BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[Cerpen] Titik Nol Kilometer

edited April 2014 in BoyzStories
ini postingan cerpen pertama ku, semoga bisa menghibur kalian.



Aku beranjak dewasa dan duniaku pun bertambah luas
aku semkin mendalami sesuatu hal dengan bermacam-macam sudut pandang.
Suatu yang ku pahami adalah kebenaran
Aku berharap bisa hidup sebagai manusia yang benar
Suatu hal yang disebut kebaikan yang kau ajarkan padaku di waktu kita kecil
Aku takan melupakan ~Lost Parade - Aqua Timez~

Aries merasakan kalut dan geram. Rencana untuk berduaan dengan pacar kandas. Disaat akan bersiap pulang kerja, pacarnya telpon mengabarkan tidak bisa bertemu karena ada kerjaan mendadak. Rasanya ingin marah dan memaki tetapi percuma. Dengan perasaan donkol Aries pulang ke kostnya.

Rute jalan pulangnya setiap hari sama, dari kantornya yang berada di Jalan Solo dekat dengan Mall Galeria menuju kostnya yang di Wirobrajan. Kebiasaannya melewati Jalan Jendral Soedirman, sampai perempatan Tugu Jogja belok ke kiri menyusuri Jalan Mangkubumi dan terus menyebrangi Jembatan Kleringan belok kanan masuk Jalan Pasar Kembang, Aries mengarahkan motornya ketepian kiri mengambil lajur yang mengarah ke Malioboro, sebuah jalan icon dari Jogja. Malam itu jalanan sudah tidak begitu ramai, para pedagan kaki lima yang menjajakan batik sedang membereskan dan menutup lapaknya.

Aries melambatkan laju motornya untuk menikmati perjalanan di Malioboro. Seperti biasa setelah melewati Pasar Beringharjo mengurangi kecepatan motornya, untuk melihat-lihat masyarakat Jogja yang sedang menikmati romantisme suasana kawasan 0 KM. segerombolan remaja sedang bersenda gurau di tempat duduk yang melingkari pohon, ada juga sepasang kekasih yang asik bermesraan di kursi panjanng menghadap jalan.

Sekelebat Aries mengenali seseorang yang sedang duduk sendirian di deretan kursi setengah lingkaran di depan Benteng Vredeburg. Aries masih tidak yakin apa yang dilihatnya, tetapi dia masih terkejut apa yang ada pandangnya adalah sahabat kecilnya yang dulu yang tinggal didepan rumah. Sekilas nampak sahabatnya kelihatan lusuh dan sangat capek dari raut mukanya.

Karena jalan satu arah maka Aries mengambil jalan paling cepat menuju tempat sahabatnya. Di perempatan Kantor Pos belok ke kiri sampai ke Taman Pintar belok kiri lagi melewati Shoping dan Taman Budaya lalu belok kiri lagi melewati samping Pasar Bering Harjo dan sampai di Jalan Malioboro belok ke kiri lagi. Aries segera memarkirkan motornya di depan Pasar Malam.

Setengah berlari menuju sahabatnya mungkin jaraknya 50 meter dari parkiran motor. Aries melangkah terburu-buru karena tak ingin kehilangan sahabatanya kecilnya lagi. Dari kejauhan Aries melihat sosok yang diduga sahabatnya masih duduk tempat yang sama ketika tadi melihatnya. Semakin dekat, hati Aries jadi semakin nggak karuan, jantungnya berdetak keras. Ini bisa jadi pertemuan pertama setelah betahun-tahun berpisah. Aries semakin yakin kalau itu adalah sahabat kecilnya.

Aries terus melangkahkan kakinya semakin cepat, peluh ikut menetes. Tas yang sangat berat tak membuatnya terbebani. Semangat itu menyeruak seketika untuk menemui sahabatnya. Tepat dihadapannya Aries mematung, memandangi sahabatnya yang sudah sangat lama tak di jumpai, terakhir bertemu setelah kelulusan SMA, jadi kira-kira sudah 15 tahun tidak bertemu dengannya. Pria yang didepannya memang sudah sangat berbeda namun Aries masih tetap bisa mengenali dari bentuk wajahnya dan goresan bekas luka di bahu tangannya. Wajahnya masih agak chuby tetapi sekarang sudah ditumbuhi jenggot tipis, nampaknya sudah 3 hari tidak dicukurnya begitu juga kumisnya.

