Ini adalah hari kedua dibulan september...
Pagi kedua september ini terasa lebih membekukan dari yang lalu. Bahkan Mama menyiapkan sarapan lebih dini dari biasanya,...
"Dev, makan dulu!" seru Ibu dari arah dapur.
"Iya, Bu!" jawabku dengan seruan. "Tapi nanti ya, kalo Devan udah selesai jogging! Dadah Ibu!" sambungku kemudian yang langsung saja berlari meninggalkan teras rumahku.
"Devan! Sarapan dulu!" Ibu berteriak keras tapi tetap tak aku gubris.
Ini kan kegiatanku setiap pagi, no jogging, no cuci mata dong. Siapa tau nanti aku dapet nemu cowok cakep super keren ditaman.
Macam Kak Rudi... Sepupu cowokku itu selalu berhasil membuat jantungku berdebar tak karuan.
Mataku pun terpejam, masih sambil berlari pelan sembari mengkhayalkan sosok Kak Rudi dalam mindaku. Lalu,...
Ckitt! Brakk!!
***
Punggungku seakan remuk. Kaki dan perutku pun dilanda rasa ngilu yang tak tertahan.
Apa yang terjadi padaku? Seingatku, biasanya setelah main gulat-gulatan saja tubuhku terasa seperti ini, tapi,...
Ya Ampun...
Aku langsung membuka kedua mataku, menggeliat liar yang menciptakan lebih rasa ngilu pada seluruh tubuhku.
"Aduh,... Sakit. Perih." aku meringis seraya mengusap perutku. "Laper..."
Menyesal jadinya karena tadi gak nurutin Mama dulu buat sarapan. Tapi ngomong.... Aku tadi ketabrak ya?
"Kamu udah sadar?"
Suara siapa itu?
Aku menoleh kekanan dan kiri, tak ada siapa-siapa dan apa-apa melainkan tembok bercat hitam yang sudah mulai mengelupas.
"Aku didepanku,..." dan aku pun mengangkat kepalaku biar bisa menatap kedepan. Disana berdiri satu orang cowok pendek, putih, bersih, dan berkilau.
Mandinya pakai Rinso kali ya... Atau Baeklin?
Hanya warna rambut dan alisnya saja yang tak seputih bersih bagian tubuhnya yang lain. Baju, celana dan sepatunya saja putih. Seperti malaikat...
Malaikat?!
"Ja-jangan-jangan...."
Kemudian cowok pendek Malaikat itu berjalan mendekatiku...
"Jangan cabut nyawaku! Aku mohon! Setidaknya kalaupun mau, izinkan aku sarapan dan sungkem dulu sama Ibu!" teriakku memohon sambil mengatupkan kedua telapak tanganku buatnya.
"Jangan gila! Kamu kira aku malaikat pencabut nyawa apa?" ujarnya ketus.
"Eh?" aku pun membuka kedua mataku. "Jadi bukan ya?"
Tapi cowok didepanku ini cuma mengernyit, setelah itu menggeleng.
"Tadi kamu itu ketabrak Ojek yang lagi aku tumpangi pas aku mau kepasar buat belanja, karena gak tau rumahmu dan hari masih sepi, aku bawa kamu kesini. Ini rumahku,..." tuturnya menjelaskan.
"Oh." cuma itu yang bisa aku ucapkan sebagai komentar.
"Terus? Makanannya mana?" tanyaku memelas. Dan wajah bersihnya berubah garang seketika.
"Kamu kira aku apa, hah?!" teriaknya yang sukses membuat aku hampir terjungkal dari atas kasur ini.
---
Aku memakan hidangan yang ternyata memang sudah disiapkan oleh si Malaikat ini untukku. Walaupun diawal tadi dia marah, tapi nyatanya dia amat perhatian padaku. Apakah dia jatuh cinta padaku ya?
"Ngapain kamu tadi lari sambil merem?!"
"Ohok!! Uhk! Uhuk!"
Aku langsung tersedak mendengar pertanyaan itu darinya. Tidak tau apa orang lagi nikmat-nikmatnya makan, menghancurkan nafsuku saja.
Aku meminum air dingin yang sudah tersedia diatas meja dengan sekali teguk habis. Menarik nafas satu kali lalu menatapnya tajam.
"Apa?" tanyanya membalas tak kalah tajam padaku.
"Jangan kepo deh." kataku yang melanjutkan lagi makanku kemudian.
"Badanmu udah gak sakit lagi?" tanyanya. Aku menggeleng, bohong padanya.
