BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Pria yang Menangis dibawah Pohon

cerpen karangan @diorizki
Suatu ketika dikota besar hiduplah seorang anak laki-laki. Jakarta, ya begitulah orang-orang menyebut kota itu. Anak itu bernama Tama, berumur 19 tahun. Saat itu bulan Desember 2011, Tama baru turun dari bus setelah iya menempuh perjalanan panjang dari kampung halamannya di Jawa Timur. Ia baru pertama kalinya pergi ke Jakarta dan kebetulan Tama hanya mempunyai 1 saudara disana.
Setelah turun dari bus, ia merasa seperti anak kecil tersesat yang mencari ibunya. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri memperhatikan keadaan sekitar. Siang itu udara sangat terik sekali, matahari persis berada diatas kepalanya. Dengan napas terengah-engah Tama mendekati penjual minuman dipinggir trotoar.

"Pak, beli Teh Botolnya 1..",Tama berkata pada penjual minuman.
"3500 dek.."pria itu menjawab.

Tama berpikir sejenak dan merasa bingung dengan harga minuman yang jauh lebih mahal dibanding harga dikampung halamannya. Namun ia mengabaikan pikiran itu dan segera membayarnya. Dengan membawa minuman yang ia pegang, ia berjalan ke arah pohon yang sangat rindang dan duduk dibawahnya seorang diri. Ia membuka minuman itu dan meneguknya dengan cepat.
Beberapa menit kemudian, Tama merasakan ada yang bergetar di dalam saku celananya. Ia merogoh sakunya dan mengambil handphonenya yang sedang bergetar. Ternyata ada telepon masuk, dan itu dari pamannya. Tama mempunyai Paman yang tinggal di Bekasi Selatan.

"Tama kamu dimana, paman siap-siap akan menemputmu. Lokasi kamu dimana sekarang?",kata paman Tama ditelpon.
"Ehh.. Aku kurang tau nih paman, aku sudah nyampe Pulo Gadung sekitar 10 menit yang lalu. Sekarang aku ada dibawah pohon dekat tempat kumpul bus."Tama menjawab dengan nada memelas.
"Yasudah kamu tunggu disana, dan jangan kemana-mana. Paman mungkin akan sampai disana sekitar 30 menitan."jawab paman.
"Iya paman, makasih.."

Tama menutup telpon dan mulai mengeluarkan komik yang ia bawa dari kampung. Sembari menunggu pamannya datang, Tama membaca komik.
Saat asyik membaca, tiba-tiba Tama mendengar suara seorang pria.

"Permisi bang.. abang lagi nunggu siapa disini..?" Pria itu bertanya kepada Tama dengan nada yang sangat halus.
"Ehh, anu.. Saya lagi nunggu paman saya.." Tama menjawab dengan gugup.
"Oooh, kebetulan saya juga lagi nunggu bapak saya buat jemput saya. Saya baru pulang dari rumah nenek di Malang." Pria itu tersenyum.
"Gitu ya mas.. hehe.." Tama menjawab singkat.
"Oia, nama saya Edo.. Abangnya siapa..?" Pria itu memperkenalkan diri.
"Nama saya Tama.. Pratama. Panggil saja Tama.." Tama menjawab dengan senyuman.
"Tama.. berarti kamu anak pertama yah?" Edo bertanya lagi.
"Hehehe iya.. Saya anak pertama dari dua bersaudara.." Tama menjawab sambil menutup komiknya.

Degan berjalannya waktu, merekapun berbincang-bincang layaknya teman akrab. Mereka pun berbagi hobi dan kisah masing-masing disekolah serta berbagi nomor handphone. Setelah beberapa saat, bapak Edo datang dengan mengendarai motor bebeknya.

"Do! udah lama nungguin bapak? Maaf bapak agak telat, soalnya tadi macet.." Bapak Edo memanggilnya dengan nada keras dan terengah-engah.
"Enggak kok pak, baru 20 menit aja kok. Oia, kenalin nih pak, temen Edo.. namanya Tama.." Edo memperkenalkan Tama ke bapaknya.
"Siang om, saya Tama.." Tama memperkenalkan diri dengan persaan sedikit malu-malu.
"Ohh iya Tama, saya Rahmat bapaknya Edo." Bapak itu menjawab sambil mengulurkan tangan.
Tama menerima jabatan itu dan tersenyum kearah Pak Rahmat. Lalu..

