My Lovely Breakers
#1 = Blaine Sang Pemikat =
Dia adalah Oen seorang penari tradisional dari suatu daerah. Nama lengkap pemuda ini adalah Loen Ramda. Sebagai seorang penari tradisional dia mempunyai keahlian yang begitu banyak. Menguasai berbagai macam jenis tarian yang ada di daerah seluruh Indonesia. Anak ini merupakan perpaduan antara Inggris – Jerman dan Indonesia - Pakistan. Sang ayah merupakan salah satu diplomat di Negara Inggris, sedangkan ibu yang mempunyai darah Indonesia – Pakistan menetap di Indonesia sebagai Ibu rumah tangga. Oen tinggal bersama ibunya, karena ia tidak menginginkan tinggal di Inggris yang menurutnya akan selalu merasa rindu dengan sang Ibu.
Oen memang perpaduan yang pas, wajahnya bukan tampan tapi lebih tepatnya imut. Karena jika disebut dengan tampan, maka wajahnya terlalu mulus dan polos untuk ukuran tampan. Lol. Oen melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi di daerah jawa. Dia mengambil jurusan seni yang sesuai dengan minat dan bakat yang ia miliki sampai saat ini. Darah seni dalam diri Oen begitu deras. Ia mewarisi keahlian menari dari sang Ibu yang merupakan penari professional dan penari Senior. Sang Ibu juga merupakan pemilik sanggar yang begitu terkenal di wilayahnya.
Ada satu hal yang membuat Oen selalu menjadi bulan-bulanan teman-temannya. Ia memiliki tubuh yang sedikit besar. Mungkin tidak terlalu besar tapi mungkin sedikit berlebihan, tapi itu tidak membuat orang merasa jijik atau aneh dengannya. Chubby mungkin lebih tepatnya. Semasa SMA dia selalu dikerjai oleh teman-teman cowoknya. Mereka selalu menepuk pantat Oen dengan kencang setiap dia lewat di depan teman-temannya. Oen selalu lupa dan tidak sadar bahwa dia selalu melewati jalan yang salah. Tidak hanya menepuk pantat Oen dengan keras, bahkan ada yang sengaja meremas dengan kuatnya sampai Oen merasa kegelian dan berlari tunggang Langgang.
Ya. Dia si Oen adalah seseorang yang mempunyai perbedaan di antara beberapa teman laki-lakinya semasa dia di sekolah menengah. Dia mempunyai hasrat terpendam kepada lelaki, dia terlihat kemayu mungkin. Tapi tidak begitu berlebihan. Itu karena pembawaannya yang begitu lembut. Beberapa orang mungkin saja menganggap bahwa Oen tidak memiliki kelainan seksual. Tapi sebenarnya jika mereka peka dengan sifat naluriah yang dikeluarkan oleh Oen, maka akan terbaca dengan mudah bagaimana Oen sebenarnya. Sifatnya yang manis, murah hati, imut, dan tidak pernah marah. Tapi jika sekali marah, mungkin gedung sebesar Perpustakaan Besar New York akan berpindah ke kutub selatan. Lol.
Inilah permulaan yang besar. Pengalamannya berpetualang dengan cinta yang begitu menyakitkan bagi sebagian orang. Hasrat terpendam yang begitu sulit untuk diungkapkan dengan gamblang. Ini terjadi ketika dia memulai latihan di sebuah Museum yang begitu terkenal di daerah itu. Museum ini memberikan kemudahan kepada pemuda-pemudi di daerah itu untuk menggunakan fasilitas tempat sesuai kebutuhan tiap kelompok atau grup tari. Berbagai macam grup tari bercampur dan berbaur di sini. Meski beberapa grup tari tidak begitu terbuka dengan grup tari yang lainnya, mungkin takut akan tersaingi. Lol.
Setiap latihan, grup tari Oen selalu menempati tempat di pelataran depan utama Museum. Mereka selalu dan setiap latihan selalu menempati pelataran ini. Di seberang pelataran ini, terdapat lantai yang cukup luas dengan jarak beberapa meter yang biasa digunakan oleh anak-anak breakers. Ya, kalian pasti tahu, anak-anak street dance, break dance, atau apalah sebutannya, selalu berlatih di depan pelataran yang biasa digunakan oleh grup Oen.