Meskipun enak berada disini, merepotkan orang lain itu bukanlah hobiku. Kecuali bila terpaksa,...
"Tenang saja. Setelah ini aku pasti akan langsung pergi dari rumahmu,..." ujarku buatnya.
"Baguslah." komentarnya datar.
Ya ampun, nampak sekali ketidak-ikhlasannya. Sebaiknya aku memang harus segera pergi darisini...
---
"Makasih buat makanan dan perawatannya," ucapku padanya yang cuma dia balas dengan anggukan.
"Lain kali jangan lari sambil merem lagi." katanya yang cuma membuat aku misuh-misuh.
"Suka-suka. Mau aku lari sambil terbang pun, emang masalah?"
"Masalah... Karena kamu bisa aja ngebahayain nyawa kamu dan juga nyawa orang lain."
"Ciyus? Miapah?" dia keliatan jengah dengan responku.
"Pergi sana, dan jangan pernah balik lagi kesini!" setelah berkata begitu, dia langsung membanting daun pintu rumah yang ia tutup tepat didepan mataku.
Kurang ajar sekali dia...
Aku berjalan dengan agak tertatih-tatih, berada diman ini pun aku bahkan tidak tau. Ck, merepotkan sekali sih ya...
Lain kali sebaiknya, aku memang tidak lagi coba-coba mengkhayal kepagian apalagi sambil lari. Jadi kualat....
Kemudian aku melihat kerumunan, sepertinya ada yang baru saja kecelakaan juga sepertiku. Tapi siapa ya?
Aku pun berjalan pelan mendekati kerumunan itu, meneroboskan diri dari resiko akan terhimpit-himpit orang disini. Hingga akhirnya aku sampai didepan, dan ikut menyaksikan apa yang tengah orang kerumuni sedari tadi...
Ya Tuhan... Dia,...
"Ma-malaikat?"
Comments
Lanjutkan de..hehe
I-ini?
Ckitt!! Brakk!!
"Aww!"
Bruggh!
"Kamu gak apa-apa 'kan?"
Ya Tuhan....
Tanpa menghiraukan rasa sakit yang melanda kakiku, aku segera berlari. Tak ada lagi tempat tujuanku selain rumah si Malaikat barusan. Tapi,...
Ckitt!! Brakk!!
Rasanya ada seseorang yang mendorong tubuhku entah darimana, membuat aku tersungkur diatas rerumputan ditepi jalanan sempit ini. Dan secara cepat, satu buah kendaraan bermotor melaju melewatiku.
"Aww!" rasanya lututku sakit.
Apa yang terjadi?
Bruggh!
Kemudian tubuh seseorang jatuh tergeletak secara tiba-tiba dihadapanku sesaat setelah aku berdiri...
"Kamu gak apa-apa 'kan?"
Dan disinilah kesadaranku mulai tertarik kembali...
"Ka-kamu,..." sebutku dengan bibir bergetar.
Baju, celana hingga sepatu putih yang dipakainya robek, kotor dan berwarna kemerah-merahan. Wajah bersih dan manisnya tergores dan mengelupas, mata beningnya menitikkan airmata sembari menatap kearahku,...
"Pe-pergilah,... Kalo gak, nanti orang-orang akan salah paham." ujurnya dengan nafas tersenggal.
Aku gemetaran ditempatku berdiri saat ini, hanya dapat menatap tubuhnya yang terbujur kaku tak berdaya. Aku tak tau, apa yang harus aku lakukan?
"Pergilah,...." desisnya yang setelah itu mengatupkan kedua kelopak matanya.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, berjalan mundur dan lalu segera berlari darisini.
Aku bodoh.
Aku ceoboh.
Kenapa ini semua bisa terjadi?
Tanpa menghiraukan dan memikirkan apapun, aku terus berlari kuat-kuat. Seakan tak ada beban dan sakit yang bersisa ditubuhku, aku lari kemana saja arah yang terlintas dihadapanku...
Ini hari sialku! Tapi kenapa begini? Aku tak mengharapkan ini sama sekali...
Tint!
Jangan lagi...
Ckitt!!
Bruggh!!
"Aww!"
Itu bukan suaraku!
"Heh, kalo mau nyebrang liat-liat, jangan asal nyelonong!" dan setelah mendapati kalimat itu, suara kendaraan bermotor terdengar menjauh dari tempatku.
"Kamu gak apa-apa 'kan?"
