BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cinta Noey

Hai teman-teman semua.. Masih senang kah dengan cerita-cerita ku? Kali ini aku ingin menceritakan kisah cintaku dengan Noey, dia adalah cinta sejatiku, walau ku tahu itu cinta terlarang.. Penasaran kan? Semoga cerita ku kali ini bisa bermanpaat dan menghibur kalian semua..
Yuk kita mulai ceritanya..

***
Ada yang mengatakan kepadaku bahwa cintu itu amat manis, melebihi manisnya gula ataupun madu. Benarkah itu?
Semoga saja itu benar, karena aku juga ingin mendapatkan manisnya cinta.
Itu karena kini aku juga sedang jatuh cinta.

"Aku ingin ketemu sama kamu Riza, aku udah gak tahan kangen kamu, pokoknya gak ada alasan lagi, kita mesti ketemu oke.." Teriak Noey di corong ponselku, malam ini aku sedang telfonan dengan Noey kekasih baru ku yang ku kenal dari Friendster, sudah sebulan ini aku jadian dengan Noey namun belum sekali pun aku bertemu dengannya, itu di karenakan kota ku dengan kota nya mempunyai jarak yang cukup jauh, aku di Bogor sedangkan Noey berada di kota Cirebon sana, alhasil selama ini kami hanya pacaran lewat ponsel saja, setiap harinya kami hanya kirim-kirim perhatian lewat pesan singkat atau sms, kadang jika pulsa sedang berlebih barulah bisa telfonan melepas kangen.
Selama ini Noey selalu meminta untuk bertemu, dia mengundangku datang ke rumahnya di cirebon atau dia yang akan mendatangiku, tapi selama ini juga aku selalu menolak bertemu dengannya sementara ini, alasannya jika aku yang ke Cirebon aku belum punya waktu luang untuk bepergian jauh dan jika Noey yang mendatangiku, sepertinya aku belum siap kedatangan tamu pacar lelakiku di lingkungan kerja ku atau di rumah orang tuaku, jadi lebih baik aku menunggu waktu yang tepat agar aku bisa menemuinya, tapi sepertinya kali ini dia sudah tak mau mendengar alasanku, Noey keukeuh memaksa ingin ketemu, dia bilang sudah tak kuat menahan rindu padaku.

"Baiklah, hari kamis nanti aku main ke rumah kamu sayang, kamu senang..?" Akhirnya aku menyetujui bertemu dengannya, kebetulan bulan ini aku mendapat liburan panjang, jadi bisa ku gunakan untuk menemuinya.
Noey terdengar senang sekali saat tahu aku akan menemuinya, sepertinya dia sudah tak sabar menunggu kedatanganku, ah sebenarnya aku juga sudah sangat penasaran sama kekasihku yang guanteng itu.
Noey tunggu aku yah..

**
Di waktu yang di janjikan hari kamis akhirnya aku pamit kepada orang tua ku ingin main ke rumah teman, aku minta antar teman mainku di kampung ke Terminal kota Bogor, dari Terminal aku menumpang Bis jurusan Cirebon.

Menghabiskan waktu hampir 6 jam perjalanan dari kota Bogor menuju Cirebon, akhirnya aku tiba di Terminal Cirebon, sudah hampir magrib saat kaki ku menginjak tanah terminal kota udang itu.
Ku sms Noey untuk memberitahukan ketibaan ku, dan dia segera menelfonku memintaku untuk menunggu karena dia masih di perjalanan menuju terminal, dia memang sudah janji akan menjemputku di terminal kota, sembari menunggu ku putuskan untuk pergi ke toilet sekedar cuci muka karena sepertinya wajahku terasa kumal dan lengket sekali.

Keluar dari toilet umum ponselku berdering, ternyata panggilan dari Noey, segera ku angkat

"Dimana Za?" Tanyanya

"Di toilet umum, cuci muka saja.." Jawabku

"Aku di Counter lagi beli pulsa, kamu kesini saja yah deket kok dari toilet tinggal nyebrang, ohya aku isiin juga no kamu yah.."

