BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

NOTHING LAST FOREVER

- THE BEGINNING -

Namanya Irwan. Dia teman sekelasku sejak awal kami masuk sekolah SMA. Ini adalah tahun kedua kami selalu sekelas dan bangku tempat duduk kami pun tidak berjauhan. Dan saat ini mendekati pengumuman kenaikan kelas setelah seminggu kemarin kami menghadapi ujian akhir semester.

Minggu ini adalah minggu terakhir aku sekelas dengannya. Dua tahun adalah waktu yang panjang untuk aku bisa mengenalnya. Meski aku tidak terlalu dekat dengannya. Kami hanya teman biasa, teman sekelas yang kadang saling mengejek, saling menyindir, saling bercanda, saling tertawa, berbagi PR dan hal kecil lainnya.

Andai ia tahu, sebenarnya ada rasa yang lain yang aku pendam dalam dalam jauh di dasar hatiku. Seandainya dia tahu, aku selalu mencuri pandang senyumnya, mengawasi tingkah polahnya dari kejauhan, mencuri dengar setiap gosip dan kabar terbaru tentangnya, menonton aksi panggungnya dari jendela tingkat dua gedung perpustakaan sekolah. Andai ia tahu, aku sangat sayang dirinya, sangat mengagumi sosoknya, sangat ingin memeluknya, ingin selalu bersamanya setiap waktu. Andai ia tahu, akulah yang pantas untuk mendampinginya mesti rasa ini salah. I am your number one fans in this world, I am the one who will always be there with you, I am belongs to you.

Di sekolahku, penjurusan baru dilakukan di tingkat tiga. Dari kabar yang aku dengar, tingkat tiga nanti dia akan mengambil jurusan IPS. Sementara aku harus menuruti kemauan Papaku untuk bisa masuk IPA dan aku tak bisa menolaknya, terlebih aku sangat benci pelajaran sejarah dan psikologi. Kemungkinan besar tingkat tiga nanti aku sudah tidak bisa sekelas lagi dengan dia. Aku sudah tidak bisa lagi memandang sosok indahnya setiap saat meski harus secara diam diam. Aku sudah tidak bisa lagi menikmati hari hariku dengan senyum indahnya.

”Woi, ngapain ngelamun bengong sendiri kayak sapi ompong kau!!!”
”Akh, ganggu aku aja, aku kan lagi ngayal yang indah indah. Aku lagi ngayal seandainya jadi artis terkenal yang lagi dikejar kejar paparazi.”
”Aish, lagak kau tuh .... sok bener. Siapa juga yang mau ngejar ngejar artis ga terkenal macam kau itu!”
”Namanya juga ngayal, suka suka aku lah mau ngayal apa aja. Udah ah, minggir minggir aku mau ke toilet dulu. Aku mau cuci muka.”
“Iya dah, sono cuci yang bersih, kali aja wajah jelek kau entar ilang.”

Aku pun berdiri dari bangku dan langsung berjalan menuju toilet sekolah. Oh iya, yang tadi gangguin gue itu namanya Rama. Dia temanku sebangku. Anaknya emang suka usil bin jail dan paling males kalo ngerjain PR. Selalu nyontek punyaku kalo aku lagi ga males ngerjain. Kalo aku lagi ga ngerjain, kita sama sama nyari contekan.

”Dion, tunggu sebentar ....”
Teriakan itu, suaranya aku kenal banget. Aku pun berbalik dan .... yap, My Future Man standing there. Aku pun berhenti menunggu dia yang lagi lari lari kecil mendekatiku.