"Bentar yah Tam, aku mau bicara berdua dulu dengan bapakku." kata Edo kepada Tama.
"Oh oke..." Tama menjawab dengan penasaran.

Edo berbisik dengan Bapaknya dan Tama memperhatikan mereka dua, bertanya-tanya apa yang dibicarakan Edo. Edo terlihat sedang bernegosiasi dengan bapaknya dan terlihat di mata Tama, bapak Rahmat menyerahkan kunci motor ke Edo. Dan setelah itu Edo kembali mendekati Tama.

"Tam, yuk aku anterin kamu pulang..!" Edo menawarkan dengan tiba-tiba.
"Hah?! aku kan mau dijemput dengan pamanku. Lagipula rumah pamanku jauh dari sini. Dia tinggal di Bekasi. Trus bagaimana dengan bapakmu? Dia ntar pulang naik apaan?" Tama menjawab seolah dia ingin menolak.
"Gapapa kali, bapak aku pulang bareng temennya yang supir angkot. Anggep aja ini rasa terimakasihku karna kamu udah nemenin aku nungguin bapak. Hehehe.." Edo tertawa kecil.
"Kamu yakin?" Tama bertanya ragu.
"Iya, beneran. Udah, sekarang kamu telpon paman kamu dan kasih tau alamatnya, ntar aku langsung anterin kamu kesana.." Edo menyuruh Tama.
"Yasudah deh.." kata Tama.

Lalu Tama menelpon pamannya dan menceritakan semuanya. Akhirnya mereka berdua, Edo dan Tama pergi meninggalkan terminal dengan mengendarai sepeda bebek Pak Rahmat. Tama sebenarnya memiliki phobia terhadap sepeda motor karena ia mengalami pengalaman buruk saat masih SMP. Namun ia tetap bersikap santai.
Saat ditengah perjalanan, Edo mulai menambah kecepatan dan sepertinya Tama mulai ketakutan. Tanpa sadar, ia telah memeluk badan Edo. Mengetahui dirinya memeluk Edo, Tama langsung melepaskan pelukannya. Wajahnya memerah bagai buah apel. Sepertinya Edo tidak menghiraukan pelukan Tama terhadapnya dan tetap mengendarai motor bebeknya.
Karena perjalanan dari Terminal Pulo Gadung ke Bekasi lumayan jauh, akhirnya Edo dan Tama beristirahat sejenak dipinggir jalan.

"Lumayan jauh juga ya Tam rumah pamanmu.." Edo berkata sambil mengusap keringat dilehernya.
"Iya, aku juga baru tau kalo rumah paman sejauh ini. Maaf ya ngerepotin.." Tama menjawab kalem.
"Udah ga usah dipikirin, aku ngga merasa dirugikan kok, Oia kamu mau ketoprak?" Edo bertanya kepada Tama sambil menunjuk gerobak penjual ketoprak.
"Ketoprak? apa itu?" Tama menjawab bingung.
"Kamu ga tau?! Hahahah.. kamu lucu deh.. Ketoprak itu makanan tradisional sini. Terbuat dari lontong, bihun, tahu, tempe dan diberi bumbu kacang.." Edo menjelaskan.
"Lho bukannya itu rujak yah? Di daerahku "itu" namanya rujak" Tama menjawab dengan sedikit bingung.
"Rujak beda lagi.. yang ini enak, dijamin kamu suka deh..! Bentar yah.." Edo menjawab sambil meninggalkan Tama dan menuju ke penjual Ketoprak.

Edo memesan 2 ketoprak dan makan bersama dengan Tama dipinggir jalan. Mereka terlihat sangat akrab sekali, bagaikan sahabat sejati. Lelucon yang terlontar dari mulut Edo membuat Tama tertawa. Edo adalah anak yang ceria dan humoris, sedangkan Tama adalah anak yang pendiam dan tertutup. Pribadi dari masing-masing kedua orang itu sangat berlawanan, dan sepertinya Edo mengerti bagaimana berinteraksi dengan orang pendiam seperti Tama.

Dari pertmemuan itulah kehidupan Tama yang baru dimulai..