"Oke, makasih ya.."

Mataku mencari-cari ke arah sebrang, dan ku temukan counter yang di maksud Noey, ku lihat juga seorang laki-laki tinggi berdiri di depan counter dengan posisi membelakangiku dan dia juga tampak sedang menelfon, aku yakin itu pasti Noey, segera aku melangkah menuju counter itu.

"Noey.." Panggilku saat sudah berada di dekatnya, laki-laki itu menoleh, rupanya benar dia Noey yang ku maksud, aku tak lupa wajahnya karena ada beberapa yang ku simpan di Galery ponselku kiriman darinya beberapa waktu lalu, melihatku Noey segera tersenyum, sepertinya dia juga mengenaliku.

"Sudah ke toiletnya?" Tanyanya ceria, aku hanya mengangguk.
Aku agak takjub melihat Noey, perawakan dia tinggi banget, aku saja cuma setinggi bahunya, dan dia juga ternyata lebih manis jika di lihat langsung, oh aku jadi sedikit minder berhadapan langsung sama dia.

"Yasudah, kita langsung ke rumah saja yuk, sudah gelap soalnya.." Ajaknya lagi, hari memang sudah gelap karena sudah hampir isya sekarang, tanpa banyak kata aku pun hanya mengangguk, rasanya aku juga sudah ingin istirahat dari penatku sisa 3 jam di perjalanan tadi, akhirnya dengan menumpang Elf dari terminal kami menuju rumah Noey.

"Kamu tidak menyesal ketemu aku?" Tanyaku saat masih di Elf, rasa percaya diriku masih belum sempurna di karenakan melihat pisik dia.

"Kenapa harus nyesel?" Dia malah balik bertanya, aku mengatur nafas, ku palingkan mata ke luar kaca namun kegelapan yang ku lihat.

"Karena mungkin aku tak seperti yang kau bayangkan, kamu tahu? Aku minder sekali saat ini.." Lirihku sejujurnya.
Mendengar itu Noey hanya tersenyum padaku, tiba-tiba dengan sembunyi-sembunyi dia meremas jemariku erat.

"Aku tak suka kamu bicara kayak gitu, kita semua gak ada yang sempurna, karena kita tahu siapa Yang Maha Sempurna. aku menerima kamu apa adanya dan begitu pula ku harap kamu mau menerima ku apa adanya, aku senang ketemu kamu, aku bahagia bukan menyesal karena sejak awal kamu pilihanku.." Bisiknya dengan sorot ketulusan di matanya, aku menjadi terharu dan bahagia mendengarnya, ku balas genggamannya lebih erat, mataku berbinar menatapnya, andai bukan di kendaraan umum sudah ku peluk dan ku cium dia habis-habisan.

"Eh lihat, itu tempat ku bekerja, suatu hari akan ku ajak kamu main kesana.." Seru Noey sambil menunjuk sebuah bangunan cukup besar dengan tulisan Klinik di depannya, saat itu Elf sedang melintas di jalan Palimanan, Noey memang bekerja sebagai perawat di sebuah Klinik yang cukup besar di kota Palimanan Cirebon.

Tak berapa lama Noey meminta menghentikan laju Elf pada kondektur, dan kami pun turun entah di mana, suasana sangat gelap karena tidak adanya lampu di jalanan itu, yang ku tahu sepertinya kami berdiri di bawah Gapura masuk sebuah pasar.
Noey bilang rumahnya masih cukup jauh jadi harus naik kendaraan lagi, tapi malam sudah tidak ada angkot jadi kami pun naik becak yang masih ada mangkal di Gapura itu.
Rasanya senang sekali duduk berdempetan dengan kekasihku di dalam becak dengan tangan saling menggenggam erat, dadaku berdebar-debar peuh rona bahagia, apalagi saat tiba-tiba melewati jalan yang gelap Noey mencuri kesempatan dengan menciumku sekilas, jika siang wajahku pasti merona karena malu tapi senang, ah cowok ini nakal juga ternyata, sepanjang jalan kami ngobrol dengan riangnya.