”Dion, elo mau kemana?”, tanyanya setelah dia disampingku.
“Mau cuci muka ke toilet sekolah yang di ujung.”
”Bareng deh, gue juga mau ke toilet sekalian ada yang pengen gue omongin ama elo.”
”Mang ada apa, Won?”
Kalo lagi berdua aja ma dia, aku selalu panggil dia Iwon, itu adalah nama panggilan khusus buat dia dari aku. Selama ini dia penasaran kenapa aku panggil dia begitu, tapi aku tak pernah memberinya jawaban. Biar dia terka sendiri aja.
”Sambil jalan aja gue ceritain ke elo.”
Kami pun berjalan berdampingan menuju toilet.
”Jadi gini Dion, band sekolah kita tingkat senior lagi mau ngadain penyegaran. Dan dari referensi yang masuk kita semua sepakat pengen ngajak elo gabung.”
”Tapi ...”
”Elo dengerin dulu penjelasan gue. Pokoknya elo diam aja sampai gue selesai ngomong.”
Gue pun hanya diam mendengar penjelasan dia meski hati ini sangat deg deg an setiap ada dirinya di dekatku.
”Elo inget kan ketika kita Study Tour ke Bandung. Waktu itu di dalem bis elo nyanyi lagu Avril, dan itu bener bener keren banget. Atau ketika elo lagi mandi di toilet hotel tempat rombongan kita menginap, elo selalu nyanyi dan suara elo emang bener bener bagus. Elo punya bakat, cuman elo nya aja yang masih ga sadar sama bakat elo. Kita pengen asah bakat elo di band senior sekolah kita dan kita semua setuju kalo elo yang jadi anggota baru di band kita”, jelasnya panjang lebar tanpa mempedulikan aku yang lagi syok mendengar ucapannya. Tanpa kusadari aku pun tiba tiba berhenti melangkah. Ternyata Tuhan memberikan jalan lain untuk aku bisa menikmati kebersamaan dengan pangeran hatiku.

”Hei, elo biasa aja dong nanggepin nya, ga usah bengong gitu ampe mulut elo melongo.”
“Ini seriusan? Tapi aku ga pede kalo harus naik panggung.”
“Makanya kita harus sering latihan bareng. Percaya ama gue, elo punya bakat hebat yang seharusnya elo tunjukin dan membahagiakan orang lain di sekitar elo. Bukannya elo nikmatin sendiri atau malah elo kubur tuh bakat. Elo nanti gue ajarin cara caranya.”
“Gue pikir pikir dulu ya …”, pura pura lah jual mahal dikit, walau sebenarnya dalam hati sangat mengiyakan setiap ucapannya. Ini berarti aku bisa lebih lama lagi menikmati kebersamaan dengannya.
”Ya udah, nanti sore sepulang sekolah gue ke rumah elo. Gue jemput elo buat pengenalan dan latihan pertama. Elo dandan yang kece. Gue duluan balik ke base camp band buat ngabarin yang lain”, ujarnya langsung lari meninggalkan aku sendiri yang masih bingung bin pusing.
“Iwon, elo ga jadi ke toilet!”, teriak ku padanya.
“Ga jadi, nitip salam aja buat jamban … ha ha ha,” ledeknya masih sambil berlari menjauh. Tak lama sosknya pun menghilang setelah melewati lapangan basket yang masih dipenuhi anak anak tim basket yang sedang berlatih.

Aku pun melanjutkan perjalanan menuju toilet yang tadi sempat tertunda gara gara Pangeran Hatiku. Pikiranku melayang ga karuan. Bingung tapi senang, sebel tapi lucu. Enaknya, gue jadi bisa berlama lama mencuri pandang Pangeran Hatiku dan mungkin aku bisa lebih akrab lagi dengannya. Ga enaknya, gimana aku minta ijin ma Papaku, gimana aku ngatur jam les dan seabrek kegiatan lainnya yang sudah Papaku atur. Gimana aku ngomong ke Papa dan memberikan penjelasan kalo aku nanti jadi sering telat pulang ke rumah.

Aku juga ga jadi ke toilet dah, mending aku balik kelas mikirin dalem dalem semua ini. Semoga aja, Rama ga ada di kelas. Jadi ga ada yang gangguin. Anak itu suka rese kalo ngeliat aku kebanyakan ngelamun.

