Ketika cinta datang, di situlah duka datang, disaat duka datang, di saat itulah suka datang, dikala suka datang di situlah kehilangan datang.
))))(((((
Memaknai kehidupan bukanlah perkara gampang, memahami cinta bukanlah seperti memahami aku suka kamu dan kamu suka aku, tapi semua lebih dari itu, cinta sulit untuk di definisikan, karena akan ada jutaan definisi untuk sesuatu yang bernama cinta itu.
Aku adalah James Sanjaya, anak tunggal paling bahagia di kolong langit, yakinkah itu? Tentu, tak ada yang bisa meragukannya, aku memiliki orang tua yang sangat mencintaiku, orang tua yang akan rela mengorbankan apapun untukku, aku adalah James Sanjaya, yang tak pernah kekurangan.
Menjadi anak tunggal tak lantas membuatku manja, karena aku juga tahu bagaimana orang tua ku bekerja untuk memenuhi kebutuhanku, dan untuk itulah aku selalu berusaha untuk membahagiakan mereka, sesulit apapun itu.
Kini aku duduk di bangku kelas 1 SMA favorite di Jakarta, menjadi ketua kelas dan juga vokalis band sekolah,aku juara juara 1 taekwondo tingkat pelajar se-Jabodetabek, sempurnakah aku? Tentu saja tidak, karena sesuai dengan philosophy tentang kesempurnaan, hanya Dia yang sempurna, dan tak ada yang bisa menyamai-Nya.
Aku tentu saja memiliki berbagai kekurangan, aku seorang penyuka sesama jenis, tapi apakah pantas ku bilang itu sebagai kekurangan? Rasanya aku tak pantas, karena aku juga merasa hal tersebut adalah anugerah, aku menikmatinya, menikmati setiap rasa dalam hati ini,, lantas apa ketidak sempurnaanku? Seiring berjalannya waktu pasti akan tahu.
Aku memiliki seorang kekasih, orang yang membuatku jatuh hati, yang membuatku tak bisa tidur karena bayangnya, dia adalah Boni, laki-laki yang biasa, yang hampir tak memiliki kelebihan, tidak di bidang akademik, seni maupun olahraga, tapi kenapa aku mencintainya? Gampang, dia adalah laki-laki paling baik yang pernah ku temui selain papaku.
Boni memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, tak segan-segaan dia memberikan apa yang dia miliki untuk orang lain, dan untuk alasan itulah aku mencintainya, mencintai setiap geraknya, mencintai setiap senyum dan tingkahnya.
*************
“Ma, hari jum’at ini di sekolah ada Camping ma, James boleh ikut ya?” Pintaku kepada mama, saat itu mama baru pulang kerja
“Camping kemana James? Apa wajib?” Tanya mama sedikit khawatir
“Nggak wajib sih ma, Cuma James mau banget saja, soalnya James kan belum pernah Camping, boleh ya ma?” rengekku seperti anak kecil
“Sudahlah Gina, izinkan saja, James juga sudah besar, dia kan perlu bersosialisasi juga” kata papa bijak, bibirku langsung nyengir lebar, papa mengedipkan sebelah mata
“Tapi mas, kalau kenapa-kenapa gimana? James kan masih kecil mas”
“Ahhhh mama, James nih udah gede ma, nih liat ma” aku menunjukan ototku
“Ya sudah, tapi ada guru kamu ikut juga kan?”
“Iya ma, ada kok, thanks mama sayang” aku langsung memeluk mama, dapat di katakan aku memang anak manja, tapi tak pedulilah, soalnya aku manja hanya saat tak ada orang lain, malah sama nenek lebih manja lagi.
“Nih uang jajan untukmu, beli yang pelu saja ya” papa memberikan beberapa uang ratusan ribu dari dompetnya, senyum cerah langsung menghiasi wajahku
“Papa tahu aja deh apa yang James mau hehehe” uang itu kini sudah berpindah ke tanganku
“Papa malah lebih kenal kamu dari diri papa sendiri James” kata papa yang membuatku terharu. Inilah orang tuaku, the best parents in the world.
Sebenarnya alasan utama aku ikut Camping adalah karena Boni, dia adalah ketua panitia dalam Camping kali ini, dan tentunya bukan hanya Camping, karena kami akan mengadakan acara-acara seperti pengabdian kepada masyarakat, dan itu juga yang di gagas oleh Boni. Bagaimana aku nggak cinta coba, aku dan Boni juga sudah berteman akrab dari pertama masuk, dia orang yang supel dan menyenangkan.
++++++++++++
“James, bisa bantu bentar?” teriak Boni yang sedang mendirikan tenda, sepertinya dia sedang kesulitan membangun tenda, kelompoknya entah pergi kemana, segera aku menghampirinya dan membantunya
“Kenapa boss?”tanyaku
“Bantuin” manjanya sambil tertawa
“Huhhh ada maunya baru deh” ku bantu dia mendirikan tenda, nggak susah memang, Cuma kalau sendiri ya pasti repot, dengan cekatan kami memasang tenda, membuat pasak dan tenda itu hampir berdiri tegak, hanya tinggal satu pasak lagi.