***
Setengah jam kemudian kami tiba di kampungnya Noey, kami berjalan kaki menuju rumah Noey, karena rumah Noey berada agak ke dalam kampung, kami berjalan menyusuri jalanan gank dengan rumah-rumah di dua sisi gank yang cukup padat, karena sudah malam keadaan di sana tampak senyap namun terasa damai dan hangat.

Saat itu sudah pukul 8 malam saat tiba di rumahnya, rumah Noey sangat sederhana, tidak begitu besar namun tidak kecil juga, namun rumahnya terkesan apik dan cantik tertata rapi.
Aku segera di kenalkan kepada kedua orang tuanya yang sudah cukup sepuh, ada juga dua adik Noey yang sedang asyik nonton televisi, adik Noey yang cewek sangat cantik wajahnya memiliki banyak kemiripan dengan Noey, begitu juga adik laki-lakinya yang masih sekolah dasar, mirip dengan Noey.
Mereka semua keluarga yang ramah dan hangat, rasanya aku langsung betah walaupun baru sekali ini datang ke rumahnya.

Malam ini tak ada yang banyak kami lakukan, aku dan Noey hanya berbaring berdua di ranjang mengobrol segala hal, banyak yang kami bicarakan, sesekali kami berciuman untuk melepas kangen namun kami tidak melakukan hal yang lebih dari itu, setelah itu aku lelap tertidur di dalam pelukannya karena aku benar-benar lelah dan penat. Itu malam yang sangat menyenangkan bagi kami.

***
Esok paginya pulang joging aku di ajak jalan-jalan keliling pasar oleh Noey, kami jajan tahu gejrot sama Sega Lengko di pasar lalu berbelanja buah saat pulangnya setelah itu kami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tepatnya di kamar saja seharian itu, kebetulan Noey hari itu libur bekerja, kami habiskan waktu dengan berpacaran dan berbagi kemesraan agar kami merasa lebih akrab dan dekat, namun tentu saja kami tidak melakukan hal-hal aneh apalagi making love siang-siang, lagi pula perasaan kami bukan di dasarkan nafsu jadi tidak memfokuskan pada hal sex semata, aku tahu Noey belum pernah melakukannya dan aku tak ingin memaksanya jika dia belum siap jadi kami bercinta sebatas berpelukan dan berciuman saja, kadang aku begitu nyaman tidur di pangkuannya selagi kami bercengkrama.

Selepas ashar Noey minta ijin ke luar rumah, katanya dia mau membeli sesuatu ke Alfa mart di depan jalan, aku memilih tinggal di kamar saat dia mengajakku.
Beberapa menit Noey meninggalkan rumah, pintu kamar di ketuk seseorang, aku segera membuka pintu ternyata adik Noey yang gadis yang berada di balik pintu, aku menatapnya penuh tanya.

"Si Aa nya ada?" Tanyanya padaku, rupanya dia mencari Noey kakaknya.

"Tadi katanya mau ke depan ke Alfa mart.." Jawabku sejujurnya

"Oh gitu, maaf A udah ganggu.." Dia tersenyum ramah, manis sekali semanis senyumnya Noey, aku balas dia tersenyum.

"Gak ganggu kok.." Jawabku pelan

"Ohya A, boleh aku bicara sesuatu, tapi Aa jangan marah ya dan jangan bilang ke A Nuy juga.." Katanya tiba-tiba, aku bertaut alis heran

"Apa itu?" Tanyaku padanya

"Aku ngerti soal hubungan kalian, aku udah tahu semua koq, aku hanya ingin meminta sama A Riza jangan permainkan A Nuy, dia orang baik jadi De juga berharap A Nuy mendapat orang yang baik, Jujur De sebenarnya kecewa dengan keadaan A Nuy tapi berusaha mengerti karena De ingin A Nuy bahagia.." Gadis itu memberi jeda ucapannya menunggu responku, namun aku hanya mampu terpana tak tahu harus bicara apa, aku kaget dan benar-benar shock, tak menyangka adiknya Noey akan bicara soal itu.