^_^

Walhasil, setelah kejadian tadi siang, seharian aku gelisah ga karuan sampai bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini kelas kami dapat juara dua dari perlombaan drama dan juara satu dari lomba baca puisi. Seperti tahun tahun sebelumnya, minggu terakhir setelah ujian akhir semester, sekolah kami selalu mengadakan perlombaan perlombaan untuk mengasah kreatifitas, kekompakan dan kebersamaan tim masing masing teman sekelas. Selama sepekan kami berlomba untuk mendapatkan poin dengan berbagai ajang perlombaan. Dan kelas dengan poin tertinggi nantinya akan menjadi juara umum dan mendapat hadiah dari pihak sekolah yang akan diumumkan saat pembagian raport yang turut dihadiri orangtua atau wali murid. Untuk hari ini, aku tidak berpartisipasi langsung, aku hanya memberikan dukungan saja.

Seperti dugaanku, Rama selalu aja gangguin. Tau aja dia kalo aku lagi gelisah. Selalu aja dia ngeledekin. Untunglah aku selalu bisa mengelak dari setiap pertanyaan pertanyaan bodohnya. Dia kira aku gelisah gara gara Riska, anak tingkat satu, yang dulu pernah menyatakan perasaan suka kepadaku. Dasar Rama, selalu menyebalkan. Habis aku dikecengin ama dia. Untunglah, penyiksaan itu tak berlangsung lama karena dia dipanggil Pandu, Ketua Kelas untuk membantu persiapan anak anak drama pentas. Rama kebagian tugas sebagai seksi perlengkapan dan dijamin pasti dia sibuk banget. Sampai waktu pulang sekolah pun, aku belum ngobrol ngobrol lagi ama dia.

Sampai di rumah pun aku masih gelisah ga ilang ilang. Mana nanti sore Pangeran Hatiku mau datang ke rumah lagi. Aku harus siap siap dan dandan yang keren. Tumben, di rumah juga sepi. Dari Mbok Inah, asisten pribadi Mama, katanya Mama sedang pergi arisan ke salah satu temannya. Mamaku emang selalu menyibukkan diri dengan hal hal seperti itu untuk menghilangkan kejenuhan. Aku harus segera mandi dan siap siap menyambut Pangeran Hatiku.

Waktu terasa cepat sekali berputar. Katanya My Iwon mau jemput jam tigaan, dan ini masih jam setengah tigaan dia sudah nongol. Untungnya aku sudah siap dari tadi, tinggal pake parfum dan menata rambut sebentar. Kata Mbok Inah, My Iwon sudah disuruh masuk dan lagi nunggu di ruang tamu.

”Hai ...”, sapaku.
”Hai juga, sudah siap. Ternyata elo cakep juga kalo dandan begini. Kayak boyband mau manggung. Ayo langsung jalan saja.”
”Ah, bisa aja kau, Won. Okey, ayo jalan.”

Kami pun langsung pergi setelah aku berpamitan sama Mbok Inah. Aku bilang ke Mbok Inah, kalo nanti Papa atau Mama nanyain, bilang aja main tempat temen lagi siapin materi sekolah dan pulang sekitar jam tujuhan. Kami pergi naik motor Iwon, dan ini pertama kalinya aku bonceng motornya dia. Aku masih aja deg degan seperti ada drum besar yang dipukul keras keras di dadaku. Sepanjang perjalanan kami banyak terdiam. Setiap kali lampu merah atau ada kemacetan, barulah kami ngobrol sebentar tentang anak anak sekolah dan kejadian heboh yang terjadi di lingkungan sekolah.

”Sebelum ke Studio Musik tempat latihan, kita ke rumah ku dulu ya. Ada yang ketinggalan, tadi aku kelupaan.”
”Okey, Won.”

Dia pun berbelok arah menuju rumahnya. Studio Musik tempat latihan seharusnya masih lurus. Sebenarnya, ingin sekali aku memeluknya erat erat dari belakang, dari pada aku harus pegangan pada jok belakang motornya. Dari belakang pun, Pangeran Hatiku ini tetap terlihat sangat seksi dan begitu menggoda untuk aku raba raba. Andai aku punya keberanian lebih untuk berbuat itu. Aku takut Iwon nanti salah sangka dan dia malah membenciku.

