BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

SEMANIS CINTA UNTUK BRUDER RAKA [TAMAT]

edited March 2015 in BoyzStories
Sambil nunggu When Bule Meet Local yang sedang dalam proses untuk sementara silahkan baca dulu cerita ini. Ini hanya cerpen tapi aku buat jadi 3 part. Jadi gak bakal lama kaya WBML. Maaf ya untuk lanjutan WBML masih 70%.

Oh iya untuk yang belum baca/ tahu cerita WBML silahkan baca dulu hehee meskipun ceritanya gak sebagus cerita-cerita lain.

CINTA 1

EMOSI

"Aku memang mencintaimu, tapi membuatmu meninggalkannya hanya akan membuatku sama sepertimu, pergilah.. Hadapi masalahmu dan jangan lagi jadikan orang lain sebagai pelarian"

Terkadang cinta pertama bisa membutakanmu dari segala kemungkinan, membuatmu terlena dan mengesampingkanmu dari cinta yang lain. Ketika cinta pertamamu pergi yakinkanlah agar cinta kedua mu tetap berada disampingmu.

.....................*****........................

"Hari yang menyebalkan!" umpatku geram.

Setelah mengantar pasien operasi appendiktomi di lantai 3 akupun kembali ke lantai tempatku bekerja, dengan kedua tangan mendorong rostur (kursi roda) aku bergegas berniat mengembalikannya ke tempat penyimpanan.

Kulihat arloji hitam dilengan kiriku "Sudah masuk jam makan siang, pantas saja lambungku perih" lirihku.

"Rakaaaa... Kalau udah nganter yang operasi lu samperin Tn. Aldy dia nungguin lu dari tadi.." Baru saja keluar dari lift, teriakan seniorku Icha langsung menggema begitu melihatku kembali ke ruangan.

Aku mendesah lemas, "Ia... Sebentar mau balikin rostur dulu" jawabku sedikit malas. Sebal juga dengan senior satu ini, yang dia lakukan hanya menyuruhku saja.

Tapi... Tn Aldy? Ah lagi-lagi pasien menyebalkan itu, entah kenapa dia selalu mencariku dibanding rekanku yang lain, padahal setiap kali aku menghampirinya yang dia lakukan hanya mencari-cari kesalahanku lalu memerintahku dengan semena-mena.

"Gue pengen nonton bola, cariin channel yang nayangin bola!"

"Makanan rumah sakit benar-benar menjijikan, beliin gue bubur ayam di depan!" Itu hanya sedikit dari sekian banyak perintah tak masuk akal yang sering dia tujukan untukku. Dan sejauh ini aku bisa menolak kalau permintaannya sudah mulai melenceng dari koridorku sebagai perawat, tentunya dengan tambahan makian yang membuat kupingku memanas.

Dengan agak cepat kulangkahkan kaki melewati selasar dengan dinding kaca yang besar. Dari sini aku bisa bebas melihat kearah luar termasuk kearah taman dibawah sana.

DEGG... Langkahku tiba-tiba terhenti, jantungku berdetak lebih cepat ketika tanpa sengaja aku menengok keluar. Kaca jendela yang super besar memperjelas apa yang ada dibawah sana. Kueratkan peganganku ke dorongan rostur yang masih aku genggam.

Dia.. Tidak salah lagi itu memang dia, sosoknya yang masih jelas tergambar dikepala membuatku tertegun, dari lantai 4 tempatku bekerja aku bisa leluasa memandanginya tanpa takut ketahuan.

Aku sempat berpikir kalau apa yang ku lihat ini adalah halusinasiku saja, aku sempat mengira kemunculannya adalah bagian dari akumulasi rinduku yang sudah tak tertahankan lagi. Aku memang merindukannya, rindu yang tumbuh seiring dengan kebencian yang sampai saat ini menggerogoti hatiku.

Ah... lelaki itu entah apa lagi yang dia inginkan, setelah mendapatkan tubuhku lalu mencampakanku demi lelaki lain, sekarang dia kembali mengusik ketenanganku. Seandainya dia tahu, butuh waktu setahun lebih bagiku untuk bisa kembali melanjutkan hidup.

Dia memang bukan lelaki biasa, pepatah mengatakan cinta pertama adalah kenangan yang sulit dilupakan. Pepatah itu benar adanya, dia lelaki pertama yang membuatku jatuh hati, lelaki pertama yang membuatku terjatuh ke lubang kesedihan sekaligus lelaki pertama yang secara mati-matian ingin aku lupakan.

"Aku mencintainya Ka... Aku gak bisa nahan ini telalu lama lagi, aku hanya ingin bersamanya..."

Ucapnya waktu itu. Aku hanya bisa menundukan kepala, tanganku mengepal kuat menahan perih yang semakin menjadi.