"Sebelum ini A Nuy gak pernah bawa seorang teman pun ke rumah, jadi jika A Riza yang di undang ke sini itu berarti A Riza sangat spesial buat A Nuy, semoga A Riza bisa membahagiakan dia.." De malanjutkan ucapannya, dia menatapku dengan sorot menuntut namun penuh harap juga, seorang adik sedang meminta kebahagiaan kakaknya kepadaku, aku benar-benar tidak bisa berpikir lagi karena terlalu kaget, namun sepertinya gadis itu menunggu jawabanku.

"Tentu.. Aa akan coba sebaik mungkin.." Jawabku tergagap, aku masih tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini, tidak menyangka adik Noey mengetahui keadaan ku dan Noey, bahkan sepertinya sekarang aku sedang di ultimatum untuk tidak menyia-nyiakan kakaknya, buat aku itu sih bukan masalah, toh aku sayang sama Noey dan itu tulus jadi tidak mungkin aku menyakiti dia.
Gadis itu kembali tersenyum kala mendengar jawabanku, dia menghela nafas lega.

"Makasih sebelumnya A, please jangan bilang A Nuy ya karena dia belum tahu jika De udah tahu tentang dia, De gak mau membuat dia malu dan sedih.." Katanya lagi sambil menangkup dua tangan di dadanya, aku tersenyum dan mengangguk mantap padanya.

"Yaudah De ke belakang dulu ya, mau shalat ashar dulu.." Pamitnya lalu segera berbalik dan pergi menuju arah dapur, aku yang masih sedikit kaget segera menutup pintu kamar dan terbengong-bengong duduk di kasur, benar-benar mengejutkan yang ku alami, ku pikir dia akan mengusirku atau menyuruh aku memutuskan Noey saat tadi bilang sudah tahu segalanya.
Dalam hati aku jadi kagum kepada adiknya Noey itu, demi kasih sayang kepada kakaknya dia mampu menerima perbedaan sang kakak, ia mampu menyembunyikan kekecewaannya karena kakaknya tidak menjadi lelaki yang seharusnya, dia tidak menjauhi Noey, apalagi benci dan jijik, justru dia mendukung Noey dengan ikhlas De menerima itu karena ingin sang kakak bahagia.

Hingga Noey datang aku masih terbengong dan menjadi pendiam, membuat Noey heran dengan tingkahku.

"Kamu kenapa yank.." Tanyanya berbisik, di peluknya tubuhku dari belakang, bertubi-tubi dia menciumi rambut dan bahuku

"Tidak apa-apa kok, masih sedikit puyeng saja.." Jawabku memberi alasan, ku coba tersenyum padanya

"Tidurin saja atuh, yuk biar aku kelonin.." Ucapnya bersemangat, aku mencibir padanya

"Maunya kamu itu mah.." Cetusku meledeknya, aku meronta berusaha lepas darinya tapi Noey memeluk dengan erat, tiba-tiba dia menggulingkan dirinya di kasur hingga aku pun ikut terguling, aku kini meringkuk di dalam pelukannya, akhirnya aku hanya bisa membalas pelukannya lebih erat, bahagia rasanya di saat-saat seperti ini, dadaku bergejolak, perasaan nyaman itu mengaliri ke seluruh syarap-syarap di tubuhku.

"Aku janji De aku akan bahagiakan kakakmu karena aku sayang dia.." Bisikku dalam hati yang ku tujukan kepada adiknya Noey yang baik hati itu.

