang mencandaiku.

    ______
    Ya.. dulu tawa itu terasa nyata.
  • apa dev punya masalalu yg buruk kak ts ? ceritanya seru jd lanjut ya jgn lama2 xD
  • Penasaran msa lalux dev= andra
  • kasihan Devin ... siapa Arjun ... penasaran ...
Sign In or Register to comment.