"Edy?" Aries bertanya pada sesorang yang mungkin sahabat lamanya.
"Ya.....hhmmm?" Edy membalasnya sambil berusaha mengingat seseorang yang ada dihadapannya. "Aries kan?" Edy kembali bertaya tetapi sama seperti tak yakin.
"Betul aku Aries." Mereka saling berpelukan sangat erat seakan menemukan kembali mainan yang telah hilang. Perasaan Aries senang sekali karena pertemuan tak terduga ini. Sebuah momen yang tidak akah pernah dilukapakan seumur hidup Aries.

Mereka berpelukan cukup lama lebih dari 3 menit. Rasa kangen mereka diluapkan begitu saja dan seakan ditempat mereka berdiri hanya ada mereka berdua saja. Setelah mereka melepas pelukan rindu, mereka saling menatap kembali seakan mereka belum meyakini apa yang terjadi dimalam ini. Awalnya Aries memang ragu untuk menghampiri Edy tetapi ada kekuatan keyakinan yang besar kalau apa dilihatnya tadi adalah sahabatnya. Mereka kembali berpelukan tetapi hanya singkat. Aries berusaha membendung emosi dan air mata kebahagiaan untuk menjaga image.

Rasanya puas berpelukan, mereka duduk berdampingan. Perilaku kikuk menjalar keduanya, mereka sama-sama bingung untuk membuka percakapan. Bingung mau ngobrol apa, mereka cuma saling pandang dan senyum. Mungkin keduanya masih kaget tidak menyangka ada reuni dadakan seperti ini.

"Sedang apa kamu di Jogja?" Aries membuka obrolan.
"Entah apa yang ku lakukan di Jogja ini. Rasanya aku ingin ke Jogja saja," balas Edy yang masih bingung harus menjawab apa, seperti menutupi suatu hal. "Kebetulan sekali ya kita ketemu disini?"

Aries tak langsung menanggapinya kerena masih terkesima bisa ketemu sahabatnya lagi. Tatapanya tajam menghujam wajah Edy yang lusuh. Sepeti ada banyak masalah yang membebani.

"Eh...." Aries langsung tersadar setelah Edy membalas tatapannya. "Bagi ku nggak ada yang kebetulan, semua sudah recanaNya. Kalau diruntut aku setiap hari pulang kerja lewat sini, seperti biasa malam ini aku juga lewat sini. Kebiasaan ku berjalan pelan bila sampai taman ini. Malam ini kamu ada disini ini suatu takdir, bahwa Tuhan ingin mempertemukan kita lagi." Aries mencari-cari jawaban. Aries memang tidak suka dengan kata kebetulan, bagi dia semunya itu tentunya kehendak Tuhan yang merencanakan.

“Ed kenapa kamu murung seperti itu? seperti sedang galau,” Aries langsung bertanya menuju sasaran.
"Kenapa kau tau aku sedang galau?" Edy terperanjat Aries telah mencium kegalauan yang ada didalam dirinya.

Wajah Edy yang dari tadi memaksakan untuk ceria kembali lagi pada mimik kegundahan. Pandangan sekarang kembali menerawang kejalan Malioboro yang ramai dilintasi kendaraan. Semakin terlihat jelas ada sesuatu masalah yang berat menimpa dirinya.

"Ed.....aku ini sahabat mu kita kenal dari TK sampai lulus SMA, dulu kita juga tetangga. Aku tahu pastilah lah kalau kau sedang terjadi apa-apa," nada Aries dibuat lembut barangkali Edy mau menceritakan kegudahannya.

Namanya sahabat sejati akan tahu apa yang sedang tidak beres meskipun sudah lama tak ditemuinya bahkan bertahun-tahun. Namun sebelum mereka berpisah, mereka sudah mengenal lebih jauh bertahun-tahun juga. Aries pasti sudah hafal kebiasaan sahabatnya bila menyembunyikan sesuatu.

"Oke lah kalau kamu tak mau menceritakkannya yang penting kita sekarang sudah bertemu lagi." Aries merasa bersalah telah mendesaknya untuk bercerita.