Oen sebenarnya tidak begitu menyadari dengan kehadiran anak-anak breaker ini. Mereka juga seakan-akan tidak ingin tahu dengan keberadaan grup tari Oen, padahal jika dilihat-lihat jarak mereka yang berdekatan seperti itu, kemungkinan untuk saling acuh rasanya sangat keterlaluan. Maka terjadilah yang biasa dinamakan curi-curi pandang. Oen terkadang merasa diperhatikan oleh seseorang, namun dia tidak pernah mendapati seorang pun di antara anak breaker itu yang dengan sengaja mengamati Oen latihan. Entah mereka merasa kagum atau penasaran dengan sosok Oen.
Comments
“Hah, kenapa kak? Siapa ya? Mencurigakan sekali? Nanti aku cari tahu siapa yang berusaha melirik kakak.” Kata Tata sambil tersenyum menggoda Oen. Lol.
“Haaaaaaaaahhh. Jangan pasang tampang begitu, Non. Geli aku. Hahaha.” Oen tertawa seketika itu Oen berbalik dan mendapati seseorang memperhatikannya. Oen tidak ingin berkesimpulan sendiri dengan penglihatannya barusan tapi ia ingin sekali mengulangnya agar ia bisa memastikan kembali sepasang mata misterius itu.
“Ta!! Dia sepertinya tadi sedang melirik ku.” Bisik oen kepada Tata, yang mengarahkan pandangannya ke depan tempat anak-anak breaker latihan.
“Yang mana kak?”
“Itu, yang sedang mengaitkan bajunya di lehernya.” Oen menunjuk seseorang di sela-sela badannya yang sepengetahuannya bernama Blaine.
“Hah? Yang Itu, masa sih kak? Hihihihi Oh My Goodness, What happened aya naon.” Canda Tata. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kebetulan sekali Blaine sedang mengamati mereka berdua.
“Ka yang kaka tunjuk sedang memandangi kita.” Sahut Tata.
“Hah?” Oen dengan refleks mengalihkan pandangannya kea rah Blaine berada dan mendapati Blain benar-benar dengan nyata memandangi Tata dan Oen dan yang terjadi selanjutnya Blaine tersenyum dengan manisnya kea rah mereka berdua.
“Ta, dia senyum kea rah kita! Astaga, mimpi apa aku kemarin malam!” Oen berusaha menyusutkan suaranya agar tidak melengking.
“Hey, kalian! Ada apa? Sepertinya sedang berbahagia sekali. Lol” Tanya Anya.
“Haaaaaahhh rahasia!!” jawab Tata. Sambil mencolek dagu Oen.
“Tata!!! Jahil.” Lol. Mereka saling kejar-kejaran di sekitaran halaman Museum.
Tanpa Oen dan Tata ketahui ada sepasang mata lain yang sedang mengamati mereka dengan seksama. Blaine masih sibuk dengan kegiatannya berguling-guling di lantai pelataran depan. Sepasang mata itu seakan-akan ingin sekali ikut di dalam keceriaan Oen dan Tata.
bakal aq lanjut,,,
makasih,,, pasti di lanjut koq,,, makasih sudh singgah dan komen...
bwahahahahaa,,, maksa banget dunk,,,
thanks for coming at my little house...
Oen berkata di dalam hatinya, begitu Indahnya ciptaan Tuhan ini. Oen tidak tahu latar belakang Blaine sebenarnya, namun Oen bisa menggambarkan penampakan luar dari Blaine. Blaine memiliki kulit putih, sedikit pucat, dengan rambut yang halus meski Oen tak pernah menyentuhnya, padahal kenyataannya Oen ingin sekali. Hidung yang tidak terlalu mancung, tinggi badannya mungkin sekitar 169cm. Perawakannya kurus tapi sedikit berotot, Skinny muscled. Lol. Oen sangat suka tipe yang seperti ini.
Ketika itu Oen izin kepada teman-temannya untuk pergi ke toilet, karena harus menuntaskan hajatnya. Ia segera berlari tanpa melihat sana-sini.
Tak di duga, ketika dia selesai dengan kegiatan yang begitu menyegarkan, seketika dia membuka pintu toilet, ia mendapati seseorang yang sempat ia gambarkan, dengan begitu berhasrat, sampai kupu-kupu bertebaran di dalam perutnya. Dan kali ini perutnya merasa seperti akan meledak, seketika ia merasa lemas dan pusing. Ia sedikit limbung dan seseorang ini telah menangkap tubuh Oen dengan sigap. Meski tubuh yang menangkap badan Oen ini tak sebanding, tapi dengan ototnya dia benar-benar bisa menopang Oen. Mungkin dia bisa menopang hidup ku kata Oen dalam hatinya, lol.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya pria di depannya ini. Oen hanya menggeleng. Dia merasa masih sedikit lemas.