Setelah sekitar lima belas menit perjalanan, kami pun sampai di rumah Iwon. Kami langsung masuk dan Iwon menyuruhku menunggu di ruang tengah sambil nonton TV. Rumah ini terlihat sangat sepi dan seperti tidak ada seorang pun.

”Elo mau minum apa?”, tanyanya singkat.
”Apa aja deh, terserah kamu aja. Kok sepi banget, lagi pada kemana?”
”Keluarga gue lagi ke Bandung. Anaknya Adeknya Papa, Sepupu gue, lagi hajatan mau nyunatin anak cowoknya. Nanti malem paling baru pada pulang. Aku buatin es teh manis aja ya, biar seger.”
”Oke.”
”Bentar aku tinggal dulu ke dalem. Kamu sendiri berani kan?”
”Berani lah”, sebenarnya aku ingin membantumu membuatkan minum untuk kita sambil menikmati indahnya sosokmu. Aku pun duduk sendiri sambil menonton TV yang sedang menayangkan berita sore. Tak lama Iwon datang membawa nampan berisi 2 gelas es teh manis dan setoples cemilan ringan.
”Nih minum dulu es teh manisnya”, tawarnya.

Aku pun ambil segelas dan langsung meminum hampir separuh dari isinya. Setelah aku selesai dan menaruh gelas ke atas meja tiba tiba ... cup, My Iwon mendaratkan bibirnya tepat di bibirku, memberikan ciuman cepat tanpa sempat kusadari. Aku hanya terdiam kaku tak bergerak dan bibirnya semakin lincah bergerak mencumbu bibirku yang baru pertama kali merasakan ciuman seperti ini. Yah, ini adalah ciuman pertamaku. Setelah beberapa lama, entahlah mungkin sekitar lima menit, barulah dia berhenti memainkan bibirku.

”Dion, aku sayang kamu ....”, ujarnya.
Mendengar itu, seakan bumi yang kupijak runtuh dan membawaku melayang layang terbang tinggi dan semakin tinggi menembus langit ketujuh. Hatiku bergetar, jantungku berdetak tak beraturan, dan dadaku semakin sesak. Aku tak menduga semua ini akan terjadi. Aku terdiam, tak mampu berkata seolah bibir ini terkunci rapat rapat, padahal jiwaku seakan ingin berteriak sekencang kencangnya dan memeluk erat erat dirinya.

”Gue tahu elo diam diam selalu memperhatikan gue. Gue juga tahu, setiap dekat gue, elo kadang salah tingkah dan debaran jantung elo mampu menggetarkan jiwa gue, seolah menarik gue untuk semakin dekat dengan elo. Awalnya, gue coba untuk mengacuhkan semua ini, tapi semakin gue coba menghindar justru gue terjerat semakin erat. Elo benar benar lain. Dan rasa ini beda, tidak seperti apa yang gue rasain ke cewek cewek gue. Semakin gue kenal elo, semakin dalem rasa ini. Gue juga bingung, kenapa rasa ini bisa ada,” jelasnya panjang lebar sementara aku masih membisu.

Melihat tatapan matanya, semua kata katanya itu sangat jujur dan benar benar tulus terpancar dari hatinya yang paling dalam. Melihat diriku masih kebingungan, kembali dia mencumbu bibirku, semakin lama semakin liar, seperti di film film bokep yang pernah aku tonton online. Seolah ingin menunjukkan bahwa apa yang dia ucapkan benar benar nyata bukan mimpi di siang bolong. Permainanya semakin liar dan panas, dipaksanya mulutku terbuka dan dia mainkan lidahnya di rongga mulutku. Di tariknya lidahku, di hisap hisap dan digigit gigit kecil, memberikan sensasi yang luar biasa nikmat. Sensasi yang baru pertama kali aku rasakan.