"Maaf... Maafin aku Ka..." Sambungnya sukses menanamkan jarum dihatiku.

Ah kalimat itu, kalimat yang sampai sekarang masih aku hafal diluar kepala, menimbulkan setitik trauma hingga membuatku enggan membuka hati untuk siapapun lagi.

Dan kini di koridor tempatku berdiri kembali aku amati sosoknya, menampik rasa lelah yang kini menguap entah kemana. Tak ada yang berubah darinya, dia masih lelaki tampan dengan setelannya yang selalu tampak rapih, aku berani jamin ditubuhnya masih tercium aroma wangi bahkan ketika ia berkeringat seperti sekarang, aroma yang tiba-tiba kembali menyeruak lalu ku hirup tanpa bisa kucegah. Aku pun menarik nafas dalam seolah kembali membaui aroma tubuhnya yang masih jelas ku ingat.

Ah ia... Setelah dipikir-pikir beberapa bulan ini dia kembali mencoba menghubungiku, mulai dari facebook, twitter sampai emailku selalu diramaikan dengan notif darinya namun tak ada satupun yang aku tanggapi, dan sekarang dia kembali muncul dilingkungan kerjaku. Padahal kemunculannya hanya membuatku mengingat luka lama dan membuat suasana hatiku menjadi buruk.

"Rizky...." Tanpa sadar nama itu terucap lagi, sebuah nama sederhana namun berefek luar biasa tiap kali aku mengucapkan nama itu. Sebuah nama yang berusaha aku lupakan bahkan sampai saat ini.

'Apa yang kau inginkan Ky, kenapa kau kembali padahal dulu kau berjanji tak akan pernah muncul dihadapanku lagi. Apa tujuanmu yang sebenaranya? Belum puas kah kamu melukaiku dulu?' Bisikku dalam hati.

"Rakaaaa... Kamar 4A-04 ngebell cepet samperin... Ngapain lu berdiri disana?!" Lengkingan Icha, seniorku yang menyebalkan membuatku terjaga dari lamunan.

Dengan segera kuhapus air mata yang entah sejak kapan mengalir dikedua pipiku, setelah merapihkan seragam kerjaku dan mengembalikan rostur ke tempat semula aku langsung bergegas menghampiri kamar yang dimaksud. Bukan apa-apa, selain karena Icha yang terkenal rewel, pasien yang memanggilku ini pun termasuk tipe pasien yang menyebalkan, sedikit kesalahan bisa membuatku dimaki habis-habisan.

...................*****......................

Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam akupun menghampiri satu-satunya pasien yang dimaksud Icha tadi. Di ruangannya yang memang berisi 1 bed kulihat dia tengah bersandar sambil membaca koran pagi yang kupikir sudah kadaluarsa, kacamata berbingkai kecil terpasang di hidungnya yang bangir.

Sepertinya demam pasien ku ini sudah menurun. Wajahnya pun sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya.

Tampan... Tanpa sadar hatiku menggumam samar, dia memang lelaki yang tampan hanya saja sikapnya yang kasar membuatku enggan mengakuinya.

Tapi mau tidak mau naluri 'spesialku' mulai meng-scanning sosok lelaki dihadapanku ini. Rambutnya yang lebat ikal terlihat pas dengan proporsi hidung, mata dan wajahnya, baju rumah sakit yang sederhana tak mampu menutupi tubuhnya yang padat, bahkan dalam kondisi sakit thyfoid pun dia masih terlihat menawan. Sepertinya tuhan benar-benar berhati-hati ketika menyusun anatomi tubuh pasienku ini.

Padahal tak jarang pasienku yang terdiagnosa penyakit yang sama dengannya selalu terlihat kuyu dan ringkih. Tapi tidak dengan yang satu ini, dia justru terlihat mempesona dengan setelan rumah sakit dan infus yang tertanam di lengan kirinya.

'Sial.. kenapa aku jadi menilai fisik pasienku seperti ini?...' Geramku sambil menyentil kepalaku agar berhenti mengaguminya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanyaku sopan sambil kembali mengecek tetesan infus agar menetes sesuai dosis, kemudian meraba denyut nadi lalu mengecek suhunya dengan termometer telinga yang selalu aku bawa.

'Normal' batinku menggumam.

Dia mendecak lalu melempar koran yang sedari tadi ia pegang, kemudian melepas kasar kacamata yang sedari tadi terpasang di atas hidungnya, sebenarnya aku sedikit heran dengan pasien ini. Entah kenapa dia selalu jutek dan bertingkah menyebalkan bila aku yang mengampirinya. Sedangkan menurut teman-temanku pasien ini cukup ramah dan tidak pernah meminta yang aneh-aneh.