***
Sejak pukul sembilan malam aku sudah tertidur dalam hangat pelukan Noey, entah kenapa di rumahnya kekasihku ini bawaannya aku ngantuk melulu, rumah Noey sangat adem dan tenang jadi enak banget buat istirahat.
Namun pada tengah malam aku harus terbangun karena seseorang menciumi ku dengan lembut, bahkan aku merasa ada tangan yang meraba-raba tubuhku, aku memang agak sensitif jadi sepelan apapun yang menyentuh tubuhku saat sedang tidur aku akan terbangun, saat mataku terbuka ternyata Noey yang ku lihat, aku segera tersenyum padanya dan segera memeluk dia, menyembunyikan wajahku di dadanya.

"Kok belum tidur yank?" Bisikku manja padanya

"Aku gak mau tidur, besok kamu udah mau pulang aku ingin menghabiskan waktu dengan melihatmu, memenuhi memori di kepalaku dengan sosok orang yang ku cintai.." Jawabnya pelan, dia tampak agak murung, sepertinya dia masih betah bersamaku, sebenarnya aku juga masih ingin terus bersamanuya tapi rasanya tidak mungkin aku terus di sini, Noey kan harus kerja dan aku juga malu pada keluarganya, kalau kelamaan di sini ntar di kira aku tamu gak tahu diri coz gak mau pulang-pulang.

"Suatu hari kita pasti akan bertemu lagi sayang, aku akan mencari waktu untuk kita bisa bersama.." Ucapku menghiburnya, namun dia masih saja tetap diam, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, ku kecup bibirnya dan melumatnya, Noey membalas lumatanku sedikit liar

"Aku ingin melakukannya Za.." Tiba-tiba dia berkata padaku, matanya menatapku syahdu, alisku kembali bertaut tak mengerti.

"Melakukan apa?" Tanyaku

"Aku ingin menyerahkan semuanya padamu, sejak kita jadian hati dan cintaku sudah menjadi milikmu dan malam ini aku serahkan juga tubuhku untukmu, hanya padamu karena kamu cowok pertama yang aku percaya, kau akan jadi orang yang pertama bagiku.."

"Kamu yakin? Aku percaya kamu belum pernah melakukannya dan aku tak ingin memaksamu jika kamu belum siap.." Kataku

"Aku yakin sekali Za, besok kau akan pergi dan aku tidak tahu entah kapan lagi kita akan bertemu, atau mungkin bisa saja Tuhan menakdirkan kita tak bertemu lagi, jadi kesempatan ini waktu yang tepat, aku hanya ingin kamu, laki-laki pertama dan terakhir menyentuhku.."

"Aku tidak suka kamu bicara begitu, kenapa kamu seakan tak yakin dengan hubungan kita, percayalah aku mencintaimu lebih dari yang kamu pikir walau kita baru ketemu sekarang ini, hubungan kita akan baik-baik saja dan kita pasti akan bertemu lagi.."

"Justru karena aku percaya pada cintamu maka aku ingin melakukannya denganmu, aku ikhlas bukan semata nafsu, ini bukti cintaku padamu.."

"Baiklah jika itu mau mu, aku bahagia dan aku terharu sekali sayang.." Kembali ku lumat bibirnya, lidah kami menyatu saling melumat, dalam sekejap kami sudah sama-sama tak berpakaian, aku sangat yakin ini yang pertama kali buat Noey jadi aku memperlakukannya dengan sangat hati-hati dan penuh kelembutan, aku ingin membuat dia senyaman mungkin, yang pertama kali harus sangat berkesan baginya.
Dan di malam yang senyap ini semua itu pun terjadi, tubuh kami menyatu dalam alunan cinta, di basahi peluh-peluh kasih sayang, sesekali erangan asmara mengalun bagai nada penuh kesyahduan.
Noey sempat meneteskan air mata saat sesuatu milikku pertama kali memasuki bagian dari tubuh bawahnya, aku tahu dia sedikit kesakitan dan aku tak ingin membuat dirinya tersakiti, aku ingin menghentikannya namun Noey tetap memintaku melanjutkannya, dia ingin menuntaskannya dan dia ikhlas walau sesakit apapun itu, aku begitu terharu, ku peluk dia dan ku ciumi keningnya bertubi-tubi, air mataku ikut menetes di ujung mata.
Aku semakin mencintainya.