Mereka diam, sebenarnya Aries ingin mengobrol lagi tetapi takut salah bertanyaa lagi. Aries berusaha menjaga perasaan sahabatnya itu, tetapi masa diam saja, nggak serukan.

"Oh ya gimana kabar istri dan anak kamu? Aku lihat di Fb anakmu lucu banget," Aries kembali membuka obrolan dan mencairkan suasana yang kembali kaku.

Edy tak langsug menanggapinya, dia masih mencari-cari jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan Aries. Edy menghela nafas, "Jangan bahas itu ya.......aku galau karena masalah itu." Edy langsungg to the point pada jawabannya.

Sekali lagi Aries merasa berasalah telah membuat topik yang salah lagi. Kali ini Aries benar-benar bingung harus membuka topik obrola apa lagi. Diam seperti ini juga nggak enak. Masa udah lama nggak ketemu cuma diem-diem aja nggak seru juga kan.

"Kita ngobrol masa kecil aja, rasanya aku ingin bernostalgia bersama mu," Edy mengusulkan topik obrolan, dan sepertinya menarik. Edy juga tak ingin membuat sahabatnya salah tingkah lagi.

Sebelum mereka bernostalgia, Aries membelikan wedang sekoteng yang ada dihadapan mereka. Mungkin saja bisa semakin menghangatkan suasana. Apalagi malam ini terasa dingin karena tadi siang sampai sore hujan mengguyur kota Jogja. Kawasan 0 km Kota Jogja terasa lebih sejuk, butiran air juga masih banyak yang menggantung di daun.

"Ini Sekotengnya, Maaf disini nggak bisa moci." Aries memberikan semangkuk wedang sekoteng yang ada di tangannya untuk Edy.

Moci adalah kegiatan minum teh khas daerah Brebes dan Tegal. Minum teh yang yang di gelasnya sudah ada gula batu lalu di seduh air teh yang panas dari poci tanah liat. Seringnnya untuk menemani moci ada sepering tempe mendoan.

"Wah iya nih paling mantap moci sama ada mendoan, apa lagi ada nasi lengkonya." Edy menerima pemberian dari Aries sambil berkomentar tradisi mocinya di kampung halamannya di Brebes. "Masih inget nggak biasanya kita moci di emperan toko di Tegal, kalau males ke Tegal kita cukup moci di Alun-alun Brebes bareng temen yang lain pas malem minggu," Edy memulai nostalgianya dengan percakapan moci.

Buat sebagian besar penduduk Brebes dan Tegal kegiatan moci adalah ajang silaturahmi seperti halnya nongkrong di kedai kopi. Mungkin bagi orang Jogja sama halnya bercengkrama di angkringan. Tradisi moci ini sudah mengakar karena saat itulah semua orang bisa bercengkrama santai apapun bisa dibahas. Lebih sering sih obrolan kosong untuk mengakrab pertemanan.

"Iya inget koq. Dulu kalau jalan sama kamu, aku selalu bonceng kamu,hehehehe. Dari pulang sekolah sampai kalau jalan-jalan bareng entah kemana saja." Aries mengingat semua kegiatan boncengan itu.

"Kita selalu pulang bareng sejak kelas 1 SD dari naik becak yang sama lalu kelas 3 kita pulang jalang bareng. SMP naik sepeda dan kamu pasti bonceng aku, kamu duduk di depan di batang sepeda," Edy segera menimpali dengan kenangan kegiatan boncengan. Wajah yang tadinya kusut mulai pudar digantikan senyum.

"Hehehehe, iya aku inget. Aku selalu merepotkan mu ya?"
"Nggak lah....kamu kan sahabat ku, lagian kita pulangnya arah yang sama. Kita juga tetanggaan. Sekalian buat temen ngobrol di jalan."

Mereka hening kembali dan menerawang mengingat masa lalu. Edy melihat beningnya air sekoteng sedangkan Aries menatap jalan yang sudah tidak begitu ramai.

Diamnya mereka sedang mengeluarkan hasrat yang lain. Dalam benak Edy, waktu boncengan pulang sekolah itu seakan Edy sedang memeluk Aries. Edy berusaha terus melindungi Aries dari hal apapun itu. Edy tak ingin sahabatnya terluka secuilpun. Sedangkan dalam pikiran Aries, terima kasih kepada Edy yag selalu menjaganya, kegiatan pulang sekolah itu sangat menyenangkan karena Aries bisa merasakan pelukan yang secara tidak langsung.