Karena tak hati-hati, aku tersandung tali yang belum di ikat, dan akhirnya tertarik ke tenda dan roboh seketika, aku terjatuh menimpa Boni, dan aku tertimpa tendanya, kami berdua terkurung dalam tenda, dengan posisiku yang berada di atas Boni, mata kami saling berpandangan, aku terdiam seolah terhipnotis mata indahnya, sungguh dia membuatku gila.
Cukup lama kami saling bertatapan dengan posisi seperti itu, sampai ada suara dari luar yang mengejutkan kami
“Ehhh maaf Bon, tendanya rusak” kataku
“I Iya nggak apa-apa” jawab Boni terbata-bata.
“Kita bangun ulang?” tanyaku, Boni mengedipkan sebelah matanya pertanda setuju dan kembali kita membangun ulang, dan kali ini di bantu oleh teman-teman yang lainnya.
Akhirnya selesai juga tendanya, aku dan Boni duduk kelelahan, karena siang hari yang juga sudah mulai terik.
“Nih minum dulu James” Boni memberiku minuman kaleng yang di bawanya
“Thanks ya” jawabku
“Kok tumben kamu mau ikut acara ginian James? Biasanya kan kamu sukanya ngeband” Tanya Boni, duhhh aku langsung bingung gimana jawabnya, karena alasan utama karena aku hanya ingin dekat dengan Boni.
“Hmmm, mau aja hehehe” aku jadi malu sendiri dan merasa kaku di depan Boni
“Hehehe, tapi aku senang kok kamu ada disini” Kata Boni yang sukses buatku salah tingkah
Kami menghabiskan waktu berdua, Boni mengajakku untuk masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar, katanya malam akan sangat dingin, jadi kayu bakar akan membuat suasana menjadi hangat, sepanjang perjalanan, aku dan Boni bersenda gurau, baru kali ini dia bercerita banyak padaku, tentang kesehariannya, tentang kegiatannya, bagaimana dia bisa sangat peduli sama orang lain, karena dia adalah anak yatim piatu yang di adopsi dari panti asuhan.
Aku merasa dekat dengannya, cinta yang ku pendam dari dulu ingin ku utarakan andai saja pada saat itu aku tak tergelincir
“Bon, ada hal yang mau aku bicarakan sama kamu” Kataku di sela kami memungut ranting kering
“Iya, ngomong aja” Boni masih sibuk memungut ranting-ranting kering
“Aku” sumpah saat itu rasanya seperti genderang di dadaku, gugup tingkat tinggi
“Awas!” teriak Boni, aku yang memang sedang tak konsen langsung jatuh, Boni sempat menangkap tanganku, aku yang saat itu bingung entah kenapa sedikit berjalan mundur sehingga aku tak melihat ada tanah miring di sana.
Boni berhasil meraih tanganku, tetapi kami tetap saja terjatuh, aku dan Boni tergelincir kebawah, untung saja tidak terlalu curam kebawah, hanya seperti bukit kecil saja
“Aduh” kaki ku seperti sudah remuk tertimpa Boni
“Ehhh, maaf, kamu nggak apa-apa James? Boni terlihat sangat cemas dan segera menolongku
“Iya, nggak apa-apa kok Bon” Kataku sambil tersenyum, padahal kakiku beneran sakit
“Aduh” Ringisku kesakitan
“Ayo James, biar aku papah ke atas”
Sengsara membawa nikmat, mungkin pepatah itu yang paling cocok buatku saat ini, rasanya aku ingin jatuh berkali-kali untuk dapat di papah oleh Boni, dapat kulihat dari bibirnya kalau dia tersenyum
“Makasih ya Bon” kataku disela gendongannya
“Santai aja James, kan memang sudah tugasku untuk menjaga kamu” kata James sukses membuatku tersipu malu
Ku benamkan wajahku di pundaknya, dia menggendongku sampai ke tenda, dan di sana teman-teman yang lain terlihat cemas dan menanyakan hal apa yang terjadi, tetapi kulihat wajah Boni selalu tersenyum, kau pun juga demikian, teman-teman yang melihat kami heran dan malah mengejek kami
“Aku pijitin ya kaki kamu” Tawar Boni, aku hanya mengangguk, Boni dengan cekatan membuka sepatuku dan memijit dengan lembut sambil di olesi minyak urut
“Wah, kamu berbakat jadi tukang urut Bon” Pujiku
“Kamu bisa aja, ok deh Rp 50.000 ya hehehhe”
“Gampang, aku bayar pakai cium aja ya” kataku,,, rasanya malu sekali kata-kata itu yang keluar
“Boleh, ayo sini cium” tantang Boni sambil memonyongkan bibirnya, aku jadi salah tingkat dan mendorong wajahnya, Boni tertawa lepas, sedang aku hanya terkekeh dengan terpaksa, karena sejujurnya aku sangat ingin mencium bibir mungilnya itu.