***
Pagi sekali aku terbangun, di sampingku Noey masih terlelap, kami semalaman tidak tidur, setelah bulan madu yang sangat berkesan itu kami memilih mengobrol sambil bermanja-manjaan hingga tak sadar ketiduran pada dini hari, bahkan kami tidak sempat berpakaian hingga tidur dalam keadaan tak sehelai benang pun di tubuh.
Tubuh kami menyatu dalam kepolosan yang terasa menghangatkan hingga ke jiwa kami.

Ku kecup kening Noey perlahan, aku tak tega membangunkannya, ku tarik selimut yang hanya menutupi pinggang kami ke bawah, menyelimuti tubuh atas Noey agar dia merasakan kehangatan di pagi yang dingin ini, sedang aku beranjak dari ranjang dan segera menyambar handuk yang tergantung di kapstock, aku ingin segera mandi.



Saat kembali dari kamar mandi rupanya Noey sudah bangun, segera ku tubruk dia di ranjang dan ku ciumi bertubi-tubi, Noey hanya tertawa-tawa saja dan membalas menciumku lebih liar dariku, tangannya yang kuat merengkuhku ke dalam pelukannya.
Aku selalu merasa begitu nyaman saat bermanja padanya, apalagi saat berada di dekapannya yang kokoh.

"Kamu tahu, semalam kamu hebat banget.." Bisik ku menggodanya, wajah Noey seketika merona

"Jangan bahas itu, aku malu tahu.." Jengahnya

"Kenapa harus malu, kita melakukannya kan karena cinta.." Tambahku makin angot

"Udah ah aku mau mandi.." Wajah Noey semakin merona, dia lalu mendorong tubuhku dan segera menyambar handuk yang masih melilit di pinggangku hingga aku kembali telanjang bulat, tanpa malu sengaja ku pamerkan saja tubuhku padanya untuk menggoda dia, apalagi milikku itu tanpa di minta udah berdiri saja.

"Hey kamu memancingku yah, ingin mengulangnya lagi pagi ini sayang.." Ucapku sambil memainkan dua alisku padanya

"Ogah.. Masih sakit tahu.." Teriaknya sambil terbirit ke luar kamar, untung saja di rumahnya sudah tak ada siapapun, orang tua Noey saat subuh sudah ke pasar untuk membuka kios milik mereka, sedang dua adik Noey pergi ke sekolah, jadi tidak akan ada yang mendengar atau melihat candaan kami.
Sepeninggal dia aku segera berpakaian dan berkemas karena pagi ini rencananya aku akan pulang ke Tasikmalaya.



***
Wajah Noey tampak mendung saat mengantarku ke terminal, sepanjang di perjalanan saat di Elf dia jadi pendiam dan murung, aku jadi tak enak hati melihatnya seperti itu, Noey sebenarnya memintaku untuk menginap semalam lagi tapi aku menolaknya karena aku benar-benar sungkan pada keluarganya, walau sebenarnya mereka semua sangat baik padaku.

"Aku tak ingin saat ku pergi melihat kekasihku murung begini, aku ingin melihat Noey ku yang ceria karena dia terlihat manis jika sedang ceria begitu.." Bisikku di telinganya, ku genggam erat jemarinya.

"Aku merasa ini terakhir kali bisa melihatmu, aku takut sekali jarak memisahkan cinta kita.."

"Percayalah pada cinta kita, aku janji padamu hati ini hanya milikmu.."

"Semoga saja.." Agak di paksakan Noey tersenyum padaku, lalu dia mengambil sesuatu dari dalam tas nya, ternyata dua ponsel baru, aku jadi heran untuk apa dia beli ponsel sebanyak itu.

"Aku udah beli dua ponsel dan sudah ku aktifkan dengan kartu baru kita, memang sih cuma ponsel murah tapi aku ingin kamu memiliki salah satunya, ini akan menjadi ponsel pribadi kita sayang, di ponsel itu hanya ada kamu dan aku saja.." Ucapnya sambil menyerahkan satu ponsel padaku, aku terbengong tak menyangka dia hingga melakukan itu, tak segera ku terima ponsel itu.

