By. Choi Ha Soo
Dalam hidup,
jangan paksa apa yang tidak bisa kamu lakukan..
Lakukan saja apa yang bisa kamu lakukan..
Detik berlalu dalam keramangan malam, yang kukira akan berakhir indah. Aku terpuruk lunglai
bersama berkas-berkas harapan yang mulai sirnah sedikit demi sedikit. Kuliah sejenak jam weker
dimeja belajarku sudah pukul 2.30 wib, harapanku mulai menghilang bersama detik-detik yang
bergerak di jam wekerku. Kulihat pintu kamarku tak ada tanda-tanda kedatangannya, kembali
kulihat ranjang didepanku, masih tertata rapi. Kurengkuhkan lagi tubuhku di atas meja belajarku.
Flash back:
Perkenalkan namaku Fabian Dewangga Abiyasa saat ini aku kuliah di salah satu universitas swasta
terkenal di kota bandung. Aku tinggal satu kamar kost bersama dengan Kak Nino Tama, Awalnya
aku dan kak Nino kenal lewat jejaring sosial, aku sengaja nge-add dia karena kebetulan dia salah
satu seniorku waktu SMA, dulu kak Nino sangat terkenal karena ketampanannya kepandaiannya,
dan predikatnya sebagai seorang playboy yang hobi gonta-ganti cewe, meskipun mendapat
predikat tersebut tak lantas turun pamornya di SMA. Sekarang kami tinggal sekamar dan kuliah di
universitas yang sama. Umur kita tidak cukup terpaut jauh, hanya beda setahun. Awalnya aku
pengen ngekost sekamar sendiri, tapi karena kak Nino menawarkan aku buat tinggal sekamar,
dengan alasan hemat biaya ngekost. Akhirnya aku setuju, toh orang tua aku juga senang kalo aku
punya teman sekamar. Biar nggak terlalu khawatir kata ibu aku. Pokok perbincangan yang kami
bicarakan awalnya nggak lebih seperti halnya Mahasiswa Baru dengan seniornya, bertanya tentang
bagaimana kehidupan anak kuliah, tugas-tugasnya, dosen-dosen dan terkadang kak Nino sering
sharing materi karena kebetulan juga kami sama-sam satu jurusan.
Sampai suatu hari, awalnya aku nggak pernah lihat profil facebook kak Nino. Mungkin hanya
sekedar melihat dinding profilnya saja. Entah apa yang membuat aku jadi penasaran dengan
teman-teman facebook dia, aku lihat pertemanan dia 155 teman yang sama. Aku kira teman-
teman yang sama itu mungkin teman-teman SMA aku, tapi ternyata setengahnya adalah teman-
teman dalam tanda kutip “Kaum pelangi” aku. Oh god aku kaget setengah pingsan melihat itu
pertemanan kak Nino, yang hampir setengahnya ternyata teman “kaum pelangi aku”.
“hayoo ol facebook mulu dari tadi” sapa kak Nino yang mucul tiba-tiba. Wajahnya oh cute banget.
“baru pulang kak?” tanyaku basa-basi, sambil berusaha menutup jendela tab yang menampilkan
pertemanan kak Nino.
“iya nie aduh gila capek banget mana numpuk nie tugas” keluhnya sambil berbaring di kasur nya.
Oke meskipun kami sekamar, tapi kami punya kasur masing-masing. Karena kebetulan kamar
yang kami sewa buat kost ini besar. Barang-barang kami tertata rapi karena setiap hari aku
membersihkannya.
“emang tugas apa kak?” tanyaku.
“akuntansi, hah.. kerjaannya ngitung duit yang Cuma dalam angan-angan doank” jawabnya.
Aku tidak berani buat nanyain tentang masalah pertemanan facebooknya, walaupun dengan
harapan kak Nino juga sama “sakit” seperti aku. Tak lama kemudian kak Nino tertidur
diranjangnya. Lagi-lagi aku selalu menikmati posisi tidurnya itu, tangan dilipat dibelakang
kepalanya. Senyumnya yang manis, idungnya yang gemesin, bibirnya yang merah. Saat asyik-
asyiknya menikmati posisi tidur kak Nino. Tiba-tiba matanya terbuka dan melihat tepat kearah ku.
“ngapain liat-liat” tanyanya mengagetkanku.
“eng.. enggak gak apa-apa kok”
“suka ya liatin aku?”
“akh Ge’er banget kakak nie”
“halah ngaku aja.”
“sini liatin sampek puas” katanya sambil bangkit dari tidurnya dan mengambil kursi belajarnya dan
kemudian mendekatkannya ke arah kursiku. Menghadapkan wajahnya ke wajahku.
Desir-desir yang nggak pernah aku rasain, wajah yang tak pernah aku lihat sedekat ini membuat
nafasku seolah tercekak.