“Cieee, romantisnya” ledek temanku yang lewat di depan tenda
“Kenapa, iri?” ejek Boni balik
Boni oh Boni, tau kah kamu bagaimana mempesonanya dirimu? Aku sungguh sudah gila karena kamu.
“Sudah baikan James?” Tanya Boni yang menyadarkan lamunanku
“Ehh iya, udah baikan kok, makasih ya”
“Sama-sama, kalau masih ada yang sakit aku akan siap memjit lagi hehehe”
Ada Bon, masih ada hatiku yang butuh kamu, kataku dalam hati
“Iya, gampang boss” jawabku
“Ya udah, kamu istirahat dulu ya, aku mau bantu-bantu yang lain dulu”
“Ok” kataku sedikit kecewa, padahal aku masih ingin lama-lama dengan Boni
+++++++++++
Malam ini ada acara api unggun, untuk menghangatkan suasana, kami bernyanyi dan berpuisi, dan tentunya bermain games,
Boni bernyanyi dengan suara yang biasa, tapi entah kenapa, aku merasa damai ketika mendengar suaranya, aku akan nyaman mendengar suara itu, dia duduk di sampingku, aku yang sedikit kikuk hanya sering mencuri pandang ke arahnya, dia juga beberapa kali tersenyum padaku.
“James mau nyanyi?” Tanya Boni
“Nggak deh, suaraku jelek” kataku
“Bohong” teriak Jono teman sekelasku
“Suara James bagus banget kok, waktu aku main kerumahnya dia nyanyi, suara mantap coy” teriak Jono dari seberang api
“Nyanyi, nyanyi,nyanyi” sorak teman-teman yang lain, aku jadi tersipu malu, aku memang sedikit pemalu jika harus melakukan sesuatu di hadapan orang banyak
“Ayo dong, tuh udah di support” kata Boni,
“Kamu mau nyanyi lagu apa, aku yang main gitarnya” kata Boni lagi
“Hmmm, lagu When I See You Smile aja” dan sejurus kemudian, kunci-kunci indah telah di petik Boni, aku terhanyut dan turut bernyanyi, teman-teman juga kudengar turut ikut larut dan bernyanyi, rasanya malam itu tak akan terlupakan.
“Prok prok prok” tepuk tangan yang meriah saat aku menyelesaiakan lagu itu, Boni mengacungkan jempolnya padaku
“Keren sob” kata Boni dan dia merangkul pundakku
Aku hanya diam dan tersipu malu
“Kamu tadi mau ngomong apa James?” Tanya Boni saat sudah tengah malam, kami berdua masih di luar tenda, karena aku juga masih belum ngantuk, sedang teman-teman yang lain sudah pada tidur
“Hmmm, aku….” Rasanya ada yang tercekat di tenggorokanku saat aku ingin mengucapkan kata, lidahku kelu dan susah untuk berucap
“Iya??” Jawab Boni
“Aku merasa ada hal yang beda saat sama kamu Bon, aku merasa nyaman saat kamu, dan perlu kamu ketahui, aku rasakan itu saat pertama kita ketemu setahun lalu, dan kamu juga yang menjadi alasan aku ikut Camping ini” jawabku, aku yakin saat itu wajahku sudah semerah apel
“James………….” Kudengar suara parau Boni, akku tak berani menatap wajahnya
“Iya, aku tau Bon, mungkin kamu aneh denganku, tapi inilah yang aku rasa, maaf Bon, aku minta maaf, tapi aku tak dapat mencegah rasa itu, dia datang begitu saja, aku sudah mecoba mengalaunya, tapi semakin lama semakin aku tersiksa, makanya aku ingin ngomong semua sama kamu, biar aku bisa lebih lega, maaf” kataku sambil menunduk
“James………..”
“Aku tau mungkin kamu tak ingin lagi berteman denganku, tak ingin lagi ber”
“Cupp” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, James sudah meraih wajahku dan mengecup bibirku, aku terdiam
“Aku tahu James, aku tahu, aku juga rasakan hal yang sama, Cuma bedanya mungkin aku terlalu pengecut dan tak berani mengatakan padamu” Kata Boni, aku hampir pingsan saat itu, aku merasa semua hanyalah ilusi saja, atau aku salah dengar, atau yang di depanku bukanlah Boni
“Bon, kamu?” aku masih belum dapat percaya
“Iya James, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu” Boni memeluk erat tubuhku,rasanya itulah pelukan terindah, tak ku pedulikan jika mungkin akan ada yang melihat kami, rasa rasional itu terasa menguap seketika.
“Would you be mine?” Tanya Boni
Aku hanya menganggukan kepalaku, inikah namanya bahagia? Jika ini hanya ilusi, aku berharap agar ilusi ini tak pernah hilang.
Saat itu aku dan Boni telah sah berpacaran.