Seandainya dia bersikap sedikit ramah terhadapku, mungkin aku akan lebih mengagumi ketampanannya ini. Tapi sayang hati yang ia miliki tak sebanding dengan ketampanan fisiknya.

"Maaf pak Aldy saya dengar bapak menunggu saya, ada yang bisa saya bantu pak?" Kembali aku bertanya, kali ini dengan intonasi yang sedikit aku naikan.

Bukannya menjawab dia malah menatapku tajam. "Gue haus tolong ambilkan minum!" Perintahnya masih ketus, mengabaikan pertanyaanku.

'Sabaar'

Aku menghela nafas, sebenarnya ini diluar tanggung jawabku sebagai perawat. Mengambil minuman yang tak jauh dari jangkauannya hanya membuatku tampak seperti pembantu. Tapi kali ini aku enggan berdebat dengannya.

"Silahkan pak" kataku sambil menyodorkan segelas air dingin. Sepertinya efek demam tadi membuat volume cairan ditubuhnya berkurang, terlihat dari caranya minum seketika air digelas yang aku pegang berkurang dengan cepat.

"Gue butuh mandi tapi infusan sialan ini benar-benar membuat gue susah bergerak" Dia berujar sambil mengacungkan tangan kirinya yang masih terpasang infus.

"Tapi infusan itu yang membantu menurunkan suhu pak Aldy ketika bapak demam tadi, kalau bapak menganggap infusan itu sama sekali tidak berguna bagaimana bapak bisa sembuh?" sengitku, entahlah mendengarnya berbicara seperti itu membuatku sedikit emosi.

Selama bekerja sebagai perawat aku sudah sering dihadapkan dengan tipe pasien menyebalkan seperi dia. Tapi jujur saja tidak ada yang semenyebakan orang ini.

Dia menatapku heran mungkin kaget dengan jawabanku yang tidak seperti biasanya, wajahnya kini berubah kikuk. "Terserah lah pokoknya gue butuh mandi, Dari kemarin demam ini membuat gue jauh dari air" ceracaunya membuatku semakin antipati.

Aku menghela nafas, memandikan pasien memang rutin aku lakukan, tapi biasanya jadwal memandikan pasien hanya jam 5 pagi dan jam 4 sore, tapi membantah orang ini hanya akan membuatku semakin dimaki-maki.

"Kalau memang bapak mau mandi ayo saya bantu ke kamar mandi, nanti infusnya saya matikan dulu"

Dia memandangku semakin tajam "Gue gak mau mandi sendiri, kalau infusannya berdarah kaya kemarin gimana? Lagian gue kan demam mana bisa gue mandi sendiri. Lu sebagai perawat tapi gak ada inisiatif sama sekali!" bentaknya, kemarin aku memang kena marah habis-habisan gara-gara infusan di tangannya mengeluarkan darah. Padahal aku sudah menawarkan diri untuk mematikan infusnya tapi dia menolak.

Mati-matian aku menahan emosi, sungguh aku tak ingin meledak sekarang "Yasudah saya siapin airnya dulu, bapak tunggu sebentar" jawabku.

"Tunggu..." Panggilnya begitu gue hendak mengambil air.

"Gue gak puas dengan pelayanan lu. Udah 15 menit yang lalu gue pencet bell dan baru sekarang lu dateng, harusnya lu jangan ngebuat gue nunggu lama. Kalau gue kenapa-kenapa lu mau tanggung jawab?!" Bentaknya semakin menjadi-jadi hingga sukses membuatku semakin kaget, apa-apaan ini? Dia pikir dia siapa? Oke dia memang pasien disini tapi dia juga harus tau etika dan tatakrama ketika berbicara.

Aku menghela nafas dalam, bagaimanapun posisinya dia adalah klien yang harus aku layani. Tapi melihat tingkahnya yanng berlebihan ditambah suasana hatiku yang memburuk membuatku tidak bisa menahan lebih lama lagi.

"Maaf ya pak, saya baru selesai melakukan tindakan. Lagipula perawat dilantai ini bukan saya saja. Ada 3 rekan saya yang siap membantu pak Aldy. Kalau memang penting kenapa harus nunggu saya?" Dia terdiam. Sepertinya dia semakin kesal akibat perkataanku barusan.


"Dan perlu pak Aldy tahu. Saya memang bertugas membantu bapak tapi disini saya bukan pembantu, saya memang melayani pak Aldy tapi saya bukan pelayan. Tolong bicara yang sopan kalau memang butuh sesuatu" jawabku membuatnya semakin terdiam.

Ini memang tidak sopan, perkataanku sepertinya terlampau kasar untuk diucapkan ke pasien. Tapi aku sudah tak tahan lagi apalagi ditambah dengan kehadiran Rizky yang belum aku ketahui tujuannya apa semakin memperburuk keadaan.

..................*****....................

«13456711

Comments

Sign In or Register to comment.