Siang itu sekitar jam 1 siang, Tama dan Edo sedang menikmati ketoprak dipinggir jalan. Awan mendung mulai menyelimuti ramainya kota Jakarta. Angin berhembus dari utara menandakan hujan akan segera turun. Namun keakraban Tama dan Edo tidak membuat mereka beranjak dari kursi kayu dipinggir jalan, dan bahkan mereka tidak menyadari kalau hujan akan turun.
Tama merasa sangat nyaman sekali jika di dekat Edo, dia merasa cocok jika ngobrol dengannya. Edo, pria berumur 19 tahun dengan rambut hitam "spikey" pendek, kemeja merah, celana jeans hitam dan sepatu sneackers merah membuatnya terlihat modis. Tak heran jika selama dia berbincang-bincang dengan Tama, banyak mata kaum hawa yang memperhatikan dia. Namun dia tidak memperdulikannya.

"Eh Edo, daritadi aku perhatiin, banyak cewek yang ngeliatin kamu loh. Hehehe.." Tama mengganti topik pembicaraan.
"Ahahaha, kamu bisa aja.. Mungkin mereka cuma pengen ketopraknya, bukan aku-nya." Edo menjawab dengan candaan.

Terlihat senyuman di wajah Tama saat Edo menjawab dengan candaan itu. Matanya terus menatap wajah Edo, memperhatikan setiap ucapan yang dilontarkan dari mulutnya. Tak lama kemudian, mereka beranjak dari tempat itu dan meneruskan perjalanan ke tempat tujuan utama, yaitu rumah paman Tama, yang berada di daerah Bekasi.
Tak terasa hujan mulai turun. Butiran-butiran hujan muai menghantam helm KYT milik Edo dan membasahi mereka berdua. Akhirnya mereka berdua mencari tempat berteduh di sebuah warung kecil di daerah Pondok Gede, Bekasi. Sebenarnya perjalanan menuju rumah paman tama, tinggal beberapa kilometer lagi, namun karena hujan waktu perjlanan mereka menjadi lebih lama dari dugaan.

"Wah, payah.. hujan di siang hari.." Kata Edo menggerutu.
". . . " Tama terdiam tak menjawab.
"Kamu kenapa Tam, bosan? Nih, dengerin lagu ini deh biar kamu ga bosen.." Edo mnyerahkan iPod Nano miliknya ke Tama.
"Eh? Iya, makasih Do.." Dengan malu, Tama mengambil iPod itu dan mulai meletakkan headset di telinganya.
"Taylor Swift?! kamu suka Taylor Swift??!" Tama bertanya ke Edo sambil melepas headset yang terpasang di telinga sebelah kanannya.
"Iya, kamu juga suka? Wah, aku ngga nyangka kamu juga suka Taylor.." Edo menjawab.
"Aku suka banget ama penyanyi yang satu ini, dan lagu yang kamu kasih ke aku adalah lagu favoritku!" Tama terlihat sangat senang sekali.
"Eh, aku juga mau dengerin dong. Bagi 1 yah headsetnya." Pinta Edo ke Tama.
"Oh, iya oke.." Tama memberikan 1 headsetnya ke Edo dan mulai mendengarkan lagu bersama.

Tama memandang jalanan yang basah karena hujan, sambil ditemani dengan sebuah lagu bersama teman barunya Edo. Tama dan Edo duduk di kursi didepan warung kopi sambil menunggu hujan reda. Terlihat kepala Tama bergerak lembut keatas dan kebawah menikmati lagu kesukaannya. Dia mulai berimajinasi setiap kali mendengarkan lagu favoritnya. Judul lagunya adalah "Begin Again", dinyanyikan oleh Taylor Swift.


Saat itu tanggal 28 Desember 2011 dan hari itu adalah hari rabu. Sangat pas sekali dengan lagunya. Membuat hati Tama damai dan tentram karena di hari rabu yang spesial ini, dia bisa merasakan sedikit kebahagiaan. " I feel like this world is going slower, I feel so much happiness today with him" hati kecilnya berbicara. 3 menit, 57 detik akhirnya lagu itu selesai dan imajinasi didalam pikiran Tama pun ikut selesai.
Tak terasa mereka sudah 30 menit berada di depan warung itu berdua mendengarkan lagu. Terlihat hujan juga sudah mulai berhenti berjatuhan. Lalu lintas yang semula sepi, kini mulai ramai kembali seiring berhentinya hujan. Tama dan Edo pun mulai melanjutkan perjalanan, sambil memberikan helm kepada Tama dan merekapun pergi meninggalkan warung kopi itu.

Akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Paman Tama. Paman Tama terlihat sudah menunggu kedatangan mereka, dengan duduk di teras depan bersama istri dan anak-anaknya yang berjumlah 3 orang. Mereka menyambut Tama dan Edo dengan gembira, dan tak lupa juga Paman Tama mengucapkan banyak terimakasih kepada Edo karena telah mengantarkan keponakannya dengan selamat.


Bapak Yanto adalah nama paman Tama. Pak Yanto menyuruh mereka berdua masuk dan langsung menyuguhkan gorengan yang masih hangat. Terlihat di wajah Edo, kalau dia sedikit malu untuk mengambil gorengan itu. Namun karena aroma pisang goreng yang sangat menggoda akhirnya Edo mengambil pisang goreng itu.


Selagi Edo menikmati pisang goreng hangat itu, terlihat Tama dan Pamannya sedang menuju sebuah ruangan kosong, dan sepertinya ruangan itu adalah kamar baru Tama. Nampak sebuah lukisan kapal didinding kamar baru Tama, dan kasur ukuran 2x1 meter terpapar rapi dilantai beralaskan karpet abu-abu. Di pojok kamar terdapat lemari baju yang terbuat dari kayu dan disampingnya terdapat meja belajar ayng sudah tertata rapih sekali.
Segera setelah tama menaruh tas yang berisi baju di atas kasur, ia langsung menuju ke arah Edo dan menemaninya memakan pisang goreng itu.

"Pisang goreng buatan tantemu enak banget Tam.." Kata Edo memuji.
"Aku juga baru tau kalo masakan tanteku seenak ini.. Eh Edo, kamu ga nginep disini?" Tama bertanya ke Edo.
"Hmm, gimana ya, masalahnya motornya mau dipake sama bapakku. Mungkin lain kali aja yah.." Edo menolak dengan nada bersahabat.
"Ohh yasudah deh, kapan kita bisa bertemu lagi?" Tama bertanya lagi dengan harapan.
"Gimana kalau besok? Aku jemput kamu disini sekitar jam 10 pagi. Kebetulan aku libur kuliah dan aku ga ada acara. Yaah, sekalian pengen ngasih tau kamu daerah-daerah di Jakarta.." kata Edo menjelaskan.
"Oh, oke oke! Aku setuju banget tuh!" Tama menjawab senang.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Edo terlihat sudah siap-siap untuk pulang. Edo berpamitan dengan Pak Yanto dan istrinya, serta anak-anak mereka. Tama mengantarkan Edo kedepan gang dan sesampainya di gang tanpa Tama disadari Edo memberikan pelukan kepadanya sambil berbisik di telinganya, "Terimakasih ya Tam, udah nemenin aku hari ini.."
Tama terdiam terpaku dengan wajahnya yang memerah dan yang ia lakukan hanyalah membalas pelukan Edo dan berkata "Sama-sama".


Usah mereka berpelukan, Edo melambaikan tangan kearah Tama dan mulai pergi meninggalkan Tama degan motor bebek bapaknya. Hati Tama sangat senang sekali hari itu. Dia tidak sabar menunggu esok hari datang. Akhirnya Tama memutuskan untuk tidur, karena dia sangat lelah sekali setelah menempuh perjalanan panjang dari Jawa Timur ke Jakarta. Matanya yang lelah mulai tertutup seiring berjalannya waktu dan esok hari cerah sudah menunggu...


Malam itu suara jangkrik terdengar merdu, sinar bulan menembus jendela kamar yang setengah terbuka. Angin malam berhembus menghantam korden kamar berwarna biru muda menjadikan suhu kamar menjadi sejuk. Terlihat diatas tempat tidur Tama memeluk guling, dia tidur sangat pulas sekali dan terdapat senyuman diwajahnya. Sepertinya dia tidak bisa melupakan kejadian indah hari ini dan sampai membawanya kedalam mimpi. Namun mimpi itu berakhir setelah matahari terbit, tepatnya jam 5 pagi.