+++++++++++++++
Masa Camping tinggal 2 hari, dan selama itu aku selalu bersama Boni, melakukan segala sesuatu bersama, rasanya jauh lebih indah dari yang dapat di bayangkan, Boni sangat peduli padaku, dan selalu membantuku yang notabene anak manja, dia selalu dapat membimbing aku, aku sungguh bahagia memiliki kekasih seperti Boni.
Setiap hari kami selalu bersama, tak pernah ada hari yang tak bahagia, setiap bersamanya, aku merasa menjadi orang yang paling bahagia sejagat
Segala perhatian dan dorongan di berikannya, nilai akademisku juga semakin baik, kami selalu belajar bersama
“Sayang, hari Minggu ini temani aku ya ke mall, disana ada acara sosial yank” Pinta Boni saat kami di bangku belakang sekolah
“Acara apa sayang?”
“Melukis untuk anak-anak panti, sekalian mereka liburan ke mall, mau ya”
“Hmm, ok deh, minggu ini juga nggak ada acara sih, papa juga sedang sibuk dengan kerjaannya” kataku sambil tersenyum,
“Ok deh, kamu mau aku Jemput atau pergi sendiri?” tanyaku,
“Kamu jemput aja deh, biar bisa meluk kamu” Gombal Boni
“Huhhh, dasar hehehe, ok, jam berapa?”
“Jam 10 yank, ok?”
“sip”
+++++++++++
Setelah meminta izin dari mama dan tentunya mendapat uang hehehe, aku segera menjemput kekasihku tercinta, saat tiba di rumahnya, aku sudah di cegat di depan taman dekat rumahnya
“Ehhh kok disini sayang?” Tanyaku padanya
“Lha, tadi kan sudah aku telpon kalau aku nunggu di taman” kata Boni
“Kapan kamu telpon?” tanyaku heran, karena aku tak merasa Boni menelponku
“Tadi sebelum kamu kesini, udah yuk, ntar telat” kata Boni, aku hanya mengiyakan dan kami melanjutkan perjalanan ke mall, meski aku masih sedikit heran, apa jangan-jangan mama yang mengangkat telpon, soalnya tadi sikap mama memang sedikit aneh, hmmm mudah-mudahan semua baik-baik saja, aku mencoba menenangkan diri
Setelah tiba di mall, aku dan Boni segera menuju ke tempat acara, anak-anak sudah banyak yang berkumpul. Ada juga wartawan yang sedang mewawancarai salah satu Pembina
“Ramai juga ya sayang” kataku
“Iya, ayo masuk, kita bersenang-senang hari ini, main sama anak-anak seru lho”
“Iya, aku tahu kok, kemarin waktu Camping juga main terus sama anak-anak disana.
Dreettttttttttttt drettttttttttttt,,, hp ku terasa bergetar, dan kulihat di layar mama menelpon
“Hallo ma, ada apa?” tanyaku
“James, sayang, cepat pulang nak” mama terdengar kalut dan menangis, aku merasa akan ada sesuatu yang akan terjadi
“Ma, mama kenapa, mama nangis? Ada apa ma?”
“Sudah, kamu pulang saja sayang, cepat!” mama sedikit membentak, rasanya sudah kacau, aku yakin sekali hal buruk akan terjadi
“Bon, Boni” teriakku memanggil Boni yang sedang asik main
“Kenapa sayang, kok kamu pucat gitu?” Tanya Boni khawatir
“Mama minta aku pulang yank, aku dengar suara mama seperti sedang nangis, aku khawatir terjadi apa-apa, aku pulang dulu ya, maaf aku tak bisa temani kamu disini”
“Aku temani kamu ya sayang”
“Jangan, kamu disini saja, kamu kan masih sibuk, aku pulang dulu ya, bye” aku langsung berlari ke parkiran dan membawa cepat motorku
Saat aku tiba kulihat mama berlari ke arahku sambil menangis
“Ma, mama kenapa?” aku sungguh sudah sangat cemas, tak pernah ku lihat mama seperti ini, mama terus saja menangis dan memelukku dengan sangat erat seperti akan kehilangan diriku, aku juga turut menangis karenanya
“Ma, mama kenapa?, tolong kasih tahu James ma!”