Saat itu juga Aries bisa mendengar degub jantung Edi yang keras entah itu suara jantung yang bekerja keras karena Edy menggenjot sepeda atau getaran jantung yang lain. Memang ketika sedang boncengin Aries jantung berdetak lebih kencang karena senang seorang yang disayang ada di pelukannya. Edy bisa merasa kehangatan luar biasa waktu memboncengkan Aries dalam pelukannya, inilah salah satu bentuk menyayangi Aries.

Terkadang Aries juga membonceng dengan cara bediri memijak tungkai roda. Cara seperti itu Aries bisa memeluk Edy dengan erat, modusnya adalah untuk menjaga keseimbangan padahal Aries ingin merasakan hangatnya tubuh Edy dan bisa mencium keringat yang terbawa angin. Sejujurnya Edy lebih merasa nyaman bila boncengan seperti itu, Edy merasa dipeluk, dan bagi Edy itu bukan sekedar pelukan biasa.

Aries menyeruput sekotengnya yang pedas karena jahe untuk membuyarkan lamunannya.

"Dulu setiap malam kamu pasti datang kerumah ku untuk tanya PR. Kita pasti bisa ngerjain bareng," Aries membuka topik baru masih berhubungan dengan kegiatan waktu masih SMP bersama Edy.

"Eh...." Lamunan Edy pun turut buyar walau kenangan boncengan itu masih terngiang di pikirannya. "Iya ya. Aku selalu kerumah mu untuk ngerjain PR hampir setiap hari setelah makan malam. Meski nggak ada PR tetep aja main ke rumah karena pinjem catatan." Edy mengingat semua hal waktu lampau. "Mungkin dengan cara itu aku merepotkan mu?hahahaha," tawa Edy begitu lepas, kebahagiaan mucul di wajah dan tertawanya seperti tidak ada beban.

Aries pun ikut tertawa bersamanya melepaskan semua beban hidup dan pekerjaanya sejenak sambil mengenang masa-masa yang indah, sangat indah dan tak mungkin terlupakan. Aries menganggapnya bila Edy main kerumah adalah kunjungan istimewa, sebagai ngedate. Saat mengajari Edy matematika, Aries bisa lebih dekat lagi memandang wajah Edy yang sedang berkosentrasi wajahnya terlihat gagah. Bagi Aries moment tersebut jadi yang menyenangkan karena masih bisa bertemu dengan Edy. Aries merasakan kebahagiaan tersendiri bila dekat dengannya, karena Edy selalu membuatnya tertawa.

Ketika Aries mengajarkan matematika, Edy bisa lebih dekat melihat wajahnya yang gemas menahan marah karena dirinya nggak mudeng apa yang di ajarkan Aries. Rasanya ingin tertawa tetapi tidak enak jadinya Edy berusaha serius dengan mengangguk pura-pura memahamiya. Aries bukan saja jago matematika tetapi jago dalam memberikan nasehat ketika Edy sedang ada masalah. Edy merasa tenang ketika curhat pada Aries, dia bisa jadi pendengar baik.

"Itu luka kamu masih ada bekasnya ya?" Aries memegang tangan kanan, melihat punggung tangan Edy yang ada bekas luka.
"Iya, kalau nggak salah luka ini pas jatuh nangkep kamu keplest naik tembok di lapangan deket rumah. Dan kita pun jatuh bareng," Edy mengingatkan kembali kejadian yang membekas dihati dan fisiknya.
"Maaf ya," Aries jadi merasa bersalah, meskipun kejadiannya 20 tahun yang lalu.
"Nggak apa koq. Kejadiannya udah lama banget," Edy tahu sahabatnya sangat sensitif, Edy mencoba menenangkan kalau semuanya baik-baik saja.

Tangan Aries masih memegang tangan Edy yang ada lukanya, dan terus memandanginya. Aries mengingatnya ketika dia terpeleset dari tembok yang tingginya 1,5 meter. Di belakangnya ada Edy dengan sigap menangkapnya dengan cara memeluk namun keduanya kehilangan keseimbangan lalu jatuh. Tangan Edy tergores beling membuat luka yang cukup lebar. Aries sendiri tidak ada yang luka.