“kenapa? Grogi yah?” tanyannya lagi. Aku tak mampu menjawab dan mencoba tetap
menyembunyikan rasa yang sebenarnya.
“aku tau kamu tadi lagi liat pertemanan di facebook aku kan? Pasti kamu kaget kan kalo separuh
dari teman yang sama dengan kamu itu temen “belok” kamu?”
Untuk kali ini aku merespon pertanyaannya dengan anggukan kepala. Dan tak berani melihat ke
arahnya.
“Oke aku sama kayak kamu sama-sama “belok” kayak kamu” jelasnya santai padaku.
Aku kembali tak merespon pernyataannya, tetap diem sambil menerka-nerka apa yang akan
terjadi. Apa dia akan memelukku? Menciumku mungkin?alah ngayal banget.
“tapi aku nggak bakal ngelakuin macem-macem sama kamu, aku udah punya BF” kali ini suaranya
tegas memperjelaskan padaku.
Pupus sudah harapanku untuk jadi Bfnya, kemudian dia kembali keranjangnya dan tidur dengan
posisi membelakangiku. Sejak saat itu kami jarang berdialog untuk hanya sekedar menanyakan
bagaimana kuliahnya? Atau menawarkan untuk membeli makan bareng. Lama-lama aku nggak
nyaman dengan keadaan seperti ini, apa gunanya teman kamar kalo jarang ngobrol. Akhirnya aku
coba buat ngajak ngobrol kak Nino. Yang sedang asyik membaca komik anime kesukaanya.
“eh kak gimana BF kakak?” nggak tau kenapa pertanyaan yang muncul di bibirku pertanyaan
tentang Bfnya.
“Peduli apa kamu sampai nanya BF aku segala?” kak Nino balik bertanya padaku sambil
mengalihkan pandangannya pada komik anime ke arah ku sekarang.
Mampus!! Aku bingung mau merespon kayak gimana dengan jawabannya tadi.
“aku lagi ada masalah sama dia, akhir-akhir ini dia jarang sms, telpon juga nggak pernah” kak
Nino mencoba mencairkan suasana.
“nggak punya pulsa kali kak hehe” jawabku sambil tersenyum.
Dan ku lihat dia menyunggingkan senyum manisnya kepadaku, seneng banget lihat kak Nino
tersenyum lagi rasanya kaya terbang kelangit ketujuh bersama paus akrobatik. Kok jadi kayak
sponsor hehe.
“tau lah aku juga udah bosen sama dia ian..” terangnya sambil menunjukkan wajah inoncentnya
yang aku suka.
“nggak boleh gitu donk kak, mungkin dia lagi sibuk kak. Cari kegiatan yang lain biar kakak nggak
bosen, maksudku kakak buat acara jalan bareng atau kegiatan bareng dia kemana gitu biar nggak
bosen” saranku pada kak Nino walau perasaanku bener nggak ikhlas kalo kak Nino jadi milik
orang lain.
“iya-iya” jawabnya singkat menanggapi saran yang aku berikan.
Kesaharian kami tidak lagi ngambek-ngambekan, suasana semakin akrab kayak kakak adik. Kami
sering nyanyi-nyanyi bareng kak Nino suka ngiringin pake permainan orgentnnya yang keren
banget, kadang duet memaikan satu lagu yang kami suka, aku memainkan biola dan kak nino
memainkan orgent. *itu mimpiku* Kalo lagi banyak tugas nggak jarang kak Nino juga ngebantu
aku buat ngerjain tugas, sampai waktu Ujian Tengah Semester pun kami selalu kasih semangat
satu sama lain. Hingga pada suatu hari kak Nino yang aktif di UKM musik di kampus mendapat
tawaran jobs buat festival music di acara musik di kota bandung. Hampir setiap hari dia pulang
malem. Berangkat pagi pulang malem, karena dituntut latihan.
Suatu malam, saat aku online Facebook. Di beranda aku, kak Nino bikin Status.
Capek uey.. moga hasilnya nggak mengecewakan melalui ponsel
Langsung aja aku coment status barunya itu.
Semangat kakak, adek doain dari sini jangan telat makan yah!!!
Namun gak ada balasan lagi, kami memang dekat tapi hubungan kami tidak lebih sekedar teman.
Walau harapanku aku bisa jadi BF dia. Karena nggak ada balasan coment dari kak Nino aku
berlanjut membuka dindingnya, mataku tertuju pada info di facebooknya lahir tanggal 14 april.