“James, jawab jujur sama mama, apa benar kalau kamu GAY?” deg,,,rasanya dunia hancur di depan mataku sendiri, bagaimana mama bisa sampai tahu hal ini, inilah yang paling aku takutkan terjadi
“Sayang, jawab mama sayang” mama menggoyangkan bahuku yang terduduk lemas, sungguh aku tak tahu apa yang harus aku katakan lagi
“Maaf ma, maafkan James” hanya kata-kata inilah yang mampu ku ucap dari bibirku
“Mengapa kamu tak pernah jujur sama mama sayang?” aku hanya diam dan tak dapat berucap apa-apa
“Aku takut ma, sangat takut”
“Iya sayang, mama tahu” mama terus memelukku, aku menangis dalam pelukan mama, tak ku sangka mamaku bisa menerimaku
“James!” aku kaget saat mendengar teriakan papa dari atas, dengan tergesa-gesa papa turun dari tangga, ada aura yang belum pernah aku rasakan dari papa
‘plak’ sebuah tamparan keras mengenai pipiku, tidak sakit sama sekali di pipiku, karena rasa sakit itu semua ada di hatiku, inilah kali pertama papa menamparku
“Kamu sudah memalukan keluarga ini” teriak papa di depan wajahku, aku hanya tertunduk dan menangis
“Pa, maaf kan James pa, maafkan James” aku terus meminta maaf sambil bersimpuh di kaki papa, papa sangat marah dan mengangkat kerah bajuku, tangannya sudah siap untuk menamparku sekali lagi, aku sudah pasrah akan semuanya
“Berhenti!” teriak mama
“Kamu puas mas, kamu puas?” teriak mama sambil menangis, papa menurunkan tangannya dan melepaskanku
“Kamu jahat mas, apa kamu lupa, James adalah anak kita, bukan kemauannya juga untuk menjadi gay, apa dia salah mas?” mama terus memelukku dan menjagaku,
“Ma, maaf kan James ma, semua salah James” aku bersimpuh di kaki mama untuk meminta maaf, sungguh aku merasa sangat kotor saat ini, aku merasa sangat hina, aku sudah membuat orang tuaku malu dan bertengkar hanya untuk anak yang tak tau diri ini.
“Sudah sayang, kamu tak perlu meminta maaf, maafkan mama yang mungkin kurang perhatian sama kamu, maafkan mama sayang”
“Bik Ima, ambilkan P3K” teriak mama pada Bik Imah, mungkin mama melihat darah di bibirku akibat tamparan papa, tetapi papa dengan kalut langsung berlari ke dapur untuk mengambil obat,
“Maafkan papa James, maaf” papa meminta maaf dan menangis, kali ini aku merasa sakit sekali, papa yang sangat sayang padaku menangis untuk kesalahanku, papa memelukku dengan sangat erat, kami bertiga saling berpelukan, sakit memang, tapi dalam sakit itu ada kebahagiaan, bahagia karena orang tuaku dapat menerimaku apa adanya.
+++++++++++
“Sayang, kamu nggak apa-apa kan? Aku khawatir banget, dari tadi aku nggak bisa konsen disini” Kata Boni saat menelpon James
“Iya, aku nggak apa-apa” Jawab James
“Kamu kenapa yank, kamu nangis? Bilang sama aku ada apa?” Boni sangat khawatir dengan apa yang terjadi dengan James
“Aku nggak apa-apa yank, aku menangis karena bahagia, aku sangat bahagia”
“Baguslah, aku sudah mau pulang nih, acaranya sudah selesai”
“Ok, aku pergi jemput kamu ya, sekalian aku mau ajak kamu kerumahku”
“Apa? Kerumah kamu? Tapi aku takut yank”
“Takut kenapa?”
“Aku takut ketemu ortu kamu”
“Mereka yang minta kamu kesini”
“Maksud kamu yank?” Tanya Boni heran
“Iya, mereka yang minta kamu kesini, aku jemput kamu sekarang, semua nanti akan aku jelaskan”
Boni tak lagi bertanya, dia hanya menunggu di parkiran sampai James datang menjemputnya, hatinya deg-degan, bagaimana bisa orang tua James memintanya agar dia kesana, apa orang tuanya sudah tau semua, tak lama setelah itu James sudah datang di depan nya sambil tersenyum
“Udah lama nunggu yank?” Tanya James
“Nggak juga, tapi aku masih bingung kenapa orang tua kamu mau aku kesana?”
“Sudah, kamu ikut aja, nggak akan ada apa-apa kok, kamu tenang saja”
“Hmm, ya sudah” Boni menaiki motor James sambil memeluknya dari belakang, perasaannya menjadi tenang, semua pasti akan baik-baik saja, bersama James membuat dia merasa di dunia yang paling aman
Hanya butuh waktu beberapa menit, motor James sudah terparkir di halaman rumah yang luas, Boni masuk ke rumah dengan gemetaran, James terus memegang tangannya, ada perasaan risih, tapi dia birakan saja,
“Ma, Pa ini Boni, pacar James” Deg, rasanya jantung Boni sudah hampir copot saat James mengenalkannya sebagai pacar di hadapan orang tuanya
“Oh, kamu yang bernama Boni? Ayo masuk” sapa Ibu James dengan ramah, ayah James hanya tersenyum, Boni benar-benar kaku dengan apa yang terjadi di rumah ini, bagaimana mungkin James mengenalkannya sebagai seorang pacar, bagaimana mungkin orang tuanya menerima dengan tangan terbuka jika anaknya adalah seorang gay.
“Iya tante” Boni hanya menjawab dan mengangguk, ada perasaan takut yang mendadak ada di hatinya
“Kamu sudah lama berpacaran sama James?” Tanya Ayah James, Boni sukses terbatuk dengan pertanyaan yang spontan, Boni menatap James dengan kalut, dan James tau itu, dia menggenggam tangan Boni erat untuk mengisyaratkan semua baik-baik saja.