Tangannya pun bergerak gerak, bergerilnya masuk ke dalam kemeja yang ku kenakan, menjamah setiap inci tubuhku, hingga menemukan dua puting dadaku. Tangannya berhenti disana, memainkan gundukan kecil yang ditemukannya, memilin milin memutar mutar, memijit memijit dan memberikan rasa yang tak bisa kubayangkan. Tak kusadari aku pun melenguh keenakan dan memejamkan mataku, menikmati setiap gerakan yang Iwon lakukan pada tubuhku. Ternyata begini rasanya pemanasan bercinta, pantas saja di film film bokep yang aku tonton, pemainnya bergerak gerak menggeliat geliat seperti cacing kepanasan. Dan itu juga yang aku lakukan sekarang. Tubuh dan jiwaku menginginkan lebih banyak lagi sentuhan dan rangsangan ini membuat sempit celana yang kupakai. Bagian tersembunyi disana sudah mengeras dan siap untuk memuntahkan isinya.

Aku pun melenguh semakin keras, dan Iwon semakin menggila dengan mempercepat setiap gerakan yang dia lakukan, bibirnya pun sudah bergerilnya ke sekitar leherku, dikecup-kecupnya setiap lekukan. Kupingku digigit-gigit kecil dan ketika bibirnya kembali mencumbu bibirku, aku balas mencumbu bibirnya. Tubuhnya menindih tubuhku, kami saling berpelukan diatas sofa sementara TV masih menyala dan kami bercinta disaksikan presentar berita yang ada di TV.

Tanpa kusadari, kami sudah sama sama telanjang, tak ada apapun yang menutupi tubuh kami berdua. Tubuhnya benar benar indah dan aku semakin bergetar hebat. Aku ingin menikmati tubuh indahnya. Kulit tubuh kami saling bersentuhan dan bergesekan, saling memberikan kehangatan. Semakin lama, permainan ini semakin memanas, sepertinya My Iwon sudah sangat ahli menemukan setiap bagian tubuhku yang mampu memberikan sensasi luar biasa. Sepertinya, dia sudah sering melakukan permainan seperti ini. Tanpa ragu dia mengecup, menggigit, memelintir dan memijit mijit bagian bagian tubuhku yang sensitif. Dia bisa memberikan kemanjaan yang diinginkan tubuhku. Ditelusurinya setiap inci bagian tubuhku. Permainan ini terasa berlangsung sangat lama dan benar benar pengalamn pertama yang tak kan pernah aku lupakan. Kami berganti-ganti posisi gaya bercinta. Hingga kami berdua sama sama mencapai kepuasan berbarengan. Kami merasakan orgasme bersamaan, dan kami masih berpelukan sambil tiduran di sofa setelah semua itu terjadi.
”Makasih ya, Dion. Pengalaman ini benar benar nikmat. Aku sayang kamu ...”, ucapnya sambil mengecup bibirku.
”Aku juga sayang kamu”, jawabku singkat.
”Akhirnya elo ngomong juga. Dari tadi elo diam aja. Hanya suara oh oh oh doang yang keluar dari mulut elo,” ledeknya sambil menirukan gerakan ketika aku sedang melenguh.

Mukaku tiba tiba memerah, aku malu tapi juga senang. ”Aku masih bingung. Semua ini tiba tiba terjadi begitu saja. Bahkan aku ga tahu akan seperti ini. Jangan jangan emang sudah kamu rencanain ya?”
”Iya gue emang sudah atur semua ini. Jujur, gue sudah suka sama elo sejak lama, cuman gue masih bingung dan butuh waktu untuk memikirkan semua ini. Elo itu beda. Elo ga seperti Rina atau Weni, mantan gue tingkat satu. Elo benar benar beda. Rasa yang gue alamin ke elo tidak seperti ke yang lain. Ketika gue sama elo, gue benar benar nyaman dan seolah inilah diri gue yang sebenarnya. Tanpa harus bertingkah lain, tanpa harus berpura pura. Dan hati gue juga yakin, elo punya rasa yang sama ama gue. Makanya gue berani atur semua ini.”
“Iya, aku juga suka kamu sejak tingkat satu, sejak awal kita bertemu.”
”Jadi elo mau kan jadi pacar cowok gue?”
“Mau banget. Jadi hari ini kita resmi pacaran?”
”Iya, mulai hari ini elo pacar cowok gue, jadi elo harus selalu ada waktu buat gue. Dan gue juga akan selalu ada buat elo. Gue akan jagain elo, gue akan jadi pacar elo yang baek dan elo ga akan nyesel milih gue sebagai pacar elo”