Astaga sekarang tanggal 12 april dua hari lagi kak Nino ulang tahun. Secara tersirat aku dapat ide
buat ngerayain ulang tahun dia yang ke 20 aku pengen kasih dia apa, aku bingung. Dengan tiba-
tiba aku dapet ide bikin kue ulang tahun, tapi aku nggak jago bikin kue aku nggak nyerah gitu aja,
aku searching resep-resep kue di google. Banyak yang aku dapat tapi aku nggak yakin bisa buat
kue seenak itu.
Keesokan harinya , ketika pulang kuliah. Teh Melva, kakak senior UKM english club di kampusku
menawariku membeli kue buatannya.
“dek beli dunk kuenya.. enak deh” tawarnya sambil membawa box plastik dengan aneka kue
dengan cream warna-warni yang nampak lezat itu.
“boleh-boleh teh.. beli dua yah. Tapi boleh minta tolong nggak teh?”
“minta tolong apa dek?”
“ajarin buat kue dunk teh, aku mau kasih buat temen aku ulang tahun”
“boleh-boleh, lebih baik aku aja yang bikin nggak usah repot-repot buat sendiri” ucap Teh Melva.
“nggak teh, jangan aku pengen buat sendiri. Biar terasa spesial” ujar ku kali ini menolak
tawarannya.
“ yaudah ntar siang sehabis shalat jum’at kamu ke kost aku aja”
Siang harinya setelah shalat jum’at aku datang ke kost kak melva, sengaja aku bolos jam mata
kuliah marketing komunikasi Cuma untuk bikin kue.
“teh assalamualaikum..” sapa ku dari ambang pintu rumah kost’an teh Melva.
“walaikumsalam.. masuk sini”
Teh Melva sebelumnya belum pernah buat kue ulang tahun yang gede gitu, karena dia Cuma bisa
bikin cake mini, sebenernya agak ada rasa kecewa karena teh melva nggak bisa bikin kue bolu
gede seperti layaknya kue ulang tahun. Tapi aku tetep mau bikin kue dengan cake-cake mini aja,
sibuk mengaduk-aduk adonan menungangkannya dalam wadah cake mini dan memasukkan
adonan itu dalam oven menunggunya beberapa menit sampai akhirnya tepat pukul 19.00 wib cake
buatan aku dan teh melva jadi. Aku susun cake-cake mini yang berjumlah 20 sesuai usia Kak Nino
itu di piring bulet lebar aku atur melingkar, tiap cake aku pasang lilin kecil warna-warni.
Saat dikost aku coba sms kak Nino, menanyakan pulang jam berapa, namun tak ada balasan. Aku
coba telepon handphonennya tapi nggak ada jawaban. Aku menunggu kedatangan kak Nino dikost
an sambil tak hentinya mencoba menghubungi nomor handphone kak Nino. Pukul 00.00 wib. Saat
yang seharusnya aku bersama kak Nino meniup lilin-lilin yang ada di atas cake buatanku yang aku
tujukan spesial buat dia. Aku melangkah ke arah saklar lampu kamar aku matikan lampu kamarku,
kemudia kembali lagi ke meja belajarku yang diatasnya tertata cantik 20 cake dengan lilin kecil
warna warni dimasing-masing cakenya, Akhirnya aku nyalakan semua lilin di atas cake itu,
sejenak aku melihat kearah pintu kamar kostku berharap kak Nino muncul dibalik pintu itu sambil
kuhitung mundur 1... 2.. 3... tak ada tanda-tanda kak Nino datang. Aku hadapkan kembali
wajahku kearah 20 cake dengan lilin warna warni yang cantik itu. Dengan sekecejap kupandangi
lilin-lilin itu, tubuhku bergetar seperti ada sesuatu yang ingin keluar. Aku tak bisa menahannya air
mataku jatuh di atas meja belajarku. Aku kemudian bernyanyi pelan dengan pichcontrol yang
amburadul, karena suasana hatiku yang tiba-tiba muram.
Happy birthday Nino..
Happy birthday Nino..
HAPPY BIRTHDAY
HAPPY BIRTHDAY
HAPPY BIRTHDAY NINO..
Aku tiup dua puluh lilin di atas cake buatanku ini sambil meneteskan airmataku menerima
kenyatan bahwa apa yang aku lakukan selama ini tidak terbalas dengan sempurna. Mungkin
sekarang kak Nino sedang merayakan ulang tahunnya bersama BFnya. Mungkin tak sedikitpun dia
mengingat aku karena tak sedikitpun dia mengerti perasaanku. Aku tertidur di meja belajarku.
Dengan 20 cake beserta lilin warna warni yang padam.
Comments
belom ada @yuzz nya,,
serettt ahhhh
hahaha
kasian aja tread nya sepi jadi tarik @yuzz deh si tukang heboh
udah perna baca juga?
mana ni teesnya? tees... sini dongg... main yukk... )
iya deh sesepuh
itu salah kali @yuzz
hihihi