“Sudah beberapa bulan om” jawab Boni
“Apa kalian sadar kalau apa yang kalian lakukan adalah salah?” Tanya Ayah James dengan tegas
“Iya pa, James tau kalau James salah, tapi James mencintai Boni pa, James tak main-main dengan itu” jawab James mantap meski wajahnya sudah pucat, dia sebenarnya masih takut akan kemarahan ayahnya
“Baik, kalau itu memang pilihan kalian, papa akan izinkan kalian, tapi papa harap kalian tidak melakukan sesuatu di luar batas” ketegasan sangat tergambar di wajah ayah James
“Iya pa, terima kasih, James janji kalau James tidak akan mengecewakan papa dan mama, iya kan Bon?” Boni mengangguk dengan mantap dan memberi James sebuah senyumannya.
“Sudah, kalau begitu mari kita makan sama-sama, mama sudah masak makanan yang banyak” kata Regina sambil tersenyum, dia senang dengan hubungan ayah dan anak yang baik, meski dalam hati kecilnya ada perasaan terluka mengetahui anaknya satu-satunya tak mencintai wanita, dan dari tadi dia juga sudah menguburkan keinginannya untuk menimang cucu dari anaknya, biarlah semua menjadi rahasia waktu.
++++++++
“Maaf ya yank karena aku tak jujur sama kamu tadi” Kata James saat mengantar Boni pulang
“Iya nggak apa-apa kok yank, aku sangat senang karena hubungan kita bisa di restui sama orang tuamu” jawab Boni
“Iya, aku juga nggak nyangka papa dan mama mau menerimaku apa adanya, aku sangat senang”
“Hmm, andai juga orang tuaku bisa begitu, aku juga pasti akan sangat senang” jawab Boni murung
“Sudahlah, yang penting kita jalani semua dengan serius, aku ingin kamu selalu mencintaiku dan aku mencintaimu”
“Iya sayang, aku akan selalu mencitaimu, aku masuk dulu ya, kamu hati-hati di jalan ya”
“Ok, love you”
“Love you too” James menghidupkan mesin motornya dan segera berlalu, Boni masuk ke dalam rumahnya.
++++++++++++Sebulan Kemudian++++++++
“Yank, bukunya udah dapat belum?” Tanya James di Gramedia
“Belum, bentar lagi, coba deh kamu cariin di pojok sana” Boni menunjuk ke sebuh pojokan di dekat kaca, James segera berjalan ke arah yang di tunjuk Boni sambil mencari buku cara merawat hamster yang benar, mereka kemarin baru saja membeli 2 hamster lucu dari pet’ shop, mereka menamai hamster mereka dengan nama pasangan masing-masing, Hamster orange James di beri nama Boni, dan Hamster abu-abu Boni di beri nama James, mereka berjanji untuk merawat hamster itu dengan baik, oleh karena itu mereka datang ke Gramedia siang ini untuk membeli buku cara merawat hamster.
Ada banyak buku yang di jual, tapi dari tadi untuk menemukan buku yang di inginkan belum juga ketemu, James sudah gerah mencarinya, dan memandang keluar jalan, karena dia berada dekat kaca jadi dia bisa melihat dengan jelas jalanan yang ada di depan,
“Papa?” James memicingkan pandangannya ke seseorang di depannya,orang tersebut sedang duduk di kafe di depan Gramedia, orang itu terlihat seperti ayahnya, dia melihat lagi dengan teliti, ya itu memang ayahnya, dan dia sedang bersama dengan seorang lelaki yang seumurannya.
“Yank, kok bengong sih?” Tanya Boni saat menghampiri James, James masih terdiam memandang kedepan, karena penasaran Boni juga melihat kedepan
“Ayah?”
James kaget dengan pernyataan Boni
“Ayah? Itu ayah kamu Bon?” Tanya James
“Iya, itu ayahku, lho itu bukannya papa kamu yank?” mereka berdua heran ternyata ayah meraka saling mengenal
“Ayo kita samperin” kata Boni, James hanya mengangguk, tapi ada perasaan gak enak yang di rasakannya, dia melihat kedua orang itu seperti bertengkar,
Mereka menunda untuk mencari buku dan segera menghampiri ayah mereka, tapi saat mereka keluar, ayah-ayah mereka sudah hilang,
“Lho, kok sudah hilang? Tadi kan meraka duduk di kafe ini?” Tanya Boni heran
“Mungkin ada di dalam kali” James segera masuk kedalam dengan sedikit tergesa-gesa, perasaan nggak enak itu semakin terasa
“Nggak ada” kata Boni heran
“Mungkin di toilet” Jawab James, dan mereka langsung segera berlari menuju toilet
“Cukup Dimas, cukup, aku tak sanggup lagi seperti ini, aku sudah mengkhianati keluargaku” teriak seseorang, James yakin itu suara ayahnya, Boni juga jadi bengong dan mengikuti James dengan pelan-pelan
“Aku tahu Robby, aku tahu, aku juga berat, tapi kamu ingat, sudah puluhan tahun kita terpisah, puluhan tahun” teriak laki-laki itu
“Mas, tolong, kita semua sudah berkeluarga, aku sudah bahagia dengan keluargaku, memang tak dapat aku pungkiri rasa itu masih tertanam di hatiku, tapi kita nggak bisa egois mas, kita nggak bisa” mendadak James menjadi lemas, dia yakin sesuatu yang buruk sedang terjadi, begitu juga dengan Boni, dia takut apa yang dia pikirkan adalah kebenaran, sudah beberapa hari ini dia melihat tingkah ayahnya yang berbeda, dia mengira ayahnya mungkin selingkuh, tapi kenyataan di depannya sungguh tak dapat di percaya, ayahnya dan ayah pacarnya….