Kami pun berpelukan semakin erat dan bibir kami kembali saling becumbu. Tiba tiba ada suara handphone berbunyi, menghentikan cumbuan bibir kami. Ada panggilan masuk di handphone My Iwon, Pangeran Hatiku yang mulai hari ini resmi jadi pacar cowokku.

“Halo …”
“Ini lagi di jalan. Iya bentar lagi juga nyampe. Macet banget ni, Bro.”
”Dion ama gue. Iya tunggu aja. Bye.”

”Barusan dari Ivan. Katanya teman teman band yang lain udah ngumpul dan kita harus cepat cepat kesana sebelum Studio Musik nya rame. Ayo buruan kita siap siap,” jelasnya padaku.

Kami pun merapikan dandanan kami dan langsung meluncur menuju Studio Musik tempat kami akan latihan, latihan perdanaku bersama band senior sekolahku. Selama ada My Iwon di situ, aku pasti bisa. Dia pasti akan menjaga dan membantuku, mengajari setiap hal yang aku tidak tahu.

Kali ini, aku berani memeluk tubuhnya erat erat ketika kami berboncengan naik motornya. Dinginnya angin malam yang berhembus menerpa tubuhku tak terasa, justru perasaan teramat senang yang aku rasakan. Barulah setelah dekat dan sampai ke Studio Musik aku lepaskan pelukan agar tidak mencurigakan. Hari sudah mulai gelap, dan matahari bersinar menuju belahan bumi yang lain.

Setelah memarkirkan motor, kami langsung masuk menuju ruang latihan. Disana sudah berkumpul teman teman band senior. Ada Ivan, Nando, Ogi, dan Soni yang sedang mempersiapkan alat musik masing masing. Di pojok ruangan ada sofa kecil dan seorang cewek cantik sedang duduk di sofa memperhatikan semua yang ada di ruangan ini. Namanya Renata. Dari kabar yang aku dengar Renata sedang melakukan pendekatan dengan salah satu personil band senior ini. Aku kenal mereka semua karena kami satu tingkatan walau beda kelas.

Setelah perkenalan sekilas dan saling sapa, aku masih agak kikuk menghadapi semua ini. Tapi Iwon selalu bisa memberikan semangat untukku dengan senyumnya yang benar benar menawan. Aku pun ijin ke toliet sebentar pura pura untuk buang air kecil yang sebenarnya aku ingin menenangkan diri dulu. Aku pun meninggalkan mereka semua.

Di dalam toilet aku cuci muka dan mengatur nafas. Aku coba merilekskan seluruh badan. Setelah kurasa cukup aku pun kembali menuju ruang latihan. Ketika sampai belokan, kulihat My Iwon keluar ruangan dan tak lama Renata ikut menyusul. Mereka berdua berjalan beriringan menuju taman kecil yang ada di pojokan Studio Musik. Aku mengikuti mereka dan mengintip dari balik papan yang ada di sekitar taman.

Mereka terlihat sedang ngobrol sangat serius dan dari tempat persembunyianku tak bisa terdengar suara mereka. Terlihat Renata sepertinya sedang merayu rayu My Iwon, bahkan dirinya sampai berlutut lutut seperti meminta maaf yang sangat dalam. My Iwon memegang Renata, seperti mengajak dia untuk berdiri. Ketika sudah berdiri tiba tiba Renata mencium My Iwon. Ciuman itu berlangsung lama.