“Kamu berkeringat sekali, tangan mu dingin.” Tanya pria ini lagi. Jelas saja tangan Oen berkeringat, dia tidak menyangka sama sekali bahwa yang di hadapannya ini adalah Blaine. Blaine merapatkan Oen kea rah dinding, dan mulai mendekatkan wajahnya.
“Kau selalu melirik kea rah kami. I always see that. I always watch your eyes.” Tembak nya Oen hanya terdiam, dia semakin bingung dengan keadaan ini.
Apa yang harus ia katakan. Ia berusaha mencari kata-kata yang seharusnya bisa segera menghentikan kegiatan canggung ini.
“I don’t know. Maybe it’s just a coincidence. You just caught my eyes when I looked at everyone in front of me. Is it wrong?” Tanya Oen kembali, yang kemudian langsung menundukkan kepalanya berusaha menyimpan kegugupannya dan mengalihkan pandangannya dari mata Blaine.
Oen hampir saja terhipnotis dengan mata Indah Blaine yang ternyata berwarna coklat muda terang dan itu benar-benar Indah. Sangat Indah. Oen hampir saja tidak berkedip dan meracau seenaknya tanpa henti. Tapi dia berhasil menyadarkan dirinya sendiri bahwa jika dia lengah maka bisa saja hal yang tidak diinginkan akan terjadi.
“But your eyes told me that you just want to see me.” Blaine tersenyum nakal.
“Shit...."desah Oen. Mendengar itu Blaine merasa sedikit tertantang.
“What did you say?” Selidik Blaine, padahal pada saat itu Blaine benar-benar berhasil mempermainkan Oen.
“Nothing…” Oen semakin tertunduk.
Oen merasakan ada jari yang menyentuh dagunya dan dengan perlahan mencoba untuk mengangkat wajah Oen. Oen dengan sangat terpaksa mengangkat wajahnya dan menatap wajah Blaine, mata lebih tepatnya.
“Dengar Oen, Kau benar-benar sudah membuatku tidak bisa berpikir jernih. Mungkin ini gila, tapi sepertinya aku menyukai mu. Dan ini benar-benar gila. Shit!” Blaine memukul dinding dan oen membulatkan matanya besar-besar.
“Are you okay?” Oen mulai berucap.
Beberapa saat Oen akan mulai berbicara, bibirnya diserang oleh sebuah kecupan tercepat yang pernah ia dapati. Ia tak sempat mengelak dan Oen benar-benar pusing. Seketika Oen melepaskan bibirnya dan menangkupkan kedua tangan nya di wajah imut Blaine.
“Sekali lagi kau mencuri ciuman dariku, maka akan ku pastikan bahwa kau tidak akan pernah bisa merasakan bibir ini lagi.” Kata Oen.
Refleks Oen memukulkan tangan ke kepalanya sendiri dan merutukkan sebuah kata dalam hatinya, “bisa-bisanya aku berkata seperti itu. Bitch!”
“Okay! Aku akan berusaha mencari cara untuk mendapatkan ciuman itu kembali, dan jangan menyesal jika aku akan bisa menguasaimu dengan hatiku.” Kata Blaine tegas sambil meninju pelan dinding di belakang Oen.
Karena sedari tadi mereka benar-benar sangat dekat, namun cukup tidak terlihat bagi beberapa orang.
Ketika sudah berada di depan pelataran, ia mendapatkan tatapan menyelidik dari Tata, Tata sebagai sahabat sekaligus adik angkat Oen bisa membaca perubahan dari gerak tubuh Oen yang mencurigakan. Tata seolah menangkap hal-hal yang tidak sepantasnya terjadi di toilet tadi.
“Dari mana saja? Kenapa lama sekali berada di toilet?” Tatap Tata dengan mata yang seolah-olah ingin mengoyak patung Jerapah yang ada di Museum.
“Da… da…rii…. Toilet! Memangnya aku dari mana?” jawab Oen gugup.
“Apa yang telah dia lakukan, sehingga kau bisa berbicara gagap seperti ini. Aku tadi sempat melihatnya berlari ke toilet setelah kau menghilang dari pelataran karena kau bilang akan buang air.” Sambil menunjuk Blaine yang sedang asik melakukan gerakan jungkir balik.