“Tapi aku masih mencintai kamu Rob” teriak ayah Boni, setetes air mata keluar dari mata Boni, hancur rasanya mengetahui apa yang sedang terjadi
“Mas, maafkan aku, semua sudah masa lalu, biarkan masa lalu itu terkubur di hati kita, kita tak bisa melakukan dosa ini lagi, beberapa hari ini aku tersiksa Mas, aku tersiksa saat melihat James, aku tak ingin melanjutkan hubungan ini, cukuplah kita lupakan masa lalu kita” terdengar suara terisak dari ayah James
“Maafkan aku Rob, maafkan aku, aku tahu aku memang egois, aku mencintaimu Rob, aku sangat mencintaimu, puluhan tahun bayangmu tak pernah hilang dariku, dan saat aku menemukanmu aku harus menerima kenyataan pahit ini” ayah Boni juga terdengar terisak, James dan Boni tak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan, mereka hanya terdiam di dekat pintu tanpa bisa lakukan apapun
“Izinkan aku mencium sekali lagi” pinta Dimas
“Brakkkkkkkkkkk” pintu toilet di banting oleh James, James dan Boni sudah berdiri di hadapan ayah mereka, rasa ketir berkecamuk di hati James, dia menangis, dia tak percaya apa yang ada di depannya
“James”
“Boni” Dimas dan Robby tertegun melihat kedua anak mereka di depan mereka dengan tatapan nanar dan menangis
“James” panggil ayahnya, James segera berlari, dia tak percaya dengan apa yang telah di dengar dan di lihatnya, dia ingin berlari sejauh mungkin dari sana. Boni berlari menyusulnya
“James, James” teriak Boni, tapi James tak memperdulikannya, ayah James juga ikut berlari menyusulnya
“James. Dengarkan papa James” teriak ayah James, tapi James tak perduli lagi dengan semua itu, dia ingin berlari sejauh mungkin
“BRAKKKKKKKKK” sebuah mobil menabrak ayah James, dan segera kabur dari sana
“Robbbyyyyyyyyyyyy” teriak Dimas, James langsung berpaling dan melihat sang ayah terkapar dengan darah
“Papaaaa” teriak James, James segera berlari ke papanya sambil menangis histeris,
“Panggilkan ambulans” teriak Dimas sambil menangis pada orang-orang yang telah berkumpul disana
“Papa” teriak James,,
“Ja..mes, maaf kan papa James, maafkan papa” seluruh wajah ayah James sudah di aliri darah segar
“Tidak pa, James yang minta maaf, papa sabar ya, bentar lagi ambulans datang”
“Sudah James, kamu jangan menangis, jaga mama kamu, papa minta maaf James, papa minta maaf”
“Tidak pa, papa jangan ngomong seperti itu, tidak pa” isak James
Boni juga terus menangis di pelukan ayahnya, ayahnya juga menangis tanpa berani mendekati Robby, orang yang sangat di cintainya puluhan tahun lalu.
+++++++++
“Sudah James, kamu jangan menangis lagi, ikhlaskan papa kamu” Bisik nenek James
“Tapi Oma, James masih belum meminta maaf sama papa, James banyak salah sama papa” Isak James seakan di dengar oleh langit yang juga turut menangis di siang itu, siang kelabu pemakaman Ayah James, Robby Sanjaya
“Ma” panggil James ke mama nya, Regina seakan sudah menjadi patung, dia tak dapat menerima kenyataan pahit itu, kenyataan yang membuatnya sungguh terluka, pria yang sangat di cintainya sudah meninggal, dan semua karena hubungannya dengan Dimas. Ada rasa benci di hatinya, rasa benci pada Dimas, dan saat mengetahui Boni adalah anak Dimas, entah kenapa dia juga turut membencinya, meski dia sadar bukan salah Boni, tapi rasa benci itu terlanjur di tanamkan
“Mba, maafkan saya” suara parau lelaki meminta maaf kepada Regina, ya Dimas dan Boni datang ke pemakaman siang itu,
“Kau, Kau yang menyebabkan kematian anakku” teriak nenek James
“Dari dulu kau selalu buat sial ke keluargaku, kenapa kau hadir lagi sekarang? Belum puas kau hancurkan Robby hah” teriak nenek James
“Maafkan saya nyonya, maafkan saya” Dimas terisak, Boni yang ada disana hanya terdiam, dia ingin menghibur James, tapi dia tak berani, semenjak kejadian itu, James tak pernah lagi membalas pesan Boni, tak mau mengangkat telponnya juga.