Itu adalah pengorbanan Edy untuk sahabat yang disayanginya. Edy tidak ingin melihat sahabatnya terluka atau tersakiti, meskipun mengorbakan dirinya sendiri. Aries menginngatnya sebagai kejadian yang dramatis karena telah melukai sahabatnya sendiri. Tetapi disisi lain Aries merasa bahagia karena sahabatnya melindungi dirinya, itu salah satu bentuk sayang antar sahabat.

Aries menaruh mangkuk sekoteng yang telah kosong di samping. Lalu tangan tersebut menumpuk di tangan Edy. Secara reflek Edy pun ikut menumpuk tangannya, jadi tangan mereka saling menumpuk dan saling memegang. Akan tetapi mata mereka tidak saling berpadangan. Edy menatap jalan sedangkan Aries menatap Edy. Cukup lama mereka berpegangan. Disisi lain Aries memberikan sinyal kepada Edy "Aku disini untuk mu, kalau ada masalah aku pun siap ada selalu untuk mu. Jangan lepaskan tangan ini."

Genggaman tangan mereka pun lepas karena Edy masih ingin melanjukan makan sekoteng yang belum habis.

"Ada satu hal lagi yang nggak bisa di lupa. Kita sering di halaman belakang rumah mu gelaran tikar diatas rumput lalu kita tiduran menatap bintang," Edy melanjutkan obrolan yang suasananya semakin hangat oleh memori masa lalu yang sayang untuk dilupakan.
"Itu rutin kalau kamu main ke rumah pas malam jika nggak ada PR," Aries menambakah cerita dari Edy.
"Ngapain aja ya waktu itu?" dahi Edy mengernyit sambil mengingat,
"Kayaknya cuma ngobrol-ngobrol aja sih. Ngobrolin tentang masa depan.”
Ingatan Edy kembali terbuka kejadian belasan tahun lalu. Iya waktu mereka menatap bintang sambil bercerita masa depan. Mereka punya harapan yang sama tetapi hanya disimpan dalam hati. Edy berharap Aries terus menjadi sahabatnya dan ingin terus menjagannya. Sedangkan Aries mengharapkan Edy selalu ada disampingnya untuk terus melindunginya.

"Tetapi semua itu berubah, ketika kamu pindah rumah setelah lulus SMA," perkataan Aries mengejutkan Edy.
"Hah!" Edy merasa terhenyak. "Iya.....aku pindah rumah. dan kita seakan terpisah dan tak akan bertemu lagi,"
"Iya. Kita tak pernah bertemu lagi sejak itu sampai sekarang."
"Waktu aku sebelum pindah, aku ke rumahmu. Aku ingin bertemu sama kamu. Tapi kamu katanya sudah berangkat ke Jogja," Edy menjelaskan dengan sungguh-sungguh. Wajahnya serius sekali,
"Jujur. Waktu itu aku masih di rumah. Aku nggak mau kelihatan sedih dihadapan mu. Aku nggak mau menangis di depan mu. Berbulan-bulan aku merasa sendirian apa lagi aku di Jogja sendirian," Nanar tatapan Aries kepada Edy.
"Apa aku nggak merasakan seperti itu? aku kuliah di Bandung. Aku ingin bertemu dengan mu, tetapi waktu itu belum ada HP jadi aku nggak tau harus gimana menghubungi mu," Edy menjelaskan apa adanya, sebenarnya tidak ingin mengecewakan sahabatnya itu.
Mereka berdua kembali terdiam. Tidak ada yang berani mengucapkan kata karena sama-sama menjaga perasaan, takut ucapannya bisa melukai hati dengan intervensi kata-kata yang saling menyudutkan.

"Ed....." panggil Aries pada sahabatnya yang terpaku, wajah kalutnya menyergap kembali pada Edy.
"Ya" Edy membalasnya dengan lemas.
"Maafkan aku ya." Aries berkata dengan lembut. Dirinya merasa bersalah memulai perdebatan ini walau hanya singkat. Sebelum Edy membalas perkataanya, Aries kembali merangkai kata. "Itu masa lalu. Ingatkan masih ada bintang yang memberikan harapan baru?"
"Iya...." Edy masih belum memahami maksud dari Aries.
"Nggak usah inget perpisahan itu lagi, tapi kita ingat pertemuan sekarang dan masa lalu yang indah dan akan ada kenangan indah lagi di masa depan," Aries menghentikan ucapannya untuk menatap Edy, Edy juga menatap Aries. "Aku nggak mau kehilangan kamu lagi Ed."
"Kita akan selalu bersama lagi," Edy bingung harus berkata apa lagi.