“APA! Haaah? What? Aku tidak melakukan apa-apa? Sungguh?” Sambil mengangkat tangannya yang jarinya membentuk angka 2 karena jika disebut dengan huruf V, Oen pasti tidak tertarik bahkan akan mual. Lol.
“Sudah jangan bohong kamu. Aku tunggu nanti ceritanya, setelah latihan hari ini. Cepat kak! Pimpin kembali latihan ini.” Tata mendorong badan Oen kembali kea rah pelataran depan di mana dia selalu berada di barisan paling depan memimpin latihan menari, sendirian.
Sesaat dia akan memulai latihan dan music sudah dimainkan, tak sengaja Oen menatap Blaine, dan bertemu pandang dengan Blaine. Blaine dengan sengaja mengedipkan sebelah matanya dan membuat senyuman nakal. Tata yang menyadari hal ini langsung mengutuk kakaknya yang satu ini.
“KAAAAAAKKKKKKK!!!!” Teriak tata, sambil mengibaskan selendang yang akan ia gunakan menari kea rah bokong Oen.
“Haaahhh di mana?” gagap Oen tersadar dan yang lain langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Oen yang sedikit bodoh. Dan itu menarik perhatian para breakers.
Oen kembali memusatkan pikirannya dan memulai latihan kembali sampai selesai.
Tiba saatnya mereka akan kembali ke rumah masing-masing, para breakers pun juga membubarkan diri dengan teratur. Tanpa ada rasa bersalah atau apapun, Blaine melambaikan tangannya kea rah Oen dan kawan-kawan, serta dengan wajah yang begitu tanpa dose meneriakkan, “I will miss you.”
Dan saat itu pula para penari lain saling bertatapan dan menanyakan siapa yang Blaine maksud dalam kalimatnya yang memuakkan bagi Oen. Mungkin bagi Oen bisa saja itu untuk orang lain, karena kalimat yang dia ucapkan tadi tidaklah tertuju kepada siapapun, secara langsung yang berada di Museum. Oen langsung bergegas menuju tempat parkir dan segera melenggang menghindari Tata dan teman-teman yang lainnya.
“Huff, akhirnya aku bisa menghindar dari mereka, setidaknya tidak akan ada yang curiga.” Rutuk Oen dalam hati.
Blaine benar-benar gila. Dia dengan sangat jujur mengatakan bahwa dia benar-benar menyukai Oen. Oen sendiri tidak bisa berkata apa-apa karena yang dia tahu bahwa Blaine sebelumnya mempunyai pacar. Ya, seorang gadis muda yang mungkin saja seumuran dengan Blaine dan sering sekali terlihat bersama Blaine ketika ia latihan di Museum. Namun beberapa hari ini tidak pernah terlihat, apakah mungkin mereka putus Tanya Oen dalam hati. Oen sebenarnya tidak begitu mengurusi urusan para breakers. Apapun itu. Tapi secara tidak disengaja Oen pasti akan perhatikan siapa-siapa saja yang menjadi tamu di museum. Siapa tahu yang datang bukanlah orang baik-baik. Lol.
Saat Sedang asyik-asyik mendengarkan musik, handphone Oen bergetar. Ia melihat layar teleponnya tertera nama Tata. Oen menarik nafas dalam-dalam dan menekan “call”
“Iya, Ta…” sapa Oen.
“Kakaaaaakkkkkk,, kamu ini kenapa kabur!! Aku belum mendengar penjelasan mu!” Teriak Tata di telepon. Lol.
“Hahahahaha masalahnya jika aku ceritakan saat di Museum, maka akan memakan waktu lama. Sedangkan aku harus makan malam. Hahahaha.” Jawab Oen dengan nada manja.
“Horghh,,, apa-apaan. Jangan sok imut. Ceritakan sekarang.
” Todong Tata. “Intinya, Blaine mencegatku setelah aku keluar dari toilet, dan ia mengatakan bahwa…….” Oen sengaja memancing emosi Tata, karena Tata mempunyai sifat ingin tahu yang sangat tinggi.
“Bahwa apaaaaaaa!!!! Cepat katakan!!” desak Tata.
“Bahwa Blaine menyukai diriku dan setelah itu ia mencium ku. Tapi aku tidak meresponnya. Aku langsung berlari menjauh darinya.” Oen tidak mendengar suara apapun.