“Kau sungguh pembawa sial, menyesal dulu aku menyekolahkanmu, kau dulu sudah ku anggap seperti anak sendiri, tetapi kenapa kau tega lakukan semua itu pada keluargaku” teriak nya lagi, seakan tak pernah puas mencaci Dimas.
“Sudah, sudah cukup, untuk apa kalian bertengkar, pertengkaran kalian tak akan membuat mas Robby hidup lagi” baru kali ini Regina mengeluarkan suaranya,
“Mama” isak James dan memeluk erat mamanya
“Kamu boleh pergi dari sini, dan jangan pernah lagi muncul di hadapan keluargaku” teriak Regina
Dimas hanya terisak dan meninggalkan area pemakaman, meninggalkan keluarga yang sedang terluka itu, Boni mengikuti ayahnya, sekilas dia memandang kebelakang, melihat kesakitan kekasihnya, sungguh rasanya dia juga turut hancur pada saat itu
++++++++++++
“Aku akan ke Pontianak, aku akan kembali ke kota kelahiran papaku, aku ingin meninggalkan semua yang ada disini, besok aku akan berangkat, selamat tinggal Boni”ucap James di bangku belakang sekolah, tak bisa ia sembunyikan mata merahnya, mata yang setiap hari berlinang air mata,perpisahan itu tak mudah ia hadapi, berpisah dari ayah tercinta, dan sekarang harus berpisah dari orang yang sangat di cintainya, semua bukan hal yang mudah, ingin rasanya ia turut menyusul ayahnya, dia merasa segala panutannya sudah tak ada lagi, kalau bukan karena Regina, mungkin dia sudah berpikir pendek
“Tapi sayang, bagaimana dengan aku?” isak Boni, Ia tau, ia tak bisa menahan James lagi, dia mengerti akan segera berpisah dari James, tapi semua sangat berat, mengapa perpisahan ini terasa seperti separuh nyawanya telah pergi, mengapa ia merasa hampa, begitu cintanya kah dia pada James?
“Maafkan aku, kita tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini, setiap melihat kamu, aku teringat ayahmu, sakit sekali rasa di hati ini, ayahmu yang membuat ayahku meninggal, jika tak ada dia, tak mungkin ayahku menginggal” kata James dengan suara meninggi, emosi yang selama ini di pendamnya tercurah semua, air mata itu kini kembali tumpah, Boni ketir melihatnya, belum pernah dia melihat kemarah itu di wajah James, tapi dia juga tak berdaya, dia hanya menunduk, tak berani dia menatap mata James
“Maafkan Ayah James” isak Boni
“Tak akan pernah terjadi, aku harap kamu jangan pernah lagi menghubungiku, karena aku juga akan membencimu, aku benci kamu” teriak James dan segera meninggalkan Boni yang menangis sendiri disana. Tak pernah ia sangka semua akan seperti ini, sungguh sangat sakit, tak ingin ia menyakiti Boni, tapi dengan cara itulah, mungkin Boni dapat mudah melupakannya, mereka juga tak akan mungkin dapat bersatu
++++++++++++
“James, ayo cepat, kita sudah hampir terlambat, teriak Regina
“Bentar ma, Hamster James masih tertinggal, sebentar kemudian, James keluar dengan membawa Boni, hamster kesayangannya
“Sudah?” Tanya mamanya
“Sudah ma” jawab James lesu, mobil bergerak meningalkan rumahnya, menginggalkan luka yang ada, segala manis, pahit dan cinta ia tinggalkan, dan tak pernah ia tahu, ada Boni yang melihat dari kejauhan sambil terus menangis
“Semoga kamu bahagia James, aku selalu mencintaimu” Bisik Boni ke Hamsternya, hanya Jameslah yang akan menemaninya, menemaninya dengan segala luka yang tergores
+++++SELESAI++++
Terima kasih saya ucapkan buat teman-teman yang sudah sudi membaca tulisan saya, mulai dari part 1 sampai 3 ini, banyak sekali kekurangan saya dalam menulis cerita ini, dan saya mengharapkan saran dan kritik dari teman-teman, yang mungkin bisa di komentar atau PM maupun di FB ku
Buat yang ingin mengenalku lebih personal, silahkan add fb aku
Wilson William/
[email protected]
Comments
aduh yang terakhir bikin mewek.. gw benci banget orang yang saling cinta jadi kepisah gara2 keadaan kayak gini..
aku juqa tak bisa memendunq air mata haru ini setelah membaca story ini ;-(;-(;-(;-(;-(;-(;-(;-(;-(;-(;-(
@Atwil , di tunggu cerita lain selanjutnya. keep it up...