Aku bergetar, aku syok, aku penasaran, apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka bedua. Kenapa Renata mencium My Iwon? Ada hubungan apa mereka? Dan kenapa My Iwon tidak menolak ciuman itu? Jangan jangan cowok yang dekat dengan Renata itu My Iwon.

Gubrak. Prang, kresk kresek.
Tiba tiba papan tempatku bersembunyi terjatuh dan mengagetkan mereka berdua. Mereka pun menatap sumber suara dan melihatku berdiri mengawasi mereka berdua. Aku segera berbalik, berlari meninggalkan semua itu.

”Dion, tunggu. Aku jelasin semua ini”, My Iwon berteriak sambil berlari mengejarku.

Tak kupedulikan teriakan itu, justru semakin cepat aku berlari. Hingga sampai dipersimpangan jembatan yang agak remang remang. Aku berhenti disana, aku menangis. Dalam sehari lengkap sudah semua yang kurasakan, Aku semakin bingung dan air mataku semakin deras menetes. Aku tertegun, hatiku hampa, dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku hanya berdiri ditengah jembatan, menatap kosong pada air sungai yang mengalir. Hati ini sakit, dada ini seolah mau meledak dan mataku terus mengalirkan air yang semakin deras.

Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Tangannya merangkul pinggangku erat.

”Maafinn gue, Dion ....”
”Gue akan jelasin semua yang tadi elo liat. Tapi elo harus percaya ama gue. Gue benar benar tulus sayang ama elo. Elo harus yakini itu semua. Gue cinta sama elo dan gue pengen elo bahagia bersama gue”

Aku masih terdiam, tak bisa berkata apa apa. Aku pun berbalik dan menatap kedua matanya. Pancarannya masih setulus tadi sore ketika kami resmi jadian, tidak ada kebohongan yang tertutupi. Aku pun membalas pelukannya dan membenamkan kepalaku semakin dalam di dadanya yang bidang. Irama detak jantungnya terdengar indah dan mampu menenangkan sakitnya hati ini.
”Gue ama Renata memang pacaran. Kami baru jadian sekitar tiga bulan. Tapi dia ketahuan jalan sama cowok lain. Namanya Riko, senior kita mantan pengurus OSIS, mungkin elo juga kenal. Yang gue rasain ke elo tidak seperti yang gue rasain ketika gue jalam ama dia atau ama mantan mantan gue. Gue bener bener sayang ma elo. Elo percaya kan ama gue?”

”Jadi aku cuman pelarian kamu aja?”, tanyaku sambil sesenggukan.
”Ga begitu. Gue suka sama elo sudah lama. Cuman gue masih bingung sama jati diri gue. Gue coba pacaran ama cewek lain, tapi gue masih sering keinget ama elo. Elo selalu hadir di mimpi mimpi gue. Gue butuh waktu lama untuk bisa meyakini semua ini, meyakini hati gue bahwa gue jatuh cinta sama elo. Meyakini bahwa elo belahan hati gue. Bahwa elo yang gue cari. Dan gue akan buktiin semua itu.”
“Aku percaya kamu, dan aku juga sayang ama kamu lebih dari yang bisa kamu bayangin. Aku sudah lama menanti semua ini.”

Aku tatap dalam dalam matanya, bibir kami kembali saling berdekatan. Bibir kami pun kembali bercumbu. Ciuman hangatnya mampu meredam semua gejolak yang aku rasain. Hatiku kembali damai. Aku pejamkan mataku menikmati kehangatan ini.

^_^

Sementara itu, di kejauhan Renata sedang mengawasi setiap gerakan yang dilakukan dua sosok yang sedang berdiri di atas jembatan. Dia menangis dan dalam hatinya timbul penyesalan yang teramat dalam. Dia telah menyia-nyiakan kesempatan dan peluang emas untuk menjaga kesucian cintanya. Hatinya sangat perih, dan dia bersumpah akan membalas dendam sakit yang dia rasain saat ini.

End of this part ............. ^_^

Note :
Kalo responnya oke, baru w lanjut ye ..........

Comments

Sign In or Register to comment.