“Ta… Tata, are you there? I hope that you aren’t fainted.” Tidak ada respond an Oen berteriak.
“Tata!!!!!”
“itu… itu…. Benar terjadi kan? Okay, I just want to hear that this is only a dream. No!!!! Oh My Goodness.” Pekik Tata di speakerphone.
“Tata!! Jangan berteriak seperti itu. Gosh! My ears want to explode.”
“I just can’t imagine that it was happened to you. How could you have a kiss with Blaine. Arrghhhhh. He really kissed you!!!” histeris Tata.
Beginilah hal yang paling Oen hindari ketika ia menceritakan sesuatu yang mungkin menghebohkan bagi Tata. Ya, meski Tata tahu Oen mempunyai perbedaan dengan lelaki lainnya, tapi terkadang dia tidak bisa terima dengan apa yang terjadi dengan Oen, entah dia iri atau memang antusias dengan kejadian yang terjadi pada diri Oen.
“Iya, aku tidak akan pernah berbohong. Untuk apa aku berbohong, nantinya kau akan mencari tahu sendiri dan biasanya kau akan mendapatkan jawaban yang kamu inginkan.” Jelas Oen.
“Oen, aku benar-benar tidak menyangka. Terus dia berkata apa lagi?”
“Dia bilang akan mendapatkan ciuman ku kembali dan hati ku.” Terang Oen dengan tenang.
“Kenapa kamu bisa begitu tenang? Bukannya kamu biasanya takut?” Tanya Tata kembali.
“Aku tidak tahu, dan bahkan sampai saat ini aku tidak merasakan apapun dengan Blaine. Semacam sengatan cinta mungkin. Ya, aku pastikan itu tidak ada saat ini. Tapi aku tidak tahu nantinya.”
“Ya, berhati-hatilah,,, Blaine itu benar-benar playboy. Laki-laki seperti dia itu adalah seseorang yang harus dihindari.” Tata sedikit mengkhawatirkan oen.
“Aku tidak merasa takut sedikitpun karena Blaine tidak mengancam akan menyakitiku. Dia hanya berjanji pada ku akan mengambil hatiku. Oh Shit! Bagaimana jika aku jatuh cinta pada Blaine.” Suara Oen berubah.
“See, setelah berbicara panjang lebar dan kau menyadari bahwa itu akan menjadi perangkap bagimu. Mungkin untuk saat ini kita lihat saja, setinggi mana kesungguhannya dalam mengejar hati mu, sesuai dengan perkataanya. Selebihnya jika ia mencoba menyakiti hati mu, maka aku tidak akan tinggal diam untuk memenggal kepala Blaine dan menggantungnya di atas gedung Museum. “
“Oh my goodness, don’t be like that sweety. Aku tau kamu tidak akan sampai sejauh itu. Tapi aku berterima kasih karena kau sudah berusaha perhatian kepadaku. Tapi tenang saja selagi aku bisa menangani sendiri, maka aku tidak akan melibatkan orang lain.” Jelas Oen.
“Ya,,, Semoga saja. Satu hal yang membuat ku bingung, Blaine adalah seorang Straight yang berubah menjadi Biseksual hanya karena dia tertarik dengan mu? Ini di luar batas kewajaran.”
“Tapi itu kenyataannya, dia berkata sendiri dengan jelas terdengar di telingaku, bahwa dia benar-benar menyukai ku. Aku juga sempat berpikir bahwa mungkin saja dia ingin mempermainkan ku dan membuka aib ku. Tapi selama ini yang mengetahui bahwa aku ‘gay’ cuman ada tiga orang, kakak ku sendiri, kamu, dan Lia.” lanjut Oen.
“Ya,, mungkin kita tunggu saja kelanjutannya. Apa yang akan dia lakukan kepada mu.”
“Oh my goodness. Don’t make me scared with your words. Sepetinya Blaine akan melakukan sesuatu yang mengerikan.” Oen berguling-guling di lantai.
“Okay, aku rasa sudah cukup hal mengejutkan ini untuk diketahui. Aku sudah cukup mengantuk dan kita berdebat sudah sekitar 1 jam. Sampai besok, aku sudah tidak sabar menunggu Blaine calon kekasih mu itu.. hahahahaha.”
“Tapi….” Tut… tut…tut…. Telepon sudah dimatikan dan Oen tidak bisa membela diri.