Tama terbangun dari tempat tidurnya dan langsung beranjak ke kamar mandi. Terlihat tante Tama, Ibu Eni sedang mempersiapkan sarapan pagi, aroma masakannya sudah tercium sampai ke lantai 2 rumahnya. Ibu Eni adalah seorang guru SD, mengajar di salah satu sekoah di daerah Ciracas, Jakarta Timur. Ia sesosok wanita hebat dan bisa dibilang ia berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga Pak Yanto. Pak Yanto sebenarnya bekerja juga, namun gaji hasil pekerjaan dia hanya bisa ia gunakan untuk dijadikan uang saku anak ke-3nya, sedangkan anak ke-1 dan ke-2 dibiayai oleh Ibu Eni. Sungguh keluarga yang harmonis, dibalik kesederhanaan yang mereka miliki tercipta sebuah kerukunan antar anggota keluarga. Bahkan Tama yang baru masuk kedalam keluarga itu, diperlakukan layaknya anak mereka sendiri.


Usai dari kamar mandi, Tama langsung turun kebawah dan bergabung untuk menyantap masakan yang telah dibuat oleh Ibu Eni. Di meja terdapat ayam goreng, sayur sop, tempe goreng, dan sambal limau. Terlihat Amil (putra pertama Pak Yanto) sangat lahap sekali menyantap masakan Ibu Eni, karena kebetulan sekali ayam goreng adalah makanan favoritnya. Sedangkan Nabil (putra kedua Pak Yanto) hanya mengambil tempe goreng, sambal dan banyak sayur sop, dia lebih suka sayuran daripada lauk. Dan yang terakhir adalah Ina (putri ketiga Pak Yanto) terlihat sedang disuap oleh Ibu Eni, padahal ia sudah menduduki kelas 2 SD. Namun kebiasaan kecilnya masih ia tinggalkan sampai sekarang, contohnya masih sering minta disuapin saat makan dan takut untuk tidur sendirian. Sungguh pemandangan yang sangat harmonis sekali pagi itu, satu keluarga besar menikmati hidangan pagi sederhana dengan suka cita diantara mereka. Setelah menyantap makanan, Tama pergi ke teras depan untuk melihat keadaan sekitar, karena ia masih baru di daerah itu. Pak Yanto menghampirinya..

"Gimana Tam, kamu suka rumah paman? Yaah, meski gak besar tapi disini suasananya enak loh. Masih banyak pohon dan jauh dari keramaian. Kamu yang "kerasan" yah disini.." Kata Pak Yanto sambil menepuk pundak Tama.


"Iya paman, Tama suka banget kok disini.. Ditambah lagi Tama kan sudah dapet temen baru.. Si Edo.." Jawab Tama sambil tersenyum.


"Oh iya, si Edo katanya mau kesini.. Jam berapa?" Tanya Pak Yanto.


"Katanya sih sekitar jam 10an, dia mau ngajak Tama keliling daerah sini.." Tama menjawab sambil melihat jam tangannya.


"Yasudah, kalo kamu mau jalan-jalan jangan lupa pakai helm. Disini sering ada penilangan. Tuh paman ada 1 helm nganggur.." Pak Yanto menasehati Tama.


"Iya paman, terimakasih.." Jawab Tama.
Lalu Pak Yanto terlihat Tama ke belakang.

Sambil menunggu kedatangan Edo, Tama menonton TV di ruang keluarga. Dia terlihat sedang menonton Spongebob, film kartun kesukaan dia. Terlihat juga 3 keponakan Tama, si Amil, Nabil, dan Ina ikut bergabung menonton TV. Si Ina terlihat malu-malu untuk menyapa Tama, karena Tama adalah orang baru dalam keluarga dia. Namun Tama berinisiatif untuk menyapa Ina duluan, dan akhirnya mereka ngobrol meskipun Ina menanggapinya dengan jawaban pendek dan sedikit sinis.


Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09:42 pagi. Tama beranjak pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Edo, dia mulai memilih-milih baju yang akan dia kenakan. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai kemeja kesukaannya, berwarna abu-abu dengan motiv garis-garis merah hitam dibagian kancing dan kerah. Ia memakai kemeja itu dan menyemprotkan sedikit parfum keseluruh badannya. Setelah semuanya beres, Tama langsung kebawah dan mengambil helm yang terletak diatas lemari buku di ruang tamu. Ia duduk diteras depan sambil mengeluarkan handphonenya, tangannya mengetik sebuah pesan singkat yang ditujukan kepada Edo kalau dia sudah siap. Tak lama kemudian pesan balasan masuk, dan ternyata Edo sudah sampai di depan gang. Edo menyuruh Tama berjalan ke depan gang, dan Tama pun menurutinya. Setelah ia di depan gang, akhirnya bertemulah dengan Edo..