Rasanya tubuhku membatu seketika. Kesadaranku, untuk kesekian kalinya kembali tertarik... Aku menggerakan tubuhku, tak sadar jika aku sedang menindih tubuh seseorang lain...
Ya Tuhan... Apa maksud semua ini?
"Kamu gak apa-apa?" tanyanya sekali lagi. Dan bibirku bergetar, bersamaan dengan merembesnya airmataku.
Entah dorongan darimana, segera saja aku memeluk sosok bersih dan putih dihadapanku ini. Aku terisak dan berulang kali berucap...
"Aku minta maaf... Maaf!"
"Tapi kamu kenapa? Kamu gak apa-apa 'kan?" tanyanya lagi. Aku menggeleng.
"Aku tidak apa-apa. Terima kasih." jawabku.
Dan dia tak bersuara lagi, cuma bisa diam sambil menepuk-nepuk pundakku perlahan, seakan coba menenangkanku,...
***
Hari keduaku dibulan september bukanlah hari sialku, hari kecelakaanku apalagi hari kematian orang yang menyelamatkanku... Melainkan hari dimana takdirku diputar lagi dan lagi untuk memberikanku kesempatan menjadi orang yang lebih baik.
Untuk bisa bertemu dengannya, satu sosok yang berulang kali muncul dan hadir dalam ingatan abstarakku.
Ini keajaiban, ataukah keberuntungan... Aku tak terlalu memikirkannya. Yang aku tau sekarang, Tuhan menyelamatkan takdir kami.
Aku dan Malaikatku, Reon.
"Ngarang deh!" komentar Reon begitu aku menceritakan kisah dimana aku bertemu dengannya saat itu.
"Mana ada! Aku serius! Kejadiannya tuh ya-"
"Tapi itu gak masuk akal." potongnya penuh penekanan. Aku pun menghembuskan nafas putus asa.
"Aku tau... Tapi sungguh, aku ngalamin itu." kataku coba meyakinkannya. Reon menatapku heran, lalu manggut-manggut. Kemudian aku mengusap rambut hitamnya.
"Tapi apapun itu, yang penting kamu udah disini sama aku." ungkapku, aku genggam jemari tangannya yang lalu aku kecup. Reon tersipu, tersenyum untukku dan mengangguk menyetujuiku.
Aneh memang. Sejujurnya aku pun masih tak dapat mempercayai semua pengalamanku itu... Diselamatkan olehnya, menciptakan berlipat kepanikan untukku hingga membuatku menerjangnya dan menyelamatkannya yang sebelumnya menyelamatkanku.
Itu sungguh aneh dan tak masuk akal, seperti kata Reon. Tapi, inilah hidup. Kadang ada masa dimana sesuatu tak bisa segampang yang ingin kita jelaskan dan jalani. Dan kembali lagi, apapun itu... Yang terpenting sekarang, aku tak akan pernah membiarkan kejadian semacam itu terulang lagi dalam hidupku.
* THE END *
@Fatih22 @VBear @karena @santay @newsista @adachi @amita_fujoshi
Mohon komentar dan kritikannya untuk ceritaku yang super gaje dan abstrak ini.
Hehehe...
Aku maklumi kalo kalian gak bisa ngerti alur dari cerita ini, krn ini memang berkaitan dgn De Javu, sebuah pengalaman yang sudah pernah kita alami tp terulang lagi kemudian hari. Dan inilah yang jadi inspirasiku, krn aku pun sering ngalamin De Javu.
hehehe...
Moga lain kali aku bisa ngebikin cerita yang lebih sesuatu dan lebih punya nilai lagi XDD
mgkin Qnya yg rada lola
hehehehe....
Ini cerita kya dejavu gtu ya de??
Iya nih. Tp gk sesuai harapan T3T
@karena /kapoor/ : kenapa? OwO
Ya gpp kan bru pke qwerty lagi. Ntar klo dh biasa typonya juga brkurang de.
CEMUNGUT EAA
Anyway,,gw jg sering ngalamin de javu..
Kyakny emng smua manusia hmpir pernh ngalaminny kali ya..
Ah entahlah..
Anyway,,gw jg sering ngalamin de javu..
Kyakny emng smua manusia hmpir pernh ngalaminny kali ya..
Ah entahlah..
@Fatih22: Hu'um emang. Kalau aku author berbakat, ceritaku pasti gak akan seancur ini XDD
Thx udh mw baca ya
@santay, sama orangnya. Kan pendeskripsiannya pun gitu2 aja. Putih dan bersih XDD