Oen tiba-tiba memikirkan apa yang akan Blaine lakukan untuk bisa merebut hatinya. Oen sedikit takut akan hal-hal yang bisa saja membuatnya malu di depan teman-temannya. Tapi Oen langsung menepis segala hal yang bisa terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itu membuat kepala
Oen serasa meledak.
Ia lantas menuju kulkas dan meneguk minuman dingin untuk menyegarkan kembali isi kepalanya. Setelah itu, ia bersiap untuk tidur dan belum sempat ia memejamkan mata, terdengar nada dering sms dari handphone Oen.
“Good night, My Baby. I’m horny and I just want to dream about ya. From Mr. B.”
“The Fuck!!!” Oen melemparkan handphonenya ke ranjang dan berteriak histeris. Dia tidak menyangka akan sejauh ini.
Puas berteriak Oen langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang paling ia senangi. Dan terlelap dalam hitungan menit.
***
beberapa paragraph lgi untuk chap 1 akan berakhir,,, jdi tunggu aja ya...
maaf mentionnya akhiran,, lupa soalnya,, hahaha
@syeoull
@pokemon
mohon dikomen ya,, buat yg lain,, jika berkenan,,
jika tidak, saya cukup senang sdh ditelanjangi ehh dikunjungi maksudnya,,, hahaha
thanks for reading enjoy the story...
i'll update regularly...
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.45 dan saatnya ia harus menuju Museum, untuk memulai latihan pada pukul 15.00. Suasana Museum cukup sepi pada saat Oen datang, karena biasanya teman-teman yang lain akan datang 15 menit kemudian.
Saat ini mereka sedang melakukan pemanasan dan sedikit pelemasan pada bagian pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Mereke memulai stretching, dan melenturkan bagian-bagian tertentu. Di saat mereka sedang melakukan rutinitas sebelum latihan, datanglah beberapa gerombolan anak-anak breakers yang seperti biasanya menarik perhatian Oen dan teman-teman. Mereka dengan wajah yang begitu “cool” dan mempesona, cih, berjalan melenggang menuju pelataran di depan Oen dan teman-teman.
Tidak terlihat Blaine pada saat itu, dan Oen bisa sedikit menarik nafas. Oen dan teman-teman sudah memasuki kegiatan latihan ini, yaitu menarikan beberapa tarian wajib yang sudah diajarkan. Mereka menari dengan begitu khidmat, tanpa memperdulikan siapapun yang datang belakangan.
“Kak.. sepertinya Oen tidak latihan hari ini.?” Bisik Tata di sela istirahat.
“Ya, semoga saja. By the way, aku ke toilet dulu.” Ucap Oen.
“Ya, hati-hati.” Ucap Tata sambil tertawa.
“Hah?” Oen memasang tampang bodohnya.
Di toilet Oen berusaha mengendap-endap sambil melihat ke segala arah, siapa tau Blaine sedang bersembunyi dan menunggunya keluar dari toilet. Tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang. Ya, toilet itu sepi.
Setelah menuntaskan hajatnya, Oen langsung bergegas ke pelataran kembali. Namun kali ini dia menggunakan jalur yang lain, tapi ketika dia akan berjalan, dia merasa ada sesuatu yang meremas tangannya, dan ia benar-benar takut bahwa itu memang Blaine.
“Ow, Please stay.” Ucap seseorang.
“Why?” Oen tidak memalingkan wajahnya ke belakang. Ia menutup matanya akibat kegugupannya.
“Because I love you. I’m not only like you, but also love you so much. Aku tau ini terdengar gila. Tapi aku bersungguh-sungguh. Aku mencintaimu. Tidak untuk mempermainkan mu. Aku tidak tau alas an apa yang aku bisa lontarkan karena bisa mencintai mu. Tapi aku hanya bisa berkata itu.” Jelas Blaine. Oen tidak berkata sedikitpun, ia memberanikan diri menghadap Blaine. Blaine dengan mata sayu, menatap Oen untuk memohon kepastian. Oen sendiri merasakan bahwa ia sedang ber-dejavu. Ia merasa bahwa sudah pernah merasakan hal ini.
“Tapi kenapa?” hanya itu yang terlontar oleh Oen kepada Blaine.
“Aku tidak tahu, mungkin ini karma karena aku terlalu sering menjahili mu semasa SMA.” Blaine mendekat. Oen sendiri mundur, namun pinggang Oen ditangkap oleh Blaine dan tubuhnya disandarkan ke dinding yang mana sebelumnya tempat Blaine mencuri ciuman Oen.