"Pagi Tam, gimana kamu siap gak hari ini jalan-jalannya??!" Tanya Edo sambil tersenyum kearah Tama.


". . ." Tama terdiam menatap wajah Edo.

Kelihatannya Tama takjub dengan penampilan Edo pagi ini, sampai-sampai ia tidak merespon pertanyaan Edo. Memang penampilan Edo pagi ini terlihat lebih maskulin dibanding kemarin. Ia mengenakan kemeja lengan pendek warna putih dengan 3 kancing terbuka memperlihatkan dada bidangnya, Ia juga mengenakan celana jeans biru dengan sepatu sport. Sungguh maskulin sekalli penampilan Edo.

"Tam, kamu kenapa?!" Edo bingung dan menepuk pundak Tama.
"Apa?! Ohh, ngga ada apa-apa kok.. Aku cuma suka aja penampilan kamu pagi ini.. baju kamu terlihat pas di kamu.." Jawab Tama terkejut sambil mengalihkan pandangan.
"Hahaha, kamu bisa aja.. Style aku sih emang kaya gini.. Yasudah yuk naik, ntar keburu panas lagi." Ajak Edo.
"Oke deh.." Jawab Tama singkat.
"Kamu pegangan yah, soalnya aku nyetirnya bakal kenceng nih.. Hehehe.." Canda Edo ke Tama.
". . . ." Tama tak menjawab.
"Oke, let's go!" Edo bersemangat sambil menghidupkan motornya dan melaju cepat.

Ternyata perkataan Edo benar, dia mengendarai motor sangat kencang sekali. Dengan perasaan takut, tanpa sadar Tama memeluk badan Edo dan memejamkan matanya. Sepertinya Tama memang benar-benar ketakutan saa itu, pelukannya erat sekali. Namun Edo tetap melaju dengan kecepatan tinggi, mungkin sudah hobi dia mengendarai motor bak pembalap profesional.
Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam lebih, akhirnya mereka tiba di suatu tempat. Sepertinya di daerah pegunungan, sangat beda sekali dengan Jakarta.

"Edo, ini dimana..?" Tama bertanya kepada Edo sambil memandang sekitar.
"Kita ada di Cisarua Bogor.. Ini tempat favorit aku.. gimana, pemandangannya bagus kan..?" Edo menjawab sambil menatap Tama.
"Iya bagus banget, kebun tehnya luas yah.." Tama takjub akan keindahan pemandangan disana.
"Oia, sini ikut aku Tam.." Edo menarik tangan Tama dan mengajaknya naik keatas bukit.
"Mau kemana Do?" Tanya Tama bingung.
"Udah ikut aja.. heheh.." Jawab Edo singkat sambil tetap memegang tangan Tama.

Sesampainya dipuncak bukit, mata Tama terlihat berkaca-kaca akan keindahan pemandangan kota Bogor. Ia bisa melihat seluruh kota bogor dari atas bukit, dan kebetulan diatas bukit itu hanya ada Edo dan Tama. Terlihat Edo sedang mengeluarkan handphonenya dan mengambil gambar Tama tanpa sepengetahuannya. Lalu Edo meminta Tama untuk memfotonya diantara pohon teh yang tersebar luas menggunakan hanphonenya. Beberapa gambar telah berhasil diambil, dan Tama mengecek satu-satu hasil "jepret"annya. Dengan paras Edo yang tampan, semua hasil foto yang sudah diambil oleh Tama terlihat bagus semua. Tiba-tiba jantung Tama berdegup kencang setelah salah satu hasil foto muncul dilayar. Edo terlihat sangat tampan sekali dengan gayanya yang maskulin, tangannya dimasukkan kedalam saku celananya dan sambil menghadap kearah bukit. Sungguh hati Tama merasa berbunga-bunga melihat ketampanan Edo didalam foto itu. Lalu..

"Udah Tam liat fotonya? Gimana, bagus-bagus gak..?" Tanya Edo sambil mengintip handphone yang berada ditangan Tama."Eh, udah Do.. Hasilnya bagus semua kok.. Ga ada yang jelek.." Puji Tama.
"Hehehe.. Sini deh Tam, aku mau cerita sesuatu ke kamu.." Sambil menarik tangan Tama kearah batu besar yang terletak diatas bukit.