"Kenapa kamu harus boros seperti ini..?" Tanyaku menyesalkan tingkah borosnya itu

"Ini ku beli dengan uang tabunganku, aku mohon kamu mau menerimanya jika memang kamu mencintaiku.." Mohonnya padaku, aku pun jadi tak tega dan segera menerima ponsel darinya.

"Baiklah akan ku jaga amanat ini, cinta kita ini, percayalah padaku yah.. Kita akan bertemu lagi secepat mungkin.." Ucapku meyakinkannya

"Sebaiknya aku berangkat sekarang yah, bis nya sudah mau jalan, jaga diri kamu baik-baik Noey, seperti kau menjaga cinta kita.." Pamitku saat ku dengar teriakan kondektur yang memberitahukan jika Bis dengan tujuan Bogor akan segera berangkat, di temani tatapan sendu Noey aku pun segera naik ke dalam bis, Noey melambai ke arahku seiring bis berjalan, aku tahu dia menangisi perpisahan sementara ini.

Aku janji akan segera menemuimu lagi kekasihku, karena aku sangat mencintaimu, ikrarku dalam hati.
Bis melaju dengan kencangnya meninggalkan kota Cirebon, meninggalkan kenangan indah yang takan pernah mati, meninggalkan cinta sejatiku di sana, cinta yang juga akan tetap menanti ku dengan kesetiaannya.

***
Bis sudah membawaku setengah perjalanan, rasa kantuk mulai menyerangku, semalaman tidak tidur membuat kepalaku berat dan mataku begitu mengantuk, ku rapatkan jaketku dan mencari posisi nyaman di jok bis, lebih baik aku tidur barang sejenak, siapa tahu di mimpi aku bertemu dengan Noey kekasihku.
Namun baru saja mataku akan terpejam ponsel ku berdering, ponsel pemberian dari Noey, jadi sudah pasti yang menelfon adalah kekasihku, pasti dia juga sedang teringat padaku, baru sebentar saja di tinggal sudah kangen saja.

"Ya sayangku.." Sapaku saat ku jawab panggilannya

"Ini A Riza kan?" Namun aku terkejut saat yang menjawab di sebrang sana seorang cewek, dan aku tahu itu adiknya Noey, kok bisa sih ponsel cinta kami di pegang dia, dan kenapa De yang menelfonku bukan Noey

"Iya.. Ini De yah, ada apa De?" Tanyaku tergagap, entah kenapa hatiku tiba-tiba merasa tak enak

"A Nuy.. A Nuy.." Suara De kini di barengi isak tangis, dan menyebut-nyebut nama Noey terpatah-patah, aku jadi semakin tak enak perasaanku, oh Tuhan semoga tak terjadi apa-apa.

"Ada apa dengan Noey De?" Bentakku panik

"A Nuy kecelakaan sepulang dari terminal, dan dia kini di rumah sakit.." Jerit De histeris di sebrang sana, terdengar dia menangis tersedu-sedu lalu sambungan telfon mati, aku yang mendengarnya seketika shock setengah mati, perasaan takut menyergap hatiku, aku benar-benar takut kehilangan Noey, aku sudah sangat menyayangi pemuda manis itu.

Sontak dengan histeris aku berteriak-teriak kepada sopir bis untuk menghentikan laju bis, membuat semua orang kaget dan menatapku aneh, aku tidak peduli, aku panik dan aku ketakutan setengah mati, bis berhenti dan aku meloncat keluar, berlari ke sebrang jalan, menunggu dengan cemas di pinggir jalan, pikiranku saat itu tercurah hanya pada Noey seorang, Noey yang sekarang mungkin sedang kesakitan di rumah sakit, aku benar-benar mengkhawatirkannya, kenapa kecelakaan itu harus menimpanya.
Untung saja tidak terlalu lama bis menuju Cirebon datang, aku segera mencegatnya.
Aku putuskan kembali ke Cirebon.