“Buktikan sekarang. Jika kau bisa mendengar dan merasakan bahwa aku menggigil karena cinta yang kamu tunjukkan maka aku benar-benar menerima mu. Jika itu tidak ada reaksi sedikitpun, pergilah jangan paksakan dirimu.”
Blaine tidak menjawab, Blaine mendekatkan wajahnya menghadap Oen, mungkin beberapa senti lagi mereka akan berciuman, tapi itu bukan niat Blaine saat ini. Blaine mendekatkan hidung mereka bedua, mengadunya, dan memainkan bibir Blaine di atas bibir Oen seolah-oleh memancing Oen untuk menyambut bibir Blaine.
Oen berusaha untuk menahan diri akan tidak terbuai, dia merasakan kesungguhan dari cinta Blaine. Dia benar-benar serius dengan perkataanya bahwa akan mencintai Oen. Dan bisa bertindak diluar akal Blaine sendiri. Blaine memainkan bibir atas dan Bibir bawah Oen. Mendekat tanpa menyentuh. Oen benar-benar mengutuk dirinya bahwa inilah kelemahan lainnya dan Blaine tahu sehingga dia berani mempermainkan bibir Oen. Oen benar-benar menggigil dan benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Oen akhirnya membuka bibirnya dan menerima segala serangan bibir Blaine.
“Aku tahu kau pasti menerima ku.”
“Hahaha terlalu sombong kau anak muda.” Ketus Oen. “Buktinya? Kau menerima ciuman ku dengan lebih rileks dan dahsyat.” Blaine mengecup lama bibir Oen, dan Oen menerimanya dengan senang hati.
Oen sendiri bingung, apakah Blaine dulu satu SMA, mungkin dia merupakan adik kelas dari Oen. Blaine mengatakan bahwa karma karena sering mengerjainya. Tapi tak dipungkiri oleh Oen, ia mulai merasakan sengatan listrik cinta oleh Blaine. Lol.
“Kenapa aku bisa menerimamu.!” Kata Oen memukul dada Blaine.
“Karena aku hebat bisa mencintaimu.”
“Dasar bodoh. Kau tak tahu akibatnya bagi dirimu sendiri.”
“Aku sudah memikirkannya, tapi aku tetap pada pendirian ku. Aku mencintaimu.” Blaine mengecup bibir Oen lagi.
“Bodoh…”
“Heeyy kau tersipu,,, Aku akan semakin mencintai mu kalau kamu seperti itu lagi.” Kata Blaine mengangkat wajah Oen dan mencubit kedua pipi Oen.lol
“aku sudah terlalu lama di toilet, mereka pasti menanyakan ku, jangan sampai mereka memergoki kita.”
‘Ya…” sahut Blaine.
Blaine menarik tangan Oen, dan membawanya ke pelataran tempat latihan tadi. Sebelum tiba di pelataran Oen melepaskan pegangannya, dan Blaine menoleh. Oen membulatkan bibirnya mengucapkan kata “No” tanpa suara. KetikaOen berbalik. Tata menghadap Oen, dan memperagakan tangan saling berpegangan. Dia menautkan kedua tangannya di depan dada.
“What is this?”
“I’m in love with Blaine.” Jawab Oen. Tata membuka lebar mulutnya dan Oen tertawa terbahak-bahak.
Blaine menatap Oen dan mengedipkan matanya, hal itu membuat Tata semakin membulatkan matanya seakan ingin meloncat keluar rongganya.
“Oh My goodness. Dia mengedipkan matanya!!!” Tata terpekik kegirangan.
“Ya , He is Hot.”
“Kemarin malam aku bermimpi bercinta dengannya dan itu terjadi begitu saja, dan saat dia benar-benar mengutarakan isi hatinya aku seakan ber-dejavu, dia tahu kelemahan ku. I love him!!!”lanjut Oen
Tata hanya terdiam dan hanya bisa menatap heran, bahwa seorang Blaine benar-benar bisa takluk kepada Oen dan Oen sendiri takluk kepada sang playboy dan sang pemikat.
chap. 1 =the end=
Msh da lanjutan'a lgi g nih???
hahaha terima ksh buat kamu pembaca cerita ini....
ada koq lanjutannya,,,
tunggu aja ya,,,