Setelah mereka duduk, mulailah Edo menceritakan sesuatu kepada Tama. Dimulai dari kehidupan masa kecilnya yang bisa dibilang sedikit buruk dan memprihatinkan, Edo menceritakan kalau ia telah kehilangan ibunya semenjak umur 3 tahun. Selama ini yang merawat dia adalah bapaknya, dan dia adalah anak tunggal dari keluarganya. Bapaknya bekerja di sebuah restoran cepat saji dan menjabat sebagai manajer disana. Edo juga menceritakan kalau bapaknya akhir-akhir ini sering terkena demam, dan dia merasa sangat sedih dengan kondisi bapaknya. Terlihat mata Edo berlinang dan kepalanya menunduk kebawah sambil menceritakan kisah sedih kehidupannya. Tama sangat prihatin dan merasa kasihan dengan kisah sedih Edo, tangannyasecara otomatis memeluk pundak Edo dan mengelusnya.

"Edo, maaf ya.. aku turut prihatin dengan keadaanmu.." Tama berbicara pelan didekat telinga Edo..


Lalu Edo menoleh kewajah Tama dan menjawab, "Iya Tama, makasih ya udah mau dengerin ceritaku.." terlihat air mata menetes dari matanya.


". . . Sudah yang lalu sudah berlalu Edo.." Jawab Tama, dan tangannya mengusap air mata yang ada di pipi Edo.


Lalu dengan tiba-tiba Edo memeluk Tama dengan erat. Sepertinya Tama sangat mengerti dengan keadaan Edo sekarang, dan iapun membalas pelukan itu.

Dari pelukan inilah tumbuh sebuah perasaan didalam hati Tama.

Comments

  • terlalu banyak detail ga penting yg ga berhubungan sama inti cerita.
    Ini cerpen kan? ga ada konfliknya juga.. inti ceritanya cm ketemuan gt?
  • Nah lho uda Tamat aja ni cerita >-)
  • oh yang nangis edo di atas batu :l
  • haaah??? Tamat?
  • haaah??? Tamat?
  • Iya @rezadrians‌ udah tamat. Aku cuma mindahin tulisan @diorizki‌ dari fb ke sini. Dia ga mau lamjutin lagi. Kalo mau lanjutin pm dio aja hehehe
  • tahun 2011 harga teh botol 3500?? trus yg bukain tutup botolnya biasanya khan abang yg jual plus ga boleh dibawa jauh2
    nah di cerita di atas, tama terkesan buka tutup botol sdiri plus bawa kabur botolnya

    tama dan edo udah ngobrol cukup lama saat bapaknya edo dateng yg artinya pamannya tama sudah dalam perjalanan ke pulo gadung dan sebagai orang yg udah lama tinggal di jabodetabek pasti akan sangat sulit mempercayakan keponakannya pada orang yg baru dikenal utk mengantar
    dan alasan sudah di jalan akan sangat tepat digunakan sang paman utk menolak tawaran edo

    utk ukuran anak jakarta, edo kurang tangguh menjalani kehidupan
    tinggak berdua dg bapak yg manajer di resto cepat saji bukanlah kisah menyedihkan
    dan manajer di resto cepat saji itu umurnya juga pasti ga renta2 amat
    klo sering demam ya tinggal dikompres ato periksa ke dokter aja
  • tulisannya nathan yaa??

    bener kata mbak @yuzz banyak detail gk penting en hal2 yg gk logis.. perlu observasi lagi..

    kesalahan fatal lain, sebenernya naik bis dari jawa timur bisa turun bekasi, gaperlu ke PG dulu

    terus sebagai seorang yg baru di jkt, terminal merupakan tempat yg sangat ganas.. apalagi pulo gadung.. gudangnya calo + penipu, berani2nya kenalan sama orang baru dan menerima ajakan bareng orang baru..
  • owhh iya diorizki yg d line itu ya.. pantes kek familiar ama namanya..

    setuju deh ama om firkha n auto :))
  • @_@ BAH tamat ??
    Ohh No.. :D :/
  • Baru baca, gak ada konflik ya? :3
Sign In or Register to comment.