Mereka saling menatap dan tersenyum bahagia. Edy menemukan kembali rasa sayang yang sempat hilang dan terpaksa dirinya memungkiri perasaan ini dengan melampiaskannya kepada orang lain dan ternyata itu adalah salah. Bagi Aries ini adalah lembaran hidup baru, menyemangati hari-hari yang kalut dengan kesendirian namun besok sudah ada yang menjaganya lagi. Sekarang tepat di 0 kilometer Kota Jogja, mereka bersama-sama memulai dari 0 membangun entah itu persahabatan atau sesuatu yang lain.

Malam semakin larut, lalu lalang kendaraan di Jalan Malioboro kawasan 0 km sudah sepi hanya beberapa kendaraan yang melintas dengan interval waktu yang cukup lama. Aries segera membayarkan sekotengnya.

"Yuk kita pulang. Kamu nginep aja di kostku nggak jauh koq dari sini. Besok kita bisa jalan-jalan karena aku besok dapat libur,"
"Oke lah, kebetulan aku juga belum dapat tempat nginap." Edy menyanggupi ajakan Aries.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran motor. Dan mereka pulang dengan mengendarai motor dengan boncengan. Bayangan masa lalu menyergap keduanya, mereka serasa naik sepeda bersama, Aries di depan dan Edy di belakangnya. Aries merasa dipeluk dan Edy merasa memeluk untuk mejaga sahabatnya.

TAMAT

makasih udah udah baca, maap barang kali masih berantakan. di tunggu komennya

Comments

  • kenapa kok judulnya titit 0 kilometer?
  • kenapa kok judulnya titit 0 kilometer?
  • maap tadi salah ketik. heheehe. makasih udah bertanya. :D
  • Bagus.
    Masih ada kelanjutannyakah?
  • edited April 2014
    tadi aku baca judulnya titit, ternyata udah dibetulin. tapi aku dah baca di gif. yg kamuflase ditaruh disini juga dong
  • Titik nol.. ah.. tadi lewat sana.. sayangnya sendirian. puftt..
  • Saya kritik ni ya? Buat koreksi ke depannya, oke?
    Pertama, narasi yang gak berimbang dengan dialog. Sah2 aja mau pake narasi panjang, asal penyajian katanya/alur cerita itu gak ngebuat boring ceritanya itu sendiri.
    Kedua, typo. Coba koreksi lagi cerita di atas. Typo berterbangan :)
    ketiga, EYD. Ada lumayan juga di cerita.

    ini bukan bermaksud menggurui, tapi kita sama2 belajar, membetulkan yg salah itu gpp kan?
    Sekali lg saya blg, ini untuk koreksi menulis ke depannya. Itupun kalo kamu mau serius di dunia literasi, kalo gak serius abaikan komen saya ini :)

    PM saya jika mau belajar, mari kita berbagi ilmu :D
  • Btw, saya suka cerpen yg settingannya Jogja. Karena saya juga punya darah Jogja :D
  • @3ll0 : "Gak ada lanjutannya, itu udah tamat. kalo dilanjutin ntar takutnya kebawa cerita novel Pria Terakhir."

    @adinu :"iyah tadi awal posting sallah tulis. coz nulis judulnya sambil merem melek baru bangun naping."

    @ius : "di situ enak juga koq buat menggalau sendirian"

    @fallyandra_07 "thx buat pencerahannya,hehehehehe, jogja emng tempat buat cari inspirasi yang bagus.
  • endingnya kurang gemesin bang hihihi
  • ending yang gemesin gimana nih?hehehehe
  • so sweeeeettttt. sayang ndak ada lanjutannya .
    smangat ya kak, di tunggu crita selanjutny.....
  • so sweeeeettttt. sayang ndak ada lanjutannya .
    smangat ya kak, di tunggu crita selanjutny.....
  • @lucifer5245 makasih ya... udah ada koq cerita lainnya coba aja cari "Gay Rasis"
Sign In or Register to comment.