***
Tiba di terminal Cirebon aku berlari mencari-cari angkutan umum yang menuju rumah sakit umum Cirebon, jadi ku putuskan mencegat Taxi agar lebih cepat, namun saat aku berjalan ke luar dari Terminal menuju jalan raya tiba-tiba seseorang memanggil namaku, suara yang sangat aku kenal, aku segera menoleh, dan. Noey sedang berdiri di dekat sebuah warung, tersenyum ke arahku, sejenak aku bingung namun tiba-tiba kemarahanku menggelegak di dada, tega-tega nya Noey mempermainkan aku.
Dengan langkah kasar aku segera menghampirinya, wajahku menatapnya ganas.

"Ada apa dengan semua ini? Teganya kamu mempermainkan aku Noey?" Bentak ku garang, aku benar-benar tidak suka dengan kelakuannya kali ini, menjahili orang seenaknya apalagi mengatas namakan kecelakaan dirinya, apa dia tidak tahu aku cemas hingga seperti aku yang mau mati.

"Kau marah? Aku minta maaf.." Ucapnya murung, melihatku begitu marah sepertinya Noey menjadi ketakutan, aku jadi sedikit tak tega melihatnya, aku tahu dia melakukan ini karena masih tak ingin bersama denganku

"Tentu saja aku marah, kau sudah bercanda terlalu berlebihan, kau tahu aku tadi sangat cemas dan ketakutan memikirkan keadaanmu, kau boleh bercanda tentang hal lain tapi jangan hal buruk tentangmu, aku tak suka.. Mendengar kau di ujung maut aku bahkan serasa mau ikut mati karena takut kehilanganmu.." Ujarku sedikit lebih halus, ku tatap matanya tajam menegaskan jika aku serius dengan perkataanku, Noey semakin menunduk.

"Aku salah aku minta maaf, aku tidak menyangka kau akan sepanik dan semarah itu.." Bisiknya penuh sesal

"Ya sudahlah.. Jadi untuk apa semua ini?"

"Sebenarnya tadi saat pulang aku menelfon saudaraku di Bogor meminta pekerjaan dan ternyata ada, jadi aku putuskan resign dari klinik dan akan bekerja di Bogor agar bisa dekat denganmu, lalu aku meminta bantuan De untuk mengerjaimu kebetulan dia sudah pulang sekolah tadi, aku juga sudah pamit sama orang tua dan mereka mengijinkan karena aku bekerja dengan saudaraku di sana, jadi setelah berkemas aku segera berangkat kesini menunggumu.. Maafkan aku yah.." Mendengar penjelasannya aku begitu takjub dan terharu, sebegitu besarkah cinta Noey padaku hingga dia berani memutuskan hal sebesar itu dalam hidupnya demi aku, keluar dari pekerjaannya yang bagus dan memilih pindah ke Bogor hanya agar dekat dengan aku, dia telah berkorban banyak, bahkan hingga rela meninggalkan orang tua dan keluarganya.
Kemarahanku seketika sirna, berganti haru biru hingga mataku berkaca-kaca, andai bukan di tempat umum rasanya ingin aku memeluknya.

"Kenapa kau lakukan semua itu, kau tak harus berkorban sebesar ini Noey.." Ucapku lirih

"Karena aku menyayangimu, dan aku ingin bersama orang yang ku sayangi.." Jawabnya, rasanya aku semakin mencintainya saja, terima kasih Tuhan karena aku kini menemukan orang yang tepat untuk ku cintai dan mencintaiku.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang, kita songsong kebahagiaan kita, aku janji mulai sekarang kita tidak akan terpisahkan lagi.." Ucapku penuh semangat, ku gamit tangannya dan kami segera berlari mengejar Bis yang kebetulan menjadi tujuan kami keluar dari terminal Cirebon siap berangkat.

Benar kata orang, cinta itu memang manis.

***
The End
«134

Comments

Sign In or Register to comment.